Anda di halaman 1dari 13

2.

5 Sanitasi Kandang Kambing

2.5.1.Pengertian Sanitasi Kandang

Sanitas adalah pengupayaan dan pengondisian untuk mewujudkan lingkungan yang


sehat bagi manusia, hewan, dan produk hewan.Yang dimaksud dengan “higiene” adalah
kondisi lingkungan yang bersih yang dilakukan dengan cara mematikan atau mencegah
hidupnya jasad renik pathogen dan mengurangi jasad renik lainnya untuk menjaga kesehatan
manusia (Sumartini, Ni Nyoman, 2014).
Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit
tersebut.Yang dimaksud dengan “sanitasi” adalah tindakan yang dilakukan terhadap
lingkungan untuk mendukung upaya kesehatan manusia dan hewan (Notoadmodjo, Soekidjo.,
2010)
Sanitasi lingkungan meliputi seluruh kandang dan semua peralatannya.Pada kandang
yang sudah terserang wabah maka benda-benda yang ada didalam kandang seperti litter,
kotoran dan sisa-sisa makanan harus didesinfeksi sampai merata, kemudian dibakar atau
ditanam.Alat-alat peralatan kandang yang berada didalam kandang disemprot dengan
desinfektan kemudian dikeluarkan dan dijemur selama beberapa hari. Untuk melakukan
desinfeksi ini perlu mengenal maam-macam desinfektan, sifat dan cara penggunaan
(Nuriyasa, I.M. 2013).
Sanitasi harus disertai dengan pencegahan penyakit agar ternak betul-betul terjaga
kesehatannya.Tujuan dari usaha pencegahan penyakit adalah mengurangi terjangkitnya
penyakit seminimal mungkin, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat seminimal
mungkin.Pengolahan terhadap kandang, ternak kambing dan peralatannya sehari-hari harus
selalu menerapkan prinsip kesehatan.Sanitasi sering dianggap sebagai salah satu bagian
proses cleaning. Apabila proses cleaning tidak efektif untuk menghilangkan semua tumpukan
kotoran, sangatlah tidak mungkin larutan sanitasi yang digunakan dapat menjadi efektif.
Alasan utama penggunaan prosedur sanitasi yang efektif adalah untuk membunuh semua
organisme penyebab penyakityang mungkin ada pada peralatan atau perlengkapan setelah
dibersihkan, dan dengan demikian mencegah pemindahan organisme tersebut kedalam
makanan yang sedang diproses dan selanjutnya pada konsumen.Selain itu, prosedur sanitasi
dapat mencegah kerusakan makanan.Keberadaan mikroba dilingkungan yang berhubungan
dengan makanan harus dikendalikan dengan ketat (Siregar, A.P., dan Sabrani 2015).
Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi adalah untuk memperbaiki, mempertahankan
atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Dalam industri pangan, sanitasi
meliputi berbagai kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan
produk makanan; pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan
pekerja. Sedangkan dalam industri peternakan. Prinsip-prinsip sanitasi dilakukan pada
berbagai tahapan misalnya pada usaha pembibitan, usaha pembesaran ternak, pemerahan
susu, RPH/RPU, tempat pemrosesan daging sampai pada penanganan pasca panen,
pengolahan dan penyimpanan daging, susu, telur dan sebagainya (Wijayanti, R. P. 2011).

2.5.2.Prosedur Sanitasi
Dalam rangka untuk mempersiapkan kandang dan peralatan untuk kegiatan agribisnis
ternak ruminansia (pemerahan sapi, kerbau, ternak dan kambing). Maka kandang dan
peralatan tersebut sebelum dipergunakan perlu dilakukan sanitasi. Agar pelaksanaan kegiatan
sanitasi dapat berjalan dan berhasil optimal, maka perlu adanya prosedur yang benar. Yang
dimaksud prosedur disini adalah suatu pedoman atau panduan dalam melakukan tahapan-
tahapan kegiatan sanitasi kandang dan peralatan, sehingga akan diperoleh suatu hasil yang
optimal.

1.Penentuan Sasaran
Yang dimaksut penentuan sasaran disini adalah penentuan tempat atau benda yang
akan disanitasi. Tentukan dahulu sasaran yang akan disanitasi. Kalau yang akan disanitasi
adalah kandang, peralatan dan sarana pendukung kandang, maka yang perlu dipertimbangkan
adalah berapa luas kandangnya, berapa jumlah peralatan kandang, berapa jumlah sarana
pendukung kandangnya dan berapa luas area lingkungan kandangnya dan lain sebagainya.

2.Pemilihan Bahan Sanitasi


Dalam pemilihan bahan untuk sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan peternakan
yang perlu dipertimbangkan adalah :
a.Efektif
Karena tujuan dari sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan peternakan adalah
untuk mencegah terjadinya serangan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, jamur/parasit. Maka dalam memilih bahan untuk sanitasi pilihlah bahan sanitasi
yang mempunyai sifat efektif dalam membasmi virus, bakteri, protozoa dan jamur/ parasit.

b.Harga Murah
Pilihlah bahan untuk sanitasi kandang dan perlengkapan yang mempunyai harga
murah, akan tetapi mempunyai daya kasiat yang tinggi dalam memberantas, atau membunuh
mikroorganisma pembawa penyakit. Karena kalau bahan untuk sanitasi tersebut harganya
mahal, maka akan memperbesar anggaran biaya yang harus dikeluarkan

c.Mudah Didapat
Disamping harganya murah, pilihlah bahan sanitasi yang mudah didapat. Jangan
memilih bahan sanitasi yang tidak tersedia dilokasi usaha.

d.Tidak Mempunyai Efek yang Buruk


Selain efektif, harga murah dan mudah didapat, bahan sanitasi harus tidak mempunyai
efek yang buruk.Yang dimaksud tidak mempunyai efek yang buruk adalah tidak
menyebabkan atau menimbulkan bahaya bagi ternak, peternak dan lingkungan. Berbicara
lingkungan disini adalah; baik itu lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik.

3.Penyiapan Alat Untuk Sanitasi


Agar kegiatan sanitasi kandang dan peralatan peternakan dapat berjalan lancar sesuai
dengan harapan maka, alat-alat yang akan dipergunakan untuk kegiatan sanitasi perlu
dipersiapan. Adapun peralatan tersebut diantaranya : cangkul, garpu, sekop , sabit, sapu lidi,
kereta dorong, ember, hand spayer dan lain sebagainya. Peralatan –peralatan tersebut dipilih
yang mana yang harus dipakai.

4.Pelaksanaan Sanitasi
Adapun tahapan-tahapan kegiatan sanitasi adalah sebagai berikut:
 Pembersihan Kandang
Kegiatan sanitasi kandang ternak ruminansia perah di awalai dari kegiatan
pembersihan kandang dari kotoran ternak. Pembersihan kandang ternak ruminansia dan
perlengkapannya sangat penting terutama pada kandang ternak ruminansia yang habis
dipergunakan. Pembersihan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua kotoran kebagian
sisi kandang, kemudian mengangkut kotoran tersebut dengan menggunakan ketera dorong
atau dengan menggunakan perlatan lainnya yang fungsinya sama, dari dalam kandang ke
tempat penampungan kotoran atau ke tempat rumah kompos. Di dalam rumah kompos
kotoran ternak ruminansia tersebut diolah menjadi kompos. 
Pembersihan kandang ini, tidak terbatas hanya pada bagian di dalam kandang saja. Namun
bagian luar kandangpun juga dibersihkan dari semua kotoran, limbah dan semak-semak
belukar, kemudian menyapu dan mengumpulkannya di tempat yang aman, sehingga tidak
mengganggu atau menimbulkan penyakit pada ternak, yang sedang dipelihara.

 Pencucian Kandang dengan Air


Setelah semua kotoran di dalam kandang diangkut , dan dalam keadaan bersih barulah
dilakuan pencucian kandang dengan menggunkan air. Untuk mempermudah pada saat
mencuci kandang ternak ruminansia gunakanlah slang air. Agar slang air dapat megalir
kencang atau mempunyai tekanan yang tinggi maka posisi tempat penampungan air harus
lebih tinggi. 

 Penyemprotan Kandang dengan Desinfektan


Pencucian kandang ternak ruminansia dengan desifektan, dilakukan setelah kandang
tersebut bersih dari kotoran baik yang ada di lantai atau dibagian permukaan lainnya. Untuk
desinfektan gunakanlah salah satu bahan desinfektan misalnya : sabun deterjen, karbol, lisol
dan lain-lain dengan cara menyemprotnya.

5.Pengapuran
Kalau masih dimungkin kandang ternak ruminansia perlu juga dilakukan pengapuran.
Kapur seperti apa yang pernah di singgung dibagian atas bahwa kapur banyak di pakai untuk
lantai kandang atau halaman kandang

2.5.3.Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 


Apabila menggunakan obat atau disinfektan gunakan secukupnya saja jangan
berlebihan. Apabila berlebihan disamping pemborosan, juga dapat membunuh semua
mikrorganisme atau serangga atau binatang lainnya yang berada di kandang dan disekitar
kandang. Apabila mikroorganisme dan serangga banyak yang mati maka ekosistem yang ada
di lingkungan kandang terganggu. Dengan terganggunya ekosistem yang ada dikandang dan
sekitranya berarti kegiatan peternakan tersebut bisa dikatakan tidak ramah lingkungan. 
Kegiatan sanitasi kandang selain bertujuan untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang
dapat merugikan peternak, perlu juga memperhatikan dampak negatif penggunaan obat atau
disinfektan tersebut bagi ternak yang lain, tanaman dan manusia ( pekerja kandang ). Untuk
mengurangi dampak negatif penggunaan obat atau disinfektan bagi pekerja kandang, maka
pada saat melakukan penyemprotan kandang, sebaiknya pekerja kandang harus mematuhi
prosedur keamanan dan keselamatan kerja . Misalnya pada saat melakukan penyemprotan
kandang sebaiknya pekerja kandang mematuhi prosedur keamanan dan keselamatan kerja
seperti:
-Menggunakan penutup kepala, masker dan sarung tangan
-Tidak boleh merokok pada saat menyemprot
-dan harus cuci tangan sebelum makan dan minum
-Harus memakai sepatu bot pada saat bekerja di dalam kandang dan lain-lain.
2.6 Penyakit pada Kambing

Pengetahuan tentang penyakit pada ternak kambing memang perlu dikuasai oleh
peternak. Banyak jenis penyakit yang sering menyerang kambing. Meskipun kambing
budidaya jarang sakit, bukan berarti kambing budidaya tidak bisa sakit. Dengan dasar 
pengetahuan yang dimiliki, peternak akan mampu mengatasi penyakit yang mucul (Yudi
Effriansyah, 2012).

Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak
kambing. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam usaha ternak
kambing adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan
(nematodiasis). Sementara itu, untuk penyakit bakterial terutama anthrax, pink eye, dan
pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, dan penyakit lainnya (penyakit non
infeksius) yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare pada anak ternak, timpani (kembung
rumen) dan keracunan sianida dari tanaman (Gregory, 1983).
Masalah kesehatan ternak pada ternak kambing juga dapat disebabkan oleh tidak
cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Ternak kambing tidak akan tumbuh maksimal
bila pakan kurang baik atau kurang menerima nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral dan air yang tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan
penyakit seperti grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle dissease. Selain itu pakan
yang kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan reproduksi
dan penurunan produksi pada ternak kambing (Agung Purnomoadi, 2003). Beberapa faktor
yang menyebabkan ternak sakit antara lain faktor mekanis, termis, kekurangan nutrisi,
pengaruh zat kimia, dan faktor lingkungan (Subronto, 2003).
Menurut Jakes (2011), menyatakan bahwa secara umum penyakit kambing  dibagi ke
dalam 4 (empat) kelompok besar berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1.Penyakit bakterial (disebabkan oleh bakteri)
2.Penyakit viral (disebabkan oleh virus)
3.Penyakit parasitik (disebabkan oleh parasit)
4.Penyakit metabolisme (disebabkan oleh gangguan metabolisme)
Adapun beberapa penyakit yang menyerang kambing antara lain:
Kembung atau juga disebut bloat

Adalah kondisi perut kambing berisi banyak gas yang diakibatkan proses fermentasi
yang berjalan cepat dan tidak dapat mengeluarkannya dalam bentuk kentut. Tingginya
akumulasi gas dalam perut menekan organ dalam tubuh yang lain dan menimbulkan
kesakitan. Sehingga kambing pun melakukan pernapasan dengan mulut terbuka akibat
frekuensi pernapasan yang tinggi.

Tanda klinis yang jelas terlihat adalah perut kambing yang membesar atau
membengkak akibat penumpukan gas dalam rumen. Rasa sakit yang ditimbulkan akan
membuat kambing mendengus dan umumnya akan menendang–nendang ke sisi kiri.
Punggung kambing juga membungkuk, serta saat berbaring kambing akan sulit untuk bangun
kembali.

Jika tidak segera diatasi lama kelamaan bisa semakin parah dan kambing pun bisa
mati. Biasanya disebabkan terlalu banyak mengkonsumsi legume, hijauan terlalu muda atau
mengkonsumsi rumput basah saat dilepas dari kandang. Maka penting bagi peternak untuk
berhati–hati dalam memberikan makanan hijauan, hendaknya dilayukan terlebih dulu. Juga
jangan melepas kambing saat pagi hari, dimana rumput masih basah karena embun.

Jika kambing mengalami kembung bisa dibelikan obat masuk angin di apotik, ada
juga yang meminumkan minyak nabati, ada yang mencekoki kambing dengan soda dan ada
juga yang menusuk anus kambing dengan tangkai daun pepaya yang sudah di olesi minyak,
kemudian menekan dan memijat agar gas keluar dari perut. Banyak cara bisa di coba, yang
terpenting agar si kambing bisa mengeluarkan gas berlebih dalam perutnya baik melaui
kentut maupun sendawa.

Cacingan

Ada banyak jenis cacing yang bisa menyerang kambing, diantaranya adalah:
haemonchus cocortus, Trichuris sp dan Oestophagostomum sp yang kemungkinan besar
terdapat pada pakan. Cacing–cacing tersebut akan hidup sebagai parasit di saluran
pencernaan, melekat di selaput usus dan menghisap sari makanan, cairan tubuh, darah serta
mengeluarkan racun.
Kondisi ini menyebabkan kambing menjadi lemah, lesu dan tidak bisa gemuk
walaupun diberi makan banyak. Dalam beberapa kasus, kambing muda usia 3–4 bulan yang
terkena cacingan bisa kurus dan mati. Tanda klinis dari kambing yang cacingan: nafsu makan
berkurang, lemah, lesu, kurus, perut buncit, bulu terasa kasar, kusam dan rontok.

Kambing pun mengalami diare atau mencret. Maka penting untuk menjaga kebersihan
kandang dan memberikan obat cacing secara teratur, boleh 3 bulan sekali, 6 bulan sekali atau
paling lambat setahun sekali. Obat cacing yang biasa digunakan antara lain cetarin concurat,
pheno plus dan wormex powder. Bisa juga diberi ramuan jamu dari: 2 buah pinang tua, 2
sendok makan gula jawa, 5 lembar daun tembakau dan 1 sendok makan serbuk getah pepaya
muda. Semua bahan dicampur rata dan dihaluskan dan diberikan setiap 5 hari sekali.

Scabies

Bahasa awamnya kudis dan kurap. Penyebabnya adalah ektoparasit atau tungau
Sarcoptes scabei, Psoroptes communis varovis dan Chorioptes ovis. Biasanya penyakit ini
akan menyerang area disekitar telinga dulu, kemudian baru menyebar. Tanda klinis terkena
scabies biasanya timbul bercak–bercak merah yang membentuk bisul pada kulit kambing,
kemudian kulit yang berbercak akan mulai menebal, mengeras dan bersisik serta gatal.

Karena rasa gatal, si kambing akan menggosok–gosokan badannya kedinding


kandang yang akan menyebabkan bulunya rontok. Lama kelamaan tubuh si kambing pun
akan mulai terlihat kurus karena nafsu makan yang berkurang serta kekurangan darah,
sehingga produksi susunya pun akan ikut menurun.

Tungau yang menyebabkan scabies mudah menyebar ke ternak yang lain, maka perlu
adanya pengkarantinaan bagi kambing yang terjangkit. Lakukan penyemprotan pada kandang
yang tercemar dengan menggunakan desinfektan. Untuk pengobatannya berikan obat anti
parasit seperti Ivomec. Tapi yang terlebih dulu mencuci kambing dengan disikat
menggunakan sabun antiseptik atau deterjen, kemudian potong pendek bulu tebal diarea yang
terluka.

Ada juga yang meracik sendiri ramuan tradisional yang terdiri dari Oli bekas, minyak
goreng bisa juga minyak kelapa, minyak tanah, garam, kapur barus, kapur ajaib, bawang
merah, bawang putih, kunyit dan serbuk belerang di campur rata kemudian di olesi ke bagian
yang terluka 2 – 3 hari sekali.

Orf

disebut juga dakangan atau Ecthyma Contagiosa, disebabkan oleh virus Parapoxvyrus
yang bersifat zoonosis dan dapat menular ke manusia. Biasanya kambing terkena orf saat
memakan rumput yang berbulu dan debu dari konsentrat. Gejala klinisnya adalah: luka
disekitar mulut yang berupa keropeng hitam dan terdapat juga benjolan. Lama–lama bisa
menyebar ke sela–sela kuku, akibatnya kambing menjadi kurus karena tidak selera makan.

Biasanya orf atau keropeng mulut ini bisa sembuh setelah 1 bulan, tapi dalam kasus
tertentu juga bisa menimbulkan kematian jika terjadi infeksi sekunder. Pengobatannya adalah
menggunakan Preparat Iodium dan suntikan antibiotik. Ada juga yang menggunakan pasta
yang terbuat dari bahan tradisional seperti biji pinang, kapur sirih dan kunyit yang sudah
dibersihkan terlebih dulu kemudian dihaluskan. Pemberian pasta tradisional tinggal dioleskan
saja tanpa harus mengelupaskan keropeng pada mulut. Bisa juga diberi vaksinasi untuk
pencegahan dan pengkarantinaan agar tidak terjadi penyebaran.

Pink eye

Disebut juga mata belekan, biasanya disebabkan iritasi akibat tertusuk benda seperti:
duri, kayu, ujung rambut bahkan debu dari konsentrat. Tapi terkadang bisa juga disebabkan
oleh bakteri, virus atau parasit. Gejala klinis yang terlihat biasanya mata kambing sering
berkedip, mengeluarkan air dan mata berwarna kemerah–kemerahan. Selanjutnya mata akan
keruh dan timbul borok hingga mengalami pembengkakan.

Jika tidak ditangani secara langsung dan berkala bisa bertambah parah bahkan
mengakibatan kebutaan permanen. Cara mengobatinya: pertama cuci matanya menggunakan
air hangat, kemudian oleskan salep mata khusus kambing yang mengandung antibiotik,
sehingga cepat meredakan infeksinya. Atau bisa juga semprotkan campuran teh basi, daun
sirih dan garam setiap hari sampai sembuh.

Antraks
Penyebab penyakit antraks adalah virus Bacillus Anthracis yang penularannya melalui
kontak langsung, makanan, minuman dan pernafasan. Gejala klinisnya adalah: demam yang
tinggi hingga tubuh gemetar, badan lemas, gangguan pernafasan, pembengkakakan kelenjar
dada, bada penuh bisul, gangguan pencernaan, mengeluarkan darah dari telinga, mulut, dan
anus. Belum ada obatnya, jadi pengendalian penyakit adalah dengan membakar ternak yang
mati terserang Antraks.

Penyakit kuku dan mulut (PMK)

Biasanya disebabkan oleh Apthae Epizootica (AE) yang terdapat di air kencing, susu
dan air liur. Gejala klinisnya: nafsu makan berkurang, demam, keluar air liur yang
berlebihan, rongga mulut, lidah dan kaki melepuh serta terdapat benjolan berisi cairan
bening. Kambing yang terjangkit dipisahkan dan diobati, jaga kebersihan kandang dan
berikan vaksinasi.

Enterotoxemia

Disebabkan karena makan biji-bijian yang berlebihan hingga bakteri Clostridium


Perfringens pada rumen menjadi lebih produktif dikarenakan tingkat keasamannya, sehingga
menghasilkan racun yang malahan merugikan si kambing. Gejala klinisnya: kambing
berkedut, demam hingga giginya bergemeretak dan perut bengkak. Penyakit ini bisa dicegah
dengan vaksinasi tahunan terutama kambing yang menyusui dan jangan terlalu banyak
pemberian biji-bijian dalam pakannya.

Miasis

adalah sejenis Korengan atau Belatungan, orang sering mengenalnya juga dengan
sebutan Seten. Penyakit ini sering menyerang pada bagian paha kambing betina yang setelah
melahirkan sisa darahnya tidak dibersihkan. Bisa juga terjadi pada anak kambing yang baru
lahir karena tidak diberikan antiseptik atau anti lalat pada pusarnya.

Tapi dalam beberapa kasus juga dapat disebabkan oleh luka karena kandang yang
tidak nyaman. Cara pengobatan: bersihkan koreng dengan air, siram dengan minyak kayu
putih lalu beri tembakau yang sudah dibasahi dan tutup dengan perban. Gantilah setiap hari
sampai keluar belatungnya.

Diare

Biasanya terjadi karena adanya gangguan pada saluran pencernaan yang bisa
disebabkan oleh bakteri, makanan yang rusak, serta lingkungan atau udara dingin. Gejala
klinisnya: kambing tampak lesu, lemah dan juga pucat. Kotoran kambing berwarna hijau
muda, hijau mengkilap, hijau kekuningan, hijau kemerahan atau hijau kehitaman.

Jika disebabkan makanan, maka hindari pemberian daun kacang-kacangan dan daun
muda. Jika karena penyakit bisa diberi jamu dari campuran daun jambu biji, garam dapur dan
1 gelas air kelapa, lalu berikan 1/3 gelas selama 3 hari berturut-turut.

Keracunan

Biasanya terjadi ketika kambing mengonsumsi pakan hijauan yang mengandung


racun atau keracunan insektisida. Tanda- tanda keracunan: kejang-kejang, mulut berbusa,
selaput lendir mata berwarna kebiru-biruan, dan kotoran bercampur darah. Pada beberapa
kasus kondisinya bisa parah dan menyebabkan kematian yang mendadak.

Penanganan keracunan: berikan tablet norit atau air kelapa muda. Ada juga yang
memberi larutan campuran minyak kelapa, air kelapa muda, garam dan asam jawa. Jika
keracunan insektisida, minumkan 1 gelas santan hangat.

Mastitis

Sering dijumpai pada kambing perah karena penyakit ini memang menyerang bagian
puting kambing. Sering kali pemicunya adalah bakteri Staphylococcus Aureus atau bisa juga
diakibatkan proses pemerahan yang kurang sempurna, sehingga susu belum habis diperah
sepenuhnya. Mastitis berakibat pada penurunan jumlah produksi susu dan kualitas dari susu
itu sendiri. Cara pengobatan: memberi antibiotik intra-mammary dan memperbaiki proses
dari pemerahan susu.

Kuku Busuk
Penyebabnya adalah kandang yang basah dan kotor, sehingga kambing sering
menginjak air yang akhirnya terjadi pembusukkan. Tanda-tandanya: celah kuku bengkak dan
megeluarkan cairan putih keruh. Kulit kuku mengelupas, timbul benjolan yang menyakitkan
hingga si kambing berjalan pincang dan bisa berakhir dengan kelumpuhan.

Cara mengobatinya: bersihkan dan potong kukunya, siramkan alkohol lalu perban
kaki kambing dan hindarkan dari tempat kotor yang tergenang air.

Pneumonia

Umumnya disebabkan karena keadaan udara yang lembap, dingin dan kotor serta
kambing yang tidak terpelihara dengan baik. Gejalanya: kambing sulit bernafas, nafsu makan
hilang, sering batuk dan juga demam. Jagalah kandang agar tidak lembap, selalu bersih, tidak
tergenang air, menutup kandang jika angin kencang dan lakukan karantina pada kambing
sakit. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan preparat antibiotik.

Konstipasi/sembelit

Biasanya hanya dialami oleh anak kambing yang baru lahir, karena kotoran
pertamanya berwarna hitam kental dan keras sehingga sulit keluar. Anak kambing yang
terkena konstipasi selain susah buang kotoran, dia juga akan berguling-guling dan sering
mengembik. Maka untuk melancarkan buang air besarnya bisa diberi 1 sendok makan
minyak sayur.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Penyakit Umum Yang Menyerang Pada Kambing.


http://klinikhewan09.wordpress.com  ( diakses pada tanggal 16 april
Bina Kesehatan Hewan. 1993. Manajemen Penyakit Hewan, Seri: Pedoman Pengendalian
Penyakit Hewan Menular. Jilid 3-4-5. Direktorat Jendral Peternakan, Departemen
Pertanian.Jakarta.

Ressang. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor.

Subronto., (2003) Penyakit Mastitis pada Kambing. UGM press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai