AKUAKULTUR
produksi ikan hasil budidaya merupakan masalah yang sering muncul di tengah
penting sebagai salah satu factor penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini
selain didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkonsumsi produk
yang berasal dari sistem produksi yang meme-nuhi unsur-unsur safety dan
sustainable, juga didorong oleh tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju
(Yanong and Reid, 2012). Oleh karena itu, dalam hal penerapan biosekuriti,
prinsip - prinsip yang harus diaplikasikan sangat luas dan hal ini mencakup
memiliki beberapa jenis sistem produksi yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis
ikan yang dibudidayakan (CEFAS, 2009). Sistem produksi ini meliputi: (1) sistem
Aquaculture System (RAS), serta (2) sistem produksi outdoor (Arthur et. al.,
2008).
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain melalui berbagai perantara, seperti
melalui teknisi pengelola, peralatan, kendaraan, hewan liar, transfer benih dan
Viral Nervous Necrosis (VNN) dapat terjadi dari satu bak ke bak yang lain
melalui penggunaan alat siphon yang sama untuk beberapa unit produksi. Sumber
penyebaran infeksi lainnya juga dapat berasal dari pakan khususnya pada siklus
produksi benih. Penggunaan Rotifer atau Artemia yang terinfeksi dapat menjadi
salah satu penyebab utama penyebaran penyakit infeksius serta kontaminasi pada
Penyebaran penyakit dapat terjadi secara vertikal dari induk ke benih yang
pemeliharaan yang bebas patogen dan bahan kontaminan. Seleksi induk bebas
penyakit serta penggunaan induk dengan variasi genetik yang beragam. Kedua,
faktor ini sangat mempengaruhi status kesehatan dan sistem imun benih yang
Prinsip dasar aplikasi biosecurity adalah isolasi dan desinfeksi serta kunci
kegiatan yang ditujukan untuk mencegah masuknya penyakit ke tambak, dan atau
melakukan pencegahan dan perlakuan supaya penyakit tidak menyebar dan pada
kolam ikannya. Ada 2 (dua) hal yang menyebabkan para pembudidaya belum
biosecurity dan (2) karena mis-konsepsi akan besarnya biaya produksi atas
Penerapan Biosecurity
ikan, kini semakin meningkat. Teknik ini sangat populer karena kondisi
Iingkungan budidaya dapat dirancang dan dikontrol secara akurat sesuai dengan
kebutuhan biota budidaya, misalnya budidaya ikan lele, kakap putih, kakap
merah, kerapu, belut laut (eels) dan lobster. Budidaya dengan sistem resirkulasi
tidak memerlukan lahan yang luas, dan menggunakan volume sumberdaya air
yang tidak terlalu banyak seperti pada teknik budidaya lainnya . Sistem resirkulasi
memerlukan biaya peralatan dan biaya operasional yang tinggi, oleb karena itu,
teknik ini banyak diadopsi dan diterapkan pada budidaya biota air bernilai
ekonomis mahal, dan biasanya untuk tujuan pasar luar negeri (ekspor). Biaya
produksi per satuan volume produk biasanya menurun dengan peningkatan skala
resiko serangan penyakit, hal ini dapat diimplementasikan dengan beberapa level
bervariasi, diantaranya : induk, benih, ikan sakit, carier, air masuk, air keluar,
pakan, udara, burung, peralatan, wadah budidaya, hewan dan tanaman air serta
keliling tambak.
maka segera dipanen sedangkan jika terjadi infeksi ringan maka dilakukan
dilakukan dengan cara berikut : Seluruh lingkaran luar unit usaha diberi pagar
tinggi dan pagar rendah rapat untuk mencegah masuknya organisme carier seperti
kepiting, wideng, ketam, dll; Air masuk dari pompa ke petakan tandon dan dari
paralel agar tidak mudah robek; Saluran keliling dibangun lapis dua dengan
konstruksi plastik untuk menjamin agar organisme lain tidak ada yang masuk /
yang mungkin telah berjalan di atas pematang tambak lain harus melalui dua
kolam yaitu kolam pembersihan dan kolam desinfeksi (chloramin 10 ppm);
Peralatan panen, ember, pompa dan kincir bahkan pekerja selalu diperlakukan
dengan desinfektan pada saat baru dikeluarkan atau akan dipakai di salah satu
Danner and Merril (2006) juga menyatakan bahwa kondisi air juga perlu
dikontrol. Untuk memantau kondisi air anda memerlukan filtrasi. Hal ini karena
air jernih tidak selalu berarti air yang sehat untuk ikan, mungkin air tersebut
mengandung zat tidak berwarna seperti amonia dan nitrit, yang berbahaya dan
lebih baik untuk ikan karena stabilitas relative lingkungan berair di bawah operasi
kesadahan air, suhu dan salinitas/air tawar menyeimbangkan semua sangat diatur
oleh sensor otomatis di fasilitas komersial terbesar dan paling canggih. Advanced
sistem yang baik memiliki tambahan UV atau ozonisasi perawatan air serta
pertumbuhan yang seragam dan efisiensi konversi pakan yang sangat baik.
ruangan, air digunakan kembali diolah dengan filter mekanik, kimia, dan biologi,
berguna dalam kondisi pasokan air yang tersedia atau berkualitas buruk.
yang lebih stabil ditujukan untuk memenuhi tuntutan pasar. Prinsip dasar RAS
sesuai (Krause et. al., 2006). Ada berbagai tingkat penggunaan kembali air
tergantung pada desain sistem. Aliran sederhana tambak ikan di mana pasokan air
dialirkan melalui kolam atau tangki dan kemudian dibuang dan tidak ada air yang
digunakan kembali. Jika aerasi atau oksigenasi ditambahkan ke kolam atau tangki,
maka terdapat beberapa penggunaan kembali air karena lebih banyak ikan dapat
produk per unit area yang tinggi pula. Sistem ini memerlukan penanganan atau
budidaya, maupun kualitas air sebagai media budidaya. ada akuakultur dengan
air kotor keluar dari kolam-kolam pemeliharaan melalui filter biologi dan filter
pemelibaraan. Untuk menjaga kestabilan kualitas air, perlu menambahkan air baru
ke dalam sistem resirkulasi sebanyak 5-10% volume setiap hari (Timmons, 2007).
penggunaan sumberdaya air dan lahan, (2) hampir seeara penuh dapat mengontrol
tahun, (3) fleksibel di dalam memilih Iokasi dan peralatan budidaya, (4)
pemanenan hasil dapat dilakukan secara mudah dan arnan, (5) pengontrolan hama
dan penyakit dapat dilakukan secara cepat dan efektif, (6) dapat dipasang sistem
biofiler secara efektif untuk menjaga kestabilan kualitas air (Setyono, 2004).
sumberdaya air dan tenaga kerja, serta menciptakan media budidaya (air) pada
lebih tinggi, retensi air yang berkepanjangan dalam sistem memberikan waktu
patogen virus, serta kondisi lingkungan yang relatif lebih tertekan. Karantina,
sanitasi dan desinfeksi adalah semua komponen penting dari biosekuriti (Pedersen
et.al., 2012). Oleh karena itu, penerapan biosekuriti dalam sistem RAS sangat
penting. Mode transmisi penyebaran patogen dalam fasilitas RAS dapat dilihat
padatan dan biofilter yang mengubah amonia dan nitrit menjadi nitrat yang kurang
(sustainable aquaculture).
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J.R., Reantaso, M.G.B. and Subasinghe, R.P. 2008. Procedure For The
Quarantine of Lives Aquatic Animals. a Manual. FAO Fisheries Technical
Paper. Rome.
Bebak-Williams, J., A. Noble, P.R. Bowser, and G.A. Wooster. 2002. Chapter 13:
Fish health management. In Recirculating Aquaculture Systems, 2nd
edition. Timmons, M.B., J.M. Ebeling, F.W. Wheaton, S.T. Summerfelt,
and B.J. Vinci (eds.). NRAC Publication 01-002. Ithaca, NY: Cayuga
Aqua Ventures. pp. 427-466.
CEFAS. 2009. Finfish Biosecurity Measures Plan. Guidance and templates for
finfish farmers and traders. Center for Environment Fisheries and
Aquaculture Science. Weymouth. UK.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2008. Cara Budidaya Ikan Yang Baik
(CBIB). Jakarta.
Eding, E., Verdegem, M., Martins, M., Schlaman, G., Heinsbroek, L., Laarhoven,
B., Ende, S., Verreth, J., Aartsen, F., Bierbooms, V., 2009.Tilapia farming
using recirculating aquaculture systems (RAS) – case study in the
Netherlands. A handbook for sustainable aquaculture.
Krause, J., Kuzan, D., DeFrank, M., Mendez, R., Pusey, J. & Braun, C. 2006.
Design guide for recirculating aquaculture systems. Rowan University, NJ,
USA.
LANDAU, M. 1992. Introduction to aquaculture. John Wiley & Sons, Inc. New
York. 440pp.
Noga, E.J. 2010. Fish disease: diagnosis and treatment. 2nd edition. Ames, Iowa:
Wiley-Blackwell.
Pedersen, L.F., Suhr, K.I., Dalsgaard, J., Pedersen, P.B., Arvin, E. 2012. Effects
of feed loading on nitrogen balances and fish performance in replicated
recirculating aquaculture systems. Aquaculture 338-341, 237-245.
Vallat, B., Hill, B., Enriquez, R., Berthe, F., Haenen, O., Jie, H., Martinez,
V.M.V. 2011. The OIE Aquatic Animal Health Code (the Aquatic Code).
World Organization For Animal Health (OIE).
Wickins, J.F., Lee, D.O., 2002. Crustacean farming – ranching and culture.
Blackwell Science.