Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN BIOSECURITY

PADA PETERNAKAN SAPI

DISUSUN OLEH :
NAMA : TASYA AMIRAH
NIM : 05041281924029

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biosecurity merupakan suatu usaha pencegahan penularan penyakit pada
suatu daerah dengan cara menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme.
Tujuan Biosecurity adalah untuk mengeluarkan penyakit yang potensial dari suatu
kawasan sehingga membantu memelihara kesehatan, kesejahteraan, dan produksi
ternak. Program Biosecurity dalam tata laksana peternakan merupakan suatu hal
yang harus dijalankan. Program ini merupakan salah satu cara untuk mencegah
dan mengendalikan penyakit pada Ternak karena tidak satupun program
pencegahan penyakit yang dapat bekerja dengan baik tanpa penerapan program
biosekurity. Pelaksanaan Biosecurity meliputi kegiatan sanitasi kandang,
desinfeksi, vaksinasi, pengelolaan waste product, dan isolasi hewan yang sakit
(Jeffrey, 2006).
Menurut Winkel (1997) Biosecurity merupakan suatu sistem untuk
mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk
mengoptimalkan produksi ternak secara keseluruhan, dan merupakan bagian
untuk mensejahterakan hewan (Animal welfare).
Eratnya hubungan antara penyakit dengan lingkungan, menyebabkan
pelaksaan Biosecurity sangat dibutuhkan dalam tata laksana peternakan.
Pelaksaan program biosekuriti memiliki tiga komponen dasar yang harus
diperhatikan yaitu mencegah masuknya agen penyakit, mencegah penyebaran
agen infeksi, dan menjaga kesehatan ternak (vaksinasi dan manajemen kandang).
Penerapan biosecurity diharapkan dapat menciptakan kondisi yang layak
bagi kehidupan ternak, menghambat dan mengendalikan penyakit, serta
menghasilkan output yang unggul dari segi produktivitas dan performance (Hadi,
2015).
Berdasarkan dari uraian diatas maka dilakukanlah praktikum biosecurity
pada kandang peternakan Universitas Sriwijaya untuk mengetahui bagaimana
penerapan biosecurity pada peternakan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana penerapan
manajemen biosecurity di kandang peternakan Universitas Sriwijaya.
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan manajemen biosecurity di kandang peternakan Universitas Sriwijaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak Sapi
Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang
dipelihara sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan
manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di
dunia, 95% kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitar 85% kebutuhan
kulit untuk sepatu.
Sapi merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan kebudayaan
masyarakat, misalnya sapu untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di
madura dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat.
Memelihara sapi sangat menguntungkan karena tidak hanya menghasilkan
daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebaga potensi
tenaga kerja (Pane, 1993). Usaha ternak merupakan suatu proses
mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan
modal untuk menghasilkan produk peternakan.
Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu : bibit,
pakan dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup perkawinan,
pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga
mencakup penanganan hasil ternak pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja
(Abidin, 2002). Phindini dkk, (2005) menyatakan peranan ternak sapi dalam
pembangunan peternakan cukup besar terutama dalam pengembangan misi
peternakan.
2.2 Peternakan Sapi
Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam
pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik,
dimana pasar domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat. Semakin meningkatnya pendapatan penduduk
maka permintaan produk-produk peternakan akan mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan meningkatnya pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber
karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya
akan protein akan meningkat. Subsektor peternakan memiliki peranan penting
dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan
ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut
menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008).
Manajemen peternakan merupakan suatu seni mengelola peternakan yang
berfungsi membantu tercapainya tujuan memperoleh keuntungan dengan cara
mengatur semua aktivitas dalam peternakan agar sejalan dengan tujuan tersebut.
Manajemen itu sendiri terdiri dari beberapa unsur yaitu: a). perencanaan, b).
pengorganisasian, c). pengarahan, d). pengoordinasian, dan e). pengendalian.
Tujuannya adalah agar dapat mengendalikan peternakan, mendeteksi penyakit
sedini mungkin, dan mencegah pemborosan serta berperan dalam menentukan
kebijakan usaha yang tepat (Rasyaf, 1999).
2.3 Biosecurity
` Biosecurity merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis
maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi ternak
secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan
(Winkel, 1997).
Dalam tatalaksana usaha peternakan sapi program biosecurity merupakan
suatu hal penting yang harus dijalankan. Program bisecurity sebenarnya relatif
tidak mahal tetapi merupakan cara termurah dan efektif dalam mencegah dan
mengendalikan penyakit pada unggas. Bahkan tidak satupun program pencegahan
penyakit dapat bekerja denagan baik tanpa disertai program biosekuriti (Hadi,
2001).
Evaluasi terhadap biosecurity pada peternakan yang sedang berjalan
merupakan hal yang penting dalam mengembangkan program yang efektif untuk
mencegah penyakit masuk ke dalam kompleks peternakan atau membatasi
penyebarannya diantara beberapa kandang. Kebersihan program biosecurity
menyangkut pemahaman mengenai prinsip-prinsip epidemologi dan ekonomi
serta memerlukan kerja kelompok (team work) untuk memberikan keuntungan
yang maksimal. Program biosecurity memerlukan pendekatan yang berstruktur
menyangkut langkah-langkah sebagai perencanaan, penentuan lokasi sumber
daya, implementasi (pelaksanaan), pengendalian (pengawasan). Keempat langkah
tersebut hendaknya menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi suatu program
biosecurity yang bersifat luas (komprehensif) pada perusahaan pembibitan atau
kompleks peternakan komersial (Simon, 1998).
Biosecurity konseptual adalah tingkat pertama, merupakan basis dasar dari
seluruh program pencegahan penyakit. Biosecurity konseptual meliputi pemilihan
lokasi usaha peternakan disuatu daerah spesifik untuk memisahkan jenis atau
umur ternak, mengurangi kepadatan ternak, dan menghindari kontak dengan
ternak atau hewan yang hidup bebas(Simon,1998).
Biosecurity struktural adalah biosecurity tingkat kedua meliputi hal-hal
yang berhubungan dengan tata letak peternakan, pemasangan pagar, pembuatan
saluran pembuangan, jalan jalan yang dapat dilalui untuk segala cuaca (Simon
1998).
Biosecurity operasional adalah tingkat ketiga, terdiri atas prosedur
manajemen dan rutin yang dimaksudkan untuk mencegah kejadian dan
penyebaran infeksi didalam kompleks atau perusahaan peternakan. Simon (1998),
menambahkan ada tiga konsep pendukung biosecurity yang lainnya yaitu isolasi,
pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihandan desinfeksi).
1. Isolasi
Merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan
unggas dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini
bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk kedalam suatu farm
dan menyebar keluar dari farm. Manajemen peternakan sangat
berperan penting dalam penerapan isolasi ini, contohnya dalam
penetapan area bersih (wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan
cemaran atau penularan penyakit) dan kotor (wilayah yang
kemungkinan banyak cemaran bibit). (Simon, 1998)
2. Pengaturan lalu lintas
Pengaturan lalu lintas orang, peralatan, barang, atau kendaraan tamu
bertujuan agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam
peternakan. Pengaturan lalu lintas ini harus dapat mengatur kapan
bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan peternakan) masuk
kedalam farm. Selain itu juga harus dapat mengatur bagaimana
penanganan ternak. Pembatasan jumlah orang dan kendaraan yang
masuk ke dalam lingkungan kandang juga masuk dalam konsep ke dua
ini (Simon,1998). Menurut Ritongga (2008) penanganan lalu lintas
perlu dilakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap peralatan
dan kendaraan yang akan masuk kedalam kandang, dan dihindari
terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar farm. Orang yang tidak
berkepentingan didalam kandang dilarang masuk ke kandang. Sopir
atau petugas lainnya sebaiknya ganti pakaian khusus dan dilakukan
penyemprotan sebelum masuk ke area kandang.
3. Sanitasi (Pembersihan dan Desinfeksi)
Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari
infeksi penyakit adalah sanitasi. Sanitasi merupakan tindakan untuk
membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling sering
dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi atau penyemprotan
kandang menggunakan desinfektan. Tindakan sanitasi tidak hanya
berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak kegiatan lain yang
merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja atau tamu masuk ke dalam
kandang mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan baju
khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki (sandal/sepatu boots)
khusus untuk masuk ke dalam kandang, mencelupkan alas kaki dalam
desinfektan (Antisep, Medisep). Desinfeksi dilakukan secara
menyeluruh terhadap orang, peralatan, sumber air, dan material lain
yang akan memasuki kandang. Desinfeksi tempat pakan, tempat
minum, dan kotoran dilakukan setiap hari (Simon, 1998).
4. Vaksinasi
Aspek lain dari biosecurity adalah mencegah penyakit melalui
vaksinasi. Antibiotik digunakan untuk memberantas infeksi bakteri.
Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka
vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok menjadi pilihan utama
untuk melindungi ternak. Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu
virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi
immnunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang, oleh karena itu
virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekalidan
menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai
kombinasi faktor faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai
dengan yang diharapkan. Tidak semua vaksin efektifitasnya sama,
beberapa vaksin memberikan kekebalan yang baik tetapi menimbulkan
reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri.
Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat
perlindungannya sangat rendah. Tetapi, kehebatan reaksi biasanya
tidak berhubungan dengan tingkat kekebalan. Virus yang ideal untuk
vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai
kekebalan yang tinggi. Beberapa vaksin untuk infeksi bakteri biasanya
kurang efektif (Ritongga, 2008).
5. Desinfektan
Menurut Murtidjo (1995), menyatakan bahwa dsinfektan merupakan
bahan kimia yang dapat memusnahkan mikroorganisme atau virus
yang dalam keadaan aktif, kecuali spora. Desinfektan merupakan
bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan
guna membasmi mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak
aktif, sehingga hanya mematikan untuk vegetatif dari mikroorganisme,
tetapi tidak efektif terhadap spora. Preparat ini tersedia secara
komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi,
toksisitas, biaya dan pengunaan tertentu. Desinfektan dapat mencegah
infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang
patogen. Desinfektan digunkan untuk benda tidak hidup, misal : ruang
operasi, kandang, alat-alat operasi dan sebagainya.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum ini adalah pada hari Rabu
tanggal 18 November 2021 pukul 12:30 WIB sd selesai di kandang peternakan
Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan
kamera.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja atau prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil data evaluasi penerapan biosecurity pada peternakan
3. Meawancarai pemilik atau pekerja kandang
4. Mencatat hasil pengamatan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Jeffrey (2006), biosecurity merupakan suatu usaha pencegahan
hean mikroorganisme. Tujuan biosecurity adalah untuk mengeluarkan penyakit
yang potensial dari suatu kawasan sehingga membantu memelihara kesehatan,
kesejahteraan, dan produksi ternak.
1. Kontrol lalu lintas
Berdasarkan hasil pengamatan kontrol lalu lintas pada kandang
percobaan Universitas Sriwijaya masih kurang baik, kontrol yang
dimaksud baik untuk orang atau pengunjung, kendaraan, pakan dan
peralatan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kandang yang masih
memungkinkan hewan liar dan orang asing masuk.
2. Vaksinasi
Berdasarkan dari hasil pengamatan pencatatan riwayat vaksinasi di
kandang percobaan Universitas Sriwijaya sudah terlaksana dengan
baik. Juga pemberian obat cacing pada sapi juga sudah terlaksana
dengan baik.
3. Pembersihan kandang
Berdasarkan hasil pengamatan area kandang terutama lantai kandang
masih terlihat kotor dengan feses sapi. Ini artinya manajemen
pembersihan kandang belum diterapkan dengan baik.
4. Kontrol terhadap pakan
Berdasarkan hasil pengamatan kontrol pakan pada peternakan di
Universitas Sriwijaya penerapannya sudah cukup baik. Pakan selalu
tersedia dengan baik dan kandang universitas sriwijaya ini sudah
mempunyai alat dan mesin pakan yang memadai.
5. Tata letak kandang
Berdasarkan hasil pengamatan tata letak perkandangan pada Kandang
percobaan Universitas Sriwijaya sudah cukup baik karena tata letaknya
berada diseberang matahari terbit (barat).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam praktikum ini maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan biosecurity pada kandang peternakan
Universitas Sriwijaya sudah terbilang baik kecuali dalam manajemen
pembersihan kandang dan kontrol lalu lintas, hal tersebut dapat dilihat dari
lantai kandang yang masih kotor karena feses sapi dan masih bebasnya
orang asing atau hewan liar yang masuk ke areal kandang. Vaksinasi dan
pemberian obat sudah berjalan dengan baik, dan kontrol pakan pada sapi
juga sudah berjalan dengan baik.
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebaiknya praktikan diberikan
arahan untuk memberikan informasi apa saja yang harus ditulis di dalam
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 2002. Penggemukan Sapi potong. Agro Media Pustaka. Jakarta. 86
halaman
Hadi, Sutrisno.2001. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta : Andi Offset
Jeffrey JS. 2006. Biosecurity for Poultry Flocks. Poultry Fact Sheet No.26
Murtidjo. B.A. 1995. Nilai Produksi Analisis Usahatani. Yogyakarta:Kanisius
Pane, I., 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia Pustaka Utama
Phindini, dkk.2005. Kemampuan Mengelola Usaha Peternak Sapi Potong.
Seminar Nasional Peternakan
Rasyaf M. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-14. Penebar Swadaya :
Jakarta
Ritongga, H.2008. Biosecurity. Dikutip dari
http://technicalservice.wordpress.com/2008/05/07.biosekuriti/
diakses pada 2 Maret 2018
Saragih. 2008. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau
Sebagai Adsorben. Tesis Program Pascasarjana Bidang Ilmu
Teknik – Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Simon. JP dkk.1998. Peran Penting Untuk Transfer Protein Phospatidylinositol
Dalam Pemotongan Vesikula Dilapisi Coatomer dari Jaringan
Transgolgi. Proc Natl Acad Sci U S A 95(19): 11181-6
Winkel. 1997. Biosecurity in Poultry Production : where are we and where do we
go? Ptrosiding 11th International Congress of the world poultry
association.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai