Oleh:
Kelompok 1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penerapan biosekuriti dalam industri akuakultur saat ini dipandang sangat
penting sebagai salah satu faktor penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini
selain didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkonsumsi produk
yang berasal dari sistem produksi yang memenuhi unsur-unsursafety dan
sustainable, juga didorong oleh tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju
pertumbuhan akibat infeksi mikroorganisme patogen. Selain hal tersebut,
penerapan biosekuriti juga dilakukan karena adanya kekhawatiran terhadap
introduksi patogeneksotis melalui kegiatan impor organisme akuatik yang
bertindak sebagai pembawa infeksi (carrier) penyakit. Oleh karena itu, dalam hal
penerapan biosekuriti, prinsip-prinsip yang harus diaplikasikan sangat luas dan hal
ini mencakup berbagai komponen yang meliputi tindakan pencegahan,
pengendalian dan pemusnahan berbagai penyakit infeksius serta berbagaitindakan
untuk menjaga kesehatan manusia sebagai pengelolaproduksi, hewan dan
lingkungan, Dalam konteks lingkungan, penerapan biosekuriti juga dilakukan
untuk mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi. Berbeda.
dengan industri peternakan lainnya, akuakultur merupakan industri yang cukup
unik karena memiliki beberapa jenis sistem produksi yang disesuaikan dengan
tujuan dan jenisikan yang dibudidayakan. Sistem produksi ini meliputi sistem
produksi, indoor, termasuk produksi benih di hatchery dan aplikasi Recirculation
Aquaculture System (RAS), serta sistem produksi outdoor.
Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti memiliki arti sebagai upaya untuk
mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak
antara hewan dan mikroorganisme. Adapun menurut Deptan RI (2006), biosekuriti
adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian
wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/kontak
dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan.
WHO (2008) menambahkan bahwa tindakan biosekuriti meliputi sekumpulan
penerapan manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi
penyebaran penyakit, misalnya virus flu burung pada hewan atau manusia. Dalam
budidaya ternak, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar
peternakan. Semua kegiatan dilakukan dengan tujuan memisahkan inang (ternak)
dari bibit penyakit dan sebaliknya. Dalam ruang lingkup laboratorium, bioskuriti
adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit ke
induk semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi
dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau tidak disalahgunakan.
2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapann
biosikiriti pada CV ELITSM INSTALASI KARANTINA IKAN dan bagaimana
penerapan karatina ikan khusunya kepiting pada cv tersebut.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Perbandingan dengan Literatur
Buhman et al. (2007) menerangkan bahwa komponen utama biosekuriti adalah
isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi:
• Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan
pada suatu area atau lingkungan. Tindakan yang paling penting dalam
pengendalian penyakit adalah meminimalkan pergerakan hewan dan kontak
dengan hewan yang baru datang.
• Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang
dibawa oleh alat angkut, hewan selain ternak (kuda, anjing, kucing, hewan
liar, rodensia, dan burung), dan pengunjung.
• Sanitasi merupakan tindakan pencegahan terhadap kontaminasi yang
disebabkan oleh feses. Kontaminasi feses dapat masuk melalui oral pada
hewan (fecal-oral cross contamination). Kontaminasi ini dapat terjadi pada
peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum.
Tujuan dari Penerapan Biosecurity ini sendiri adalah agar meminialisrkan masuknya
mirroorganise pathogen yang memyebabkan penyakit pada organisme budidaya
tersebut.
5
Perbandingan dengan Literatur
Tujuan dari penerapan biosikuriti
1). Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit;
2). Meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk semang;
3). Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin (
Zainuddin dan Wibawan, 2007).
Menurut Dirjen Peternakan (2005), tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua
kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Penerapan
biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, baik di industri perunggasan atau peternakan
lainnya akan mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang
mengancam sektor tersebut. Meskipun biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan
terhadap serangan penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap
penyakit (Cardona, 2005).
6
Pengertian Biosecurity
Poses dari karantina ke[iting pada lokasi tersebut ialah yang pertama mereka melakukan
penimbangan, penyortiran , penyegaran. Setelah dilakukan penyegaran sore masuk kepada
perawan kepiting tersebut. Ketika ada kepiting yang loyo atau kurang sehat maka kepiting
tersebut akan dipindahkan ke tempat lain seperti akuarium, dan diberikan perlakuan khusus.
7
Perbandingan dengan Literatur
Pemenuhan syarat ekspor ikan. Setiap ikan yang akan melalui proses pengeluaran dari
wilayah Indonesia harus lengkap dengan sertifikat kesehatan yang ditertibkan oleh
petugas karantina.
• Pemeriksaan media pembawa.
• Pengamatan
• Perlakuan
• Penahanan
• Penolakan dan Pemusnahan
• Pembebasan.
8
Perbandingan dengan Literatur
Berikut adalah beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui tindakan karantina:
• Mencegah masuknya penyakit baru: Karantina bertujuan untuk mengisolasi ikan
baru atau organisme akuatik yang akan diperkenalkan ke tambak oesapa. Dengan
melakukan karantina terlebih dahulu, peternak dapat memastikan bahwa ikan atau
organisme tersebut bebas dari penyakit sebelum diperkenalkan ke lingkungan
budidaya. Hal ini penting untuk mencegah masuknya penyakit baru yang dapat
menyebar dan menyebabkan kerugian besar.
• Mengidentifikasi penyakit yang ada: Selain mencegah masuknya penyakit baru,
karantina juga bertujuan untuk mengidentifikasi adanya penyakit yang mungkin
sudah ada dalam populasi ikan atau organisme akuatik yang ada di tambak. Dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan yang teliti selama periode karantina, peternak
dapat mengidentifikasi penyakit dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk
pengendalian dan pengobatan.
• Mengurangi risiko penyebaran penyakit: Melalui karantina, ikan atau organisme
akuatik yang telah melewati periode karantina dapat dianggap aman dan sehat untuk
diperkenalkan ke dalam tambak. Hal ini membantu mengurangi risiko penyebaran
penyakit dari populasi ikan yang ada ke ikan yang baru. Dengan mengisolasi dan
memantau ikan baru secara ketat selama karantina, peternak dapat memastikan
bahwa ikan yang sehat diperkenalkan ke tambak.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Saat Karantina ialah semuanya harus melalui SOP,
Mulai dari SOP IK, SOP Personal, SOP Pemusnaahan, SOP Penaganan Limbah, tidak
adanya kontaminasi silang didalam Gudang karantina, atau tidak adanya campuran dari
produk-produk lain.
9
Perbandingan dengan Literatur
Pada saat karantina ikan, perhatikan kesehatan dan perilaku ikan, serta pastikan
kondisi air dan lingkungan karantina sesuai untuk mencegah penyebaran penyakit.
Monitor parameter air seperti suhu, pH, dan amonia secara rutin.
Persyaratan Karantina
Persyaratan dari karantina sendiri adalah melihat dari alur yang ada didalam ruangan
karantina itu sendiri, dengan Tidak adanya kontaminasi silang harus diterapkan SOP
searah dan harus benar-benar steril, tidak adanya rokok.
10
Perbandingan dengan Literatur
1. Pemilihan Benih yang Sehat:
Memilih benih yang bebas dari penyakit dan parasit adalah langkah penting untuk
mencegah penyebaran penyakit di tambak. Pilih benih yang aktif, memiliki
pertumbuhan yang baik, dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit.( oleh Eduardo
Alarcon, Vicente Ibarra, dan Patricia Tello.2018)
2. Pengobatan dan Pembersihan Kolam:
Sebelum memasukkan benih ke dalam tambak, pastikan kolam atau wadah budidaya
telah dibersihkan dan disterilkan dengan baik. Pembersihan meliputi pengangkatan
sisa-sisa organik dan pengobatan dengan desinfektan yang sesuai.
3. Pengendalian Kualitas Air:
Monitor dan jaga kualitas air dengan baik selama karantina. Parameter yang perlu
diperhatikan meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, dan amonia. Pastikan
parameter-parameter tersebut berada dalam rentang yang sesuai untuk spesies yang
dipelihara.( Claude E. Boyd dan Aaron McNevin. 2018)
4. Pemberian Pakan yang Tepat:
Berikan pakan yang sesuai dan berkualitas baik kepada benih selama karantina.
Pastikan pakan tersebut mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
optimal dan tidak mencemari air tambak. (C. S. Tucker dan M. N. Bhat.2020)
5. Pengawasan dan Pengendalian Penyakit:
Perhatikan tanda-tanda penyakit pada benih selama masa karantina. Jika ditemukan
tanda-tanda penyakit, segera lakukan tindakan pengobatan atau isolasi untuk
mencegah penyebaran penyakit ke benih lainnya. ( Edward J.Noga.2010)
11
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Sumino1, I. S. (2020, September). Peran Cara Karantina Ikan Yang Baik (Ckib)
Dalam Pencegahan Penyakit Virus Pada Udang Vaname(Litopenaeus
Vannamei)Di Provinsi Lampung. Jurnal Enggano, 5, 258-272.
Susanto, R. T. (2019, 1 Juli). Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Pada Stasiun
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan
Pontianak. Jurnal Pari, 5, 27-36.
Zulkarnain. (2015). Penerapan Biosekuriti Peternak Ayam Broiler Di Desa Jene
Taesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Skripsi Jurusan Sosial
Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makasar 2015.
13
DOKUMENTASI
https://youtu.be/dps6o4j-uC4?si=sQSVeSIxAV2F1GVc
14