Anda di halaman 1dari 15

BIOSECURITY DAN LAYOUT KANDANG

#MODEL #TIPE #KANDANG #BROILER #AYAM PEDAGING #LAYOUT #GAMBAR #PETERNAKAN


#KESEHATAN #YANG BAIK

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan protein hewani terus mengalami peningkatan. Protein hewani
di Indonesia sebagian besar berasal dari ternak broiler dan juga sapi potong. Broiler adalah
istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik
ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik, dan
dapat dipotong pada usia yang relatif muda (Murtidjo, 1992). Sedangkan sapi potong
adalah sapi lokal maupun import yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan di pelihara
untuk produksi dagingnya.

Populasi broiler dan sapi potong memang mengalami peningkatan tiap tahunnya, namun hal
ini belum mencukupi kebutuhan protein hewani dalam negeri. Hal ini disebabkan masih
rendahnya produktifitas dan angka kelahiran yang dihasilkan peternakan lokal. Produktifitas
ternak dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi
genetik yang dibawa sejak lahir sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan
serta manajemen pemeliharaan. Faktor eksternal ini 70% mempengaruhi produktifitas
ternak, salah satuna yang perlu diperhatikan adalah program biosekuriti. Biosekuriti
meliputi tata letak kandang, vaksinasi, dan desinfeksi.

Mengingat pentingnya program biosekuriti di peternakan, oleh karena itu dilaksanakanlah


praktikum ini untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai hal hal yang
penting dilakukan dalam biosekuriti pada peternakan broiler maupun sapi potong.

B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui:


1. Sistem biosekuriti yang baik untuk diterapkan di peternakan broiler;
2. Sistem biosekuriti yang baik untuk diterapkan pada peternakan sapi potong;
3. Cara vaksinasi pada ayam broiler;
4. Keadaan di dalam tubuh ayam melalui bedah DOC.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit
pada suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme.
Tujuan biosekuriti adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu kawasan
sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi.

Biosekuriti terdiri dari dua elemen


penting yaitu bioexlusion dan biocontaiment.Bioexclusion adalah pencegahan terhadap
datangnya virus infektif dan biocontainment adalah menjaga supaya virus yang ada tidak
keluar atau menyebar (WHO 2008).

Program biosekuriti menurut BPTUHP (2014) secara sederhana dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Area peternakan diberi pagar dengan satu pintu masuk untuk memudahkan kontrol
lalu lintas
2. Rumah tempat tinggal, kandang ditempatkan pada lokasi terpisah
3. Pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material (hewan/unggas, produk
unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, sekam, rak telur) yang dapat membawa agen
penyakit.
4. Pembatasan secara ketat keluar masuk orang/ tamu/pekerja dan kendaraan dari area
peternakan maupun yang menuju area peternakan.
5. Setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus mencuci tangan dengan sabun
atau desinfektan
6. Mencegah keluar masuknya tikus, serangga, burung liar atau unggas lain yang dapat
berperan sebagai vector penyakit ke lokasi peternakan
7. Unggas dipisahkan berdasarkan spesiesnya
8. Tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar dari area peternakan.
9. Unggas yang mati harus dikubur atau dibakar
10. Kotoran unggas harus diolah terlebih dahulu sebelum keluar dari area peternakan
11. Air hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui
saluran limbah ke tempat penampunga limbah.

Penerapan biosekuriti menurut BPTUHP (2014) pada peternakan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Isolasi
Isolasi mengandung pengertian penempatan atau pemeliharan hewan di dalam lingkungan
yang terkendali. Pagar kandang akan menjaga dan melindungi unggas serta akan mencegah
masuknya hewan lain ke dalam kandang. Isolasi ini juga untuk memisahkan unggas
berdasarkan kelompok umur, karena unggas muda lebih rentan terhadap serangan penyakit
dibandingkan yang tua.
2. Pengendaian Lalu Lintas
Pengendalian ini dilakukan terhadap lalu lintas menuju area peternakan dan lalu lintas di
dalam area peternakan. Pengendalian lalu lintas diterapkan pada manusia, peralatan,
barang, pakan dan unggas. Tindakan pengendalian berupa penyediaan fasilitas kolam
dipping dan spraying pada pintu masuk untuk kandaraan, penyemprotan desinfektan
terhadap kandang dan peralatannya, sopir, penjual serta petugas lain dengan mengganti
pakaian dengan pakaian khusus.
3. Sanitasi dan desinfeksi
Sanitasi adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan berkembang biaknya mikroba
pembusuk dan pathogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat
merusak pangan asal hewan dan membahayakan kesehatan manusia (Marriott, 1999).
Sanitasi berkaitan erat dengan desinfeksi. Tindakan sanitasi berupa desinfeksi kandang,
bahan, manusia dan peralatan yang masuk ke area peternakan serta kebersihan pegawai di
peternakan. Sanitasi meliputi pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap kandang,
bahan- bahan dan peralatan yang masuk ke area peternakan. Pengertian desinfeksi adalah
upaya yang dilakukan untuk membebaskan media pembawa dari mikroorganisme secara
fisik dan kimia, antara lain alkoho, NaOH, Fenol, dan lain- lain. Sanitasi peternakan meliputi
kebersihan kandang, sampah, feses dan air yang digunakan. Air yang digunakan untuk
konsumsi ternak dan kebutuhan lainnya harus memenuhi persyaratan air bersih. Jika
menggunakan air tanah atau dari sumber lainnya, maka air harus diperlakukan sedemikian
rupa sehingga memenuhi persyaratan air bersih.
Vaksin untuk unggas ada dua bentuk, hidup (aktif) dan mati. Vaksin hidup terdiri dari
organisme-organisme hidup yang telah dimodifikasi (dilemahkan) sehingga mereka akan
berkembang biak di dalam tubuh tanpa menyebabkan penyakit. Organisme-organisme
dapat diberikan dengan cara yang bervariasi melalui air minum, penyemprotan, tetes mata
atau untuk penyakit marek dengan injeksi intramuskular (Mark, 1993).

Berbagai cara pemberian vaksin yang digunakan secara komersial antara lain: (1) vaksnasi in
ovo, yaitu pemberian vaksin ke dalam telur pada hari ke 18 masa inkubasi dengan
menggunakan sistem inovoject yang dipatenkan, (2) vaksinasi semprot (spray) pasca
penetasan dapat diberikan dalam ruang atau mesin penetasan secara massal dengan vaksin
aerosol kepada anak ayam umur umur sehari (DOC), (3) suntikan subkutan, dengan vaksin
hidup atau vaksin emulsi inaktif dapat diberikan kepada anak ayam, masa pemeliharaan
(rearing) dan pada induk (Nesheim, 1984).

Pada umumnya injeksi dilakukan secara intramuscular dada atau paha. Akan tetapi cara ini
juga mempunyai kelemahan yaitu perlu waktu lama, ayam akan stress, jika penagkapan
terlalu kasar, (4) pemberian vaksin melalui tetes mata dan tetes hidung, dapat dilakukan
pada anak ayam di tempat penetasan atau pada masa brooding (masa penghangatan) di
kandang peternak, (5) pemberian vaksin secara aerosol, dengan menggunakan penyemprot
ransel atau listrik, untuk mendapatkan semprotan yang kasar, (6) pemberian vaksin melalui
air minum, dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah, akan tetapi kurang efektif
terhadap babarapa macam infeksi (Nesheim, 1984). Pelaksanaan vaksinasi ND menurut Andi
(2012) pada ayam broiler paling banyak dilakukan 2 kali pada masa hidupnya, yakni pada
saat ayam umur 1-4 hari dan 3-4 minggu. Berbagai macam cara vaksinasi yang biasa
dilakukan oleh para peternak antara lain:

1. Tetes mata
Vaksin di teteskan pada salah satu mata dengan menggunakan pipet. Jarak antara unjung
pipet dengan mata 1 cm. pada saat ditetes, mata harus terbuka sehingga vaksin bisa masuk
dan meresap. Untuk itu, maka harus ditunggu agar mata yang habis ditetas itu dipejamkan.
Mengenai dosis vaksinasi dengan cara ini biasanya cukup 1 tetes/ekor. Namun demikian
demikian selalu dianjurkan agar para peternak dalam melaksanakannya selalu
memperhatikan petunjuk dari pabrik yang bersangkutan.

2. Tetes hidung
Pada cara ini, penetesan dilakukan tepat dilubang hidung dan pada saat dilakukan
penetesan, lubang hidung yang sebelah harus ditutup dengan salah satu jari, sehingga
vaksin bisa langsung meresap.

3. Melalui air minum


Vaksinasi dengan cara ini dilaksanakan sebagai berikut:
- Air minum yang dipergunakan untuk melarutkan vaksin harus benar-benar bersih, tak
mengandung bahan-bahan desinfektan seperti detergent, sabun, dan lain-lain.
- Air minum yang dipergunakan diambil dari air sumur, aquadest, air hujan, dan lain
sebagainya, tetapi jangan menggunakan air leiding.

4. Injeksi
Dengan cara ini ayam dipegang satu persatu untuk diinjeksi dengan dosis tertentu sesuai
dengan anjuran pabrik. Pada umumnya injeksi dilakukan secara intramusculair (masuk ke
dalam otot) dada, atau paha. Cara ini banyak pula dilaksanakan oleh para peternak, karena
pelaksanaanya mudah dan efektif, sebab dosis vaksin yang dimaksud bisa lebih tepat dari
pada melalui air minum. Akan tetapi cara ini juga tak lepas dari suatu kelemahan, antara
lain:
- Injeksi memakan waktu cukup lama, apalagi kalau jumlah ayam yang harus di injeksi
cukup besar.
- Ayam akan stress, lebih-lebih kalau cara penangkapannya dan pemegangannya terlalu
kasar. Oleh karena itu, dianjurkan agar pelaksanan vaksinasi dengan cara injeksi dilakukan
pada sore hari atau malam hari. Sebab pada saat itu ayam lebih tenang

Desinfeksi menurut akhmat (2011) adalah proses pembuangan semua mikroorganisme


patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora
bakteri. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara
mencuci ,mengoles , merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi,
dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.kriteria Desinfeksi yang ideal adalah :

1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar


2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH, temperature dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau
7. Bersifat biodegradable / mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas

Annonim (2011) mengatakan ketika penyakit telah menyerang ternak maka harus kita
ketahui apa penyakit tersebut sehingga kita dapat menentukan treatmen terbaik dan
melakukan pencegahan atas penyakit tersebut. Dalam menentukan penyakitpun terdapat
beberapa cara dan salah satunya adalah dengan melakukan bedah bangkai. Proses
melakukan bedah bangkai memiliki rangkaian agar proses pelaksanaanya dapat
mendapatkan hasil gambaran diagnose yang maksimal.
III. PEMBAHASAN
A. Biosekuriti (Layout Kandang)
Biosekuriti pada kandang broiler dan sapi potong disajikan dalam bentuk gambar
dibawah ini:
Gambar 1. Layout kandang ayam broiler

Keterangan gambar 1:

1) Gerbang depan
2) Pos Satpam
3) Area Parkir
4) Tempat Bangkai
5) Kantor
6) Gerbang ke kandang
7) Instalasi desinfeksi
8) Gudang Pakan
9) Kamar Mesin
10) Kandang Karantina
11) Mess anak kandang
12) Kantin
13) Kandang B1
14) Kandang B2
15) Kandang B3
16) Kandang B4
17) Kandang B5
18) Kandang B6
19) Kandang A1
20) Kandang A2
21) Kandang A3
22) Kandang A4
23) Gudang Zeolit
24) Gudang Sekam
PRINSIP DASAR VENTILASI KANDANG AYAM BROILER
Posted by Sodeq With 0 Comment In Agriculture

Prinsip dasar ventilasi Kandang ayam broiler adalah kebutuhan pasokan udara segar ke dalam
kandang yang sangat penting untuk ketahanan hidup ayam broiler. Pasokan udara segar ini
juga membantu mengurangi suhu ekstrem, kelembaban udara yang berlebihan dan
kontaminasi udara ke batas toleransi untuk ayam broiler.
Peningkatan kualitas sistem ventilasi juga memungkinkan pengurangan biaya operasi
peternakan ayam broiler untuk kepadatan populasi ayam broiler yang tinggi. Hal ini penting
secara ekonomis karena mengurangi modal, biaya produksi dan biaya tenaga kerja.

Ayam Broiler

Ventilasi udara menghilangkan kelebihan panas, kelembaban, debu dan bau dari bangunan
dan, pada saat yang sama, membantu mengurangi organisme pembawa penyakit dalam udara.
Pada saat suhu dingin (misalnya pada musim hujan), sistem ventilasi yang dirancang dengan
baik juga dapat menghemat konsumsi energi dengan memanfaatkan panas suhu tubuh ayam
broiler itu sendiri. Desain ventilasi yang tepat untuk unggas adalah seni tetapi dapat dikuasai
oleh setiap bertekad dan bersedia petani unggas. Ini adalah sebuah tantangan, namun, karena
rumah-rumah unggas yang berbeda dan kebutuhan ventilasi berubah dengan waktu, musim,
suhu, kelembaban, angin, usia burung dan kepadatan. Publikasi ini membahas prinsip-prinsip
umum ventilasi rumah unggas.
Prinsip Ventilasi
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, ventilasi
Sirkulasi Udara
dalam Kandang Ayam Broiler

udara berguna untuk mengganti udara dalam kandang dengan udara segar dari luar kandang.
Sirkulasi ini penting untuk menjaga suhu, kelembaban, serta bau-bauan (yang dapat
ditimbulkan dari Amonia yang terbentuk dari dalam kandang) pada level yang masih dapat di
toleransi. Jika udara tidak diganti, konsentrasi karbon dioksida, amonia dan gas berbahaya
lainnya akan meningkat ke tingkat yang tidak dapat di toleransi. Tabel 1 adalah contoh tingkat
kandungan gas maksimal yang masih bisa diterima.

Kandungan gas maksimum pada kandang ayam broiler

Gas Symbol Lethal Desirable

Carbon Dioxide CO2 Above 30% Below 1%

Methane CH4 Above 5% Below 1%

Ammonia NH3 Above 500ppm Below 40ppm

Hydrogen Sulfide H2S Above 500ppm Below 40ppm

Oxygen O2 Below 6% Above 16%

Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi secara umum dibagi menjadi dua jenis: (1) sistem aliran udara alami dan (2)
pergerakan udara mekanik (menggunakan kipas angin atau blower). Karena berbagai
kebutuhan ventilasi, dua sistem berbeda di atas seringkali dikombinasikan sebagai upaya untuk
memberikan kenyamanan kepada ayam broier dalam berbagai kondisi iklim dengan biaya
minimum.

Contoh
Sistem Ventilasi Mekanik

Sekarang kita telah mendaptkan gambaran besar tentang prinsip dasar dan kegunaan sistem
ventilasi. Bagaimana perancangan sistem ventilasi yang baik? Pembahasan lebih lanjut
mengenai jenis-jenis sistem ventilasi akan disampaikan dalam posting tersendiri.

Merencanakan Pembangunan Kandang dan Peralatannya


August 09, 2017

Kandang merupakan salah satu komponen yang ikut menentukan keberhasilan usaha
peternakan. Jika tidak direncanakan dan dirancang dengan baik, kandang bisa
mempengaruhi performa ayam ke depannya. Contohnya, ketika kandang dibuat terlalu
lebar (> 7 meter), padahal lebar kandang yang direkomendasikan tidak lebih dari 7 meter.
Imbasnya kenyamanan ayam akan terganggu karena semakin lebar kandang, ayam akan
semakin sulit mendapatkan udara segar akibat sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat.
Jika sudah seperti ini, peternak tidak mungkin membongkar kandang dan membangun
ulang, melainkan harus mengeluarkan uang lebih untuk menambahkan kipas angin (fan).

Selain kandang, peternak juga perlu menyediakan peralatan kandang “sekomplit” mungkin
agar semua kebutuhan ayam, terutama ransum dan air minum, bisa dipenuhi dengan baik.
Kenyamanan Sebagai Kunci Awal Perencanaan Pembangunan Kandang

Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatannya
murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Namun dari semua unsur itu,
intinya kandang harus dibuat senyaman mungkin untuk ayam.

Kandang yang nyaman adalah kunci utama untuk mendukung pertumbuhan dan
produktivitas yang optimal. Di dalam kandang ini semua kebutuhan untuk tumbuh harus
tersedia, di antaranya ransum dan air minum yang cukup serta berkualitas, sistem ventilasi
udara yang baik, serta suhu dan kelembaban udara yang optimal.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mendirikan kandang, antara lain
menyangkut:

 Jenis usaha
Kandang yang akan dibangun harus disesuaikan dengan jenis ternak, apakah ternak ayam
potong/pedaging, ayam petelur, atau jenis ayam lainnya.

 Skala usaha
Semakin besar skala usaha, maka semakin banyak dan luas pula kandang yang harus
dibangun.

 Modal
Modal yang tersedia akan berpengaruh terhadap jenis bahan bangunan yang digunakan,
tipe kandang, besar kandang, konstruksi, dan skala usaha.

Memilih Lokasi yang Tepat

Pemilihan lokasi kandang yang tepat merupakan “pondasi awal” untuk membangun
peternakan yang baik dan nyaman. Dalam pemilihan lokasi ini hendaknya
mempertimbangkan:

1. Kondisi suhu dan kelembaban lingkungan apakah sesuai untuk karakter ayam yang
mudah mengalami heat stress (stres panas).
2. Topografi dan tekstur tanah serta sumber air.
3. Luas lahan yang disesuaikan dengan target pengembangan peternakan.
4. Akses transportasi dan instalasi listrik.
5. Jarak dengan pemukiman warga, baik saat ini maupun alokasi wilayah tersebut di
masa mendatang.
6. Perizinan: Usahakan ada bukti resmi tentang pembangunan peternakan untuk
menghindari penggusuran atau penutupan peternakan. Perizinan ini meliputi surat
persetujuan dari masyarakat sekitar, rekomendasi dari desa, izin pemerintah kota atau
kabupaten, izin mendirikan bangunan dan AMDAL, surat izin usaha dan surat izin gangguan
(Hinder Ordo-nantie/HO).
7. Jarak dengan peternakan lain: Environmental Code of Practice for Poultry Farm in
Western Australia (2004) mempersyaratkan jarak antar peternakan hendaknya minimal 500
m. Namun di Indonesia, di mana kandang kebanyakan menggunakan sistem open house
(kandang terbuka), direkomendasikan jarak antar peternakan minimal 1 km.

Menentukan Skala Usaha/Populasi Ayam

Setelah mendapatkan lokasi yang strategis, bagaimana menentukan kapasitas kandang


ayam yang tepat? Kapasitas kandang sebaiknya ditentukan sesuai standar kepadatan ayam
dewasa yang ideal, yaitu 15 kg/m2, atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging dan 12-14
ekor ayam petelur grower (pullet) per m2 nya.

Contohnya kandang yang akan dibuat berukuran 25 x 7 m. Berdasarkan standar kepadatan


tadi, maka pada kandang ukuran tersebut (luas kandang = 175 m2), idealnya diisi dengan
1050-1400 ekor ayam pedaging, atau 2100-2450 ekor ayam petelur.

Memilih tipe kandang

Tipe kandang pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor, yaitu
konstruksi, penempatan ayam dalam kandang, dan fase pemeliharaan ayam. Berdasarkan
konstruksinya, terdiri dari:

 Konstruksi atap
Berdasarkan konstruksi atapnya, kandang dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:

Berbagai tipe dan bentuk atap di atas ikut mempengaruhi lancar tidaknya sirkulasi udara
dalam kandang. Untuk ayam pedaging dan petelur komersial modern yang dipelihara di
daerah tropis, sebaiknya peternak memilih tipe atap monitor karena mempunyai kecepatan
sirkulasi udara lebih tinggi.

 Konstruksi dinding
Jenis kandang berdasarkan konstruksi dinding dapat dibedakan menjadi kandang terbuka
(open house), kandang semi tertutup (semi closed house) dan kandang tertutup (closed
house).

Kandang sistem terbuka merupakan kandang yang dindingnya terbuka biasanya terbuat dari
kayu atau bambu. Kandang tipe closed housemerupakan kandang dengan dinding tertutup
dan biasanya terbuat dari bahan-bahan permanen dan dengan sentuhan teknologi tinggi
sehingga biaya pembuatannya tidak murah. Sedangkan kandang semi closed house adalah
gabungan dari sistem open house dan closed house. Dinding kandang tipe ini ditutupi oleh
tirai yang bisa dibuka, akan tetapi sudah menggunakan bahan-bahan permanen dan
peralatan berteknologi modern.

 Konstruksi lantai
Berdasarkan konstruksi/bentuk lantainya, tipe kandang dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Kandang lantai rapat (litter) atau postal

2. Kandang lantai renggang

Cage/battery system atau kandang baterai: kandang berupa kotak sangkar yang terbuat dari
kawat atau anyaman bambu
 Wire floor system: lantai kandang terbuat dari anyaman kawat ram
 Slat floor system atau kandang panggung (slat): lantai kandang
menggunakan bahan berupa bilah-bilah seperti kayu, logam, bambu, atau plastik, yang
disusun memanjang sehingga lantai bercelah-celah. Lebar celah 2,5 cm dan lebar bilah 2,5
cm dengan ketebalan 2,5 cm. Panjang disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Kombinasi antara bentuk postal dan bentuk panggung.

Berdasarkan jumlah ayam yang ditempatkan dalam kandang, sistem perkandangan


dibedakan menjadi 3, yaitu:

 Kandang tunggal atau single cage/battery: setiap sangkar


berisi 1 ekor
 Kandang ganda atau multiple cages: setiap sangkar berisi 2-10
ekor
 Kandang koloni atau colony cages: setiap sangkar berisi satu
kelompok ayam dalam jumlah besar, lebih dari 20 ekor.
Berdasarkan fase pemeliharaan ayam, kandang dibedakan menjadi 3:

 Kandang indukan (brooder), untuk memelihara anak ayam umur 0-2


minggu (ayam pedaging) dan 0-3 minggu (ayam petelur).
 Kandang grower/pullet, untuk membesarkan anak ayam dan ayam
dara umur 4-16 minggu. Biasanya digunakan kandang lantai litter.
 Kandang layer, untuk memelihara ayam petelur periode produksi
umur 18 minggu sampai afkir. Biasanya menggunakan kandang baterai (battery).

Menentukan Layout (Tata Letak) Kandang

Idealnya, dalam suatu peternakan, calon peternak tidak hanya mendirikan kandang saja.
Namun perlu dilengkapi dengan pos jaga, tempat parkir, kantor, gudang ransum, mess
pegawai, dan bangunan pendukung lainnya. Penentuan letak atau posisi kandang maupun
bangunan pendukung tersebut hendaknya dilakukan secara baik. Tujuannya agar alur
distribusi ayam, personal (manusia), ransum maupun peralatan bisa berjalan efektif.

Tata letak ini juga merupakan bagian dari biosecurity (biosecurity konseptual), karena bisa
berperan menekan rantai penularan penyakit. Sangat disarankan di satu lokasi peternakan
mengaplikasikan sistem one age farming atau all in all out (dalam 1 lokasi peternakan hanya
terdiri dari 1 jenis ayam dengan umur dan strain yang sama), karena lebih memudahkan
dalam monitoring pemeliharaan ternak secara seragam. Selain itu kemungkinan terjadinya
penularan penyakit akibat variasi umur ternak juga lebih kecil.

Namun jika peternak terpaksa tidak bisa menerapkan sistem pemeliharaan all in all out,
maka jarak kedatangan antar DOC sebaiknya jangan terlalu lama (kurang dari 1 minggu). Jika
waktu tersebut tidak dapat dipenuhi maka saat chick in perlu memperhatikan beberapa hal
berikut:

 DOC yang berbeda umur atau waktu kedatangan jangan dipelihara dalam
kandang brooder (indukan) yang sama
 Jarak antar kandang ayam yang berbeda umur sebaiknya minimal 7 m (1 x lebar
kandang)
 Arus distribusi personal maupun peralatan antar kandang dengan umur dan jenis
ayam yang berbeda dibatasi, terutama pada saat masa DOC (starter) dan apabila
terjadi outbreak penyakit
 Jadwal monitoring sebaiknya dimulai dari ayam umur muda ke ayam berumur lebih
tua (dewasa)
 Lakukan program desinfeksi secara rutin pada masing-masing kandang dengan
menggunakan Antisep, Neo Antisep, Medisep, atauZaldes
 Program vaksinasi dibuat sama untuk semua kandang ayam

Bangunan dan Struktur Kandang yang Baik

Konstruksi kandang yang baik rata-rata bisa bertahan 10 – 20 tahun. Prinsipnya, kandang
harus dibuat dari bahan yang kuat dan tahan lama. Untuk bagian tiangnya bisa memakai
balok kayu. Untuk penyangga atapnya bisa dari bilah bambu atau kayu. Sedangkan
dindingnya bisa memakai anyaman bilah bambu atau kawat kasa. Untuk sekat-sekat
kandangnya bisa memakai bilah bambu, lembaran seng, atau lembaran triplek.

Sedangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait struktur kandang yang baik, di
antaranya:

1. Lebar kandang

Lebar kandang terbuka sebaiknya tidak lebih dari 7 m agar sirkulasi udara optimal. Jika lebih
dari 7 m sebaiknya ditambahkan atap monitormaupun fan atau blower di tengah kandang.
Jarak antar kandang minimal 1 x lebar kandang dan usahakan di antara kandang itu tidak
terdapat tanaman yang bisa mengganggu sirkulasi udara.

2. Tinggi lantai

Ketinggian lantai idealnya ≥ 1,5 m sehingga sirkulasi udara baik dan mempermudah proses
pembersihan serta desinfeksi kandang.

3. Atap

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan terkait atap ini. Pertama, bahan yang digunakan.
Umumnya atap kandang menggunakan genting, alumunium, asbes atau seng. Pemilihan
bahan atap ini hendaknya memperhatikan suhu lingkungan, ketahanan dan biaya.
Penggunaan atap dari seng menjadi kurang efektif untuk daerah dengan suhu panas karena
bisa memicu heat stress (stres panas). Kedua, derajat kemiringan dan jarak atap dengan
lantai kandang. Kemiringan atap yang direkomendasikan ialah 30-35o. Ketiga, jarak atap dan
lantai kandang yang optimal ialah 2,5 – 3 m.

Menyiapkan Peralatan Kandang

Selain kandang, peralatan kandang juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
konstruksi kandang. Peralatan ini akan mendukung terwujudnya kandang yang nyaman.
Secara umum peralatan kandang terdiri dari tempat ransum, tempat minum, pemanas,
lampu untuk pencahayaan, sprayer untuk pembersihan dan desinfeksi kandang serta
peralatan, keranjang ayam, timbangan, egg tray, dan alat suntik. Untuk kebutuhan tempat
ransum dan tempat minum sendiri, contohnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Usahakan agar jumlah tempat ransum (TRA) dan tempat minum (TMA) tidak kurang dari
kebutuhan agar menekan terjadinya persaingan antar ayam baik dalam hal ransum, air
minum maupun ruang gerak. Atur pula agar tinggi piringan tempat ransum ayam (TRA)
setinggi punggung ayam. Di lapangan tak jarang pengaturan jumlah, distribusi, serta
ketinggian TRA yang tidak disesuaikan dengan umur dan kepadatan ayam, justru
menurunkan konsumsi ayam.

Peralatan lainnya seperti pemanas wajib disediakan sebagai penghangat anak ayam di
masa brooding. Beragam bahan bakar dapat digunakan peternak untuk menghidupkan
pemanas di masa brooding. Bahan bakar yang lazim digunakan di antaranya gas, kayu bakar,
batu bara, dan minyak tanah.

Pemanas berbahan kayu bakar dan batu bara secara ekonomi memang tergolong murah,
namun memiliki kelemahan, yaitu sulit diatur suhunya serta menghasilkan asap yang
dikhawatirkan mengganggu kesehatan ayam. Sedangkan pemanas berbahan bakar gas,
secara ekonomi memang lebih mahal harganya, namun mudah dioperasikan, aman dan
tahan lama (awet). Panas yang dihasilkan pun stabil, terfokus, tidak menimbulkan polusi
suara maupun udara (asap), serta suhunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Lebih
efisiennya pemanas berbahan bakar gas karena pemanas jenis ini memiliki regulator yang
memungkinkan energi panas diatur sesuai kondisi dan kebutuhan ayam. Contoh pemanas
gas produksi Medion adalah Indukan Gas Medion (IGM).

Selain pemanas, peralatan yang juga penting disediakan ialah timbangan. Baik ayam
pedaging maupun petelur, penimbangan berat badan dapat dilakukan secara rutin tiap
minggu dan saat panen. Penimbangan rutin tiap minggu dinamakan pula kontrol berat
badan. Sebaiknya gunakan timbangan yang memiliki sensitivitas lebih tinggi agar berat
badan ayam per individu dapat lebih teliti diamati.

Ada dua model timbangan yang dapat digunakan sesuai kebutuhan yaitu:

 Timbangan gantung
Model timbangan ini paling sering digunakan untuk menimbang ayam karena memiliki
beberapa kelebihan antara lain lebih praktis, ringan dan mudah dibawa. Lebih praktis karena
bisa digunakan untuk menimbang berat badan ayam langsung maupun menggunakan
keranjang. Hanya saja, saat menimbang ayam harus diikat kakinya terlebih dahulu agar
memudahkan penggantungan ayam.

 Timbangan duduk
Timbangan duduk cocok untuk mengurangi kematian dan meminimalisir resiko afkir saat
penimbangan akibat patah sayap atau kaki. Metodenya ialah timbang keranjang dahulu
untuk menentukan berat keranjang, baru kemudian keranjang diisi dengan ayam.

Peralatan berikutnya yaitu keranjang ayam yang dibutuhkan saat pengangkutan ayam
pedaging ketika panen dan pemindahan ayam petelur dari kandang pembesaran ke kandang
baterai. Saat panen, keranjang ayam diisi 15 ekor ayam (atau tergantung besar ayam dan
kapasitas keranjang ayam). Tujuannya untuk menghindari kematian akibat ayam berdesakan
dalam keranjang.

Demikian informasi terkait kandang yang dapat kami berikan. Kandang merupakan tempat
tinggal ayam dalam melakukan semua aktivitasnya. Mulai dengan makan, minum, dan tentu
saja tumbuh maupun menghasilkan telur. Untuk itu, kita sebagai calon peternak perlu
memperhatikan kenyamanan kandang dengan merencanakan pembangunan kandang yang
baik. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai