Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha yang sangat menguntungkan jika dalam
pemeliharaannya, peternak menerapkan prinsip pokok tata laksana (manajemen) pemeliharaan yang
baik dan efektif. Salah satu prinsip pokok dalam tata laksana pemeliharaan ayam broiler yang perlu
diperhatikan oleh peternak adalah manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit pada ayam
broiler itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dari usaha peternakan ayam broiler
adalah menghasilkan produksi yang maksimal. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal tentunya
ada beberapa sasaran yang harus dicapai yakni tingkat kematian serendah mungkin dan kesehatan ayam
broiler terjamin.

Ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, oleh sebab itu dalam
pemeliharaannya diperlukan  manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit yang baik oleh
peternak  sehingga usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan dapat mencapai produksi yang
maksimal.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Factor apa saja yang dapat menyebakan penyakit pada ayam broiler?

2.      Bagaimanakah cara pencegahan penyakit pada ayam broiler?

3.      Jenis penyakit apa saja yang sering menyerang ayam broiler?

4.      Bagaimanakah cara pengobatan penyakit pada ayam broiler?

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara penanggulangan penyakit pada ayam
broiler serta jenis – jenis penyakit yang sering menyerang ayam broiler dan cara pengobatannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan Ayam Broiler

Faktor yang sangat berpengaruh pada kesehatan ternak adalah lingkungan, jika lingkungan disekitar
kandang kotor akan memudahkan berkembangnya penyakit yang menyerang ayam broiler. Usaha yang
dilakukan dimulai dari awal baik sanitasi dan vaksinasi. Sanitasi dilakukan sebelum ayam datang dengan
membersihkan lingkungan kandang dan kandang. Feses yang tertinggal dalam kandang dikemas dalam
karung yang kemudian akan dijual sebagai pupuk kandang. Kandang dicuci dengan air dan disikat setelah
kering kemudian disemprot dengan desinfektan Biosep kemudian diberi dikapur dan diistirahatkan
selama seminggu. Pembersihan kotoran pada lantai kandang berguna untuk menghindari terjangkitnya
wabah penyakit, karena ada kotoran yang tidak tertembus disinfektan (Murtidjo, 1992).

Tujuan akhir usaha budidaya ayam broiler adalah ayam tubuh sehat, potensi genetic (performance)
tercapai standar sesuai dengan jenis (strain) ayam yang dipelihara. Parameter yang sering digunakan
untuk mengetahui bagus tidaknya potensi genetic (performance) ayam tersebut adalah bebas dari
penyakit (sehat), tingkat kematian (mortality) rendah, rataan pertambahan berat badan harian (average
daily gain atau ADG) sesuai standar, konversi pakan menjadi daging (feed convertertion ratio atau FCR)
tinggi, dan bentuk tubuh sempurna (Fadilah, 2011)

Menurut Fadilah (2011), menyatakan bahwa, berdasarkan pengamatan secara fisik, ciri-ciri ayam broiler
yang sehat adalah sebagai berikut :

1.      Gerakan lincah dan aktif

2.      Muka dan mata ayam cerah (tidak mengantuk)

3.      Nafsu makan dan minum baik

4.      Berbulu cerah berminyak, tidak kusam, dan tidak berdiiri

5.      Berdiri tegak, kaki kokoh, dan bentuk tubuh proporsional

6.      Sayap tidak jatuh dan posisi kepala terangkat dengan baik

7.      Tidak terdengar gejala pernapasan bersuara (ngorok) atau batuk.

8.      Berat badan sesuai dengan umur (standar).

9.      Anus bersih tidak ada kotoran yang menempel

Sanitasi (Pembersihan dan Desinfeksi)

Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi.
Sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling sering
dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi atau penyemprotan kandang menggunakan desinfektan.
Dengan asumsi desinfektan tersebut akan membunuh bibit penyakit di kandang atau lingkungan
kandang. Sebenarnya tindakan sanitasi tidak hanya berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak
kegiatan lain yang merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja atau tamu masuk ke dalam kandang
mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki
(sandal atau sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki dalam desinfektan
(Antisep, Medisep). Untuk mengoptimalkan hasil desinfeksi, peternak harus melakukan pembersihan
(cleaning). Pembersihan ini akan menghilangkan zat atau material asing yang sering menempel atau
berada di kandang. Sebagai contoh debu, tanah, litter yang menempel di lantai kandang, materi-materi
organik seperti feses, leleran ingus, darah dan mikro-organisme. Materi organik yang masih berada di
sekitar kandang (lantai atau tembok kandang) dapat mempengaruhi kerja desinfektan golongan quats
(Medisep, Zaldes) dan halogen (Antisep, Neo Antisep, Desinsep, kaporit) sehingga kurang efektif bekerja.
Pendukung desinfeksi yang lainnya yaitu dosis pemakaian desinfektan harus tepat, jumlah larutan harus
disesuaikan dengan luasan kandang dan waktu kontak desinfektan harus sesuai karena akan
mempengaruhi desinfektan dalam membunuh bibit penyakit. (Darmawan, 2009)
Sanitasi menurut (Fadilah, 2004) ada 7 tahap yaitu :

1. Merapikan dan memisahkan peralatan sesuai dengan fungsinya, selanjutnya semua peralatan
dibersihkan dan dicuci dengan air. Setelah itu semua peralatan dibersihkan dengan disenfektan.
2. Membersihkan semua kotoran dan barang yang tidak dipakai. (b). Pupuk kandang harus langsung
dibersihkan dan diangkut keluar lokasi. (c). Menyapu lantai kandang sampai bersih. (d). Memasang
tirai atau layar penutup kandang. (e). Membersihkan rumput disekitar kandang.
3. Mencuci kandang dengan sprayer tekanan tinggi yang dimulai dari kandang bagian atas, dinding,
tirai, hingga lantai. Bisa juga mencuci dengan deterjen dengan perbandingan 1 kg deterjen dengan
1000 liter air.
4. Melakukan sterilisasi dengan menggunakan disenfektan yang berspektrum luas (broad Spektrum).
5. Menaburkan kapur tohor kebagian dalam kandang, lantai dan sekeliling luarnya dengan dosis 0.2-0.5
kg/m2 .
6. Membiarkan kandang selama 2-3 hari hingga bagian kandang kering.
7. Menabur sekam dengan ketebalan 10 cm. sebelum dpakai, sekam harus difumigasi menggunakan
formalin dan kalium permanganate, dengan dosis 2 : 1 ( 40 ml formalin : 20 gram kalium
permanganat).

Isolasi                                                                                        

Menurut (Darmawan, 2009), isolasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan
ayam dari serangan kuman pathogen penyebab penyakit dan menghindari penularan penyakit dari
ternak yang sakit ke ternak yang sehat untuk memudahkan dalam pengobatan. Ayam sakit harus
ditempatkan dalam kandang tersendiri atau kandang karantina yang jauh dari ayam sehat. Adapun
kegiatan isolasi yaitu :

1. Tidak memelihara ayam yang berbeda umur dalam satu kandang ternak.
2. Para pengunjung atau tamu tidak diperbolehkan masuk ke dalam kandang.
3. Gudang untuk litter dan peralatan lain ditempatkan sejauh mungkin dari kandang.
4. Menjaga jangan sampai burung dari luar, lalat, tikus dan binatang lainnya dapat masuk dan
menggangu ayam.
5. Jika ternak yang diisolasi sudah sehat dapat dicampur lagi ke dalam kandang ternak yang sehat.

Vaksinasi

Vaksinasi merupakan upaya memasukan bibit penyakit yang telah dilemahkan atau telah mati kedalam
tubuh unggas yang sehat untuk memperoleh kekebalan penyakit tertentu. Menurut Abidin (2002)
vaksinasi pasif adalah proses memasukan bibit penyakit yang sudah mati, sedangkan vaksinasi aktif
adalah proses memasukan bibit penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh ayam, baik melalui
injeksi, campuran air minum, maupun tetes mata. Vaksin digunakan dengan tujuan untuk mencegah
penyakit asal virus, misalnya ND dan Gumboro (Rasyaf, 2007).

Program vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali setiap periode pemeliharaan. Vaksinasi terdiri dari ND 1
dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, Gumboro dilaksanakan pada umur 13 hari
dengan metode air minum, dan ND 2 dilaksanakan pada umur 19 hari dengan metode air minum
(Sudaryani, 2003). Vaksinasi umumnya dilakukan untuk mencegah serangan penyakit yang disebabkan
virus.

Biosecurity

Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah
dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak atau penularan dengan peternakan tertular
dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010).

Biosekuriti mencakup tiga hal utama :yaitu (1) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, (2)
Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan (3) Membuat tingkat
kontaminasi Lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin. Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari
segi hirarki terdiri atas tiga komponen yaikni biosekuriti konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti
operasional.

Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program
pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas, control kepadatan
dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat
mencampur pakan.

Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen
untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara
berkala dengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal status kekebalan terhadap penyakit. Biosekuriti
operasional terdiri atas tiga hal pokok, yakni (a) pengaturan traffic control, (b) pengaturan dalam farm
dan, (c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol lisol
dan lainnya); formalin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi. (Dwicipto, 2010)

BAB III

PEMBAHASAN

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT

Manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit  merupakan salah satu kunci sukses usaha
peternakan ayam broiler secara komersil. pencegahan dan penanggulangan penyakit mutlak dilakukan,
apalagi iklim di Indonesia termasuk iklim tropis hingga faktor stress sebagai pemicu terjadinya penyakit
cukup tinggi, waktu setiap satu siklus pemeliharaan ayam broiler komersil sangat pendek, biasanya jika
ayam terinfeksi penyakit, sampai proses pemanenan, performa ayam menjadi jelek dan harga jual
menjadi murah.

Manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit erat hubungannya dengan program sanitasi,
vaksinasi dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika gejala ayam sakit mulai Nampak.
Manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit dikatakan berhasil, jika dalam satu siklus
pemeliharaan ayam broiler yang dipelihara terbebas dari gangguan penyakit yang merugikan.

Beberapa kerugian jika ayam broiler komersil terserang penyakit adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kematian yang relatif tinggi


2. Konversi pakan yang tinggi
3. Tingkat pertumbuhan menurun dan BB lebih rendah dari standar
4. Pertumbuhan ayam tidak merata, lemas dan mudah mati
5. Performa ayam jadi jelek dan karkas berwarna merah
6. Biaya produksi menjadi tinggi

Pada dasarnya, hanya ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mencegah wabah penyakit
yang menyerang ayam broiler. Langkah - langkah tersebut harus dilakukan secara bersama-sama, karena
setiap langkah hanya mampu berfungsi optimal jika ditunjang oleh langkah lainnya :

Sanitasi

Sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling sering
dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi atau penyemprotan kandang menggunakan desinfektan.
Dengan asumsi desinfektan tersebut akan membunuh bibit penyakit di kandang atau lingkungan
kandang. Sebenarnya tindakan sanitasi tidak hanya berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak
kegiatan lain yang merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja atau tamu masuk ke dalam kandang
mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki
(sandal atau sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki dalam desinfektan
(Antisep, Medisep). Untuk mengoptimalkan hasil desinfeksi, peternak harus melakukan pembersihan
(cleaning).

Karakteristik yang paling menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai tempat-tempat kotor.
Karenanya, jika peternak ingin memerangi bibit penyakit, dia harus menjaga kebersihan kandang dan
lingkungan sekitarnya dengan program sanitasi dan desinfeksi kandang secara rutin dan secara ketat
melaksanakan periode kosong atau mengistirahatkan kandang.

Terdapat 7 (tujuh) tahap yang dapat dilakukan dalam melaksanakan sanitasi:

1. Merapikan dan memisahkan peralatan sesuai dengan fungsinya, selanjutnya semua peralatan
dibersihkan dan dicuci dengan air. Setelah itu semua peralatan dibersihkan dengan disenfektan.
2. Membersihkan semua kotoran dan barang yang tidak dipakai. (b). Pupuk kandang harus langsung
dibersihkan dan diangkut keluar lokasi. (c). Menyapu lantai kandang sampai bersih. (d). Memasang
tirai atau layar penutup kandang. (e). Membersihkan rumput disekitar kandang.
3. Mencuci kandang dengan sprayer tekanan tinggi yang dimulai dari kandang bagian atas, dinding,
tirai, hingga lantai. Bisa juga mencuci dengan deterjen dengan perbandingan 1 kg deterjen dengan
1000 liter air.
4. Melakukan sterilisasi dengan menggunakan disenfektan yang berspektrum luas (broad Spektrum).
5. Menaburkan kapur tohor kebagian dalam kandang, lantai dan sekeliling luarnya dengan dosis 0.2-0.5
kg/m2 .
6. Membiarkan kandang selama 2-3 hari hingga bagian kandang kering.
7. Menabur sekam dengan ketebalan 10 cm. sebelum dpakai, sekam harus difumigasi menggunakan
formalin dan kalium permanganate, dengan dosis 2 : 1 ( 40 ml formalin : 20 gram kalium
permanganat).

Pakan, Air Minum dan Lingkungan


Pemberian pakan dan minum dalam takaran yang cukup kuantitas dan kualitasnya merupakan salah satu
langkah yang tepat untuk mempertahankan daya tahan tubuh ayam terhadap serangan penyakit. Selain
itu, ayam juga membutuhkan kondisi lingkungan yang nyaman sehingga bisa mencegah stress.

Isolasi

Isolasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan kuman
pathogen penyebab penyakit dan menghindari penularan penyakit dari ternak yang sakit ke ternak yang
sehat untuk memudahkan dalam pengobatan. Ayam sakit harus ditempatkan dalam kandang tersendiri
atau kandang karantina yang jauh dari ayam sehat. Adapun kegiatan isolasi yaitu :

1. Tidak memelihara ayam yang berbeda umur dalam satu kandang ternak.
2. Para pengunjung atau tamu tidak diperbolehkan masuk ke dalam kandang.
3. Gudang untuk litter dan peralatan lain ditempatkan sejauh mungkin dari kandang.
4. Menjaga jangan sampai burung dari luar, lalat, tikus dan binatang lainnya dapat masuk dan
menggangu ayam.
5. Jika ternak yang diisolasi sudah sehat dapat dicampur lagi ke dalam kandang ternak yang sehat.

Vaksinasi

Vaksinasi merupakan upaya memasukan bibit penyakit yang telah dilemahkan atau telah mati kedalam
tubuh unggas yang sehat untuk memperoleh kekebalan penyakit tertentu.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama
penyakit yang disebabkan virus, protozoa, dan bakteri perlu dilakukan vaksinasi, baik melalui injeksi,
campuran air minum, maupun tetes mata.

Jenis - Jenis Vaksin

Menurut (Jahja, 2000), vaksin ada dua macam yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif.

1. Virus hidup (vaksin aktif) adalah vaksin yang berisi virus hidup yang telah dilemahkan, akan tumbuh
dan berkembang biak didalam tubuh ternak. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya
masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh :
MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A.
2. Vaksin mati (Vaksin inaktif) adalah vaksin yang berisi virus atau bibit penyakit. Mikroorganisme dalam
vaksin mati apabila disimpan pada suhu yang panas atau terkena sinar matahari langsung vaksin akan
rusak atau tidak bagus, maka perlu diperhatikan saat pengangkutan atau waktu penyimpanan dalam
suhu rendah (2-8ºC) dan sampai saat vaksin digunakan. Ayam hanya dapat membentuk kekebalan
tubuh dengan dosis vaksin yang telah telah ditetapkan. Vaksin inaktif adalah vaksin yang
mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspense, contoh :
MEDIVAC ND-EDS EMULISION, MEDIVAC CORYZA B.

Jadwal Pelaksanaan Vaksinasi

Menurut (Sudaryani, 2003) jadwal pelaksanaan vaksinasi dapat dilakukan tergantung pada umur ayam.
Adapun waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Jadwal Penanganan Kesehatan Dengan Cara Pemberian Vaksinasi dan  Waktu Vaksinasi

No Umur ayam Jenis vaksin Cara pemberian

1 3-4 hari ND I Tetes/Spray

2 12-16 hari Gumboro Minum

3 18-20 hari ND II minum

Keterangan :

1. Pada umur empat hari, ayam divaksinasi ND dengan jenis vaksin aktif. Vaksinasi dilakukan dengan
cara tetes mata dan sebelum vaksinasi ayam tidak dipuasakan terlebih dahulu. Vaksinasi
dilaksanakan mulai pukul 7 pagi sampai pukul 13 siang. Vaksin yang digunakan sebanyak 6000 dosis
untuk 5500 ekor ayam (1,09 cc atau ekor). Vaksin yang digunakan disimpan dalam termos es supaya
vaksin selalu dalam keadaan dingin, dengan tujuan agar vaksin tidak cepat rusak. Cara kerja dalam
pemberian vaksin ini yaitu, pertama-tama giring seluruh ayam ke suatu sudut kandang, lalu beri
sekat. Kemudian teteskan vaksin pada ayam satu persatu. Simpan ayam yang sudah diberi vaksin di
bagian sekat yang kosong. Usahakan vaksin yang digunakan selalu dalam keadaan dingin sampai
vaksinasi selesai.
2. Pada umur 13 hari, ayam divaksinasi Gumboro dengan jenis vaksin aktif. Vaksinasi dilakukan dengan
cara oral (dicampurkan dengan air minum). Sebelum vaksinasi dilaksanakan, ayam dipuasakan
terlebih dahulu selama ± 2 jam. Vaksinasi dilaksanakan pada pukul 7 pagi. Vaksin yang digunakan
sebanyak 6000 dosis untuk 5500 ekor ayam. Vaksin tersebut kemudian dicampur dengan 200 liter
air, kemudian diisikan ke dalam galon tempat air minum masing-masing sebanyak 2 liter. Setelah
vaksin habis diminum oleh ayam, kemudian galon tersebut diisi dengan air putih biasa.
3. Pada umur 19 hari, ayam divaksinasi ND 2 dengan jenis vaksin aktif. Dosis dan cara pemberian vaksin
sama dengan saat vaksinasi Gumboro.

Persyaratan Vaksinasi

Menurut Sujoni (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemberian vaksin adalah :

1. Vaksin hanya dilaksanakan pada hewan yang sehat


2. Selalu cek tanggal kadaluarsa (Expire Date) pada vaksin
3. Gunakan selalu diluent (pelarut) yang tepat
4. Gunakan selalu dosis yang tepat
5. Syringe dan needle yang digunakan harus dalam keadaan yang steril.
6. Alat dan bahan harus seluruhnya dalam keadaan yang steril.
7. Bakar semua bekas box DOC.
8. Disenfeksi alat dan bahan bekas vaksin.
9. Alat yang terbuat dari plastik harus selalu didesinfeksi.
10. Lepaskan seluruh pakaian kandang dan cuci terpisah.
11. Catat setiap pelaksanaan vaksinasi terutama nomor batch vaksin.

Cara Melaksanakan Vaksinasi

Cara vaksinasi yang benar adalah saat vaksin yang akan digunakan telah dipastikan berkualitas dan
waktu pelaksanaan vaksinasi tepat dengan waktu serangan penyakit, maka penentuan terakhir dan
terpenting ialah vaksin dilakukan secara tepat. Sebelum melakukan vaksinasi sebaiknya ayam
dipuasakan (tidak diberi minum selama 2-3 jam). Keberhasilan suatu vaksinasi ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu faktor tata laksana, faktor vaksin, dan faktor individu. Faktor tata laksana   meliputi cara
vaksinasi, keterampilan vaksinator (orang yang memberikan vaksinasi), dan kondisi lingkungan. Faktor
vaksin meliputi kualitas vaksin, jenis vaksin, cara penyimpanan vaksin. Sedangkan faktor individu adalah
faktor kesehatan ayam, dimana dianjurkan vaksinasi dilakukan pada saat ayam memiliki kondisi yang
sehat, dimana dianjurkan vaksinasi dilakukan dengan 6 cara, yaitu vaksinasi melalui air minum; vaksinasi
intraocular (tetes mata) dan intranasal (tetes hidung); vaksinasi dengan injeksi instramuscular (tusuk
daging) dan subcutan (bawah kulit); vaksinasi melalui air minum; dan vaksinasi spray (semprot)
(Sudaryani, 2003).

Adapun cara melaksanakan vaksinasi ialah :

1. Tetes mata (Intraocular) ; melaksanakan vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam.
2. Tetes hidung ; melaksanakan vaksinasi dengan cara meneteskan vaksin ke dalam lubang hidung.
3. Tusuk daging (Intramuscular) ; vaksinasi dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin ke dalam
daging, biasanya bagian dada atau paha. Vaksin yang disuntikkan bias berupa vaksin live atau vaksin
killed.
4. Suntik bawah kulit (Subcutaneous) ; vaksinasi dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin
dibawah kulit, biasanya disekitar leher.
5. Melalui air minum (Drinking Water) ; Vaksinasi diberikan melalui air minum. Air minum yang
digunakan untuk melarutkan vaksin harus bersih dan bebas klorin. Peralatan yang dipakai harus
bebas dari disenfektan lebih dari dua hari. Vaksin bisa diperpanjang umurnya dengan cara
menambahkan 2-5 gram susu skim per liter air, tergantung dari kondisi air.
6. Penyemprotan (spray) ; cara ini sering digunakan untuk vaksinasi ayam yang baru berumur satu hari.
Sebelum ayam dimasukkan kedalam pemanas, alat semprot yang akan digunakan sudah terpasang
sehingga boks ayam bisa langsung dimasukkan kedalam kotak sprayer. Setelah semua komponen
siap, vaksinasi segera dilaksanakan dengan cara menyemprotkan vaksin sebanyak 1-2 kali. Aplikasi
vaksinasi untuk ayam besar dilakukan di lingkungan yang terkontrol atau tidak banyak angin.

Biosecurity

Biosecurity adalah suatu tindakan untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme dan
merupakan pintu pertahanan pertama dalam upaya pengendalian penyebaran suatu penyakit.

Biosekuriti mencakup tiga hal utama :yaitu (1) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, (2)
Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan (3) Membuat tingkat
kontaminasi Lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin. Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari
segi hirarki terdiri atas tiga komponen yaikni biosekuriti konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti
operasional.

Penerapan biosecurity sangat diperlukan mulai pada awal pemeliharaan unggas di kandang sampai pada
saat penjajaan di pasar. Beberapa hal yang harus dipedomani terhadap prinsip biosecurity yang tepat
adalah sebagai berikut :

1. Setiap kendaraan pengangkut unggas yang masuk dan keluar kandang atau tempat penampungan
unggas harus di desinfektan.
2. Setiap unggas yang datang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang
dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas.
3. Setiap unggas yang datang harus mendapat pemeriksaan antemortem oleh petugas dibawah
pengawasan dokter hewan yang berwenang.
4. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara
berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang.
5. Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum khusus
6. Membersihkan kandang atau penampungan unggas dari limbah padat unggas.
7. Melakukan pengosongan kandang atau penampungan unggas satu hari dalam dua minggu untuk
proses pembersihan dan desinfektan.
8. Mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya dalam kandang atau
penampungan unggas.

JENIS – JENIS PENYAKIT YANG SERING MENYERANG AYAM BROILER

Berikut ini beberapa penyakit yang sering menyerang ayam broiler :

Tetelo (Newcastle Disease/ND)

Pertama kali ditemukan oleh Kraneveld di Jakarta (1926). Setahun kemudian, virus tetelo ditemukan
juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal sebagai newcastle disease (NCD) dan
ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di India, penyakit ini dikenal dengan nama aanikhet. Penyakit ini
merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus
Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah dan biasanya dikualifikasikan menjadi:

1. Tipe Velogenik ; strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic
Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga
100%.
2. Tipe Mesogenic ; menyebakan kematian pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang
mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakan gejala seperti gangguan pernapasan
dan saraf.
3. Tipe Lentogenik ; merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat
menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek.

Gejala:
Ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat,
ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, Jengger dan kepala
kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, tinja encer kehijauan kadang berdarah. Setelah 1 sampai 2
hari muncul gejala (tortikolis) syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan kepala ayam berputar-putar
yang akhirnya mati.

Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat
divaksin ulang atau dengan melakukan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur
3-4 hari, umur 3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetap
bersih. Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin
Lasota dan kemudian setiap 3 bulan. Dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.

Pengendalian:

1. Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo,
ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
2. Pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang
mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)

Penyakit gumboro (Infectious Bursal Disease / IBD) ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah
Delmarva Amerika Serikat. Penyakit Gumboro merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Ayam yang terkena penyakit Gumboro akan
menunjukkan gejala seperti hilangnya nafsu makan,  gangguan saraf, merejan, suka bergerak tidak
teratur, diare, tubuh gemetar, peradangan disekitar dubur, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta
diakhiri dengan kematian ayam. Sering menyerang pada umur 36 minggu.

Dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. Penyakit Gumboro menyerang kekebalan
tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh
ayam. Pada kerusakan yang parah, antibodi ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system
kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam.

Penyakit Gumboro sendiri sebenarnya memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada
ayam, tetapi karena adanya infeksi sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan
cepat karena virus Avibirnavirus bersifat imunosupresif yang menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak
bekerja sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi sekunder oleh
bakteri.

Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)

Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Gejala
yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada
ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna
hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara
seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. Untuk ayam broiler atau
ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki posisi pertama  (yang sering menyerang ayam
pedaging).

Berak Kapur (Pullorum)

Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan
kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri
Salmonella pullorum (Anonimus, 2009).

Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum
dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan
perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam
keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang
kotor, serta cuaca yang jelek.

 Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin
atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk
disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik
(Anonimus, 2009). Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak
putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang
sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari.

Cara Penularan :

1. Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.


2. Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam
karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan
peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.

Gejala Klinis :

1. Nafsu makan menurun


2. Feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur
3. Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
4. Kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah kering
5. Jengger berwarna keabuan
6. Mata menutup dan nafsu makan turun
7. Badan anak ayam menjadi lemas
8. Sayap menggantung dan kusam
9. Lumpuh karena arthritis
10. Suka bergerombol

Pengobatan :

Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo
terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan
kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang
terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.

Berak Darah (Coccidiosis)

Gejala:

Kotoran berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.

Pengendalian:

1. Menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;


2. Pemberian Tetra Chloine Capsule melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air
minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit, oleh sebab itu dalam
pemeliharaannya diperlukan manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit yang baik oleh
peternak  sehingga usaha peternakan ayam broiler yang dilakukan dapat mencapai produksi yang
maksimal.
2. Manajemen pencegahan dan penanggulangan penyakit pada ayam broiler dapat dilakukan dengan
tindakan sanitasi, pemberian pakan dan air minum yang berkualitas, vaksinasi, isolasi serta
biosecurity.

DAFTAR PUSTAKA

Dwicipto. 2010. Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.


Bandung.

Fadilah, R. 2011. Mengatasi 71 Penyakit Pada Ayam. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Fadilah, R. 2004. Panduan Mengelola Beternak Ayam Broiler Komersial.   Agromedia Pustaka. Jakarta.

Jahja, Johari. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Armico. Bandung

Sudaryani, T. 2003. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sujoni. 2007. Pengetahuan Obat dan Vaksin. Pelaihari : SPP SNAKMA

Anda mungkin juga menyukai