KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaikan Laporan Tahunan Kegiatan Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Tahun 2017.
Pada Laporan Kegiatan ini memuat seluruh kegiatan pelaksanaan tugas dan
fungsi pada tahun 2017, meliputi :
ii
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
DAFTAR ISI
Hal
6.5. Kegiatan Layanan Jasa Analisis pada Laboratorium Kesehatan Ikan dan
Lingkungan ............................................................................................................. 153
6.6. Kegiatan Teknis Laboratorium Pakan Alami ...................................................... 167
6.7. Kegiatan Teknis Laboratorium Pakan Mandiri .................................................. 178
6.8. Kegiatan Artemia dan Kakap Putih ..................................................................... 240
iv
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Laporan Kegiatan BBPBAP Jepara TA. 2017 untuk
menyampaikan hasil pelaksanaan kegiatan pada tahun anggaran 2017 sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi, sasaran yang telah ditetapkan serta dikaitkan dengan visi dan
misi unit kerja. Laporan tersebut dapat dipergunakan untuk evaluasi serta perbaikan
berkelanjutan dalam pelaksanaan program pengembangan perikanan.
2.1. Visi
“ Mewujudkan Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia yang Mandiri,
Maju, Kuat dan Berbasis Kepentingan Nasional ”.
1
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2.2. Misi
1) Kedaulatan;
2) Keberlanjutan;
3) Kesejahteraan.
2
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, dan dipimpin oleh seorang Kepala Balai.
Susunan organisasi BBPBAP Jepara terdiri dari :
1. Bidang Uji Terap Teknik dan Kerja Sama;
2. Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis;
3. Bagian Tata Usaha;
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
3
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih dan budidaya, penyuluh dan
kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
dan Dukungan
Teknik
2. Fungsional Tertentu 80
Perekayasa 2 9 16 1 28
Litkayasa 2 11 21 34
Pengawas Perikanan 6 3 9
PHPI 1 3 4
Pranata Komputer 1 1
Pranata Humas 1 1
Arsiparis 2 2
Pustakawan 1 1
3. Fungsional Umum 8 2 21 3 3 37
Jumlah 126
6
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
8
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Tabel 5. Peningkatan kompetensi Pegawai ASN BBPBAP Jepara melalui Diklat dan
Bimtek tahun 2017.
No. Nama Judul Diklat Tempat dan Waktu
Balai Pendidikan dan
Pelatihan Perikanan
1. Ully Adiningsih, S. Kel. Diklat Pengolah Data
Tegal, 30 Januari - 1
Februari 2017
Balai Pendidikan dan
2. Kusnanto Diklat Pengolah Data Pelatihan Perikanan
Tegal, 30 Januari - 1
9
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Februari 2017
Apresiasi Petugas Manajemen
Bayu Romadhona, S.Pi. Risiko utk Keg. Asuransi GMB, KKP, 11-13 April
3.
M.Si Usaha di Bidang 2017
Pembudidayaan Ikan
Apresiasi Petugas Manajemen
Risiko utk Keg. Asuransi GMB, KKP, 11-13 April
Usaha di Bidang 2017
Pembudidayaan Ikan
Diklat Dasar Jabfung
BDA Sukamandi, 26
4. Maskar Jayadi, S.St.Pi.,M.P Pengawas Perikanan Bid.
April - 5 Mei 2017
Pembudidayaan Ikan Tk. Ahli
Diklat pengadaan Barang/Jasa BDA Sukamandi, 24-28
Pemerintah Angkatan I Juli 2017
Bimtek Budidaya Ikan Lele BBPBAT Sukabumi, 28-
Sistem Bioflok 30 Agustus 2017
Balai Pendidikan dan
Pelatihan Perikanan
Pelatihan Pengelolaan Kinerja
Banyuwangi, 26-28 April
2017
5. Nurhamid, S.Pi
Diklat Jabatan Fungsional
Pengawasan Perikanan Bidang BDA Sukamandi, 08 - 13
Pembudidayaan Jenjang Ahli Mei 2017
Muda
Balai Pendidikan dan
Pelatihan Perikanan
Pelatihan Pengelolaan Kinerja
Banyuwangi, 26-28 April
6. Suhardi Atmoko BS. S.Si
2017
Diklat Dasar Jabfung BDA Sukamandi, 28-31
Perekayasa Agustus 2017
Diklat Dasar Jabfung
Pengawas Perikanan Bid. BDA Sukamandi, 26
7. Budi Krisnasusanto, A.Md
Pembudidayaan Ikan Tk. April - 5 Mei 2017
Terampil
Diklat Jabatan Fungsional
Pengawasan Perikanan Bidang BDA Sukamandi, 08 - 13
Pembudidayaan Jenjang Ahli Mei 2017
8. Arif Gunarso, S.Pi
Muda
Bimtek Budidaya Ikan Lele BBPBAT Sukabumi, 28-
Sistem Bioflok 30 Agustus 2017
Diklat Jabatan Fungsional
Pengawasan Perikanan Bidang BDA Sukamandi, 08 - 13
9. Siswanto, S.Pi
Pembudidayaan Jenjang Ahli Mei 2017
Muda
Diklat Dasar Jabfung
BDA Sukamandi, 26
Pengawas Perikanan Bid.
April -5 Mei 2017
10. Eddy Nurcahyono, S.Pi Pembudidayaan Ikan Tk. Ahli
Bimtek Budidaya Ikan Lele BBPBAT Sukabumi, 28-
Sistem Bioflok 30 Agustus 2017
10
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
11
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Selain itu pada tahun 2017 Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara mengikutsertakan Jabfung PHPI untuk mengikuti pemilihan pejabat fungsional
Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Teladan Tingkat Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
12
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Pemilihan pejabat fungsional PHPI Teladan Tk. DJPB ini diikuti oleh seluruh
jabfung PHPI di Unit Pelaksana Teknis Lingkup DJPB. Beberapa kriteria penilaian
pemilihan antara lain peserta harus mempunyai karya yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat/pembudidaya. Selanjutnya peserta harus mempresentasikan hasil karyanya
didepan tim penguji/penilai, serta melaksanakan assesment. Pada seleksi tersebut
Pejabat PHPI dari BBPBAP Jepara terpilih sebagai Pejabat PHPI Teladan peringkat I
lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Penghargaan bagi pegawai BBPBAP Jepara juga dilakukan melalui pemilihan
karyawan berkinerja baik. Hal ini dilakukan untuk merangsang agar seluruh karyawan
berusaha untuk meningkatkan prestasi kinerjanya. Pemilihan karyawan berkinerja baik
ini dilakukan oleh tim penilai terdiri dari Tim Satgas dan Pejabat Eselon III. Pemilihan
karyawan berkinerja baik ini dilakukan melalui 7 (tujuh) kriteria penilaian antara lain :
1) Masa Kerja 2) Kedisiplinan 3) Dedikasi 4) Perilaku 5) Kepatuhan/Loyalitas 6)
Kerjasama 7) Sanksi.
Penilaian dilakukan untuk tingkat petugas pelaksana di lapangan dan telah
dilakukan penilaian terhadap 17 (tujuh belas) orang pegawai ASN. Dari seluruh peserta
(17 orang) tersebut dilakukan penilaian dan terpilih sebanyak 10 (sepuluh) besar yang
mempunyai nilai/skor tertinggi hingga terendah. Dari kesepuluh pegawai yang
dinyatakan sebagai keryawan berkinerja baik tersebut adalah :
Tabel 7. Daftar pegawai ASN BBPBAP Jepara sebagai karyawan berkinerja baik
No. Nama Pegawai Nilai/Skor Peringkat
1. Suwardi 156 1
2. Dwi Joko Sulistiyono 151 2
3. Hadi Prayitno 151 3
4. Subiyanto 146 4
5. Subiyarto 146 5
6. Sumeri 144 6
7. Jasmo 141 7
8. Sumarji 141 8
9. Budi Santosa 138 9
10. Mursid 138 10
13
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
a. Kenaikan Pangkat
Kenaikan Pangkat (KP) fungsional dan reguler pegawai ASN BBPBAP Jepara
tahun 2017 tersaji pada tabel 8.
Tabel 8. Kenaikan Pangkat (KP) Pegawai ASN BBPBAP Jepara tahun 2017
Kenaikan Pangkat Kenaikan Jabatan
No. Nama, NIP Ket.
Lama Baru Lama Baru
A. Kenaikan Pangkat Fungsional
Iwan
Arisetiawan, Penata SK Kenaikan Pangkat
T.L.
A.Md Muda Penata, T.L. No. : 69/MEN-
1. Penyeli
197103091999 Tk. I, III/c Penyelia SJ.2/KP.427/IV/2017
a
031003 III/b tanggal 5 April 2017
021001 Pertama
b. Kenaikan Jabatan
Kenaikan Jabatan (KJ) Pegawai ASN BBPBAP Jepara tahun 2017 tersaji pada tabel
9.
Tabel 9. Kenaikan Jabatan (KJ) Pegawai ASN BBPBAP Jepara tahun 2017
Kenaikan
Kenaikan Jabatan
No. Nama Pangkat Ket.
Lama Baru Lama Baru
Mursid Teknisi Teknisi SK No. 252/KP.940/KJ-
1. - -
Litkayasa Litkaya LIT/2017, tgl. 28 Feb.
15
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
16. Sri Murti Astuti, S.P. TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
17. Drs. Dwi Soelistinarto TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
18 Ir. Sapto Rahajo TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
19. Agus Setiadi Gunawan, S.H. TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
20. Sholikul Fatah, S.Pi TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
21. Suparjono TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
22. Subiyarto TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
23. Aris Maryono TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
24. Dwi Joko Sulistiyono TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
25. Aris Supramono TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
26. Astuti TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
27. Budi Santosa TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
28. Peni Dwi Soesanti TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
29. Moh. Seri TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
30. Abdul Rohman TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
31. Suwardi TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
32. Siswanto TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
33. Suyoto TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
34. Mundofar TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
35. Sumeri TMT : 1-04-2017 Diusulkan tgl. 14/2/2017
36. Purwanah TMT : 1-05-2017 Diusulkan tgl. 13/3/2017
37. K.E. Budhi Noeraini TMT : 1-06-2017 Diusulkan tgl. 1/4/2017
38. Poniran TMT : 1-06-2017 Diusulkan tgl. 1/4/2017
39. Ir. Adi Susanto, M.Sc TMT : 1-07-2017 Diusulkan tgl. 1/5/2017
40. Esti Kristiana, S.E TMT : 1-07-2017 Diusulkan tgl. 1/5/2017
41. Sardi TMT : 1-08-2017 Diusulkan tgl. 14/6/2017
Damang Suryanto, S.St.Pi., TMT : 1-09-2017 Diusulkan tgl. 4/7/2017
42.
M.P
43. Maskar Jayadi, S.St.Pi.,M.P TMT : 1-09-2017 Diusulkan tgl. 4/7/2017
44. Siti Musa’adah, S.H TMT : 1-11-2017 Diusulkan tgl. 3/9/2017
45. Ery Sutanti TMT : 1-11-2017 Diusulkan tgl. 3/9/2017
46. Ir. Darmawan Adiwidjaja TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
47. Beni Suprianto, S.St.Pi TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
48. Seniyati TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
49. Sri Eniswari TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
50. Bayu Romadhona, S.Pi.,M.Si TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
51. Rahayu Rahardianti, A.Md TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
52. Muhammad Rizal, S.Si TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
53. Slamet Widodo TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
54. Suhardi Atmoko BS. S.Si TMT : 1-12-2017 Diusulkan tgl. 3/10/2017
55. Ratna Ika Rahayu, A.Md TMT : 1-1-2018 Diusulkan tgl. 6/11/2017
56. Imam Fatoni, A.Md TMT : 1-1-2018 Diusulkan tgl. 6/11/2017
57. Siswanto, S.Pi TMT : 1-1-2018 Diusulkan tgl. 6/11/2017
58. Arif Gunarso, S.Pi TMT : 1-1-2018 Diusulkan tgl. 6/11/2017
Batas Usia Pensiun (BUP) Pegawai ASN BBPBAP Jepara tahun 2017 tersaji
pada tabel 11.
Tabel 11. Pegawai ASN BBPBAP Jepara yang telah pensiun tahun 2017.
Jabatan & Pangkat,
No. Nama, NIP Masa Kerja Ket
Gol Ruang
Dra. Antik Erlina, M.Si Perekayasa Madya, 30 Th, 11 Bln
BUP 17 -
1. 19570117 198603 2 001 Pembina Utama Muda
1-2017
(IV/c)
Suryati Pengadministrasi RTP 35 Th, 7 Bln BUP 14 -
2. 19590114 198201 2 001 Penata Muda Tk. I (III/b) 1-2017
Drs. Tri Prasetyo P. Kepala Bidang Uji Terap 25 Th, 11 Bln
BUP 20-
3. 19590120 198903 1 001 Teknik dan Kerjasama
1-2017
Pembina Tk. I (IV/b)
Tri Wahyu Widayati, A.Md Teknisi Litkayasa
BUP 10-
4. 19590210 198403 2 001 Penyelia 36 Th 3 Bln
2-2017
Penata Tk. I (III/d)
Teguh Imanto Teknisi Instalasi
BUP 21-
5. 19590221 198703 1 001 Budidaya 37 Th 7 Bln
2-2017
Pengatur Muda (II/a)
Yusuf Nasirudin H. Teknisi Mesin BUP 3-6-
6. 19590603 199203 1 001 Penata Muda Tk. I (III/b)
33 Th 1 Bln
2017
Sumarji Teknisi Produksi
BUP 28-
7. 19591128 199803 1 001 Budidaya 32 Th 7 Bln
11-2017
Pengatur Muda Tk. I
Selama tahun 2017 pegawai ASN BBPBAP Jepara yang tidak masuk kerja
karena melaksanakan dinas luar, ijin, sakit, cuti dan alpa terlihat pada grafik 3.
18
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Grafik 4. Jumlah pegawai BBPBAP Jepara yang melaksanakan dinas luar, ijin, sakit
cuti & alpa tahun 2017.
Tabel 12. Daftar Penerimaan Surat Masuk dan Surat Keluar tahun 2017
No Bulan Surat Masuk Surat Keluar
1 Januari 132 275
2 Februari 98 240
3 Maret 146 165
4 April 102 150
5 Mei 125 197
6 Juni 75 118
7 Juli 122 250
8 Agustus 114 257
9 September 83 119
10 Oktober 134 174
11 Nopember 220 159
12 Desember 50 60
21
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
22
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
23
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
24
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
25
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
26
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
27
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
28
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2016 dengan pagu awal sebesar Rp 36.486.782.000,- sampai dengan bulan Desember
2017 mengalami 4 (empat) kali revisi dengan pagu DIPA sebesar Rp.44.768.902.000,-.
Adapun histori revisi DIPA tahun 2017 sebagai berikut :
a. Revisi Pertama tanggal 02 Mei 2017 dari Kementerian Keuangan Republik
Indonesia dengan Pagu sebesar Rp 36.486.782.000,- Perubahan pada
Program Pengelolaan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan dan
pengelolaan pakan ikan.
b. Revisi Kedua tanggal 15 Agustus 2017 dari Kementerian Keuangan
Republik Indonesia dengan Pagu sebesar Rp 43.501.732.000,- Perubahan
pada kegiatan Pengelolaan Produksi dan usaha pembudidayaan ikan,
dan Pengelolaan pakan ikan.
c. Revisi Ketiga tanggal 04 Desember 2017 dari Kementerian Keuangan
Republik Indonesia dengan Pagu sebesar Rp 43.501.732.000,-. Dengan
pagu blokir sebesar Rp 4.215.148.000,- perubahan pada POK.
d. Revisi Keempat tanggal 22 Desember 2017 dari Kementerian Keuangan
Republik Indonesia dengan Pagu sebesar Rp.44.768.902.000,- Perubahan
pada belanja pegawai untuk penambahan belanja TUNKIN.
Rekapitulasi dan rincian kegiatan dalam daftar realisasi anggaran DIPA tahun
2017 dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15.
Tabel 14. Rekapitulasi Realisasi Anggaran 2017
MAK Tolak ukur Pagu Realisasi Sisa
2343 Pelayanan laboratorium
kesehatan ikan dan 202,134,000 202,123,500 10,500
lingkungan
2344 Pengelolaan sistem
4,376,940,000 4,291,637,655 85,302,345
perbenihan ikan
2345 Pengelolaan kawasan
1,597,966,000 1,248,557,019 349,408,981
perikanan budidaya
2346 Pengelolaan produksi
dan usaha 5,655,065,000 5,586,840,450 68,224,550
pembudidayaan ikan
2348 Dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas
25,279,306,000 23,778,466,090 1,500,839,910
teknis lainnya ditjen
perikanan budidaya
5747 Pengelolaan pakan ikan 7,657,491,000 7,297,543,000 359,948,000
TOTAL 44,768,902,000 42,405,167,714 2,363,734,286
31
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
dan UPTD
052 Biaya Transportasi Pengiriman
Bantuan Benih ikan air payau 113,960,000 81,947,100 32,012,900
yang dihasilkan UPT dan UPTD
2345 Pengelolaan Kawasan Perikanan
Budidaya
2345.004 Hasil perekayasaan sub bidang
pembangunan kawasan budidaya
[Base Line]
2345.004.001 Paket teknologi Perekayasaan
bidang sarana dan prasarana
Kawasan Budidaya
052 Pelaksanaan Kegiatan
Perekayasaan teknologi terapan 250,000,000 179,576,444 70,423,556
bidang sarana dan prasarana
kawasan budidaya
2345.012 Kawasan budidaya yang
mendapat penanganan mutu
lingkungannya
2345.012.001 Kawasan budidaya yang
mendapat penanganan mutu
lingkungannya
055 Biaya Pengiriman dan Penebaran
Benih Ikan Restocking di 330,000,000 122,740,000 207,260,000
Perairan Umum
2345.016 Sampel Yang di diuji melalui
Laboratorium Keskanling
2345.016.001 Jumlah Sampel yang diuji
melalui laboratorium keskanling
051 Pelayanan Laboratorium
Kesehatan Ikan dan Lingkungan 173,790,000 123,051,000 50,739,000
052 Pengadaan Peralatan
Laboratorium Kesehatan Ikan 21,000,000 19,250,000 1,750,000
dan Lingkungan
053 Pengadaan Bahan Uji Layanan
Laboratorium Kesehatan Ikan 823,176,000 803,939,575 19,236,425
dan Lingkungan
2346 Pengelolaan Produksi dan Usaha
Pembudidayaan Ikan
2346.003 Perekayasaan teknik
pembudidayaan ikan sub bidang
pengelolaan produksi dan usaha
budidaya
[Base Line]
2346.003.003 Perekayasaan
052 Dukungan Pembiayaan
Pelaksanaan Perekayasaan 2,140,115,000 2,072,589,650 67,525,350
teknologi terapan bidang
produksi dan usaha
32
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Pakan
5747.014.001 Pakan Buatan
052 Pembangunan/rehabilitasi Pabrik
pakan ikan 803,200,000 748,052,200 55,147,800
053 Operasional Pabrik Pakan Ikan
5,522,504,000 5,253,402,000 269,102,000
JUMLAH TOTAL 44,768,902,000 42,405,167,714 2,363,734,286
34
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
4.1.1. Kerjasama
Pada tahun 2017 BBPBAP Jepara telah melaksanakan kegiatan kerjasama
dengan beberapa sekolah menengah kejuruan negeri, dinas maupun swasta. Adapun
materi kerjasama meliputi pendidikan sistem ganda, praktek magang dan pelaksanaan
peningkatan produksi udang, kepiting, penelitian, PKL serta magang.
Tabel 17 . Pelaksanaan Kerjasama tahun 2017
No. Mitra Kerjasama Ruang Lingkup
- Peningkatan mutu kualitas pendidikan
- Pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud
SMK Negeri 1 Tanjung
pengabdian kepasa Negara
Mutiara Kabupaten
1. - Melaksanakan kegiatan yang bersifat
Agam
pengembangan dan peningkatan yang memberikan
kontribusi dalam kualitas kelembagaan masing-
masing
- Perekayasaan dan pengembangan teknologi
pembenihan dan budidaya kepiting bakau(Scylla
serrata)
- Pendidikan,pelatihan dan pendampingan teknis
Pertamina Pangkalan
pembenihan dan budidaya kepiting bakau(Scylla
2. Susu Sumatera Utara
serrata)
- Penyebarluasan informasi dan sosialisasi paket
teknolgi budidaya kepiting bakau(Scylla serrata)
- Diseminasi teknologi pada kawasan pengembangan
budidaya kepiting bakau(Scylla serrata)
Jepara Regency BSC - Mempromosikan pengembangan proyek perbaikan
Gillnet Fishery perikanan(FIP)
3.
Improvement Project - Pertukaran informasi,pelatihan yang bertujuan
Framework Agreement. untuk mencapai dan memelihara perikanan
- Koordinasi,pembinaan,dan pengembangan
Universitas Kristen pendidikan
4. Artha Wacana NTT - Penyelenggaraan uji kompetensi/ujian praktek
produktif
- Pemanfaatan dan pemberdayaan fasilitas kedua
35
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
4.1.2. Informasi
Sebagai pusat informasi dan publikasi inovasi kegiatan perekayasaan, maka
BBPBAP Jepara berupaya menghasilkan penyediaan publikasi paket teknologi terapan
yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Tabel 18. Jenis Publikasi
No. Jenis Publikasi Keterangan
A. Juknis
1. Teknik budidaya udang windu pola sederhana Diterbitkan tahun 2017
melalui penerapan BMPs (Best Management
Practices)
2. Teknik pembuatan pakan murah dengan teknologi Diterbitkan tahun 2017
sederhana
3. Teknik budidaya udang vaname Diterbitkan tahun 2017
4. Teknik produksi benih rajungan Diterbitkan tahun 2017
5. Pengendalian penyakit berak putih (White Feces Diterbitkan tahun 2017
Syndrome,WFS) pada udang vaname di tambak
6. Prosedur produksi biomas artemia di bak Diterbitkan tahun 2017
B. Buletin
1. Media BBPBAP No 17 Tahun 2017 Diterbitkan tahun 2017
C. Paper Poster
1. Restocking benih rajungan di perairan sekitar Diterbitkan tahun 2017
jepara
2. Selamat datang kunjungan Sekjen KKP Diterbitkan tahun 2017
3. Panen udang merguiensis Diterbitkan tahun 2017
4. Unit pembesaran udang merguinsis Diterbitkan tahun 2017
5. Selamat hari batik Diterbitkan tahun 2017
6. Peringatan HUT ke 46 KORPRI Diterbitkan tahun 2017
7. Selamat Hari Pahlawan Diterbitkan tahun 2017
8. Kode etik BBPBAP Jepara Diterbitkan tahun 2017
9. Penebaran benih & restocking di Rembang Diterbitkan tahun 2017
10. Selamat dating di nauplius center bandengan Diterbitkan tahun 2017
jepara
11. BBPBAP Jepara Sahabat Pembudidaya Diterbitkan tahun 2017
36
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Grafik 6. .Frekuensi target dan realisasi perpustakaan BBPBAP Jepara tahun 2017
38
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Target dan realisasi kunjungan perpustakaan tahun 2017 : Target 600 orang
realisasi 1597 orang
Grafik 7. Frekuensi target dan realisasi pos layanan publik BBPBAP Jepara tahun
2017
Target dan Realisasi Pos Layanan Publik
10%
29%
55%
6%
39
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Grafik 8. Frekuensi target dan realisasi pos layanan publik BBPBAP Jepara tahun
2017
Target dan Realisasi Pos Layanan Publik
9 9 9
9 8 8
8 7 7
7 6 6
6 5 5 5
5 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 11 1 1 1 1 1 1 11 1 1
1
0
40
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Grafik 10. Frekuensi target dan realisasi pos layanan publik BBPBAP Jepara tahun
2017
50
47
46
45
40
35
35
30
27
26 26
25
21 21
20 20
20 19 19
18 18 18
16 16 16
15 14 14 14
10 9 9 9 9
7
6
5 5 5
5 4 4 4 4 4
3 3 3 3
2 2 2 2
1
0 0
0
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
41
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
a. Perumusan Standardisasi
1. Melakukan identifikasi perkembangan dan menginventarisasi URSNI, SNI mengenai
usulan dan status SNI Perikanan Budidaya untuk di Revisi atau di Abolisi.
2. Melakukan editing bersama dengan konseptor RSNI sesuai dengan Pedoman BSN.
3. Menyiapkan dan menghimpun rumusan kebijakan standar bidang perikanan
budidaya : POS, JUKNIS, URSNI.
4. Bersama dengan konseptor melakukan pendataan lapangan dan kaji ulang terhadap
bahan rumusan standar.
5. Bersama dengan konseptor membantu mempersiapkan RSNI 1, RSNA 2, RSNI 3 dan
RASNI.
6. Peran aktif dalam mengikuti jajak pendapat (enguiry) dan pemungutan suara (E-
balloting) RASNI.
7. Mencari informasi secara aktif perkembangan acuan pedoman standar secara nasional
dan internasional.
8. Peran aktif dalam memberikan data rumusan kebijakan standar kepada Kasubdit
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang membidangi : Standardisasi,
Sertifikasi/Akreditasi.
9. Melakukan koordinasi peningkatan kemampuan personil Lab Uji Mutu dan penerapan
QMS (ISO 9001:2008) produk perikanan, melalui : pelatihan, magang dan study
banding.
10. Melakukan koordinasi dengan BNSP, LSP-KP dan Direktorat Jenderal Perikanan
Bididaya tentang SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) bidang
perikanan budidaya.
1. Bersama tim teknis dan fungsional pengawas perikanan melakukan sosialisasi SNI,
CPIB dan CBIB bagi kawasan budidaya yang belum melakukan kegiatan budidaya
yang standar dan diarahkan pada sertifikasi CPIB dan CBIB.
2. Bersama tim teknis dan fungsional pengawas perikanan melakukan pembinaan kepada
pembudidaya atau pelaku usaha dalam penerapan CPIB dan CBIB dalam rangka
peningkatan status sertifikasi.
3. Mengkoordinir standar teknis sarana peralatan lapangan untuk kegiatan budidaya
(melakukan pengecekan secara periodik agar dapat diketahui efektifitas dan efisiensi
penggunaannya, seperti : pompa, kincir, generator, blower, filtrasi dll).
4. Mengkoordinir standar dan kalibrasi peralatan laboratorium agar di ketahui
keakuratan peralatan tersebut.
5. Mensosialisasikan BBPBAP Jepara sebagai TUK (Tempat Uji Kompetensi) Perikanan
dan kelautan kepada stakeholder perikanan (swasta/pelaku usaha, perguruan tinggi,
dinas/instansi perikanan dan kelautan).
6. Bersama tim teknis melakukan sosialisasi terhadap kompetensi perikanan budidaya
kepada stakeholder perikanan (pelaku usaha/swasta, perguruan tinggi, dinas instansi
perikanan dan kelautan) untuk diarahkan kepada Uji Kompetensi dalam persaingan
bursa kerja.
7. Bersama panitia menyusun dan melaksanakan standar kurikulum kompetensi
pelatihan yang dilaksanakan di BBPBAP Jepara
C. Pengembangan Standardisasi
1. Mencari informasi perkembangan standar nasional dan internasional melalui
jaringan : ISO net, BSN, KAN, BNSP, DJPB dan KKP.
2. Komunikasi secara aktif dengan pihak luar (konsultan ahli dan asosiasi standardisasi)
perihal mengenai perkembangan dunia usaha dan adopsi standardisasi dibidang
perikanan budidaya.
3. Melakukan koordinasi dengan jaringan penelitian di Jawa Tengah (Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota, perguruan tinggi se Jawa Tengah, swasta dan pelaku usaha)
Tabel 21. SKP sasaran kinerja Seksi Uji Terap Teknik Tahun 2017.
Kegiatan Tugas
No Target Realisasi Keterangan
Jabatan SKP
Merancang dan kegiatan - Pertemuan berkala berupa
Seksi Uji Terap Teknik notulen dan laporan
1. serta kordinasi internal 11 Berkas 11 Berkas singkat
BBPBAP Jepara - Rancangan kegiatan Seksi
selama 1 tahun
Memproses penyusunan
RSNI dan Kaji Ulang - Diajukan pada Direktorat
2. 5 Judul 5 Judul
SNI DJPB
Pembinaan HSRT
4. mengacu pada CPIB 20 Lokasi 20 Lokasi HSRT Kabupaten Jepara
Memproses
Penilaian/asesmen
eksternal penerapan ISO Asesmen Eksternal di Oleh
9001:2008 dan Sertifikasi Mutu
6. 4 Berkas 4 Berkas
Perbaikan Dokumen Internasional, dilaksanakan
Sistem Mutu ISO tanggal 7-8 Nov 2017.
9001:2015
Memproses Jumlah
Hasil Perekayasaan Bulan Agustus sd Bulan
14. 4 Judul 4 Judul
Teknologi Terapan November
Budidaya Air Payau
Memproses Konsensus
Jadwal Konsensus RSNI3
15. RSNI 3 Bidang 9 Judul 9 Judul
Okt - Nov 2017
Perikanan Budidaya
Memproses Konsensus
Rancangan Kerangka Kegiatan di Fasilitasi Puslat
16 1 Lap 1 Lap
Kualifikasi Nasional KP
Indonesia (RKKNI)
Evaluasi Pelaksanaan
17 Kegiatan Seksi Uji 1 Lap. 1 Lap. Minggu III Bulan Desember
Terap Teknik
45
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
46
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
VISI
“ Menjadikan TUK BBPBAP Jepara sebagai Tempat Uji Kompetensi yang profesional “
MISI
a. Mewujudkan pelayanan pelaksanaan uji kompetensi yang prima.
b. Mengembangkan materi uji kompetensi perikanan.
c. Mewujudkan SDM perikanan kompeten.
d. Menegakkan kode etik pelaksanaan sertifikasi kompetensi.
TUJUAN
a. Melaksanakan uji kompetensi profesi di bidang perikanan dalam rangka mendukung
terciptanya SDM perikanan yang profesional.
b. Meningkatkan materi uji kompetensi sesuai dengan iptek dan kondisi permasalahan lapang.
c. Meningkatkan kualitas profesionalisme tenaga kerja yang memiliki kepedulian terhadap
terciptanya masyarakat perikanan yang sejahtera.
d. Mendukung penegakan kode etik profesi.
SASARAN
a. Terwujudnya sertifikasi profesi bidang perikanan.
b. Terwujudnya standar uji kompetensi sesuai dengan iptek dan persoalan lapang.
c. Terwujudnya standar kompetensi kerja di bidang perikanan.
d. Terwujudnya penegakkan kode etik profesi.
KEBIJAKAN MUTU
Berdasarkan Peraturan dan Pedoman Badan Nasional Sertifikasi Profesi (P-BNSP) merujuk
kepada : ISO 19011, ISO 17011, ISO 17024 dan ISO 9001.
KOMITMEN MUTU
TUK BBPBAP Jepara berkomitmen untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai Tempat
Uji Kompetensi dengan menerapkan dan memelihara sistem sesuai dengan Pedoman BNSP
dalam menyelenggarakan uji kompetensi secara profesional.
TUK BBPBAP Jepara merupakan tampat kerja profesi (instansi) Unit Pelaksana Teknis,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan telah
diverifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Kelautan dan Perikanan Lisensi Badan Nasional
Sertifikasi Profesi.
Sapto Adi, SP) sebagai Auditor Mutu/Asesor Lisensi LSP-KP yang berperan secara internal
dan eksternal sesuai tugas LSP-KP Lisensi BNSP.
PESERTA UJI/ASESI
Pelaksanaan Uji Kompetensi oleh asesor kompetensi TUK BBPBAP Jepara, berasal dari :
pelaku utama, alumni dan siswa SMK kejuruan Perikanan, Mahasiswa/alumni Perguruan Tinggi,
Pendidik, Dosen, Pendamping Teknis, Penyuluh PNS dan Penyuluh Swadaya. Mulai dari tahun
2013 sd akhir tahun 2017 Jumlah peserta uji kompetensi/asesi secara mandiri diprogramkan
oleh TUK BBPBAP sebanyak 1,048 orang (41,62 %) . Sedangkan jumlah peserta uji/asesi
merupakan subsidi dari BNSP sebanyak 1.470 orang (58,38 %) dari jumlah asesi 2.518 orang
yang terekam di sekretariat TUK BBPBAP Jepara.
49
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
PENUTUP
Tempat Uji Kompetensi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (TUK BBPBAP)
Jepara, merupakan tempat uji kompetensi sebagai jembatan dunia industri perikanan dengan
pasar tenaga kerja secara profesional dan kompeten. TUK BBPBAP Jepara “MEMBANGUN
KOMPETENSI, MEMASTIKAN KOMPETENSI dan MEMELIHARA KOMPETENSI”.
TUK BBPBAP Jepara, mendukung “INDONESIA KOMPETEN 2025” yang merupakan
program Nasional Republik Indonesia.
Terlampauinya target produksi tidak terlepas dari keberadaan mesin pakan twin scruw
ekstruder dan bahan baku pakan yang tersedia serta konsumen/pembudidaya yang
membutuhkan pakan mandiri produksi BBPBAP Jepara. Selain memproduksi pakan
mandiri, laboratorium nutrisi dan pakan juga telah berhasil memproduksi enzyme
(newzyme) dari bahan baku buah papaya sebanyak 120 kg sebagai bahan feed additife
yang dapat dicampur dalam pakan buatan guna memacu pertumbuhan ikan terutama
ikan bandeng. Biomass artemia sebanyak 626,5 Kg dan untuk cysta artemia belum
berhasil menghasilkan cysta. Sedangkan produksi probiotik cair sebanyak 3.705 lt dan
probiotik kering sebanyak 36 Kg.
Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan (keskanling), telah
melaksanakan pengujian sampel sebanyak 9.406 sampel, masing-masing untuk
laboratorium kesehatan ikan 6183 sampel dan laboratorium lingkungan 3.223 sampel.
Laboratorium kesehatan ikan terdiri dari pengujian total bakteri 1.698 sampel, total
vibrio 1.891 sampel, identifikasi 62 sampel, analisa PCR/biomol 1.101 sampel, analisa
histopatologi 109 sampel, analisa parasite 294 sampel, analisa sampel metoda real time
PCR 1.028 sampel. Sedangkan laboratorium lingkungan terdiri dari pengujian analisa
pakan dan bahan baku pakan 172 sampel, analisis kualitas fisika kima lingkungan
kegiatan budidaya perikanan 2.842 sampel, analisis residu antibacterial dan
kontaminan pada komoditas budidya dan pakan 67 sampel, serta analisis logam berat
(Pb,Hg,Cd) pada komoditas budidaya 142 sampel. Hasil produksi rumput laut
Gracillaria verrrucosa sebanyak 18.700 kg, produksi rumput laut Caulerpa sp
sebanyak 3.810,7 kg dan produksi bibit rumput laut hasil kultur jaringan E. Cottonii G-
0 sebanyak 617, 23 gram.
Layanan air hatchery adalah jenis layanan pada masyarakat perikanan budidaya
khususnya yang berada disekitar BBPBAP Jepara yang membutuhkan air laut bersih
untuk digunakan sebagai air media pemeliharaan benih (pembenihan) skala rumah
tangga (HSRT) udang windu, vaname, pentokolan udang, air media transportasi
pengangkutan ikan komersial seperti ikan kerapu, udang lobster dan ikan hias. Hingga
akhir tahun 2017 jumlah layanan air hatchery mencapai jumlah 299 rit @ 6 ton/rit
sehingga jumlah 1.794 ton, dengan total jumlah layanan sebanyak 131 kali, yang
berdasarkan bulanannya disajikan pada tabel 27.
53
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
8 Agustus 7 17 102
9 September 8 17 102
10 Oktober 17 44 264
11 November 15 37 222
12 Desember 11 41 246
Jumlah 131 299 1.794
54
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 5 : Mobil Tanki pengangkut Air hatchery bagi masyarakat pembenih udang
Jepara
5.2. Seksi Dukungan Teknis
Seksi Dukungan Teknis (DUTEK) mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium dan perikanan budidaya air payau.
Bimbingan adalah sebagai proses pelayanan yang diberikan kepada individu-individu
guna membantu dalam memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan
didalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan baik. Bimbingan teknis (bimtek)
laboratorium dan bimbingan teknis perikanan budidaya air payau merupakan 2 (dua)
kegiatan layanan dukungan teknis yang dilakukan di internal maupun eksternal balai.
Layanan internal Balai Jepara diberikan kepada Steakholder (masyarakat) yang
bersangkut paut dengan dunia perikanan khususnya air payau. Adapun layanan
bimbingan teknis yang bersifat eksternal mencakup kegiatan bimbingan teknis pada
suatu kawasan atau daerah dalam rangka pengembangan kawasan budidaya guna
mendukung program-program yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Program dan kegiatan Interen layanan Bimbingan Teknis (bimtek)
Laboratorium dan Bimbingan teknis Perikanan Budidaya Air Payau di Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara yang telah dilaksanakan oleh seksi
dukungan teknis pada tahun 2017 mencakup kegiatan: (1). Bimtek Laboratorium, (2)
Bimtek Perikanan Budidaya Air Payau; (3) Kunjungan; (4). Magang; (5). Praktek
Kerja Lapangan (PKL); (5). Penelitian; (6). Praktek Kerja Industri (Prakerin); (7).
Konsultasi, dan (8).Pengelolaan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM). Target dan
realisasi kinerja seksi dukungan teknis tahun 2017 disajikan pada tabel 28.
Tabel 28. Target dan realisasi kegiatan seksi dukungan teknis tahun 2017.
Capaian
No Kegiatan Target Realisasi
(%)
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) 275 orang 258 orang 93.89
2. Praktek Kerja Industri (Prakerin) 75 orang 68 orang 90.67
3. Magang Kerja 400 orang 254 orang 63.5
4. Penelitian 25 orang 21 orang 84
5. Konsultasi 125 orang 219 orang 175.2
6. Kunjungan 3000 orang 2690 orang 89.67
7. Bantuan Benih/Bibit dan Restoking 40.750.000 53.662.500 131.68
ekor ekor
8. Jumlah Wilayah Restoking Benih 4 wilayah 5 wilayah 125
9. Bantuan Pakan Mandiri 20.000 Kg 25.030 kg 125.15
10 Bantuan Rumput Laut Gracillaria 5.000 kg 8.130 kg 162.6
11. Jumlah Kawasan yang dimonitoring 2 kawasan 2 kawasan 100 %
penyakit pentingnya
55
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
56
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
57
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Dari tabel 29 terlihat bahwa peserta PKL berasal dari berbagai Universitas,
tidak saja berasal dari Jawa namun terdapat juga peserta yang berasal dari luar jawa
seperti Makassar, Riau, Pangkep, Palembang, Sulteng, Aceh, Bangka Belitung dan
Kupang. Peserta PKL tahun 2017 terbanyak berasal dari Universitas Brawijaya Malang
yaitu sebanyak 30 orang, kemudian diikuti dari Universitas Diponegoro semarang 25
orang, Universitas Negeri Riau 24 orang dan Universitas Kristen Artha wacana Kupang
20 orang. Selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan, seluruh peserta dibawah
bimbingan Pembimbing lapangan yang berkompetensi di bidangnya masing masing
sehingga diharapkan peserta betul-betul dapat melaksanakan kegiatannya sesuai judul
kegiatan yang dijalaninya dan memperoleh manfaat berupa tambahan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang laboratorium dan perikanan budidaya air payau. Sebagai bentuk
penghargaan atas pengetahuan dan ketrampilan yang telah diserap oleh peserta PKL
maka seluruh peserta diberikan sertifikat dari BBPBAP Jepara setelah peserta
menjalani test kompetensi dan dinyatakan lulus.
Penerimaan peserta Praktik Kerja Industri (Prakerin) diberbagai bidang
laboratorium dan kompetensi budidaya air payau di BBPBAP Jepara di tahun 2017
mencapai total 68 orang (90,67 %) sedikit dibawah target 75 orang. Peserta prakerin di
tahun 2017 berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berasal dari 3
Kabupaten yaitu Jepara (3 SMK), Purworejo (1 SMK) dan Padang (1 SMK) seperti
disajikan pada tabel 30.
Tabel 30. Daftar Peserta Prakerin di BBPBAP Jepara tahun 2017
KELOMPOK INS TITUS I/S EKOLAH JUMLAH
SM KN 1 Jepara 5
SM K Karimun Jepara 10
SLTA SM KN 1 Tanjung M utiara Padang 19
SM KN Purworejo 32
SM KU Pakis Aji Jepara 2
TOTAL 68
58
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Magang merupakan bagian dari pelatihan Kerja, sesuai UU No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 21–30 dan secara spesifik diatur dalam
Permen 22/Men/IX/2009, tentang penyelenggaraan pemagangan dalam negeri.
Penerimaan peserta magang diberbagai bidang laboratorium dan kompetensi budidaya
air payau di BBPBAP Jepara di tahun 2017 mencapai total 254 orang. Peserta magang
terbanyak berasal dari Universitas Airlangga dengan jumlah 39 orang, kemudian
disusul Unisnu Jepara 37 Orang dan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 20
orang. Pada dasarnya permagangan yang dilakukan oleh para mahasiswa kebanyakan
dilakukan saat liburan semester dengan tendensi untuk menimba pengetahuan dan
ketrampilan dibidang air payau sebagai bekal untuk menyongsong perkuliahan yang
akan dijalani, ataupun untuk memperdalam pengetahuan yang sudah didapat di bangku
perkuliahan sehingga akan lebih berkompeten dibidang yang diminatinya sebagai bekal
untuk menerobos dunia usaha dan industri. Daftar peserta magang di BBPBAP Jepara
tahun 2017 disajikan pada tabel 31.
Tabel 31. Daftar Peserta magang di BBPBAP Jepara tahun 2017
59
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
60
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Jepara di tahun 2017 mencapai total 21 orang dengan jumlah peserta penelitian
terbanyak berasal dari Universitas Diponegoro Semarang seperti pada tabel 32.
Selama tahun 2017 BBPBAP Jepara juga menerima tamu yang membutuhkan
konsultasi teknis dibidang laboratoriuum dan perikanan budidaya air payau yang ada di
BBPBAP. Tercatat total sebanyak 219 orang yang melakukan konsultasi, dengan
rincian seperti pada tabel 33.
62
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
63
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Dari tabel 34 terlihat bahwa, untuk tingkat Kelompok PAUD/TK jumlah peserta
terbanyak untuk sekali kunjungan adalah Siswa TK.TA 02 Panggang Jepara dengan
Jumlah peserta 304 siswa diikuti oleh siswa PAUD Terpadu Masalikil Huda Tahunan
Jepara dengan jumlah peserta 260 siswa dan 173 siswa KB TK ABA 02 Purwogondo.
Kunjungan yang dilakukan oleh PAUD / TK dengan merupakan kegiatan Outing
Class yaitu dengan tujuan mengenalkan anak-anak jenis binatang yang hidup di air
dan yang dipelihara manusia dan bisa untuk dimakan. Kunjungan peserta terbanyak
tingkat SLTA adalah SMA N 1 Blega Kab. Bakalan Madura (139 siswa), tingkat
Perguruan Tinggi adalah UNDIP Semarang (187 siswa) dan UGM Yogja (112 Siswa),
Instansi Dinas Perikanan Kota Semarang (15 orang) dan dari Tingkat Umum dengan
jumlah peserta 95 orang berasal dari Perkumpulan Santa maria Semarang.
Berdasarkan bulan pelaksanaan kegiatan, PKL banyak dilakukan mahasiswa di
bulan Januari dan bulan Juli sesuai dengan program semester. Dalam Pelaksanaan PKL
di bulan Januari seringkali timbul problem berkaitan dengan keberadaan komoditas
yang ada di balai terutama dalam kegiatan budidaya di tambak dan kegiatan
pembenihan yaitu tidak adanya komoditas tertentu , sehingga terpaksa para peserta
PKL harus merubah judul kegiatannya. Sementara itu dalam kegiatan Magang Kerja
yang kebanyakan diikuti oleh mahasiswa/siswa banyak terjadi dibulan Januari, Juli dan
Desember. Adapun kegiatan Prakerin yang dilaksanakan oleh siswa SMK banyak
terjadi di bulan Februari dan Maret, sedangkan kegiatan penelitian hampir terjadi
disetiap bulan. Kunjungan laboratorium dan teknis budidaya air payau banyak
dilakukan oleh institusi perguruan tinggi di bulan Januari – Maret dan Oktober –
Desember, seperti terlihat pada tabel 35.
Tabel 35. Daftar Bulanan kegiatan Kunjungan, Magang, PKL, Penelitian, Prakerin dan
Konsultasi di BBPBAP Jepara tahun 2017
65
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
NO BULAN PKL MAGANG PRAKERIN PENELITIAN KUNJUNGAN KONS ULTAS I BIMTEK JML/BULAN
4 APRIL 3 8 - 1 17 17 - 46
5 M EI - 14 - 2 93 1 - 110
6 JUNI - 5 - - - - - 5
8 AGUSTUS - 14 - 2 13 1 12 42
9 SEPTEM BER 5 2 - 2 - 6 20 35
66
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 8. Penjelasan komoditas dan arahan bagi peserta magang kerja oleh bagian
Seksi Dukungan Teknik.
67
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 10. Penerimaan peserta kunjungan di Ruang Kuliah BBPBAP Jepara oleh
Kepala Bidang Pengujian dan Dukungan Teknik BBPBAP Jepara 2017.
68
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 11. Penerimaan peserta kunjungan dari Dinas Perikanan di ruang kerja Kepala
Bidang Pengujian dan Dukungan teknik BBPBAP Jepara 2017.
Tabel 36. Daftar Peserta Bimbingan Teknis (bimtek) terprogram tahun 2017.
69
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
9-11 Maret dan Tenaga Pendidik Bimtek/In Mode Training of fish feeding at 3
16 - 17 Maret 2017 /Guru SMK SMKN 1 Jepara
20 - 23 Maret 2017 Pokdakan Bimtek/Magang/Pelatihan Mandiri 5
"Teknologi Pembuatan Pakan Kelompok
Tani Lumbrica Kab. Rembang
11 - 13 Juli 2017 Dinas dan Pokdakan Bimtek /Pelatihan Penerapan Teknologi 41
Budidaya Air Payau Kabupaten Cilacap
8- 10 Agustus 2017 Dinas dan Pokdakan Bimtek/Magang "Pakan Mandiri Kegiatan 12
Pengembangan Kawasan Minapolitan"
Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten
Banjarnegara
6 - 7 September 2017 Dinas dan Pokdakan Bimtek/Pelatihan Intensifikasi Budidaya 20
Bandeng dan Udang Vaname Pembudidaya
Tambak Kab. Batang
2 - 5 Oktober 2017 Tenaga Pendidik/Dosen
Bimtek " Operasional Produksi Pakan Ikan" 4
Staff Dosen dan Teknisi Program Study
Budidaya Perikanan Politeknik Negeri
Pontianak Kalbar
23 - 28 Oktober 2017 Dinas dan Pokdakan Bimtek "Study Replikasi/Magang Teknis 10
Budidaya Kepiting Bakau Kab. Bangka
Tengah
20 - 23 November 2017 Dinas dan Pokdakan Bimtek/Pembelajaran Budidaya Ikan Air 14
Payau (Udang dan Bandeng) Dinas
Ketahanan Payau dan Perikanan Kab. Tanah
Laut
12- 13 Desember 2017 Perguruan Tinggi Bimtek/Praktikum Lapangan UNIVERSITAS 45
PEKALONGAN, Program studi Budidaya
14 - 15 Desember 2017 Perguruan Tinggi Bimtek/Praktikum Lapangan UNIVERSITAS 50
PEKALONGAN, Program studi Budidaya
Payau
TOTAL 204
pembinaan dan penerapan teknologi adaptip dikawasan budidaya air payau dilakukan
di kabupaten Tangerang dan Pekalongan. Diseminasi teknologi terapan dalam rangka
pengembangan kawasan budidaya di 14 wilayah yang meliputi Lampung, Kotabaru,
Pati, Jepara, Tangerang, Brebes, Pemalang, Kota Pekalongan, Kendal, Rembang,
Demak, Tarakan, Bantul, Purworejo; (2). Pengawalan/pendampingan kawasan
Minapolitan meliputi 12 wilayah Brebes, Pemalang, Demak, Serang, Kendal, Jepara,
Lampung Selatan, Pati, Rembang, Lampung Timur, Tulangbawang, Sambas; (3).
Pendampingan teknologi budidaya ikan lele sistem bioflok sebanyak 13 Kabupaten
yaitu cilacap, banyumas, Banjarnegara, Kebumen, Rembang, Semarang, Blora, Pati,
temanggung, magelang, Sragen, Klaten, Kota Surakarta dengan jumlah total penerima
hibah sebanyak 20 kelompok.
Gambar 13. Bimtek/Pembelajaran Budidaya Ikan Air Payau (Udang dan Bandeng)
Dinas Ketahanan Payau dan Perikanan Kab. Tanah Laut
71
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 15: Bimtek " Operasional Produksi Pakan Ikan" Staff Dosen dan Teknisi
Program Study Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Pontianak Kalbar
72
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
73
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 19. Bimtek / Magang “Pakan mandiri “ oleh Dinas Pertanian dan Perikanan
Kabupaten Banjar negara.
74
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
TABEL : 37 KABUPATEN PENERIMA BANTUAN KOMODITAS AIR PAYAU DAN NILAI NOMINAL BANTUAN
HARGA NOMINAL
NO KABUPATEN KOMODITAS POKDAKAN JUMLAH HIBAH SATUAN
SESUAI PP BANTUAN
1 BANGKA BARAT KEPITING BUMDes SINAR ANTAN 15.000 Ekor 500 7.500.000
15.000 SUB TOTAL 7.500.000
UDANG WINDU Koperasi Garam Laut 1.626.000 Ekor 10 16.260.000
RUMPUT LAUT
Koperasi Garam Laut 8.130 KG 7000 56.910.000
GRACILLARIA
KOPERASI GARAM
UDANG WINDU 600.000 EKOR 10 6.000.000
RAKYAT SEJAHTERA
UDANG WINDU Tani Jaya 550.000 EKOR 10 5.500.000
2 DEMAK UDANG WINDU "Berkah Alam" 594.000 EKOR 10 5.940.000
Udang Windu "SUMBER LUMUT " 740.000 EKOR 10 7.400.000
Udang Merguiensis "SUMBER LUMUT " 200.000 EKOR 8 1.600.000
Ikan Nila Salin "WINDU JAYA I " 55.000 EKOR 45 2.475.000
Merguiensis "WINDU JAYA I " 200.000 EKOR 8 1.600.000
Udang Vaname "SUMBER BAROKAH 704.000 EKOR 8 5.632.000
Benih Udang Windu 315.000 EKOR 10 3.150.000
5.592.130 SUB TOTAL 112.467.000
Nauplius Udang HSRT Backyard Mandiri 25.300.000
Vaname Jepara Ekor 0,3 7.590.000
Nauplius Udang HSRT Maju Lestari Bahari 11.500.000
Vaname Ekor 0,3 3.450.000
Rajungan Dinas Perikanan Jepara 200.000
(RESTOKING) Ekor 50 10.000.000
Udang Windu Dinas Perikanan Jepara 200.000
(RESTOKING) Ekor 10 2.000.000
3 JEPARA Dinas Perikanan Jepara
Benih / nener Bandeng 500.000
(RESTOKING) Ekor 15 7.500.000
Dinas Perikanan Jepara
Benih Kepiting 200.000
(RESTOKING) Ekor 500 100.000.000
Dinas Perikanan Jepara
Juvenil Udang Windu 100.000
(RESTOKING) Ekor 600 60.000.000
Dinas Perikanan Jepara
Benih Udang Windu 1.000.000
(RESTOKING) Ekor 10 10.000.000
Benih Bandeng TIRTA MILI 170.000 Ekor 15 2.550.000
39.170.000 SUB TOTAL 203.090.000
Udang Vaname Fajar Mutiara Sejahtera 800.000 8 6.400.000
4 CIREBON
Udang Windu Fajar Mutiara Sejahtera 200.000 10 2.000.000
1.000.000 SUB TOTAL 8.400.000
Udang Windu KSU Agromina Sejahtera 1.000.000 10 10.000.000
Ikan Nila Salin KSU Agromina Sejahtera 126.700 45 5.701.500
5 PURWOREJO
Udang Vaname KSU Agromina Sejahtera 500.000 8 4.000.000
Benih Bandeng KSU Agromina Sejahtera 10.000 15 150.000
1.636.700 SUB TOTAL 19.851.500
Benih Bandeng "Mekar Sejahtera" 156.000 15 2.340.000
Udang Merguiensis "SMKS Agribisnis" 50.000 8 400.000
Udang Vaname "MINA MUKTI " 300.000 8 2.400.000
6 BREBES Udang Vaname " BERSAMA LANCAR " 200.000 8 1.600.000
Udang Vaname "MINA LESTARI ALAMI" 300.000 8 2.400.000
Udang Vaname "MINA SURO " 200.000 8 1.600.000
Udang Windu "MINA SURO " 140.000 10 1.400.000
1.346.000 SUB TOTAL 12.140.000
Udang Vaname "MUARA REJO" 200.000 8 1.600.000
Udang Vaname "MINA MANDIRI " 200.000 8 1.600.000
7 BATANG
Udang Vaname "MUARA BUNTU " 300.000 8 2.400.000
Benih Merguiensis "Mandiri " 525.000 8 4.200.000
1.225.000 9.800.000
Benih Bandeng Karya Mandiri 40.000 15 600.000
Benih Bandeng Karya Makmur 40.000 15 600.000
8 PEKALONGAN
Benih / nener Bandeng Karya Mandiri 151.800 15 2.277.000
Benih Bandeng Karya Makmur 160.000 15 2.400.000
391.800 SUB TOTAL 5.877.000
Udang Vaname "TANJUNG SENTOSA " 500.000 8 4.000.000
9 SUBANG Udang Windu "MEDAL SAPUTRO " 1.084.000 10 10.840.000
Udang Windu " HEGAR LESTARI " 630.000 10 6.300.000
2.214.000 SUB TOTAL 21.140.000
Dinas Perikanan Semarang
Benih Kepiting (RESTOKING) 20.000 500 10.000.000
Benih Rajungan Dinas Perikanan Semarang
10 SEMARANG (RESTOKING) 20.000 50 1.000.000
Dinas Perikanan Semarang
Benih bandeng (RESTOKING) 10.000 15 150.000
50.000 SUB TOTAL 11.150.000
Dinas Perikanan Rembang
Benih Rajungan 100.000 50 5.000.000
(RESTOKING)
Dinas Perikanan Rembang
Benih Kepiting 20.000 500 10.000.000
(RESTOKING)
11 REMBANG
Dinas Perikanan Rembang
Benih Udang Windu 500.000 10 5.000.000
(RESTOKING)
Dinas Perikanan Rembang
Benih bandeng 80.000 15 1.200.000
(RESTOKING)
700.000 SUB TOTAL 21.200.000
12 SIDOARJO Udang Windu Mina Sentosa Segoro Tambak 330.000 10 3.300.000
Dari tabel 37 terlihat bahwa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) berupa barang
hibah benih/bibit dan Restoking komoditas air payau dari BBPBAP Jepara tahun 2017
mencakup 9 komoditas yaitu Benih Udang windu, udang vaname, udang putih
merguiensis, kepiting, rajungan, nener bandeng, bibit rumput laut gracillaria, benih
ikan nila salin dan Benih Nauplius Udang Vaname N-1. Distribusi bantuan benih dan
restoking terbagi dalam 12 Kabupaten dengan sebaran 1 Kabupaten di luar jawa
(Bangka Barat) dan 11 Kabupaten di Jawa meliputi Jawa Barat (Cirebon dan Subang ),
Jawa Tengah (Brebes, Pekalongan, Batang, Purworejo, Semarang, Demak, Jepara dan
Rembang) dan Jawa Timur (Sidoarjo) dengan total benih bantuan dan restoking
sebanyak 53.670.630 ekor dengan Nilai total nominal bantuan sebesar Rp. 435.915.500.
Adapun jumlah penerima bantuan benih/bibit komoditas air payau yang berasal dari
kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) mencapai 26 pokdakan dan beberapa
pokdakan yang telah tergabung dalam sebuah koperasi sebanyak 3 kelompok
(Koperasi Garam Laut Kab. Demak, Koperasi Garam Rakyat Sejahtera Kab. Demak
dan Koperasi Serba Usaha Agromina Sejahtera Kab. Purworejo) yang kesemuanya
telah Berbadan Hukum.
Tercapainya target (40.750.000 ekor) hibah benih dan restoking tidak terlepas
dari cukup banyaknya bantuan Nauplius udang vaname N-1 yang dalam tahun 2017
ini mencapai 36.800.000 ekor dan sisanya sebanyak 16.830.630 ekor berasal dari 8
komoditas air payau lainnya. Adapun dalam hal kegiatan restoking benih air payau
yang ditargetkan di 4 wilayah perairan, tahun 2017 ini pencapaiannya mencapai 5
wilayah yaitu Perairan Laut Pulau Panjang Kabupaten Jepara, Perairan sungai Kedung
Kab. Jepara, Perairan Pantai Kartini Kabupaten Jepara, Perairan pantai Kabupaten
Semarang dan Perairan Pantai Kabupaten Rembang.
76
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 20. Hibah benih kepiting untuk pokdakan BuUMDes Sinar Antan, Kab.
Bangka Barat, Kep. Bangka Belitung 017
Gambar 21. Hibah Benih Udang Windu 2017 untuk pokdakan Kabupaten Demak
2017.
77
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 22. Hibah Bibit Rumput laut Gracillaria untuk Pokdakan Kabupaten Demak
2017.
Gambar 23. Hibah Benih Nauplius udang Vaname N-1 untuk Pokdakan Backyard
Mandiri Jepara 2017.
78
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 24. Restoking Benih Rajungan di perairan pulau Panjang, Kab.Jepara 2017
Gambar 25. Restoking Benih Udang Windu di Perairan laut wilayah Kedung Kabupten
Jepara 2017
79
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 26. Hibah Benih Udang vaname untuk pokdakan Fajar Mutiara Sejahtera
Kabupaten Cirebon 2017.
Realisasi Bantuan Pakan Produksi BBPBAP Jepara 2017 tersaji dalam Tabel 38.
Lokasi Total
Boyolali (Kg) Hibah
No Tanggal Banjarnegara Cangkringan Pakan
(kg) Doplang Cepogo (Kg) 2017
(kg)
1 03 Mei 2017 1,030 - - -
2 06 Mei 2017 - 2,500 1,530 -
3 14 Juni 2017 - 4,000 4,000 -
4 09 Agustus 2017 - 1,200 0 -
19 September
5 - 1,000 1,500 -
2017
6 10 Oktober 2017 - - - 2,700
7 24 Oktober 2017 - 540 1,000 -
8 November
8 - - 2,730 -
2017
16 November
9 - - - 1,300
2017
Jumlah 1,030 9,240 10,760 4,000 25,030
80
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Kegiatan lainnya di seksi dukungan teknis yang tidak kalah pentingnya adalah
pengelolaan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) yang dilakukan per triwulan seperti
pada tabel 39, 40, 41 dan 42 dibawah ini.
Tabel 39. Survey Kepuasan Masyarakat per responden dan per unsur Triwulan I
(Januari s.d Maret) BBPBAP Jepara Tahun 2017
No Unsur Pelayanan Jumlah Nilai NRR Perunsur Rekap
Responden Januari Februari Maret NRR
(orang)
1 Prosedur pelayanan 186 3,24 3,36 3,00 3,20
2 Persyaratan pelayanan 186 3,28 3,27 3,24 3,26
3 Waktu pelayanan 186 3,22 3,30 3,24 3,26
4 Biaya / tarif pelayanan 186 3,32 3,10 3,03 3,15
5 Produk spesifikasi jenis 186 3,35 3,27 3,24 3,29
pelayanan
6 Kompetensi pelaksana 186 3,35 3,36 3,31 3,34
7 Perilaku pelaksana 186 3,35 3,31 3,14 3,27
8 Maklumat pelayanan 186 3,32 3,26 3,10 3,23
9 Penanganan pengaduan, 186 3,56 3,38 3,28 3,41
saran dan masukan
Nilai Survey Pelayanan 3,33 3,29 3,18 3,27
Survey Kepuasan 83,33 82,27 79,41 81,67
Msyarakat (SKM)
Kategori Baik Baik Baik Baik
Tabel 40. Survey Kepuasan Masyarakat per responden dan per unsur Triwulan II (April
s.d Juni) BBPBAP Jepara Tahun 2017
81
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Tabel 41. Survey Kepuasan Masyarakat per responden dan per unsur Triwulan III (Juli
s.d September) BBPBAP Jepara Tahun 2017
No Unsur Pelayanan Jumlah Nilai NRR Perunsur Rekap
Responden Juli Agustus September NRR
(orang)
1 Prosedur pelayanan 163 3,28 3,30 3,57 3,38
2 Persyaratan pelayanan 163 3,41 3,33 3,57 3,44
3 Waktu pelayanan 163 3,24 3,27 3,86 3,45
4 Biaya / tarif pelayanan 163 3,17 2,94 3,57 3,23
5 Produk spesifikasi jenis 163 3,17 3,21 3,71 3,37
pelayanan
6 Kompetensi pelaksana 163 3,45 3,33 3,57 3,45
7 Perilaku pelaksana 163 3,28 3,42 3,71 3,47
8 Maklumat pelayanan 163 3,40 3,30 3,57 3,42
9 Penanganan pengaduan, saran 163 3,41 3,23 3,57 3,41
dan masukan
Nilai Survey Pelayanan 3,31 3,26 3,63 3,40
Survey Kepuasan Msyarakat 82,81 81,43 90,87 85,04
(SKM)
Kategori Baik Baik Sangat Baik
Baik
Tabel 42. Survey Kepuasan Masyarakat per responden dan per unsur Triwulan IV
(Oktober s.d Desember) BBPBAP Jepara Tahun 2017
No Unsur Pelayanan Jumlah Nilai NRR Rekap
Responden Perunsur NRR
(orang) Okt Nop Des
1 Prosedur pelayanan 29 3,00 3,33 3,48 3,27
2 Persyaratan pelayanan 29 3,00 3,50 3,43 3,31
3 Waktu pelayanan 29 3,50 3,50 3,33 3,44
4 Biaya / tarif pelayanan 29 3,00 3,50 3,29 3,26
5 Produk spesifikasi jenis pelayanan 29 3,00 3,33 3,38 3,24
6 Kompetensi pelaksana 29 3,50 3,33 3,33 3,39
7 Perilaku pelaksana 29 3,50 3,50 3,48 3,49
8 Maklumat pelayanan 29 3,50 3,67 3,38 3,52
9 Penanganan pengaduan, saran dan 29 3,50 3,67 3,29 3,48
masukan
Nilai Survey Pelayanan 3,28 3,48 3,38 3,38
Survey Kepuasan Msyarakat 81,94 87,04 84,39 84,46
(SKM)
Kategori Baik Baik Baik Baik
Pengumpulan data responden untuk mengetahui survey kepuasan masyarakat
(SKM) dilakukan setiap 3 bulan sekali (Triwulan) selama satu tahun kegiatan, dengan
9 unsur pelayanan. Data Responden diperoleh dari peserta magang, kunjungan,
penelitian, praktek kerja lapangan / industri yang melakukan kegiatan di BBPBAP
Jepara. Adapun berdasarkan tingkatannya berasal dari instansi pemerintah, swasta,
pelajar setingkat SLTA/SMK.
82
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
83
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
1.1 Tujuan
- Menghasilkan benih untuk produksi calon induk unggul
- Menghasilkan calon induk udang windu domestikasi di tambak.
1.2 Sasaran
Calon induk udang windu ukuran 30 gram per ekor, sebanyak 13.000 ekor.
84
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2.1.2. Metode
2.1.2.1. Perkawinan dan Pemijahan Induk
85
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2.2.2. Metode
2.2.2.1. Persiapan Tambak
Konstruksi tambak yang digunakan untuk proses pembesaran adalah tambak
dengan dasar tanah berpasir. Kegiatan persiapan tambak meliputi persiapan tanah
dasar, air media tambak serta persiapan pagar biosekuriti. Persiapan tanah dasar
meliputi perbaikan pematang, pembenahan sistem pemasukan dan pembuangan,
pengeringan dasar tambak, pengapuran dan pengolahan tanah dasar. Pengisian air ke
dalam petakan tambak dengan ketinggian 100 - 120 cm, sterilisasi menggunakan
kaporit dengan dosis 20-30 ppm, dibantu dengan kincir untuk pemerataan. Residu
clorin netral setelah 3 hari, untuk selanjutnya dilakukan pemupukan awal dengan
pupuk an-organik 5-10 ppm dan ditambahkan probiotik. Setelah 7 - 10 hari plankton
akan tumbuh dengan kelimpahan plankton cukup, ditandai dengan kecerahan air 50-70
cm.
87
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
sedangkan secara mingguan parameter kimia yang diuji bahan organik air total,
amoniak dan nitrit.
III. HASIL
Berat Induk Betina (g) 140 - 170 (±166) 133 - 234 (±165) -
Jumlah telur (butir) 3.400.000 21.697.500 -
Rerata fekunditas /ekor (butir) 850.000 1.033.214 -
Jumlah naupli (ekor) 2.943.000 19.449.000 -
Rerata naupli /ekor 735.750 926.143 -
HR (%) 86,6 89,6 -
Jumlah total nauplius yang dihasilkan selama tahun 2017 mencapai 77.105.000
ekor dengan perincian seperti Gambar 1.
89
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Asal induk
Uraian
Aceh Pangandaran
Jumlah naupli (ekor) 2.943.000 19.449.000
Jumlah naupli yang dipelihara (ekor) 1.872.000 8.937.000
Jumlah benih yang dihasilkan (ekor) 948.000 3.402.600
SR (%) 50,7 38,1
Hasil produksi benih windu selama tahun 2017 disajikan pada Gambar 2. Benih
untuk calon induk diperoleh dari hasil perkawinan dan pemijahan induk asal Aceh dan
Pangandaran, sedangkan benih untuk program hibah ke pembudidaya dan pembesaran
dihasilkan dari induk betina yang sudah matang gonad dari alam.
90
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 3. Grafik pertumbuhan udang periode mingguan pada umur 0 -178 hari
Dari Gambar 3 dapat terlihat bahwa pada umur 94 hari dilakukan proses seleksi
tahap pertama. Pada pertumbuhan udang umur 0 -94 hari diperoleh ABW (average
body weight) pada petak tambak seri B3 dengan berat 11,7 g/ekor dan petak B4 sebesar
10,5 g/ekor. Data menunjukkan bahwa mulai sampling pertama pada udang umur 45
hari, pertumbuhan udang di petak seri B3 menunjukkan nilai ABW yang lebih tinggi
dibandingkan dengan petak seri B4 yaitu masing-masing 3,1 g/ekor dan 2,8 g/ekor.
Pertambahan berat harian (ADG=Average Daily Gain) pada udang umur 0-94 hari
belum bisa optimal dengan rerata 0,15 g/ekor/hari. Keterlambatan pertumbuhan
tersebut dicurigai oleh beberapa parameter kualitas air yang kurang ideal untuk
pertumbuhan udang, antara lain salinitas dan bahan organik dalam air (Tabel 6).
Pemeliharaan tahap 2 yaitu umur udang lebih dari 94 hari, dilakukan pemindahan
pada petakan lain dengan padat tebar adalah 10 ekor/m2. Gambar 3, terlihat
pertumbuhan mingguan udang windu mengalami kenaikan yang signifikan dengan
pertumbuhan udang dari petak B3 selalu melebihi dari udang yang berasal dari petak
B4. Pertambahan berat harian (ADG) mengalami kenaikan antara 0,20 – 0,23 g/hr/ekor.
Tahap pemeliharaan umur 6 bulan berat rata-rata udang yang berasal dari petak B3
adalah 30 g/ekor, sedangkan yang berasal dari pemindahan petak B4 sebesar 28,1
g/ekor. Perbaikan pertumbuhan ini dikarenakan adanya perubahan parameter kualitas
air yang mendukung dalam proses budidaya (Tabel 6) serta pengurangan kepadatan
udang. Total calon induk yang diperoleh selama 6 bulan adalah 15.000 ekor dengan
berat antara 28,1 – 30 g/ekor/m2.
92
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Produktifitas induk udang windu untuk menghasilkan nauplius sangat tinggi pada
kedua sumber induk yaitu Aceh dan Pangandaran, akan tetapi pemanfaatan nauplius
tersebut disesuaikan dengan ketersediaan fasilitas. Performa reproduksi induk asal
Pangandaran menghasilkan jumlah nauplius lebih banyak dibandingkan induk asal
Aceh, namun demikian sintasan benih dari induk Aceh lebih tinggi dibandingkan
dengan induk asal Pangandaran. Sintasan benih dari induk asal Aceh sebesar 50,7%,
dan induk asal Pangandaran sebesar 38,1%. Secara umum, sintasan benih yang
dihasilkan dari kedua sumber induk tersebut tergolong tinggi bila dibandingkan dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-6144-2006) yaitu lebih dari 25%. Tingkat
93
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
keseragaman benih cukup tinggi yaitu mencapai > 90 %. Panjang dan berat benih
stadia Pl-12 masing-masing mencapai 10,8-11,0 mm dan 0,003 mg.
Induk udang windu asal perairan Dompu tidak menghasilkan telur dan nauplius,
sehingga tidak dihasilkan benih. Hal ini diduga karena induk terlalu lama di
penampungan (> 14 hari) di Dompu, serta harus mengalami proses packing dua kali
yaitu dari Dompu ke Lombok dan selanjutnya dari Lombok ke Jepara. Sebagai
konsekuensinya, beberapa induk mengalami kerusakan organ reproduksi baik pada
jantan dan betina berupa nekrosis. Setelah adaptasi di BBPBAP Jepara, tidak ada induk
yang moulting (ganti kulit) sehingga gagal untuk proses perkawinan.
Produksi benih windu yang dihasilkan selama tahun 2017 sebanyak 17.037.244
ekor dengan distribusi, yaitu : 1) Program calon induk unggul sebanyak 220.000 ekor;
2) Program hibah ke pembudidaya sebanyak 5.539.000 ekor; dan 3) sisanya produksi
benih untuk keperluan kerekayasaan dan masyarakat pembudidaya. Program calon
induk udang windu menggunakan benih campuran dari Aceh dan Pangandaran dengan
jumlah yang sama (masing-masing 110.000 ekor Pl-12) dan ditebar di tambak dengan
kepadatan 30 ekor/m2 yaitu pada petak B3 dan B4 untuk selanjutnya dibesarkan
sebagai calon induk. Target hibah benih ke pembudidaya sebanyak 7 juta ekor, namun
realisasi baru mencapai 5.539.000 ekor atau 79%. Tidak tercapainya target hibah benih
disebabkan oleh beberapa hal seperti ketidaksesuaian waktu tebar (teknis dan non
teknis) dan ketersediaan benih.
Data pertumbuhan mulai sampling pertama pada udang umur 45 hari, di petak
seri B3 menunjukkan nilai ABW yang lebih tinggi dibandingkan dengan petak seri B4
yaitu masing-masing 3,1 g/ekor dan 2,8 g/ekor. ABW udang pada petak tambak seri B4
yang relatif lebih rendah dari petak seri B3 dikarenakan terjadi pertumbuhan lumut di
petak B4 yang yang cukup cepat sehingga berakibat ruang gerak udang terbatas dan
pemberian pakan pellet tidak bisa optimal dan akhirnya membuat pertumbuhan
menurun.
Pertumbuhan udang kurang optimal dimungkingkan karena pengaruh dari faktor
salinitas yang terlalu tinggi dengan kisaran 35-42 ppt. Salinitas tinggi berpengaruh
pada tingkat konsumsi pakan karena pakan lebih dominan untuk dirubah menjadi
energi dalam prose adaptasi dengan fluktuasi perubahan lingkungan yang ada.
Parameter salinitas dan bahan organik total berada pada kisaran yang kurang ideal
untuk kelangsungan hidup udang di tambak. Salinitas air pada bulan pertama (1)
hingga bulan ketiga (3) masa pemeliharaan relatif tinggi mencapai 42 ppt., Salinitas
optimal untuk pemeliharaan udang pada kisaran 15-25 ppt. Salinitas yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah mengakibatkan energi digunakan untuk proses osmoregulasi yang
meningkat, sehingga energi untuk proses pertumbuhannya berkurang (Boyd, 1990).
94
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
- Penyediaan benih bermutu dari induk alam untuk program calon induk sudah
terealisasi sesuai kebutuhan yaitu sebanyak 220.000 ekor. Jumlah total
produksi benih dihasilkan dari induk Aceh dan Pangandaran yaitu 17.037.244
ekor.
- Induk udang alam asal Dompu tidak menghasilkan nauplii diduga karena
faktor pampungan induk yang terlalu lama di lokasi asal dan proses repacking
yang berulang selama transportasi sehingga induk diduga mengalami stress dan
mengganggu proses reproduksi
- Calon induk udang windu domestikasi diperoleh ukurun rata-rata berkisar 28-
30 g per ekor, sebanyak 15.000 ekor dalam waktu pemeliharaan 178 hari
- Perlu perbaikan sistim penampungan dan transportasi di lokasi asal sumber
induk untuk mengurangi tingkat stress induk yang berkepanjangan
- Perlu dilakukan analisis mikrosatelit metode terkini untuk lebih memastikan
keanekaragaman atau variasi genetik dari masing-masing sumber induk
(metode barcoding)
- Perlu dilanjutkan kajian performa reproduksi induk hasil domestikasi di tambak
- Perlu optimalisasi penggunaan variasi pakan segar dan diberikan secara
konsisten dan kontinyu mulai umur dini
PRODUKSI BENIH
I. PENDAHULUAN
95
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
prima. Pembenihan udang windu yang berkembang saat ini bukan hanya skala
industri namun pola pemeliharaan skala rumah tangga juga berkembang di beberapa
wilayah di Indonesia. Menghasilkan benih berkualitas mesti diiringi dengan
pengelolaan produksi yang baik mulai dengan penyediaan komponen berkualitas yang
sulit disediakan pada harga jual relatif rendah.
Produksi benih udang windu pada umumnya masih berbasis pada penggunaan
induk yang berasal dari alam dengan status kesehatan cukup beragam. Infeksi WSSV
merupakan salah satu pembatas meski beberapa infeksi virus lain terkadang
menyertainya. Induk dengan status terinfeksi WSSV akan secara vertikal menurunkan
penyakit kepada anakannya melalui proses pemijahan. Umumnya para pembenih
untuk memproduksi benih udang windu dengan menggunakan induk alam tanpa
melewati proses screeenin. Sistim double screening meskipun menjanjikan akurasi
hasil dalam seleksi status kesehatan benih udang namun cukup sulit diaplikasikan dan
dalam proses sosialisasinya sering mengalami kegagalan.
Serangkaian inovasi pembenihan tetap harus dinamis untuk memproduksi benih
berkualitas dengan menggunakan induk alam melalui proses screening. Kegiatan
produksi benih akan diarahkan pada sebuah pola pemeliharaan yang dapat
mengeliminasi infeksi pathogen virus. Benih yang dihasilkan akan didistribusikan
kepada pembudidaya untuk kegiatan pemeliharaan di tambak maupun program-
program lain termasuk hibah benih. Distribusi benih bebas virus diharapkan dapat
memperbesar peluang keberhasilan produksi budidaya sehingga akan menigkatkan
target produksi secara lebih luas.
cacing laut sebesar 7,66% dan 16,50% sebagai pakan induk udang windu, yang
menghasilkan frekuensi pemijahan dan fekunditas yang berbeda nyata dengan pakan
yang mengandung komposisi cacing laut lebih kecil. Cacing laut mengandung
ARA/EPA dan DHA/EPA yang berperan penting dalam memacu pematangan gonad
induk udang. Hal ini sesuai dengan Subaidah dkk. (2006) yang menyatakan bahwa
pematangan gonad induk udang vaname dapat dilakukan dengan cara pemberian
pakan yang mengandung protein tinggi secara intensif, seperti cacing laut (Nereis sp)
dan cacing tanah (Lumbricus sp) serta tiram/kerang-kerangan.
Dengan penambahan pakan berupa cacing laut hidup, di samping pakan segar
yang berupa cumi-cumi dan kerang/tiram segar, diharapkan induk udang vaname
Nusantara lebih produktif dalam menghasilkan telur yang berkualitas dengan tingkat
penetasan (naupli) yang tinggi dan berkualitas, sejajar dengan naupli F1. Dari naupli
yang berkualitas tinggi, diharapkan sintasan di pembenihan menjadi lebih tinggi,
sehingga dapat membangkitkan kembali kegiatan usaha hatchery skala rumah tangga
(HSRT) dan hatchery swasta.
Salah satu faktor penyebab kualitas benur yang kurang baik adalah
ketidaksesuaian pakan yang digunakan dalam pemeliharaan larva. Ketidaksesuaian
tersebut seperti ukuran yang terlalu besar, kandungan nutrisi yang kurang maupun
pilihan jenis pakan yang diberikan. Ketidaksesuaian ukuran pakan yang diberikan akan
mengakibatkan kegagalan dalam pemangsaan awal oleh larva sehingga kebutuhan
nutrisi larva tidak terpenuhi. Hal ini menyebabkan kualitas larva menjadi kurang baik
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Panjaitan et al. (2014) menyatakan bahwa
masalah rendahnya kualitas benur karena pemberian pakan yang tidak sesuai, baik jenis,
ukuran maupun kandungan nutrisinya. Fitoplankton merupakan pakan alami yang
sangat memegang peranan penting sebagai dasar pemenuhan nutrisi pada awal
kehidupan larva udang vaname. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian beberapa
jenis fitoplankton yang diberikan untuk larva udang vaname.
98
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
1.1.2. Tujuan
- Menghasilkan benih udang windu berkualitas untuk masyarakat
pembudidaya, hibah serta restocking dengan teknologi pemeliharaan
berbasis perekayasaaan
- Meningkatkan produktivitas induk vaname untuk menghasilkan naupli yang
berkualitas
- Meningkatkan produksi dan kualitas benih vaname Nusantara
- Menghasilkan benih udang merguiensis siap tebar untuk budidaya di tambak.
- Menghasilkan benih kepiting dan rajungan ukuran stadia crablet5–10 untuk
mendukung kegiatan budidaya di tambak dan restocking
- Menyediakan atau memproduksi benih ikan bandeng dan nila yang
berkualitas untuk kebutuhan budidaya.
1.1.3. Sasaran
- Benih udang windu umur PL > 10, sejumlah 21.000.000 ekor
- Produksi naupli udang vaname nusantara sebanyak 100.000.000 ekor
- Produksi benih vaname sebanyak 30.000.000 ekor (13.000.000 ekor untuk
hibah petambak udang, dan 17.000.000)
99
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
- Sasaran dari kegiatan ini adalah menghasilkan benih sejumlah tiga juta
ekor, dan satu paket petunjuk teknis produksi benih udang jerbung.
- Tersedianya benih kepiting sebanyak 400.000 ekor dan benih rajungan
sebanyak 400.000 ekor.
- Benih bandeng 10.000.000 ekor, benih ikan nila salin 3.000.000 ekor
2.1.2. Metode
Produksi benih udang windu berkualitas dilakukan di unit pembenihan udang
windu Bandengan. Pemeliharaan dilakukan hingga menghasilkan benih siap tebar
pada stadia PL-12. Pemeliharaan larva menggunakan wadah bak semen dengan
ukuran bak 4 x 8 x 2 meter, bak pemeliharaan berada dalam ruang indoor, lengkap
dengan perangkat distribusi air dan udara. Air laut sebagai media pemeliharaan
disaring dengan saringan pasir serta didesinfeksi dengan kaporit dan dinetralkan
sebelum air digunakan. Nauplius disiapkan dari pemijahan induk matang telur dari
alam atau hasil ablasi, ditebar dengan kepadatan 80 - 100 ekor/liter. Pakan alami
berupa phytoplankton Skeletonema sp. diberikan sebelum stadia zoea dengan
kepadatan 20.000 sel/ml. Pemberiaan pakan selanjutnya berupa kombinasi antara
pakan buatan dengan pakan alami dengan jumlah yang disesuaikan dengan
perkembangan stadia (sesuai SOP). Kondisi teperatur media pemeliharaan larva-
postlarva diatur sejak awal penebaran nauplius yakni 30 – 30,5oC, saat pergantian
stadia dari nauplius ke zoea, Pada stadia zoea-2 temperatur media ditingkatkan hingga
33oC-34oC selama 24 jam dan selanjutnya diturunkan pada kisaran temperature normal
yaitu 32oC
Pengelolaan media pemeliharaan meliputi penggantian maupun penambahan air
dilakukan sesuai dengan kondisi media. Pemeliharaan berlangsung hingga stadia PL-
12, dan dilakukan pemeriksaan status kesehatan serta pengujian stress dengan formalin
dan air tawar sebelum pendistribusian benih. Secara keseluruhan, pelaksanaan sistem
100
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2.2.2. Metoda
- Penebaran induk
Induk udang vaname nusantara dipelihara dalam bak pemeliharaan/pematangan
induk dengan kepadatan tebar sebanyak 200-225 ekor/bak dan induk berasal dari
Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, Bali.
Induk jantan berukuran panjang antara 14-17 cm dan berat 30-35 g/ekor dan berumur 7
bulan. Induk betina berukuran panjang antara 15-18 cm, dan berat 34-38 g/ekor dan
berumur 7 bulan. Induk udang vaname dalam kondisi sehat dan bebas virus WSSV
(White Spote Syndrome Virus), TSV (Taura Syndrome Virus) IMNV (Infectious
Mionecrosi Virus) dan IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietie Necrosis
Virus).
- Pengelolaan pakan
Pakan yang diberikan mengandung nutrisi yang baik untuk perkembangan gonad
udang vaname. Pakan segar yang dapat memacu perkembangan gonad udang vaname
adalah cacing laut (Nereis sp.) hidup, cumi-cumi dan tiram/kerang-kerangan. Pakan
segar ini diberikan dengan dosis 40% per hari dari total biomas induk udang, dengan
perbandingan 50% cacing, 25% cumi-cumi dan 25% tiram. Frekwensi pemberian
pakan 3 kali per hari, yaitu pukul 07.00 (cumi-cumi), 12.00 (tiram), dan 17.00 (cacing
laut hidup). Cumi-cumi dan tiram diberikan dalam bentuk daging cincangan (Gambar
1). Siasa pakan, dibuang dengan cara disipon setiap hari.
101
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
- Ablasi
Induk betina yang akan diablasi di tangkap dengan menggunakan seser,
kemudian satu persatu dilakukan ablasi. Peralatan yang digunakan untuk ablasi
(gunting, pisau) harus steril. Setelah ablasi, induk betina tersebut dicelupkan ke dalam
larutan PK beberapa detik, kemudian dimasukan ke dalam bak pemeliharaan.
102
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
jantan yang matang gonad terlihat jelas pada kantong sperma (spermatophore) yang
berwarna putih berisi sperma.
103
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
berisi air laut bersih, dan diaerasi. Pemanenan nauplius dilakukan dengan cara
menyeser naupli yang berkumpul di dalam waring.
- Pemeliharaan Benih (Nusantara dan F1)
Pemeliharaan benih menggunakan naupli vaname Nusantara dan F1, fitoplankton
Skeletonema costatum, fitoplankton Thalassiosira weissflogii, pupuk dan “trace
element”, pakan buatan untuk larva, bahan kimia (EDTA, sodium bikarbonat, kaporit,
minyak ikan. Alat atau sarana yang digunakan antara lain bak pemeliharaan larva/benih,
bak plankton), peralatan pemberian pakan, dan peralatan lapangan.
Rangkaian kegiatan produksi benih ini dengan cara mengatur pemberian plankton
T. weissflogii pada stadia Zoea 1 – Zoea 3 dengan kepadatan 100.000-140.000 sel/ml.
Kemudian stadia Mysis1 – PL10 diberikan S. costatum dengan kepadatan 150.000 –
170.000 sel/ml. Setelah mencapai PL2 kepadatan S. costatum dikurangi sekitar 50.000
– 80.000 sel/ml. Sebagai pembanding pemeliharaan larva hanya dengan menggunakan
S. costatum sejak Zoea 1 – PL10. Pemeliharaan larva sesuai SNI 7311:2009. Produksi
benih udang vaname kelas benih sebar. Bak yang digunakan 5 x 3 x 1,5 m3. Padat
tebar naupli 100 ekor/liter. Kepadatan plankton tetap dipertahankan selama waktu
pemeliharaan. Di samping pakan hidup, diberikan pakan buatan sebanyak 5 kali per
hari. Artemia diberikan setelah udang mencapai stadia PL1. Penghitungan sintasan
benih dihitung pada ahir pemeliharaan (PL10).
2.3.2. Metoda
Induk hasil tangkapan alam, yaitu perairan Puncel-Pati dan Pangandaran
diseleksi sesuai kriteria standar baik tampilan maupun kondisi kesehatan. Seleksi fisik
induk ukuran yang sesuai standar untuk proses reproduksi, organ lengkap dan tidak
cacat serta kulit tampak bersih. Demikian pula status kesehatan harus dideteksi untuk
memilih induk yang terbebas dari virus tertentu terutama White Spot Syndrome Virus
(WSSV). Kepadatan induk maksimum 5 ekor/m2 dengan rasio jantan dan betina 1 : 1-2.
Nauplius dihasilkan dari induk matang gonad alam dan melalui ablasi mata.
Selama proses pematangan, pemberian pakan induk berupa pakan segar (cumi-cumi,
104
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
kerang, hati ayam, cacing nereis). Salah satu jenis pakan segar yang direkomendasikan
untuk tujuan reproduksi adalah cumi-cumi (Memon et al., 2012). Jenis pakan lain yang
digunakan adalah cacing laut (Nereis sp), kerang dan hati ayam yang diberikan secara
bergantian dengan porsi yang sama untuk 3-4 kali pemberian pakan dalam sehari.
Jumlah pakan yang diberikan berkisar 20-25 % total biomas.
Pemeliharaan larva dan post larva dilaksanakan dalam ruangan indoor dan
outdoor menggunakan bak beton kapasitas 10 - 15 m3. Kepadatan tebar naupli 80-100
ekor/L dan dipelihara pada temperatur 30-32 °C dan salinitas 28-31 ppt. Stadia zoea
hingga mysis diberikan fitoplankton dari jenis Skeletonema costatum, Chaetoceros sp
dan atau Thalassiosira sp. Artemia mulai diberikan pada stadia post larva hingga panen.
Kepadatan fitoplankton diberikan sesuai dengan kondisi pemeliharaan. Pakan buatan
juga diberikan dalam bentuk powder sejak stadia zoea.
Pengamatan selama produksi benih meliputi latency period (waktu yang
diperlukan untuk mulai memijah setelah ablasi), produktivitas telur/nauplius, derajat
penetasan telur, dan tingkat perkembangan larva (zoea mysis) stadia post larva.
Pengamatan parameter kualitas air dilakukan setiap hari meliputi : temperatur, salinitas,
kelarutan oksigen dan pH. Pengamatan kesehatan benih dilakukan 3-4 hari menjelang
panen terutama terhadap infeksi virus dengan metode Real time PCR.
2.4.2. Metode
2.4.2.1. Persiapan kegiatan
Persiapan kegiatan pembenihan meliputi sarana bak tandon air laut, bak induk,
bak penetasan dan bak pemeliharaan larva serta penyiapan air bersih. Wadah bak
105
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
dicuci dan menggosok dengan larutan kaporit 15 mg/l, selanjutnya dibilas dengan air
tawar. Aerasi dan kelengkapannya serta seluruh peralatan yang akan digunakan dalam
proses produksi direndam dalam larutan kaporit 100 mg/l selama 24 jam dan dibilas
dengan air tawar hingga bersih. Sebelum digunakan semua peralatan tersebut
dikeringkan minimal 24 jam. Air yang digunakan dalam produksi benih merupakan
hasil dari proses filtrasi metode sand filter.
2.4.2.4. Panen
Panen benih dilaksanakan bila benih mencapai ukuran stadia crablet - 5 atau telah
mencapai ukuran lebar karapas (internal carapace width) mencapai 0,5 – 1 cm. Panen
dilakukan dengan menyurutkan air yang ada di bak kemudian crablet diseser dengan
106
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
seser panen dan ditampung dalam wadah dilengkapi dengan aerasi. Setelah panen
selesai dilakukan penghitungan sesuai dengan kebutuhan.
Sistem pengemasan pada transportasi dengan menggunakan kantong plastik
kapasitas 5 liter. Satu kantong diisi air 2 L dan diberi potongan shelter kecil kemudian
diisi crablet dengan kepadatan 250 – 500 individu/kantong. Setelah diberikan oksigen
dan air laut dengan perbandingan 3 : 2, maka kantong plastik diikat rapat dengan karet
gelang kemudian dimasukkan dalam styrofoam. Perubahan temperatur yang ekstrem
dihindari dengan memberikan es batu dalam kantong plastik. Es batu tersebut
dibungkus dengan kertas koran dan di atur dalam styrofoam hingga suhu berkisar 20 ºC.
Styroform kemudian ditutup dan diplester rapat, selanjutnya benih siap
ditransportasikan.
2.4.2.6.2. Metode
107
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Induk bandeng dipelihara pada bak beton berbentuk silinder dengan diameter
10 m dan kedalaman 3 m. Bak dilengkapi dengan aerasi kuat sampai dasar bak serta
ditutup dengan jaring untuk menjaga induk bandeng agar tidak loncat keluar.
Pergantian air minimal 200 % setiap hari dan sisa makanan disiphon setiap minggu.
Pemberian pakan diberikan 2~3 % dari bobot biomas per hari diberikan 2 kali per hari
yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan telah diperkaya bahan pengkaya dengan
cara mencampurkannya pada pakan. Bahan pengkaya yang digunakan yaitu telur bebek
1 butir/kg pakan, madu 10 ml/kg pakan, vitamin C 0,5 gr/kg pakan, vitamin E 120
gr/kg pakan, minyak cumi 10ml/kg pakan. Bahan pengkaya tersebut diblender menjadi
satu hingga menjadi emulsi kemudian dicampurkan merata ke permukaan pellet.
Kepadatan induk adalah satu induk per 2-4 m3 air. Telur induk bandeng bersifat
melayang dan dengan dorongan air mengalir maka telur akan terkumpul di egg colector
yang dilengkapi dengan saringan ukuran 500 µm. Pemanenan telur dilakukan pada pagi
hari sebelum sinar matahari panas atau sebelum pukul 7 pagi. Selanjutnya telur
diseleksi, telur yang baik akan mengapung dan yang jelek akan mengendap. Telur hasil
seleksi selanjutnya ditebar pada bak larva yang sudah dipersiapkan.
dalam 1 bak dengan perbandingan jantan betina 1:3. Ada terdapat 10 bak pemijahan.
Strain induk ikan nila yang dipijahkan adalah strain pandu dan sultana sebagai induk
betina, sedangkan pejantan digunakan strain gesit. Induk pandu merupakan induk ikan
nila merah hasil pemuliaan yang dilakukan BBI Janti kabupaten Klaten satker dinas
perikanan prov Jawa Tengah. Penggunaan induk gesit sebagai pejantan dimaksudkan
untuk menghasilkan anakan monoseks jantan. Pemberian pakan perhari sebanyak 2%
dari bobot biomassa.
III. HASIL
Benih yang dihasilkan harus berkualitas dan dilakukan beberapa uji tertentu
untuk mengukur status benih yang dihasilkan dan disesuaikan dengan standar uji
109
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
kualitas yang tersedia. Kualitas benih diukur dengan keberadaa infeksi virus
khususnya WSSV, tingkat daya tahan benih melalui uji tantang terhadap air tawar dan
formalin serta beberapa pengamatan mikroskopis. Hasil pengamatan kualitas benih
udang windu secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 2.
110
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Tabel 4. Hasil produksi benih kepiting dan rajungan tahun anggaran 2017
Jumlah benih stadia
No. Siklus Produksi Waktu
crablet5–10 (ekor)
1. Kepiting bakau
1 5 Maret - 9 April 2017 15.000
2 19 Juli – 19 September 2017 92.800
23 September – 15 Nopember 260.000
3
2017
5 Desember – 31 Desember 20.000
4
2017
2. Rajungan
1 2 Februari – 2 Maret 2017 60.000
2 18 April – 23 mei 2017 200.000
3 2 Juni – 3 Juli 2017 200.000
4 26 Agustus – 15 Nopember 129.000
111
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2017
5 22 Nopember – 31 Desember 20.000
Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat bahwa hasil produksi benih unit pembenihan
kepiting dan rajungan BBPBAP Jepara meliputi benih kepiting sebanyak 387.800 ekor
dari target produksi 400.000 ekor atau terealisasi 96,95 % dan benih rajungan sebanyak
609.000 ekor dari target produksi 400.000 ekor atau terealisasi 152,25 %.
Pada tahun 2017 BBPBAP Jepara telah melaksanakan kegiatan restocking pada
beberapa daerah yang terindikasi mengalami penurunan hasil tangkapan. Realisasi
kegiatan produksi benih kepiting dan rajungandisesuaikan dengan waktu, jumlah,
wilayah distribusi dan pemanfaatan benih yang dihasilkan sebagaimana diuraikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Realisasi distribusi benih kepiting dan rajungan tahun 2017
Jenis Jumlah
No. Waktu Wilayah Keterangan
Komoditas (ekor)
1. Kepiting 9 April 2017 15.000 Kab. Bangka Hibah/bantuan benih
Barat
15 Agustus 90.000 Jepara Perekayasaan
2017
19 September 2.800 Demak Budidaya /
2017 pembesaran tambak
16 Oktober 200.000 Perairan Restocking
2017 Kabupaten
Jepara
28 Oktober 30.000 Pantai Restocking
2017 Mangunharjo
Kota
Semarang
15 November 30.000 Perairan Restocking
2017 Kabupaten
Rembang
31 Desember 20.000 Jepara Stadia crablet2
2017 /perekayasaan
2 Rajungan 3 Maret 2017 60.000 Demak Budidaya /
pembesaran tambak
23 Mei 2017 200.000 Perairan Restocking
Kabupaten
Jepara
3 Juli 2017 200.000 Cirebon Budidaya/pembesaran
tambak
19 September 9.000 Demak Budidaya/pembesaran
2017 tambak
28 Oktober 20.000 Pantai Restocking
2017 Mangunharjo
112
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Kota
Semarang
15 November 100.000 Perairan Restocking
2017 Kabupaten
Rembang
31 Desember 20.000 Jepara Stadia
2017 crablet10/kegiatan
perekayasaan
113
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
IV. PEMBAHASAN
114
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
dan jumlahnya sesuai dengan waktu pelaksanaan hibah sehingga hasil produksi bisa
dioptimalkan dengan sintasan yang tinggi.
Kualitas benih menjadi tolok ukur utama pada pengukuran hasil produksi. Benih
bebas virus dan lolos dari beberapa uji tantang dengan kelangsungan hidup atau
sintasan yang tinggi dapat dijadikan acuan pada proses produksi berikutnya. Sisi
menarik dari sistem yang diaplikasikan untuk memproduksi benih bebas virus adalah
penggunaan nauplius dari induk alam yang diambil secara acak tanpa proses screening.
Eliminasi virus dilakukan pada kegiatan pemeliharaan larva dengan perlakuan
hyperthermia serta aplikasi bekteri dan marine yeast untuk meningkatkan immunitas.
Kualitas benih hasil produksi terlihat cukup baik berdasarkan tolok ukur yang
digunakan. Infeksi WSSV tidak terdeteksi pada semua benih yang dihasilkan meski
kelangsungan hidup pada akhir pemeliharaan berfluktuasi dari 10 – 40 %. Benih yang
negatif infeksi WSSV salah satu kemungkinanya disebabkan oleh penerapan pola
hyperthermia pada stadia zoea. Korelasi temperature dan terjadinya infeksi wssv
cukup menarik untuk dicermati. Pada kegiatan budidaya udang terlihat bahwa
kejadian serangan WSSV menurun pada saat musim panas dan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dapat melindungi udang dari infeksi
WSSV. Suhu 32 – 33oC secara signifikan mengurangi kematian pada udang yang
terserang WSSV ( Vidal et al, 2001). Temperature pemeliharaan yang diatur pada
33oC selama 12 – 16 jam/hari dapat mengurangi kematian udang yang terserang WSSV
(Rahman et al, 2007).
Meski belum secara konsisten terlihat, penggunaan Bacillus dan Lactobacillus
serta marine yeast diduga juga meningkatkan immunitas benih yang terlihar dari
kelangsungan hidup benih yang cukup baik pada pengujian perendaman formalin dan
stress dengan air tawar. Bacillus dan Lactobacillus merupakan dua jenis yang banyak
digunakan pada kegiatan akuakultur. Keduanya merupakan probiotik yang sesuai dan
bekerja dengan memodulasi sistem immunitas inang, memproduksi enzym pencernaan
dan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan dan
efektifitas anti mikroba melawan mikroorgansime pathogen (Liu et al, 2010).
Beberapa kajian menunjukkan bahwa kedua strain dari Bacillus dan Lactobacillus
terbukti efektif pada pemeliharaan larva udang windu maupun vaname
Penelitian-penelitian terkini dengan pendekatan nutrisi untuk meningkatkan
immunitas dan pengelolaan penyakit pada kegiatan budidaya dengan beberapa bahan
alami seperti yeast, mikroalga dan ekstrak herbal memperlihatkan hasil yang
menggembirakan. β 1,3 glukan dari jamur tertentu serta ragi terbukti sangat efektif
sebagai immunostimulan untuk meningkatkan daya tahan ikan dan udang dalam
mengatasi infeksi bakteri ataupun virus. Ragi roti. Saccaromyces cereviceae lebih
dahulu dikenal. Marine yeast pertama kali ditemukan dari samudera atlantic dan
selanjutnya marine yeast diisolasi dari berbagai sumber termasuk air laut, deposit di
dasar perairan laut, rumput laut, ikan serta burung laut. Pada saat ini jenis yang banyak
115
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
ditemukan dan diisolasi antara lain dari jenis Candida, Rhodotorula, Debaryomyces,
Pichia dan Trichasparon (Kutty dan Philip, 2008). Beberapa kajian yang dilakukan
pada efektifitas marine yeast memperlihatkan hasil yang cukup menarik. 1.3 glukan
yang berasal dari marine yeast memiliki proteksi terhadap infeksi wssv pada udang
windu lebih baik dibandingkan dengan ragi roti (Sukumaran et al, 2010).
Berdasarkan data tabel diatas realisasi distribusi benih dari kegiatan produksi
benih kepiting dan rajungan mencapai 996.800 ekor dengan rincian benih kepiting
sebanyak 387.800 dan benih rajungan sebanyak 609.000 ekor. Distribusi benih
meliputi beberapa wilayah dan dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan restocking,
pembesaran/budidaya di tambak dan perekayasaan teknologi budidaya. Kegiatan
restocking dilaksanakan meliputi wilayah perairan kabupaten Jepara dengan jumlah
benih yang di restocking sebanyak 400.000 ekor meliputi benih kepiting dan rajungan
masing – masing sebanyak 200.000 ekor, pantai Mangunharjo Kota Semarang benih
kepiting sebanyak 30.000 ekor dan benih rajungan sebanyak 20.000 ekor, perairan
kabupaten Rembang dengan jumlah benih kepiting sebanyak 30.000 ekor dan benih
rajungan sebanyak 100.000 ekor. Pemantauan hasil restocking belum dapat diukur
berdasarkan indikator – indikator parameter yang ada karena kegiatan restocking
dilaksanakan pada lokasi perairan terbuka. Tetapi, diharapkan dengan adanya kegiatan
restocking akan menambah stock populasi kepiting dan rajungan pada kawasan
tersebut serta berdampak pada peningkatan hasil tangkap kedua komoditas pada
117
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
periode waktu mendatang. Selain itu diperlukan standar prosedur operasional (SPO)
restocking dan pemantauan hasil restocking sehingga pencapaian target dari indikator
kegiatan restocking dapat ditetapkan dan dirasakan manfaatnya bagi pemangku
kepentingan terkait.
Selain kegiatan restocking benih kepiting dan rajungan dimanfaatkan oleh
pembudidaya untuk kegiatan pembesaran di tambak. Benih kepiting telah dimanfaatkan
oleh pembudidaya di Kabupaten Bangka Barat Provinsi Bangka Belitung melalui
kegiatan hibah/bantuan benih sebanyak 15.000 ekor, Kabupaten demak sebanyak
71.800 ekor meliputi benih rajungan sebanyak 69.000 dan benih kepiting sebanyak
2.800 ekor, Kabupaten Cirebon sebanyak 200.000 ekor benih rajungan. Selain untuk
kegiatan restocking dan budidaya / pembesaran di tambak benih kepiting dan rajungan
dimanfaatkan untuk kegiatan perekayasaan di internal balai.
Secara keseluruhan distribusi benih kepiting dan rajungan sebagian besar
digunakan untuk kegiatan restocking yaitu 58 %, kegiatan budidaya / pembesaran di
tambak 29 % dan kegiatan perekayasaan 13 %. Hal yang penting untuk diperhatikan
dari kegiatan tersebut adalah mulai nampak minat sebagian pemangku kepentingan
yang semakin meningkat untuk mengembangkan budidaya kepiting dan rajungan
dengan menggunakan benih dari hasil pembenihan.
119
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
tanpa ada pakan alami. Salinitas media pemeliharaan dinaikkan 2-3 ppt per hari hingga
salinitas 15 ppt. Produksi benih nila salin terendah terjadi pada bulan Januari yaitu
sebesar 20.000 ekor. Produksi benih tertinggi tercapai pada bulan september. Nilai rata-
rata produksi benih nila salin pada bulan januari sampai dengan Mei 2017 adalah
sebesar 60.000 ekor, kemudian mulai mengalami kenaikkan produksi rata-rata sebesar
120.000 ekor sejak bulan Juni. Hal ini disebabkan karena produksi larva pada bak
pemijahan induk masih rendah. Rendahnya produksi larva pada bak induk diduga
karena tidak semuanya matang gonad siap mijah oleh karena umur induk yang masih
muda.
Tingkat kelulushidupan benih nila 47% - 80%. Tingkat kelulushidupan benih
nila dipengaruhi oleh kualitas air dan kanibalisme. Kualitas air yang buruk akibat dari
pemberian pakan yang berlebihan tanpa diimbangi dengan sirkulasi air/ ganti air.
Kanibalisme terjadi jika ada benih nila yang berbeda ukuran. Ukuran yang lebih besar
cenderung memangsa ukuran benih yang kecil (1 cm). Untuk mencegah kanibalisme
dilakukan grading ukuran saat 10 hari pemeliharaan awal.
5.1. Kesimpulan
• Dihasilkan benih udang windu bebas wssv sejumlah 15,61 juta ekor yang
digunakan untuk distribusi kepada pembudidaya, kegiatan restocking serta
hibah
• Pencapaian produksi naupli udang vaname dalam tahun 2017 melampaui target
lebih dari 10 kali lipat.(sekitar 1.021.000.000 ekor dari target 100.000.000 ekor).
Sebaliknya peoduksi benih hanya tercapai 75,35 % (sekitar 22.606.000 ekor
dari target 30.000.000 ekor) dan program hibah hanya tercapai 35,84 % (sekitar
4.657.000 ekor dari target 13.000.000 ekor)
• Produksi benih merguiensis telah dilaksanakan dengan total produksi mencapai
13.765.000 ekor untuk kebutuhan produksidan hibah, Teknologi produksi
120
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
benih dapat dikuasai dengan baik, dengan kualitas dan rerata sintasan mencapai
36%.
• Produksi benih kepiting dan rajungan BBPBAP Jepara tahun anggaran 2017
telah diperoleh total benih sebanyak 996.800 ekor meliputi 387.800 ekor crablet
kepiting bakau dan 609.000 ekor crablet rajungan. Sebagian besar benih
diperuntkkan restocking (58 %) dan sisanya untuk pembudidayaan dan
perekayasaan. Wilayah restocking meliputi perairan kabupaten Jepara, Pantai
Mangunharjo Semarang dan perairan kabupaten Rembang. Distribusi benih
untuk kegiatan budidaya meliputi daerah Bangka Barat, Cirebon dan Demak.
• Selama tahun 2017 capaian produksi induk bandeng 100 ekor, produksi benih
bandeng 5.250.000 ekor,dan produksi benih ikan nila salin 1.140.000 ekor.
Hasilnya belum mencapai sasaran yang ditargetkan
• .
5.2. Saran
- Efisiensi produksi benih perlu dilakukan melalui pengkajian substitusi terhadap
Artemia dan pakan pakan buatan yang digunakan.
- Perlu peningkatan produksi naupli dan benih vaname mengingat kebutuhan
masyarakat pembudidaya semakin meningkat
- Perlu ditetapkan metode dan sistem restocking sesuai dengan standar prosedur
operasional (SPO) restocking yang baku.
- Pengembangan budidaya / pembesaran di tambak dengan menggunakan benih
hasil pembenihan sebaiknya dilaksanakan secara terintegrasi di beberapa
wilayah sentra produksi kepiting dan rajungan melalui kegiatan percontohan
atau pendampingan teknis secara rutin dan berkala sehingga diperoleh hasil
produksi yang maksimal.
- Perlu perekayasaan teknik produksi rotifer sehingga mampu mencukupi
kebutuhan harian benih bandeng.
- Perlu dilakukan pendederan benih nila di tambak untuk meningkatkan produksi
benih nila salin.
6.3. KEGIATAN KAWASAN RUMPUT LAUT
I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan perbanyakan bibit rumput laut E. cottonii
dengan teknik kultur jaringan, mengembangkan bibit rumput laut kualitas unggul
122
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
dengan melakukan percontuhan kebun bibit dan budidaya rumput laut jenis Eucheuma
cottonii, Gracilaria verrucosa dan Caulerpa sp.
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah menghasilkan bibit rumput laut jenis E. cottonii
siap aklimatisasi di pantai sebanyak 1000 gram, produksi bibit Gracilaria verrucosa
15000 Kg, produksi bibit Eucheuma cottonii 5000 Kg, produksi rumput laut Caulerpa
sp 500 Kg hibah bibit rumput laut 10.000 Kg, sentra kawasan kebun bibit 1 kawasan,
dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp. 30.000.000
1. Persiapan
Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah melakukan sterilisasi peralatan gelas
dengan pencucian dan di oven pada suhu 150 °C selama 15 menit, sterilisasi selang
aerasi dengan pencucian dan dikukus selama 15 menit, setrilisasi tisu dengan autoclave
pada suhu 121 oC tekanan 1 atm, pembuatan pupuk PES, setrilisasi pupuk pes dengan
penyaringan pada vacuum filter dengan membrane filter 0,2 µm dan disimpan pada
suhu 4 °C pada boltor schott bening 1 liter di bungkus lumunium foil dan plastic wrap,
sterilisasi media kultur pada botol kultur schott bening 1 liter diautoclave pada suhu
121 oC tekanan 1 atm.
b. Aklimatisasi Planlet
Kegiatan aklimatisasi planlet yang dilakukan adalah aklimatisasi planlet di
akuarium, bak fiber dan pantai. Air yang digunakan pada tahap aklimatisasi planlet di
akuarium dan bak fiber adalah air laut yang telah disimpan di tandon setelah disaring
menggunakan sand filter (tanpa penyaringan bertingkat dan plankton net). Tidak
diperlukan pupuk pada tahap aklimatisasi. Adapun tahap – tahap aklimatisasi adalah
sebagai berikut :
1. Aklimatisasi di akuarium
Akuarium yang digunakan, berukuran 60 x 30 x 40 cm3 (P x L x T), sebanyak 2
buah, disusun atas bawah menggunakan meja. Air yang masuk ke akuarium atas,
disaring menggunakan sistem TOP filter dengan penyaring yang terdiri dari : spons
filter akuarium, karang jahe, pasir kwarsa, arang aktif dan spons filter akuarium (urutan
dari bawah ke atas). Kedua akuarium, baik atas maupun bawah, diisi air laut kurang
lebih sebanyak 2/3 dari tinggi akuarium. Akuarium atas diberi kran untuk mengalirkan
air ke akuarium bawah. Akuarium bawah diberi pompa dan pipa bening untuk
menaikkan air dari akuarium bawah ke atas. Selain TOP filter, akuarium atas juga
diberi aerasi untuk pengadukan media dan membantu propagul agar terus bergerak. Hal
ini penting untuk menghindari patah atan hambatan pertumbuhan pada propagul yang
bergesekan. Selain itu, hal ini juga memudahkan propagul untuk menyerap nutrisi dari
media.
Akuarium atas juga dilengkapi dengan pipa pralon indikator ketinggian air untuk
mencegah kelebihan air di akuarium atas. Sistem resirkulasi ini dilakukan untuk
menurunkan suhu media, yang dapat memicu kematian planlet akibat kenaikan suhu
yang terlalu tinggi. Selain sistem resirkulasi, penurunan suhu juga dilakukan dengan
meletakkan akuarium di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Jika
matahari terlalu terik, akuarium bisa ditutup dengan paranet 70% untuk mengurangi
intensitas cahaya yang masuk ke dalam media kultur. Pemeliharaan dalam akuarium
dikontrol agar tetap di range salinitas : 28 – 35 ppm. Lamanya waktu pemeliharaan di
akuarium adalah 2 bulan.
Tahap – tahap aklimatisasi di akuarium diawali dengan membersihkan planlet
yang telah berumur 3 bulan pemeliharaan di dalam laboratorium. Pembersihan
dilakukan menggunakan tisu steril di dalam laminair air flow. Planlet yang telah
dibersihkan, ditimbang berat totalnya kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker
volume 500 mL yang telah diisi dengan air laut media kultur di akuarium dan dibiarkan
selama 10 – 15 menit untuk beradaptasi.
Planlet yang sudah beradaptasi, dimasukkan ke dalam akuarium dan diamati
pertumbuhannya setiap minggu. Akuarium dibersihkan setiap minggu. Air media
kultur juga diganti setiap minggu, sebanyak 100% dari total volume air media yang
126
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
dibutuhkan. Pengamatan pertumbuhan planlet yang berupa data berat total planlet,
diambil setiap minggu.
3. Aklimatisasi di pantai
Planlet hasil aklimatisasi di bak fiber, ditimbang berat totalnya dan dihitung
jumlah individunya. Setelah itu, planlet dimasukkan ke tempat yang lembab dan
dibawa ke pantai. Aklimatisasi yang dilakukan ada 2 cara, yaitu :
cm dan bobot bibit per-rumpun ± 200 gram dengan jumlah bibit 3 ton. Jumlah rumpun
yang ditanam adalah 15.000 rumpun.
III. HASIL
Hasil kerja kelompok rumput laut selama tahun 2017 telah berhasil dengan baik,
dengan prosentase pencapaian antara 61,7% hingga 762,1%. Semua kegiatan dapat
dilaksanakan dengan baik, kecuali pemeliharaan E. cottoni yang mengalami kendala.
Planlet yang dihasilkan siklus pertama di akhir bulan juli telah dicobakan untuk
diaklimatisasi di pantai pada bulan agustus. Hasil aklimatisasi di pantai yang telah
dilakukan diperoleh hasil bibit mengalami kerusakan karena pada saat aklimatisasi
terjadi perubahan cuaca yaitu terjadi hujan dan karamba hapa yang dibuat tergulung
ombak.
kotoran yang menempel, arus yang berubah menjadi kencang pada pemeliharaan
minggu kedua dan turunyya hujan. Akibat dari hal tersebut bibit yang dipelihara patah
dan memutih.
IV. PEMBAHASAN
Kelompok kerja rumput laut telah melaksanakan kegiatan selama 2017 dengan
capaian antara 61 s/d 762%. Target tersebut berupa produksi planlet E. cottonii, bibit
Gracilaria verrucosa, rumput laut Caulerpa. Hibah rumput laut juga telah dilakukan
sebanyak 8.500 kg . Hanya satu kegiatan produk bibit E. cottoni yang mengalami
kegagalan disebabkan bibit yang ditanam di laut rusak karena ombak yang besar akibat
perubahan iklim.
Bibit kultur jaringan selama tahun 2017 dilakukan dengan cara mendatangkan
bibit mikropropagul sebanyak tiga kali dan bibit planlet satu kali. Kegiatan aklimatisasi
di akuarium menggunakan bibit dari pengadaan planlet siap aklimatisasi di akuarium
dan hasil dari kultur mikropropagul di laboratorium. Untuk kegiatan aklimatisasi di bak
fiber merupakan kegiatan lanjutan dari aklimatisasi di akuarium dan kemudian
dilanjutkan kegiatan aklimatisasi di pantai. Indicator kinerja dari kegiatan perbanyakan
130
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
bibit rumput laut E. cottonii ini adalah dihasilkan planlet siap aklimatisasi di pantai
sebanyak 1.000 gram. Dari 3 siklus pemeliharaan yang dilakukan baru dua siklus yang
menghasilkan bibit planlet siap aklimatisasi di pantai, sedangkan untuk siklus ketiga
masih pada tahap pemeliharaan mikropropagul di laboratorium. Planlet yang dihasilkan
siklus pertama di akhir bulan juli telah dicobakan untuk diaklimatisasi di pantai pada
bulan agustus. Hasil aklimatisasi di pantai yang telah dilakukan diperoleh hasil bibit
mengalami kerusakan karena pada saat aklimatisasi terjadi perubahan cuaca yaitu
terjadi hujan dan karamba hapa yang dibuat tergulung ombak.
Penyediaan bibit Gracillaria juga berhasil dengan baik, terbukti berhasil di
panen bibit Gracilaria verrucosa dipanen sebanyak 18.700 kg. Kegiatan pembibitan ini
dari kegiatan kebun bibit monokultur yang dimulai sejak awal tahun 2017 di lakukan di
tambak E3 dan E4. Pembibitan dari kebun bibit polikultur yang dimulai sejak bulan
September hingga saat ini masih dalam perawatan sampai akhir tahun 2017 di tambak
F. Panen bibit yang dihasilkan dari kebun bibit sebanyak 8.500 Kg dihibahkan kepada
petani tambak di kabupaten demak dan sisanya dijual untuk mencapai target PNBP.
Selain untuk penjualan bibit dan hibah, rumput laut yang dihasilkan juga digunakan
sebagai biofilter di saluran tambak dan danau BBPBAP Jepara dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas air guna pasokan tambak ikan dan udang..
Kegiatan kebun bibit E. cottonii pada tahun anggaran 2017 mulai dilaksanakan
pada bulan agustus 2017. Menggunakan bibit G-5 yang didatangkan dari BBPBL
Lampung sebanyak 3000 kg. Bibit ditanam per rumpun 200 gram sebanyak 1500
rumpun 75 tali bentang 50 m. dari pemeliharaan kebun bibit yang dilakukan
mengalami kerusakan pada pemeliharaan minggu pertama dan rusak total pada
pemeliharaan 3 minggu. Kerusakan bibit yang dipelihara disebabkan banyaknya
kotoran yang menempel, arus yang berubah menjadi kencang pada pemeliharaan
minggu kedua dan turunyya hujan. Akibat dari hal tersebut bibit yang dipelihara patah
dan memutih.
Kegiatan budidaya Caulerpa sp. juga mengalami keberhasilan yang tinggi
bahkan lebih tinggi dibanding dengan kegiatan bibit kultur jaringan maupun Gracillaria
dilihat dari prosentase realisasi kegiatan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
ditambak K, dengan tambak bentuk segitiga ditebar dengan bibit dari koleksi
pemeliharaan 2016 dan dan pengadaan bibit baru sebanyak 100 kg. Kegiatan
penyediaan bibi Caulerpa ini juga merupakan inisiasi awal untuk mengembangkan
rumput laut jenis Caulerpa racemosa dan Caulerpa lentilifera berasal dari perairan
Sulawesi Selatan, dengan bentuk untaian yang memiliki kualitas lebih bagus dibanding
dengan spesies lokal. Penebaran bibit di tambak dilakukan sejak awal bulan maret
sampai akhir tahun dieroleh hasil produksi 3.810,7 kg. Pemeliharaan Caulerpa sp. di
tambak dilakukan pada bulan Maret s/d Nopember, dengan curah hujan tidak terlalu
tinggi, yaitu pada saat salinitas lebih tinggi dari 20 ppt. Salinitas dibawah salinitas
tersebut menyebabkan Caulerpa sp rusak bahkan mati.
131
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
5.1. Kesimpulan
Kelompok kerja (POKJA) Kawasan kebun bibit rumput laut telah melaksanakan
kegiatan perbanyakan bibit rumput laut E.cottonii melalui teknik kultur jaringan,
pengembangan kebun bibit Gracilaria verrucosa, pengembangan kebun bibit E.
cottonii, pengembangan buddaya Caulerpa sp.
5.2. Saran
Perlu pengembangan teknik aklimatisasi planlet di pantai dan pemilihan lokasi
yang baik untuk kebun bibit rumput laut khususnya kebun bibit E. cottonii.
132
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan produksi dan produktivitas
udang secara optimal, sebanyak 8.000 kg.
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah sintasan > 70% dan berat rerata > 15 g.
133
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2.3 Metode
Pada kegiatan produksi udang vaname di tambak ini melalui teknik perbaikan
kondisi media pemeliharaan. Tahapan proses kegiatan produksi udang vaname di
tambak adalah sebagai berikut :
134
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
135
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
bakteri probiotik yang menngandung bakteri bacillus sp dengan dosis awal adalah 1
kg/L per ha dan penggunaan molase.
Aplikasi probiotik dilakukan pada media pemeliharaan dan pada udang melalui
aplikasi pakan. Aplikasi probiotik pada media pemeliharaan dengan tujuan untuk
mempercepat penguraian bahan organik sehingga tidak terbentuk senyawa beracun
seperti amonia dan nitrit. Aplikasi bakteri probiotik juga untuk mendesak dominasi
bakteri vibrio sp yang cenderung bersifat patogen. Perlakuan aplikasi probiotik mulai
dilakukan 7 hari, setelah sterilisasi, selanjutnya aplikasi secara rutin dilakukan 1 - 2
kali tiap minggu.
Teknik aplikasi probiotik pada media pemeliharaan dengan metoda aktivasi
bakteri. Adapaun caranya adalah dengan menebar langsung probiotik yang telah di
aktivasi. Cara aktivasi probiotik adalah dengan persiapan wadah aktivasi berupa ember
(volume 20 L) dan diisi air tambak yang akan di tebar probiotik. Tambahkan sumber
karbon (molase) sekitar 250 cc dan diaduk merata. Selanjutnya diukur nilai pH air
dalam wadah aktivasi. Bila kurang dari 6 tambahkan kapur sekitar 50 - 100 g agar nilai
naik pada nilai pH 7. Sebagai sumber nitrogen pertumbuhan probiotik dilakukan
penambahkan pupuk Urea/ZA dosis 100 g dan aduk merata. Tambahkan probiotik
sekitar 100 g atau 100 mL dan aduk secara merata. Biarkan spora bakteri berkembang
selama 0,5 - 1 jam dan kemudian ditebar pada tambak (Supito et.al, 2014).
Aplikasi probiotik dilakukan juga pada udang dengan tujuan untuk
memperbaiki pencernaan udang melalui pengkayaan pada pakan. Aplikasi probiotik
pada pakan bertujuan untuk mendesak dominasi bakteri vibrio pada usus. Cara
pengkayaan pada pakan adalah dengan mencapur 3-5 g probiotik; 10 cc molase, 3 g
ekstrak bawang putih dan 3 cc multivitmin per kg pakan. Bahan-bahan tersebut di
campur dan diencerkan dengan air secukupnya. Campuran bahan tersebut selanjutnya
di campurkan pada pakan pellet dan dikeringkan dengan cara diangin angikan.
Pencampuran ini bisasanya dilakukan 1 jam sebelum pemberian.
2.3.4 Pemeliharaan
a. Pengelolaan air
Pengelolaan air diarahkan pada sistem semi floks yaitu keseimbanan dominasi
plankton dan probiotil. Aplikasi probiotk dilakukan setiap 1 hingga 2 kali seminggu
dengan dosis probiotik 0,5 kg/ha. Untuk mempertahankan keseimbangan C/N rasio
pada kisaran 12-20 dilakukan aplikasi sumber karbon (molase) dengan dosis 2,5-5%
dari total pakan yang telah diberikan selama 1 minggu. Aplikasi molase dapat
136
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
b. Penglolaan pakan
Pemberian pakan menggunakan pakan komersial dengan kadar protein pada
awal pemeliharaan sekitar 38%. Dosis pemberian berkisar 50% biomas (awal
pemeliharaan) dan menurun hingga 2.5% menjelang akhir pemeliharaan. Frekuensi
pemberian pakan 2-5 kali/hari sesuai dengan berat udang. Jumlah pakan di anco sekitar
0.5 % (berat udang 3 gram) dan meningkat hingga 1 %. Waktu kontrol di anco mulai 2
jam dan menurun hingga 1,5 jam. Sebagai acuan jumlah pakan, frekuensi pemberian
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Udang memiliki cara makan dengan dikerikiti sedikit demi sedikit yang berbeda
dengan cara makan ikan yang langsung di telan setiap butiran pakan. Oleh karena itu
diperlukan teknik pemberian pakan pada udang yang tepat dengan memperhatikan
tingkah laku kebiasaan pakan udang. Hal ini dilakukan agar laju komsumsi udang
tinggi sehingga pakan yang diberikan cepat habis dimakan udang. Pemberian pakan
yang telah diperkaya dengan feed additive dilakukan pada saat kondisi lingkungan baik
yaitu pada siang hari dengan demikian laju konsumsi udang akan meningkat.
Tabel 3. Program pemberian pakan
Waktu makan dan jumlah pakan (%) Saat
Berat rata-
Frekuensi monitoring
rata (g) 06.00 10.00 15.00 19.00 22.00
(jam)*
0,01-2,0 2x 50 50
2,0-5,0 3x 40 40 20
5,0-10,0 4x 20 30 30 20 2,5
>10,0 5x 20 25 25 20 10 2,5
* setelah makan
2.3.5 Panen
Pemanenan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi udang laju
pertumbuhan dan kondisi kualitas air terutama adalah kandungan oksigen terlarut.
Panen dilakukan bila sudah mencapai ukuran konsumsi:
3.1 Produksi
Hasil kegiatan pemeliharaan udang vaname adalah seperti Tabel 3.
Tabel 3. Produksi tambak uang vaname
Uraian Tambak
138
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
A3 A4 A5 A6
Produksi (kg) 3.015 3.429 3.318 3.348
Bobot rerata (g) 15.00 15.24 15.15 15.08
Size (ekor/kg) 67 67 71 71
Sintasan (%) 67 75 73 74
Pakan (kg) 8.240 8.750 8.590 8.380
FCR 2,733 2,552 2,589 2,503
Kegiatan ini mengalami kejadian serangan WSSV pada semua petak mulai
umur pemeliharaan hari ke 90 - 110. Secara visual serangan peyakit WSSV di tandai
dengan terlihatnya nafsu makan udang yang meningkat kemudian menurun dengan
drastis, dan selanjutnya disusul dengan udang berenang ke permukaan atau menempel
di pematang, warna tubuh berubah menjadi kemerahan, warna air cenderung berubah
ke warna hijau gelap.
Serangan penyakit WSSV dapat mengakibatkan kematian masal secara cepat
sehingga produktivitas juga menurun dibanding kondisi tambak yang normal.
Kematian yang mendadak dan cepat mengakibatkan produktivitas turun, sehingga nilai
FCR tinggi. FCR pada kegiatan ini berkisar antara 2,5 – 2,73, hal ini dikarenakan
jumlah udang yang dapat di panen berkisar antara 67% - 75% dari perkiraan biomass.
139
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Pada saat laju konsumsi pakan meningkat, maka jumlah pakan perlu ditambah hingga
kondisi laju konsumsi pakan normal. Pada kegiatan yang dilakukan ini mengalami
serangan penyakit WSSV yang menyebabkan terjadinya kematian mendadak, sehingga
udang yang dapat dipanen tidak maksimal dan akhirnya berdampak pada tingginya
FCR pakan, yaitu antara 2,5 – 2,67.
Laju pertumbuhan harian (ADG) udang yang normal rata-rata 0,18-0,22 g/hari.
Pertumbuhan udang masih tergolong ke pertumbuhan yang normal (Tabel 4), namun
akibat serangan penyakit WSSV yang parah menyebabkan panen lebih awal. Beberapa
kasus dilaporkan serangan penyakit WSSV ini dapat mengakibatkan kematian secara
serentak dan menimbulkan kerugian bagi para pembudidaya.
140
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
4.1. Kesimpulan
Produksi dari kegiatan ini mencapai 13.110 kg, hasil ini melebihi dari target
yang diharapkan (> 8.000 kg), namun FCR melebihi dari 1,5. Sedangkan sintasan yang
dicapai berkisar antara 67,0 – 75,0% dan berat rerata sekitar 15,12 g.
4.2. Saran
Perlu dilakukan kajian lanjutan pengendalian media pemeliharaan dengan
meminimalisir perubahan parameter yang dapat mengakibatkan berubahnya kondisi
kualitas air untuk meningkatkan produktivitas dan produksi udang.
141
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
mendegrasi bahan organik sisa pakan dan kotoran udang sehingga akan menghindari
terbentuknya senyawa beracun untuk udang yang dipelihara, contoh seperti senyawa
ammonia dan nitrit. Plankton dalam ai media pemeliharaan berfungsi sebagai
penyestabil kualitas air, yang akan memanfaatkan unsur hara amonium hasil degradasi
bakteri pengurai.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan teknologi produksi udang penaeid
(vaname) sebanyak > 7.000 kg.
1.3. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah menghasilkan rerata laju
pertumbuhan (ADG) udang antara 0,18 – 0,20 g dan sintasan > 70%.
timbangan, seser,ember,
anco, rakit
2.3. Metode
2.3.1. Persiapan lahan budidaya
Persiapan wadah budidaya dimaksudkan untuk mengoptimalkan kondisi lahan
budidaya sehingga mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname.
Desain tata letak. Wadah budidaya terdiri dari petak sterilisasi/tandon, petak
pembesaran udang dan petak pengolah limbah dengan biofilter. Perbaikan konstruksi
petakan tambak untuk membuat tambak kedap kedap sehingga tidak ada rembesan air
antar petakan atau petakan dengan saluran untuk mencegah terjadinya potensi transfer
pathogen. Pembuatan sentral drain di tengah petakan tambak untuk memudahkan
pengambilan lumpur dan sisa pakan selama pemeliharaan dengan cara disipon maupun
dengan pengeluaran melalui saluran out let. Pemasangan bioekuriti dengan pagar
keliling kawasan tambak kajian untuk mencegah masuknya pathogen atau carier
penyakit. Untuk memperbaiki kulitas dasar tambak dilakukan pengeringan dan
pembersihan kotoran lumpur organik. Aplikasi desinfektan pada dasar tambak untuk
membunuh bibit virus/bakteri dan bibit blue green alga (BGA).
144
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
5 ppm dengan dosis perbandingan pupuk Nitrogen (ZA) dan TSP adalah 5:1. Stimulasi
plankton (jika diperlukan) pada petak pembesaran udang dilakukan dengan
menambahkan inokulum dari kultur Chlorella murni yang telah diendapkan.
2.3.4. Pemeliharaan
a. Pengelolaan air
Pengelolaan air diarahkan pada sistem semi floks yaitu keseimbanan dominasi
plankton dan probiotil. Aplikasi probiotk dilakukan setiap 1 hingga 2 kali seminggu
dengan dosis probiotik 0,5 kg/ha. Untuk mempertahankan keseimbangan C/N rasio
pada kisaran 12-20 dilakukan aplikasi sumber karbon (molase) dengan dosis 2,5-5%
dari total pakan yang telah diberikan selama 1 minggu. Aplikasi molase dapat
dilakukan bersamaan dengan aplikasi bakteri probiotik. Penambahan pupuk juga
disesuaikan sehingga mendapatkan nilai N/P rasio yang cocok untuk pemeliharaan
udang.
Penambahan air selama pemeliharaan hanya dilakukan untuk mempertahankan
ketinggian air. Penambahan air hanya dilakukan untuk mengganti air yang hilang
karena penguapan atau rembesan atau pada saat kondisi darurat pada saat kualitas air
menurun. Perlakukan untuk mempertahankan kualitas air adalah dengan dilakukan
penyiponan kotoran dasar tambak yang dilakukan secara periodik.
b. Penglolaan pakan
Pemberian pakan menggunakan pakan komersial dengan kadar protein pada
awal pemeliharaan sekitar 38%. Dosis pemberian berkisar 50% biomas (awal
pemeliharaan) dan menurun hingga 2.5% menjelang akhir pemeliharaan. Frekuensi
pemberian pakan 2-5 kali/hari sesuai dengan berat udang. Jumlah pakan di anco sekitar
0.5 % (berat udang 3 gram) dan meningkat hingga 1 %. Waktu kontrol di anco mulai 2
jam dan menurun hingga 1,5 jam. Sebagai acuan jumlah pakan, frekuensi pemberian
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
145
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
2.3.5. Panen
Pemanenan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi udang laju
pertumbuhan dan kondisi kualitas air terutama adalah kandungan oksigen terlarut.
Panen dilakukan bila sudah mencapai ukuran konsumsi:
3.1. Pertumbuhan
Hasil pengukuran pertumbuhan mutlak udang vaname selama pemeliharaan 95
hari dari kelima petak kanjian rata-rata 14,42 ± 0,3316 g/ekor. Data pertumbuhan
mutlak udang vaname pada kelima petak tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pertumbuhan mutlak (g) udang vaname
Umur (hr) H3 H4 H5 H6 Rataan (g)
35 4,13 4,17 4,08 4,05 4,14
146
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
3.2. Produksi
Berdasarkan rataan laju pertumbuhan harian menunjukkan dan data produksi
(Tabel 6) bahwa luas petakan tambak sekitar 3.500 m2 dengan menggunakan kincir 6
buah dapat mencapai produktivitas per m2 sekitar 0,7 kg. Produktivitas persatuan luas
tambak masih bisa ditingkatkan bila dilakukan penambahan sarana aerasi dan sarana
pendukung lainnya. Hal ini di tunjukkan bahwa degan pengurangan kepadatan
(penjarangan), bahwa laju pertumbuhan udang semakin meningkat. Produktivitas total
pada kegiatan budidaya udang adalah 9,859 kg/ha atau produktivitas per hektar sekitar
7.000 kg. Hasil ini melebihi target yang direncanakan 7.000 kg/ha. Sintasan yang
dihasilkan hingga panen, yaitu sekitar 56,96%, capaian ini di bawah target sebesar 75%.
147
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Rendahnya sintasan ini disebabkan akibat meningkatnya salinitas (>30 ppm) pada
umur 65 hari, sehingga mengalami penurunan yang cukup drastis.
Nilai parameter amonia, nitrit yang merupakan toksid untuk udang selama
pemeliharaan sangat rendah. Pengelolaan pakan yang baik sehingga mengeliminir sisa
pakan yang berlebihan. Penyiponan lumpur sisa pakan dan kotoran udang di central
drain yang dilakukan setiap minggu mampu mencegah pembentukan amonia dan nitrit.
Limbah tambak yang terdiri dari sisa pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), dan
pemupukan terakumulasi di dasar tambak maupun tersuspensi dalam air. Limbah ini
terdegradasi melalui proses mikrobiologi dengan menghasilkan amonia, nitrit, nitrat,
dan fosfat (Zelaya et al., 2001). Sisa pakan (uneaten feed) dan sisa hasil metabolisme
mengakibatkan tingginya kebutuhan oksigen untuk menguraikannya (oxygen demand).
Kemampuan ekosistem kolam budidaya untuk menguraikan bahan organik terbatas
148
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
sehingga dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Boyd,
et al.,2004).
Nilai parameter pH air harian berkisar 7,6-8,0. Kondisi pH yang stabi pada
kisaran tersebut menunjuukan bahwa terjadi kesimbangan antara densitas plankton dan
bakteri yang baik melalui alikasi probiotik dan molase serta penambahan pupuk
nitrogen (ZA) secara reguler setiap 2 x seminggu dapat menumbuhan plankton dan
bakteridengan baik. Pengapuran dosis 2-5 ppm dilakukan setiap 2 hari sekali dapat
meningkatkan alkalinitas. Tambak dengan alkalinitas tinggi akan mengalami fluktuasi
pH harian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tambak dengan nilai alkalinitas
rendah (Boyd, 2002). Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat
meningkatkan nilai alkalinitas terutama tambak dengan nilai total alkalinitas dibawah
75 ppm.
Kandungan bahan organik mencapai 318 ppm. Namun demikian amonia dan
nitrit sangat rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa prose dekomposisi bahan
organik berlangsung dengan baik oleh baktei probiotik. Limbah tambak yang terdiri
dari sisa pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), dan pemupukan terakumulasi di
dasar tambak maupun tersuspensi dalam air. Limbah ini terdegradasi melalui proses
mikrobiologi dengan menghasilkan amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat (Zelaya et al.,
2001).
4.1. Kesimpulan
a) Pertumbuhan udang kurang optimal (< 15 g) dan sintasan juga cukup
rendah (56,96%), namun produksi total mencapai > 9.859 kg (melebihi
target yang direncanakan).
b) Beberapa parameter kualitas air selama pemeliharaan menunjukkan nilai
yang cukup optimal, kecuali salinitas di atas 30 ppt.
4.2. Saran
Perlu kajian lanjutan dalam mengelola daya dukung sebagai langkah
untuk menghasilkan produksi dan produktivitas udang di tambak yang lebih
baik.
149
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
musim tertentu, bulan Februari-Mei udang ini sangat jarang ditemukan. Oleh karena itu,
udang jerbung ini layak menjadi kandidat budidaya di samping udang windu maupun
udang vaname.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menerapkan teknik produksi udang putih di
tambak dengan auto-heterotrop sistem, menggabungkan plankton dan bakteri untuk
menciptakan kestabilan lingkungan media budidaya.
1.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan produksi udang putih ini adalah tercapainya tingkat
kehidupan 60%, berat rata-rata 11 g per ekor, biomas 5.500 kg.
7. Anco 10 buah
8. Saringan Hitam (> 200 Mikron) 20 meter
9. Saringan Hijau (80 - 100 Mikron) 20 meter
10. Besi Galvanis 1 inchi 20 batang
11. Senter 1 buah
12. Tali Nilon 6 mm 2 kg
13. Pondasi Kicir air 80 unit
14. Timbangan pakan skala 150 kg 1 buah
2.3. Metode
152
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Tabel 3. Pemberian pakan yang disesuaikan dengan umur dan ukuran udang
Umur Berat Rata- Diet Pakan Dosis Frekuensi Respon Udang
Udang rata Udang Pakan (%) Pemberian per dalam Anco
(hari) (g/ekor) hari (kali) (jam)
1 – 15 0,005 – 1,0 I 80 – 50 2 3
16– 30 1,1 – 2,0 I+II 50 – 30 2-3 2,5 – 3,0
31– 45 2,1 – 3,0 II 30 – 15 3 2,5 – 3,0
46 – 60 3,1 – 4,0 II+III 15 – 10 3-4 2,5
61 – 75 4,1 – 6,5 III 10 – 5 4 2,0 – 2,5
76 – 90 6,6 – 8,5 III+IV 5–3 4-5 2,0 – 2,5
91 – 105 8,6 – 11,5 IV 3–2 5 2
Pengelolaan air dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan kualitas air harian
dan laboratorium. Air tambahan adalah harus melalui sterilisasi Desinfektan Kaporit
60% dosis 30 ppm. Kemudian pemupukan, apabila warna air berubah bening atau
terjadi bloming plankton sedangkan probiotik diaplikasikan apabila nilai gas
berbahaya seperti amonia dan nitrit tinggi diatas kisaran optimal dan total dominasi
bakteri vibrio sp. >103.
2.3.6. Panen
Pendugaan produksi dilakukan dengan cara sampling, dengan jumlah titik
sampling lebih banyak daripada sampling rutin 2-3titik sehingga di peroleh data
kualitas, ukuran serta perkiraan biomas udang panen. Penentuan masa panen dilakukan
pada saat tidak banyak udang yang moulting.
Panen dilakukan setelah udang telah mencapai ukuran permintaan pasar. alat
tangkap udang menggunakan jala dan krikit. Panen dilakukan dengan cepat untuk
mempertahankan kualitas udang.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Data Produksi
Data Produksi kegiatan produksi udang putih di tambak dengan auto-heterotrop
sistem dapat dilihat pada tabel tabel 4 sedangkan data pertumbuhan bisa di lihat pada
gambar 1.
Tabel 4. Data Produksi udang putih di tambak dengan auto-heterotrop sistem
Kode Luas Jumlah padat tebar SR Populasi berat Biomas
Petakan efektif tebar (ekor/m2) (%) (ekor) rata-rata (kg)
(m2) (m2) (ekor) (g/ekor)
K1 2400 360.000 150 56,9 204.840 11,29 2.313
K2 2000 240.000 120 58,5 140.400 11,61 1.630
K5 2000 200.000 100 65,9 131.800 11,97 1.578
TOTAL 800.000 60,43 477.040 5.520
Perbedaan padat tebar memberikan pengaruh cukup besar pada tingkat
154
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
kelangsungan hidup dan bobot rata-rata udang putih. Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat
padat tebar petak K1 adalah 150 ekor/m2, petak K2 (120 ekor/m2) dan petak K3 (100
ekor/m2). Tingkat kehidupan petak K5 lebih tinggi yaitu 65,9 % dengan bobot rata-rata
udang adalah 11,97 g, petak K2 58,5 % dengan bobot rata-rata 11,61 g dan petak K1
memiliki tingkat kehidupan paling rendah yaitu 56,9% dengan bobot rata-rata 11,29
g.
Pertumbuhan udang putih di tambak dihitung dari berat awal post larva (PL) 10
yaitu 0,005 g sampai denga akhir masa pemeliharaan (panen total) umur 106 hari.
Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa Penambahan berat harian udang tidak terjadi
perbedaan yang terlalu jauh dimana petak K1 adalah 0,106 g, petak K2 0,109 g dan
petak K5 0,11 g.
meliputi temperatur atau suhu, pH, salinitas dan kandungan oksigen terlarut (dissolved
oxygen/DO), sedangkan pada tabel 7 disajikan data alkalinitas, total bahan organik,
amonia (NH3), nitrit (NO2), fosfat (PO4) selama masa pemeliharaan.
Tabel 6. Data Kualitas air harian
Kode petak Suhu pH Salinitas Oksigen
o
( C) (ppt) terlarut
(mg/l)
K1 26,5-31,8 7,5-8,7 10-33 2,9-5,8
K2 26,1-31,4 7,3-8,5 10-33 3,2-6,0
K5 26,3-31,6 7,3-8,6 10-33 3,5-6,2
Tabel 7. Data Kualitas air mingguan
Kode Alkalinitas TOM NH3 NO2 NO3 P04
petak (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
K1 34-136 70-314 0,0 - 2,00 0,0 - 0,77 0,0 - 0,89 0,13-1,30
K2 43-204 81-263 0,0 - 3,27 0,0 - 0,56 0,0 - 1,14 0,17-1,16
K5 46-193 98-237 0,0 - 2,46 0,0 - 0,69 0,0 - 1,13 0,16-0,87
masa pemeliharaan memiliki pola yang sama, yaitu cenderung meningkat mulai
minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-9 pemeliharaan dan sedikit menurun pada
akhir pemeliharaan. Nilai kelimpahan bakteri tertinggi terdapat pada petak K2 dan
petak K5.
IV. PEMBAHASAN
misalnya parasit. Patogen udang tidak semuanya akan menimbulkan penyakit, hal ini
disebabkan jalur masuknya kedalam tubuh inang misalnya saluran pencernaan. Bakteri
Vibrio spp. mampu meproduksi enzim-enzim yang sangat penting peranannya pada
proses patogenisitas. Vibrio spp. tidak mempunyai inang yang khusus, sehingga
tingkat virulensi dan gejala yang ditimbulkan lebih dari satu jenis udang hampir sama.
Garno (2004) menyatakan sumber bahan organik dalam budidaya udang
sebagian besar atau 90% berasal dari pakan, hanya 22% yang dikonversi menjadi
biomassa udang dan 7% dimanfaatkan oleh aktivitas mikroorganisme, sedangkan 14%
terakumulasi dalam sedimen dan 57% tersuspensi pada air tambak.
5.1. Kesimpulan
1. Dari kegiatan budidaya udang putih di tambak dengan auto-heterotrop
sistem telah mampu menghasilkan biomas 5.520 kg dengan tingkat
kehidupan 60,43% dan berat rata-rata 11,62 g.
2. Konversi pakan (FCR) dari hasil budidaya udang putih ini masih tinggi
yaitu >2,0 dan Pertambahan berat harian rata-rata 0,11 g selama 106 hari
menunjukkan belum efisiennya jenis udang ini untuk di budidayakan,
dibandingkan jenis udang penaeid lainnya yaitu udang vaname dan udang
windu.
3. Pengelolaan kualitas air dengan auto-heterotrop sistem telah mampu
memberikan kondisi lingkungan budidaya yang optimal bagi udang putih
yang di pelihara, walaupun sempat beberapa parameter mengalami
peningkatan pada pertengahan masa budidaya seperti bahan organik 237-
314 mg/l, amonia 2,0-3,27 mg/l dan nitrit 0,89-1,14 mg/l. Air budidaya
didominasi dari filum Chlorophyta rata-rata diatas 3.000.000 individu/liter.
159
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
5.2. Saran
Perlu kajian lebih lanjut untuk proses budidaya udang putih ini untuk
menjawab permasalahan biaya tinggi karena FCR <2 dan pertumbuhan
lambat.
I. PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan
tambak diperlukan adanya suatu solusi dengan memfungsikan tambak melalui
diversifikasi komoditas budidaya, salah satuny adalah komoditi ikan bandeng. Ikan
bandeng merupakan salah satu sumber protein hewani yang harganya cukup ekonomis
dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi dalam bentuk ikan segar
juga dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto.
Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan
hidup untuk Penangkapan tuna/cakalang (Ismail A dan A. Sudrajat, 1992). Kelebihan
lain yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti
160
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
suhu, pH, kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap kisaran kadar garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai
sifat kanibal sehingga ikan ini mempunyai kecenderungan untuk dibudidayakan dengan
kepadatan tinggi terutama penggelondongan (Ismail, A., dkk. 1994).
Dalam usaha budidaya benih sampai ukuran gelondongan merupakan
komponen penentu menuju keberhasilan budidaya. Permasalahan yang dihadapi saat
ini adalah rendahnya teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik
itu padat tebar, pemberian pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat
pertumbuhan dan kelulusan hidup yang didapatkan masih sangat rendah. Untuk itu,
diperlukan adanya informasi yang akurat menyangkut teknologi produksi ikan bandeng
di tambak sebagai acuan yang dapat dimanfaatkan oleh petani/pengusaha tambak.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan produksi ikan bandeng ukuran
konsumsi secara berkelanjutan.
1.3. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah ikan bandeng konsumsi size 5
ekor/kg, sintasan >70% dan total produksi sebanyak 4.500 kg.
2.3. Metode
Pemeliharaan ikan bandeng mulai dari nener hingga konsumsi diperlukan waktu
sekitar 6 bulan yang terdiri dari 3 tahap pemeliharaan (sistem berpindah), Tahapan
kegiatan ini dilaksanakan sebagai berikut :
a. Tahap pertama (penglondongan) adalah pemeliharaan ukuran nener menjadi ukuran
glondong ukuran 3-5 cm. Tahapan ini menggunakan petak ukuran antara 500-1.000
m2 dengan kedapatan samapi 50 ekor/m2. Pakan utama adalah plankton/klekap
sehingg perlu penumbuhan plankton. Lama pemeliharaan antara 1-1,5 bulan.
Sintasan pada penggelondongan ini antara 30-50%.
b. Tahap kedua adalah penggelondongan ke dua dengan ukuran tebar glondong 3-5cm
menjadi bandeng ukuran 10-12 cm dengan padat tebar 3-5 ekor/m2. Makanan
utama adalah kelekap dan pakan tambahan. Lama pemeliharaan sekitar 2 bulan.
Sintasan pada tahap ini adalah 60-70%.
c. Pemeliharaan tahap ketiga adalah pembesaran dari ukuran glondong besar ukuran
10-12 cm menjadi ukuran konsumsi. Pada tebar adalah 1-2 ekor/m2. Makanan
utama adalah klekap, lumut dan pakan tambahan. Lama pemeliharaan 2-3 bulan.
162
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
III. HASIL
3.1. Hasil
3.1.1. Produksi
Kegiatan pembesaran ikan bandeng dilakukan secara bertahap mulai dari tahap
penggelondongan sampai dengan produksi akhir ukuran konsumasi. Kegiatan produksi
ikan bandeng konsumsi dilakukan pada petak tambak plastik ukuran 4.000 m2 dengan
kepadatan tebar 1-2 ekor/m2 dan pemeliharaan ini dilaksanakan 3 siklus. Total benih
yang ditebar sejumlah 35.000 ekor ukuran 7-10 cm dengan berat sekitar 20 g/ekor
(Tabel 3). Pemberian pakan dilakukan secara adliitum dengan dosis 6-8% dari
biomass/hari.
Tabel 3. Produksi bandeng ukuran konsumsi
Siklus Jlh Tebar Ukuran Tebar Jumlah Size SR
Pemeliharaan (ekor) per ha (cm) panen (ekr/kg) (%)
(kg)
1 10.000 7-10 1.450 4 58
2 15.000 7-10 2.000 6 67
3 10.000 7-10 1.100 5 55
Jumlah 35.000 - 4.550 - -
163
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
IV. PEMBAHASAN
Pertumbuhan ikan bandeng tiap siklus pemeliharaan cukup baik, yaitu hal ini
terlihat ukuran bandeng yang dipanen rerata 200 g/ekor (Tabel 3). Pertumbuhan yang
normal didukung oleh ukuran tebar di petak pembesaran sudah sudah ukuran adaptif
terhadap lingkungan, dan juga didukung dengan pemberian pakan yang standar.
Sedangkan rerta sintasan pada akhir pemeliharaan termasuk cukup baik, yaitu sekitar
60%, namun masih dibawah target yang diharapkan. Pertumbuhan bandeng yang
normal selama pemeliharaan antara 3 – 5 bulan berkisar 180 – 300 g/ekor (Anonimous,
1985 dan Bagarinao T.U, 1991).
Kisaran parameter kualitas air setiap siklus pemeliharaan bervariasi, hal ini
lebih disebabkan kondisi musim dan cuaca (Tabel 4). Namun secara umum kondisi
parameter kualitas air pada setiap siklus pemeliharaan tidak mengalami fluktuasi yang
drastis. Namun untuk mendukung pertumbuhan dan sintasan pada pemeliharaan ikan
bandeng berkisar antara 5 – 25 ppt dan oksigen terlarut > 3 ppm (Supratno SKP, et al,
2008).
5.1. Kesimpulan
- Produksi ikan bandeng di tambak mencapai 4.550 kg dengan size antara 4 –
6 ekor/kg dan sintasan 60% (lebih rendah dari target yang diharapkan),
- Penebaran benih bandeng ukuran lebih besar (ukuran 7-10 cm) pada
produksi bandeng konsumsi menghasilkan ukuran yang lebih baik dan
pemeliharaan lebih singkat (< 3 bulan).
5.2. Saran
164
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
memiliki mutu yang baik dan aman untuk dikonsumsi. Untuk itu berbagai regulasi
mengenai keamanan pangan telah dikeluarkan sejumlah negara untuk melindungi
warganya. Untuk itu, produk-produk perikanan sebagai salah satu komoditi ekspor
Indonesia haruslah memiliki mutu yang terjamin dan aman dikonsumsi untuk dapat
bersaing di pasar global.
Dalam rangka meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia, KKP
membentuk Otoritas Kompeten sebagai otoritas yang diharapkan dapat memberikan
jaminan mutu dan keamanan pangan dari produk-produk perikanan Indonesia. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah melalui program NRCP (National Residue Control
Plan).
Salah satu kelompok senyawa yang dimonitor kandungannya dalam produk
perikanan adalah kelompok senyawa logam berat (Pb, Cd, Hg). Produk perikanan tidak
boleh mengandung logam berat yang lebih besar dari nilai Batas Maksimum Residu
(BMR). Untuk memonitor kandungan senyawa tersebut perlu dilakukan analisa
kandungan logam berat dengan metode uji telah tervalidasi.
Pemakaian antibiotika pada produksi udang mengancam kelancaran produk
tersebut ke pasar dunia, terutama Eropa. Seperti misalnya pada tahun 2006-2007, Uni
Eropa menolak sepuluh kontainer udang dari Sumatera Utara yang diekspor melalui
pelabuhan Brussel, Belgia. Penolakan itu berkaitan dengan ditemukannya residu
antibakterial pada produk perikanan Indonesia yang dinilai membahayakan kesehatan.
Sebagai antisipasi penolakan ekspor udang Indonesia oleh Uni Eropa, KKP
membentuk Otoritas Kompeten sebagai otoritas yang diharapkan dapat memberikan
jaminan mutu dan keamanan pangan dari produk-produk perikanan Indonesia. Oleh
karena itu, pada tahun 2017 diprogramkan untuk melakukan pengujian residu
antibakterial pada komoditas budidaya dan pakan di laboratorium residu BBPBAP
Jepara
1.2. Tujuan
Melakukan layanan analisa sampel untuk kesehatan ikan dan lingkungan, residu,
pakan dan bahan baku pakan.
.
1.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan layanan kesehatan ikan dan lingkungan adalah melakukan
analisa sebanyak 7.000 sampel dari kawasan budidaya.
2.1.1. Bahan
Bahan yang dipergunakan untuk analisa penyakit, anlisa residu, pakan dan
bahan baku pakan, kualitas fisika kimia lingkungan budidaya disajikan pada Tabel 1, 2,
3 dan 4 .
169
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Volume
No. Jenis Barang Jumlah Satuan
1. Kit untuk Real-Time PCR 100 reaksi 2 kit
TaqMan universal PCR master mix,
2. 200 reaksi/kit 2 kit
TaqMan Fast virus 1-step master mix,
3. 200 reaksi/kit) 2 pak
4. MicroAmp Fast Optical 96-well 4 pak
5. MicroAmp Optical Adhesive Film 2 pak
6. Primer Real Time PCR dan probe 2 set
2.1.2 Alat
1) Mesin PCR
2) Perangkat alat dokumentasi untuk PCR
3) Autoclave
4) Oven
5) Inkubator
6) Hood laminar flow
7) Tissue processor
8) Mikrotom
9) Staining device
10) Mikroskop trinokuler
11) Analisa logam berat dengan Atomic Absorption Spectrometry (AAS).
171
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
172
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 3. Dumatherm , peralatan analisis kadar protein, kadar karbohidrat, kaar serat
dan kadar lemak
2.2. Waktu dan Tempat
Kegiatan dilakukan tahun anggaran 2017, bertempat di laboratirum Manajemen
Kesehatan Ikan dan Lingkungan serta Fisika Kimia Lingkungan dan Residu
2.3. Metode
1) Analisa PCR
Prinsip metode PCR adalah melakukan penggandaan DNA secara in vitro,
melibatkan penggunaan bahan untuk amplifikasi DNA pada sequen spesifik
dengan perantaraan primer spesifik dan difasilitasi ensim Taq Polimerase dan
keberadaan dATP, dTTP, dGTP, dCTP dan buffer. Selanjutnya hasil
amplifikasi DNA segmen spesifik dijalankan pada gel agarose selanjutnya
dilihat pada sinar UV dan di dokumentasikan.
2) Analisa mikrobiologi
Analisa mikrobiologi dilakukan dengan cara melihat keberadaan secara
kuantitatif bakteri total dan Vibrio, dengan cara menumbuhkan pada media
agar dan TCBS, setelah diinkubasikan kemudian dilakukan penghitungan dan
dilanjutkan identifikasi.
173
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
6) Analisis nutrisi pakan dan bahan baku pakan menggunakan metode standar
yaitu:
SNI 01 2354.2.2006
SNI 01 2354.1.2006
SNI 01 2354.3.2006
IK 3 P 16 IV
IK 3 P 16 V
In situ preparation of fatty acids methyl ester for analysis of fatty acids
composition in food
III. HASIL
174
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Tabel 8. Jumlah sampel yang dianalisa laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan,
meliputi Laboratorium Manajemen Kesehatan Hewan Akuatik (MKHA) dan
Fisika Kimia Lingkungan Residu (FKLR)
JUMLAH SAMPEL TOTAL
No. BULAN KUMULATIF %
MKHA LINGKUNGAN
1 Januari 458 194 652 652 9,31
2 Februari 332 157 489 1141 16,30
3 Maret 602 323 925 2066 29,51
4 April 542 268 810 2876 41,09
5 Mei 875 307 1182 4058 57,97
6 Juni 517 230 747 4805 68,64
7 Juli 382 303 685 5490 78,43
8 Agustus 459 248 707 6197 88,53
9 September 657 365 1022 7219 103,13
10 Oktober 593 386 979 8198 117,11
11 November 605 327 932 9130 130,43
12 Desember 439 115 554 9684 138,34
JUMLAH SAMPEL TOTAL 9684
Dalam bidang analisa bahan baku pakan, pakan, kualitas lingkungan tanah dan
air budidaya maka selama melakukan aktifitas pada tahun 2017, laboratorium fisika
kimia lingkugan residu melakukan kegiatan analisa sampel sebanyak 3.223 total
sampel. Analisa sampel tersebut meliputih ruang linkup uji (1) layanan analisa logam
berat Pb, Cd, Hg, (2) layanan jasa analisis residu antibakterial dan kontaminan pada
komoditas budidaya dan pakan, (3) analisa bahan baku pakan dan pakan, serta (4)
layanan jasa analisis fisika kimia lingkungan budidaya.
berasal dari kegiatan pakan mandiri milik Balai maupun pakan mandiri dari kelompok
tani di daerah serta pengujian dalam rangka Sertifikasi Pakan (program Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya – Kemeterian Kelautan dan Perikanan).
IV. PEMBAHASAN
Kegiatan 2017 telah dapat dilaksanakan dengan baik, dengan realisasi analisa
sampel laboratorium Kesehatan ikan dan lingkungan sebanyak 9.684 sampel atau
capaian sebesar 138%. Kegiatan layanan kesehatan telah menganalisa sebanyak 6.461
sampel, sedangkan layanan analisa lingkungan residu dan pakan telah menganalisa
sebanyak 3.223 sampel. Layanan kesehatan ikan meliputi analisa PCR, mikrobiologi
dan parasit telah memberikan layanan pada sistem pengelolaan di hacthery dan tambak
dengan target untuk antisipasi dini terhadap serangan penyakit. Dampak kegiatan
layanan adalah dapat tersedianya benih bebas virus berbahaya, seperti WSSV, IHHNV,
IMNV yang menjadi kendala utama dalam sistem pemeliharaan udang. Jenis parasit
yang ditemukan paling banyak menyerang udang adalah Zoothamnium sp. dan
Vorticella sp. Sedangkan jenis parasit pada ikan yang paling banyak ditemukan adalah
Trichodina sp., Dagtylogyrus sp. dan Epistylis sp.
Layanan pemeriksaan sampel kesehatan ikan terbanyak adalah pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting terutama terhadap bakteri
Vibrio. Berbagai kasus penyakit umumnya didahului dengan meningkatnya populasi
Vibrio. Kasus penyakit berak putih (White feces syndrome) adalah paling banyak
dijumpai di tambak udang yang diakibatkan tingginya populasi Vibrio dalam air.
Berbagai analisa masih diperlukan terutama komposisi jenis Vibrio yang memicu
terjadinya serangan penyakit.
Kegiatan lain yang juga merupakan bagian dari analisis sampel adalah layanan
pada bidang lain, yaitu realtime PCR, analisa mikrosatelit, sekuensing dan produksi
177
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
probiotik. Kegiatan ini mendukung kegiatan di divisi lain. Analisa real time PCR
adalah untuk mengecek kondisi induk udang untuk virus WSSV, IMNV, IHHNV, agar
dihasilkan benih specific pathogen free (SPF). Induk yang dicek apabila mengandung
salah satu virus akan dimusnahkan. Kegiatan analisa mikrosatelit adalah layanan untuk
mengetahui genetik induk udang yaitu mengetahui kekerabatan induk yang akan
dikawinkan. Hanya induk yang termasuk satu galur dengan tingkat kekerabatan genetik
tinggi yang selanjutnya akan dikawinkan. Produksi probiotik juga merupakan kegiatan
kerekayasaan untuk mensuplai baik tambak internal maupun eksternal sebagai layanan
masyarakat. Capaian kegiatan analisa baik Real-time PCR, analisa mikrosatelit dan
sekuensin serta produksi probiotik sudah memenuhi target, melebihi 100%.
Laboratorium FKLR telah memberikan layanan antara lain dalam bidang
kendali mutu bahan baku pakan dan pakan terhadap kemungkinan kontaminasi logam
berat serta terkendalinya pakan yang beredar sudah sesuai dengan komposisi nilai
nutrisi yang terkandung di dalamnya. Hasil pemantauan terhadap kualitas fisika dan
kimia perairan budidaya menunjukkan beberapa parameter sudah melebihi nilai
ambang batas, seperti bahan organik yang mencapai hingga 300 mg/L, nitrit perairan
dan tambak yang mencapai lebih dari 0,5 mg/L. Rekomendasi terkait dengan parameter
yang melebihi ambang juga telah diberikan, namun terkendala sarana dan prasaran
yang tersedia memang terbatas. Hal ini mengakibatkan terjadinya kegagalan tambak
udang di beberapa wilayah. Hasil analisa kualitas mutu pakan dipergunakan untuk
melakukan pendaftaran baik terhadap produk BBPBAP maupun produsen pakan yang
merupakan binaan BBPBAP. Analisa bahan baku pakan juga untuk keperluan industri
pakan mandiri agar mutu pakan yang dihasilkan standar terhadap komposisi protein,
lemak maupun karbohidrat, serta kandung mikroelemen lainnya.
5.1. Kesimpulan
a. Layanan kesehatan ikan dan lingkungan telah melakukan sistem
monitoring dan pembinaan dalam hal kesehatan ikan dan lingkungan
pada kawasan budidaya.
b. Target penerimaan sampel untuk layanan kesehatan ikan dan
lingkungan adalah 7.000 sampel, telah terealisasi sebanyak 9.684
sampel, terdiri dari layanan analisa kesehatan ikan sebanyak 6.461
sampel dan analisa kimia fisika tanah air, pakan dan residu sebanyak
3.223 sampel.
5.2. Saran
178
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
dapat dijadikan sebagai alternatif guna memenuhi kebutuhan pakan ikan. Hal tersebut
disebabkan karena pakan alami mudah di dapat dalam jumlah yang banyak sehingga
dapat menunjang sintasan larva ikan karena pakan alami memililki kandungan nutrisi
tinggi dan memiliki ukuran yang cukup bagi bukaan mulut larva. Fitoplankton yang
dapat dikultur guna penyedia pakan bagi larva adalah Thalasiosirra sp, Chaetocheros
sp, Nannochloropsis sp, Tetraselmis sp dan beberapa fitoplankton jenis lainnya.
Mengingat pentingnya pakan alami dalam usaha pembenihan ikan, maka perlu adanya
pengetahuan tentang tehnik kultur fitoplankton yang baik sehingga dapat mencukupi
kebutuhan pakan bagi larva.
Selain jenis rotifer, zooplankton jenis copepoda oithona sp dan kutu air
diaphanosoma sp dapat sebagai pakan alternatif bagi larva udang maupun ikan.
Sebagai pakan hidup, copepoda dapat merupakan pakan penyelang antara rotifer dan
Artemia atau sebagai substitusi atau komplemen dari artemia, tetapi sampai saat ini
keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal kandungan protein
copepoda (oithona sp) ini tidak kalah dari artemia, bahkan memiliki kandungan
kalsium yang lebih tinggi dari artemia (Kusmiyati dkk., 2002).
Konsep dasar pengembangan cacing nereis dalam kaidah budidaya adalah
pemanfaatan “potensi” cacing tersebut sebagai pakan alami induk udang penaeid.
Sumartono, B. (2004) menyatakan bahwa pemberian pakan induk udang windu dengan
komposisi 40% dari cacing nereis memberikan respon pertumbuhan yang signifikan
dibandingkan dengan komposisi 100% dari cumi-cumi. Difinisi tersebut mempertegas
pernyataan Mujatmoko (1999) bahwa respon perilaku makan dan pertumbuhan juvenil
udang penaeid dapat ditingkatkan dengan pemberian pellet yang mengandung tepung
cacing nereis. Yuwono dan Rahmad (2000) menyatakan bahwa kandungan asam
amino essensial yang terkandung dalam cacing nereis dapat meningkatkan
pertumbuhan udang penaeid sampai 80%. Konsep dasar lainnya yang juga mendasari
pengembangan cacing nereis adalah biologi cacing nereis itu sendiri seperti diouseous,
monotelik, sex eksternal dan kemampuannya sebagai indikator kelayakan kualitas
tanah.
Nereis sp merupakan salah satu jenis cacing laut yang sangat dibutuhkan
khususnya pada pembenihan udang laut. Beberapa penelitian memperkirakan sekitar
5.300 spesies yang sudah teridentifikasi (Barnes, 1982). Cacing tersebut umumnya
hidup di daerah pantai sampai estuarin dengan kondisi substrat lumpur berpasir,
dangkal dan dipengaruhi oleh pasang surut. Menurut Junardi (2001), substrat yang
mengendap banyak mengandung bahan organik. Bahan organik dimanfaatkan oleh
organisme bentos termasuk Nereis sp. Yusron (1985) menjelaskan bahwa cacing laut
bersifat detritus feeder (memakan sisa-sisa bahan organik) atau deposit feeder
(pemakan endapan). Seiring dengan berkembangannya kegiatan pembenihan udang,
kebutuhan dan permintaan cacing laut semakin meningkat. Saat ini cacing laut banyak
180
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
diambil dari lingkungan alam seperti pantai dan daerah muara sungai yang berpotensi
menggangu habitat populasi alaminya dan merusak lingkungan. Sehingga perlu
adanya upaya budidaya cacing laut agar dapat diperoleh ukuran dewasa untuk
memenuhi permintaan hatchery udang dan menjaga kelestarian induk cacing laut dan
menjaga kelestarian alam.
Kegiatan produksi pakan alami ini di BBPBAP Jepara tahun anggaran 2017 terdiri
atas beberapa kegiatan antara lain: fitoplankton, zooplankton, dan cacing nereis yang
selengkapnya akan dilaporkan.
1.2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk: a) menyediakan bibit fitoplankton skala masal dan
skala laboratorium; b) penyediaan tepung plankton dan pasta; c) penyediaan rotifera
untuk kebutuhan internal; d) penyediaan paket informasi teknolgi pakan alami serta
cacing Nereis.
1.3. Target
Sasaran kegiatan adalah: a) produksi Fitoplankton skala masal 960 m3; b) skala
Laboratorium 1.000 liter; c) produksi tepung plankton 10 kg; d) produksi pasta
plankton 50 kg; e) produksi Rotifer kepadatan 100 ind/ml 656 m3; f) Informasi
teknologi produksi fitoplankton satu paket; g) informasi teknologi produksi
zooplankton satu paket; dan i) informasi teknologi budidaya cacing nereis degan sistem
rak.
2.3. Metoda
2.3.1. Kultur Fitoplankton
Jenis-jenis fitoplankton. Fitoplankton yang dikultur adalah: Chlorella sp,
Skeletonema costatum, Chaetoceros, Spirulina platensis, Thalasiosirra sp,
Nannochloropsis sp dan Tetraselmis. Kegiatan kultur dilakukan pada ruang
terbuka semi outdoor dengan volume kultur 100-1.000 liter. Kegiatan
selanjutnya adalah kultur skala massal pada bak beton pada sistem outdoor. Bak
kultur berukuran 10 m3 dengan media air laut yang melalui sistem filtrasi dan
dilengkapi dengan sistem aerasi. Jumlah inokulan yang digunakan sebanyak 10-
30% dari volume kultur.
Pemanenan fitoplankton. Pemanenan dilakukan ketika sel fitoplankton
berada pada fase pertumbuhan. Cara pemanenan Skeletonema sp dan Spirulina
sp digunakan saringan plankton net karena ukuran sel nya cukup besar.
Pemanenan dapat dilakukan secara gravitasi atau menggunakan pompa celup
dimana bagian ujung pipa pembuangan dipasang kantong, selanjutnya dibilas
dengan air tawar sebanyak 2-3 kali untuk mereduksi sisa media kultur. Biomasa
yang terkumpul selanjutnya disebut dengan pasta/jel. Pasta selanjutnya di
simpan dalam feezer selama seminggu atau langsung di lakukan proses
pengeringan untuk produksi tepung fitoplankton. Pemanenan fitoplankton
Chlorella sp dilakukan dengan cara memberikan bahan flokulant berupa soda
api (NaOH) ke dalam kultur massal Chlorella sp. dengan dosis 100 ppm (100
g/m³ volume kultur). Supernatan dibuang dan tinggal endapapan Chlorella.
Endapan chlorella selanjutnya dipindahkan ke wadah berbentuk kerucut dan
diberikan aerasi kecil. Penyimpanan > 1 minggu, diberikan pupuk chlorella
dosis 10%.
182
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
III. HASIL
3.1. Hasil
3.1.1. Fitoplankton
Capaian kinerja laboratrium Pakan Hidup hingga Desember 2017 sejumlah 7
indikator ditunjukkan sebagaimana pada Tabel 1. Sebanyak 6 indikator mencapai
target > 100 %, sedangkan 1 indikator capaiannya kurang dari 100%.
Tabel 1. Realisasi capaian kinerja Laboratorium Pakan Alami Tahun 2017
No Uraian indicator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
(%)
1 Produksi fitoplankton m3 960 984 103
(masal)
2 Produksi fitoplankton (Lab) liter 1.000 1.674 167
3 Produksi tepung plankton kg 10 22,8 258
4 Produksi pasta plankton kg 50 222,3 445
3
5 Produksi Rotifer m 656 380 58
6 Petunjuk Teknis Paket 1 1 100
7 Setoran PNBP Rupiah 35.000.000 49.650.000
3.1.2. Cacing Nereis
184
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
dilihat bahwa semakin besar ukuran cacing nereis yang dibudidayakan menunjukkan
pertumbuhan semakin besar pada akhir kegiatan (umur 60 hari)
Tabel 2. Hasil pengamatan pertumbuhan individu (g) dan pertambahan berat (g)
cacing Nereis berdasarkan padat tebar
Umur Wadah I Δ ώ Wadah Δώ Wadah Δώ Wadah Δώ
(hari) (g) (g) II (g) III (g) IV (g)
(g) (g) (g)
0 0.375 0.385 0.390 0.390
60 0.625 0.004 0.640 0.004 0.655 0.004 0.675 0.004
Keterangan: Padat tebar wadah I: 150 ekor; wadah II: 200 ekor; wadah III: 250 ekor; wadah IV: 300
ekor
Hasil sintasan pada wadah I (150 ekor) adalah 100%; wadah II (200 ekor) adalah
90.0%; wadah III (250 ekor) adalah 89.3%; wadah IV (300 ekor) adalah 85.2%.
Terjadinya perbedaan sintasan antara wadah satu dengan wadah lainnya sepenuhnya
karena faktor padat tebar dimana terjadi persaingan sempurna dalam pemanfaatan
lahan dan makanan (bahan organik).
Hasil pengamatan kualitas media pada masing-masing wadah dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4. Hasil pengamatan kualitas media cacing nereis berdasarkan padat tebar
Wadah pH Bahan Organik (%) Redok (meV)
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
I 7.56 7.32 11.34 8.76 -45 -79
II 7.55 7.46 11.45 8.54 -50 -75
III 7.56 7.55 11.43 832 -48 -68
IV 7.56 7.51 11.45 8.41 -49 -72
Keterangan: Padat tebar wadah I: 150 ekor; wadah II: 200 ekor; wadah III: 250 ekor; wadah IV: 300
ekor
IV. PEMBAHASAN
Produksi fitoplankton terbanyak dihasilkan pada triwulan III (Gambar 1), hal ini
terkait dengan banyaknya permintaan bibit murni baik secara internal maupun eksternal.
Gambar 3. Total produksi pasta dan tepung Spirulina, Chlorella dan Skeletonema
Distribusi tepung alga kepada pelanggan eksternal pada tahun 2017 sebanyak
15,8 kg dan produk pasta sebanyak 20 kg. Rincian distribusi tepung dan pasta ke
pelanggan eksternal dapat dilihat pada Gambar 4.
187
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Gambar 4. Distribusi eksternal produk pasta dan tepung Spirulina, Chlorella dan
Skeletonema
4) Kultur Zooplankton
Zooplankton yang dikultur secara masal sebanyak 4 species yang dilakukan
dalam bak beton berukuran 2 m3 sebanyak 8 unit di dalam ruang indoor. Wadah kultur
lainnya menggunakan bak fiber sebanyak 2 unit dan kontainer box volume 80 liter
sebanyak 8 buah. Kultur dilakukan secara terus menerus karena adanya permintaan
eksternal terhadap kebutuhan sebagai pakan benih ikan hias di daerah Bandung dan
Purworejo. Total produksi sebanyak 525 liter dengan spesies Rotifer, Copepoda dan
kutu air Diaphanosoma. Kepadatan yang dikirim untuk masing-masing 2.000 ind/mL
untuk rotifer dan kepadatan 100 ind/ml untuk kopepoda dan Diaphanosoma. Adapun
rincian produksi dari masing jenis zooplankton dapat dilihat pada Gambar 5.
188
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Indikator kinerja dengan capaian produksi rotifer dengan kepadatan 100 ind/mL
kurang dari 100% (hanya 58%). Tidak tercapainya indikator kinerja ini dikarenakan
fungsi Laboratorium Pakan Hidup yang semula sebagai penyedia rotifer bagi
kebutuhan masal untuk pembenihan ikan bandeng, rajungan dan kepiting berubah
fungsinya sebagai penyedia bibit rotifer. Perubahan fungsi tersebut terjadi mulai bulan
April 2017.
2) Sintasan
Sintasan adalah prosentase akhir suatu kegiatan dengan cara menghitung secara
total dari populasi yang ada dibandingkan dengan jumlah populasi pada awal
pemeliharaan (Effendie, 1991). Hasil kajian Yuwono, E. (1996) menyatakan bahwa
sintasan cacing nereis sangat tergantung pada padat tebar. Sintasan pada wadah I
(padat tebar 150 ekor) adalah 100%. Sintasan pada wadah II (padat tebar 200 ekor)
adalah 90.0%. Sintasan pada wadah III (padat tebar 250 ekor) adalah 89.3%. Sintasan
pada wadah IV (padat tebar 300 ekor) adalah 85.2%. Terjadinya perbedaan sintasan
antara wadah satu dengan wadah lainnya sepenuhnya karena faktor padat tebar dimana
terjadi persaingan sempurna dalam pemanfaatan lahan dan makanan (bahan organik).
189
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Data kualitas media yang diamati selama budidaya cacing nereis adalah pH,
bahan organik dan redoks potensial. Seperti yang dinyatakan oleh Yuwono, E. dan B.
Rahmad, (2000) bahwa cacing nereis mampu dijadikan sebagai indikator kualitas tanah
(media), maka pengamatan kualitas media dilakukan untuk melihat dampak langsung
input produksi (pakan buatan) terhadap perubahan parameter tanah serta melihat
kemampuan cacing nereis dalam merombak input produksi.
3) Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas media pada masing-masing wadah dapat dilihat pada
Tabel 4. Pemberian pakan buatan dan dilakukan sirkulasi memberikan perubahan pada
parameter media seperti penurunan pH tanah, penurunan bahan organik dan penurunan
redok potensial. Penurunan pH tanah pada masing-masing wadah yang tidak seragam
disebabkan oleh sintasan cacing nereis yang tidak sama, Dengan pemberian pakan
yang distandarkan pada dosis 0.25 ppm, maka penurunan pH disebabkan oleh
penumpukan Nitrogen (N) dari pakan yang bersifat asam. Hal yang sama juga terlihat
dari hasil pengamatan redok potensial, dimana semakin asam suatu media maka
semakin rendah pula redok portensialnya. Hasil pengamatan bahan organik yang
menurun pada semua wadah menunjukkan bahwa pada wadah tersebut terjadi proses
perombakan bahan organik yang dilakukan oleh organisme perombak yaitu cacing
nereis. Dengan demikian, maka cacing nereis sebagai biota bentik dapat dijadikan
sebagai indikator kelayakan kualitas tanah (media).
5.1. Kesimpulan
Laboratorium Pakan Hidup selama tahun 2017, telah mencapai target
kinerja >100% dari enam indikator, kecuali satu indikator yaitu produksi rotifer yang
masih rendah. Perubahan fungsi yang semula sebagai produksi masal menjadi fungsi
penyedia bibit sebagai faktor penyebab rendahnya target produksi rotifer.
Telah didapatkan satu paket informasi teknologi (infotek) budidaya cacing nereis
jenis virens (Nereis virens) sistim air mengalir metode rak dengan sub pembahasan
padat tebar, jenis dan diameter media (pasir) budidaya dan ukuran tebar.
5.2. Saran
Perlu perekayasaan teknik produksi baik fitoplankton maupun zooplankton pada
skala masal untuk peningkatan kepadatan sel.
Perlu dilakukan kajian ulang budidaya cacing nereis berdasarkan jenis media
pasir, sistim dan metode budidaya, diameter media pasir, nutrisi (protein) pakan buatan,
frekwensi dan dosis pemberian pakan.
190
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
dengan kapasitas masing masing 150 kg/jam dan 400 kg/jam. Dengan adanya mesin
extruder pada tahun 2016 Laboratorium pakan buatan ditugasi memproduksi pakan
apung dan tenggelam dengan bahan baku lokal. Hingga tahun 2017 unit produksi
pakan BBPBAP Jepara telah berhasil memproduksi berbagai jenis pakan dengan
kualitas yang standar (SNI) dengan jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 90 ton.
1.2. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah memproduksi pakan ikan ter standar (SNI Pakan
Ikan) dengan bahan baku yang berasal dari sumber lokal.
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah menghasilkan pakan ikan apung sebanyak 90.000
kilo gram selama tahun 2017.
2.3 Metode
Proses pembuatan pakan ikan mengacu pada standar Cara Pembuatan Pakan
Ikan yang Baik (CPPIB). Pembuatan pellet dapat dilakukan setelah komposisi bahan
192
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Formulasi Pakan
Penepungan
Pencampuran
Pencetakan
Pengeringan
Pengepakan
Pakan yang diproduksi merupakan pakan untuk ikan bandeng ,nila serta udang
dengan kisaran protein untuk bandeng, lele dan nila 32 % dan udang protein 36%.
Pakan apung berbentuk silinder dengan diameter 1 mm; 2 mm dan 3 mm terapung serta
memiliki aroma ikan yang cukup kuat. Pemakaian masih lingkup internal BBPBAP
dan eksternal dan masih dalam taraf perbaikan dalam menghasilkan formula yang tepat
sesuai kebutuhan nutrisi masing masing ikan. Kendala yang dihadapi dalam proses
pembuatan diantaranya ketersediaan bahan baku yang berkualitas terutama tepung ikan.
Hal ini karena tepung ikan yang ada dipasaran biasanya memeiliki kualitas yang tidak
stabil. Proses pembuatan juga mengalami kendala pada saat penghalusan pakan karena
belum memiliki penepung yang mampu menghasilkan partikel pakan dengan ukuran
193
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
125-250 mikron secara seragam. Selama tahun 2017 telah dihasilkan pakan sebanyak
90.000 kilogram. Hasil ini baru mencapai 51,66% dari target 180.000 kg dikarenakan
bahan baku tidak diterima pada awal tahun sehingga produktifitas pakan belum
maksimal. Pakan yang diproduksi juga dalam taraf uji coba dengan protein 32-45
persen.
Uji coba dilakukan pada unit produksi pembesaran BBPBAP jepara dan telah
berhasil menyamai produk pakan pabrikan yang biasa digunakan. Selain
dipakeinternal,pakan juga diberikan untuk hibah sebanyak 25 ton ke berbagai daerah
diantaranyan Kab boyolali untuk budidaya lele, Kab Banjarnegara untuk nila, BBI
Cangkringan untuk nila. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pakan yang digunakan
untuk hibah memiliki kualitas yang setara dengan pakan pabrikan, hal ini diketahui dari
nilai rerata FCR yang diperoleh pada saat panen yang berkisar antara 0.9- 1,1 baik idi
ikan lele maupun ikan nila. Selama tahun 2017 capain produksi baru 51,66%, karena
terkendala pengadaan bahan bakudan anggaran yang turundi pertengahan dan
mendekati akhir tahun.
4.1 Kesimpulan
Kegiatan ini mampu memproduksi pakan sebanyak 90.000 kg dengan
perincian masing-masing untuk komoditas ikan, lele, bandeng, dan udang.
4.2 Saran
Produk pakan masih perlu dilakukan modifikasi bahan baku terutama
substitusi tepung ikan dengan kedelai dan perlu ditingkatkan aroma dan rasa
yang dihasilkan sehingga ikan memiliki daya rangsang yang tinggi.
194
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
I. PENDAHULUAN
195
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Hal ini dilakukan karena benih ukuran juvenil (D-25, D-30) belum mampu ditebarkan
langsung ke lahan pembesaran karena dalam pertumbuhannya, juvenil masih sensitif
terhadap pengarauh lingkungan, mudah stres, dan tingkat mortalitasnya cukup tinggi
bila pengelolaannya kurang baik. Pendederan merupakan rangkaian kegiatan dalam
budidaya pembesaran ikan kakap putih sampai menjadi ukuran ikan konsumsi
(Soetomo, 1996).
1.2 Tujuan
2.1.1 Artemia
Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini seperti disajikan pada Tabel 1 dan
Tabel 2 berikut
Table 1. Bahan yang dipergunakan dalam budidaya Artemia
Uraian satuan Jumlah
Kista Artemia kaleng 96
Pupuk anorganik kg 1.500
Bahan desinfektan kg 10
Garam grosok/rakyat kg 2.500
Box buah 100
Plastik kg 30
Karet kg 25
Lakban buah 25
Isi ulang oksigen tabung 10
Pupuk organik kg 2.000
Bungkil kelapa kg 2.800
Ikan rucah kg 1.100
2.3 Metoda
2.3.1 Artemia
1) Budidaya Artemia pada tambak skala model
198
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Tahapan kegiatan produksi Artemia di tambak skala model adalah sebagai berikut:
a) Persiapan tambak. Persiapan tambak meliputi: perbaikan konstruksi, perapian
tanggul, dan pemasangan plastik LHDPE pada keliling pematang tambak
Artemia (PA), pengeringan dasar tambak, pemberantasan hama dan pemangsa
Artemia dan pemupukan dasar (SOP Persiapan tambak). Pemupukan dasar
menggunakan pupuk organik kotoran ternak yang telah di fermentasi dan
anorganik. Pemupukan susulan menggunakan pupuk anorganik dan organik 10-
20 % dari pemupukan awal.
b) Petak penguapan (PE). Penyiapan dan kontruksi petak penguapan atau
peminihan untuk meningkatkan salinitas yang dikehendaki (>110 g/L) dengan
kemiringan sedemikian rupa agar memudahkan air mengalir secara gravitasi ke
masing-masing petakan (PE1-15)
c) Penyiapan air salinitas tinggi. Air bersalinitas tinggi disebut sebagai brine
water. Brine water adalah air dengan salinitas diatas 250 g/L dilakukan dengan
cara menguapkan air laut di petak PE1-15
d) Pengisian air. Air payau dari saluran di pompa ke tandon. Air tandon
selanjutnya di pompa dan jemur di petak PE1-15 secara gravitasi hingga salinitas
mencapai >100 g/L. Air bersalinitas >100 g/L di tampung pada petak
penampungan/reservoir (R) dan kemudian di pompa/masukan ke petak PA yang
kedalaman air hingga paling sedikit 60-70 cm. Air di tambak PA dipertahankan
pada salinitas 110-140 g/L.
e) Pemupukan. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk
anorganik 200 -250 kg/ha, pupuk organik 1,000 kg/ha dan pemupukan susulan
pupuk anorganik 10 – 20 kg dan organik 100 kg
f) Penebaran. Nauplius diperoleh dari penetasan kista Artemia. Nauplius dengan
kepadatan 500 – 1,000 ekor/L ditebarkan ke tambak saat pagi hari yang diawali
dengan adaptasi atau penebaran biomasa hidup Artemia dari bak H10-20
g) Pembuatan pakan. Pakan yang dipergunakan dalam pemeliharaan Artemia di
tambak adalah "silase ikan" dan bungkil kelapa. Silase dibuat dengan cara
fermentasi dari ikan berkualitas rendah yaitu dicuci bersih dan menambahkan 3-
5% asam formiat dalam rendaman ikan, kemudian disimpan selama 5-7 hari.
Sebelum dipergunakan sebagai pakan, dilakukan penyaringan terlebih dahulu.
h) Pemberian pakan. Pakan berupa silase atau bungkil kelapa diberikan sebanyak
2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan diberikan sebanyak 5-10 liter atau
bungkil kelapa 3-5 kg per hari disesuaikan dengan umur dan jumlah induk
Artemia.
i) Pengamatan. Pengamatan berupa kesehatan Artemia, salinitas dan temperature
air media peliharaan dilakukan setiap hari. Utamanya jumlah kista Artemia
diamati pagi hari (tepat setelah matahari terbit) dan sore hari setelah umur
pemeliharaan 21 hari.
199
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
201
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
3.1 Hasil
3.1.1 Artemia
Hasil pengamatan kegiatan produksi Artemia disajikan dibawah ini:
Tabel 5. Pengamatan salinitas, temperatur dan kedalaman air petak Artemia (PA)
Bulan Hari Salinitas (g/l) Temperatur air (0C) Kedalaman Keterangan
/Ming ke Atas Bawah Pagi Siang air (cm)
Atas Bawah Atas Bawah
Jun / 3-7 35 35 27 27 30 30 60 tebar awal -
III-IV mati
Jul Pengeringan, penjemuran (persiapan ulang)
Agt/ 1 55 55 27 27 32 32 60 tebar ulang
IV
Sep/ I 4 60 60 27 27 30 30 58
II 11 70 70 27 27 34 34 50
III 18 74 74 28 28 33 33 70
IV 25 75 75 29 29 34 34 80 hujan
32 60 65 32 36 34 40 88 hujan
Okt/ I 39 80 82 30 31 34 34 85
II 46 100 102 29 30 34 34 85
III 53 75 80 33 34 35 38 90 mendung-
IV 60 80 80 29 29 32 32 70 hujan
Nov/I 67 50 80 30 34 34 42 85 mdg – hjn
II 74 50 70 29 34 32 33 85 cerah
III 81 40 50 30 34 34 44 80 mdg – hjn
IV 88 30 55 30 40 34 46 90 mdg - hjn
Des /I 95 58 60 31 34 34 34 85 mendung-
II 102 58 60 30 30 32 32 85 hujan
III 107 56 56 29 29 32 32 85 hujan
IV 114 40 40 28 28 32 32 100 hujan
121 35 35 28 28 30 30 110 hujan
Tabel 6. Pengamatan salinitas pada petak penguapan kegiatan budidaya Artemia skala
model
Bl/Mg Petak penguapan/PE (salinitas g/L)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jun Penyiapan petakan penguapan (PE)
Jul/I 30 35 40 40 40 45 45 45 45 50 50 55 55 57 57
II 35 35 40 40 40 38 38 40 40 40 45 45 50 50 50
III 110 110 K K K 70 60 70 62 80 110 120 K K 190
IV 35 38 38 38 38 40 40 40 50 50 50 50 70 80 120
V 35 40 K 45 K 32 40 45 50 50 55 60 80 85 120
202
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
Okt/I* 50 50 50 52 55 55 55 52 50 50 52 55 55 60 72
II* 45 45 45 45 47 47 50 55 55 55 53 50 60 50 50
III 60 60 60 63 63 58 58 65 70 75 80 87 95 95 100
IV 65 75 75 83 78 75 75 85 85 92 95 95 100 118 150
V* 50 50 50 50 50 45 50 50 50 55 58 60 60 60 60
Des/I* 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
II 30 30 35 K K K K K K K K K K K K
III* 20 20 20 20 15 15 24 22 22 22 22 20 25 25 25
IV* 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
IV* 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
PA – Petak Artemia; PE – Petak Evaporasi; K – Kering; *hujan
203
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
3.1.2 Kakap
Hasil pengamatan kegiatan operasional kakap putih disajikan dibawah ini:
IV. PEMBAHASAN
4.1.1 Artemia
1) Pemeliharaan di tambak
Pada penebaran awal berupa biomasa hidup dari bak kegiatan Artemia. Air media
di pasok dari tandon, salinitas 35 g/L dan dilakukan pemberantasan hama pemmangsa
Artemia, biomasa (3 kali) penebaran – mati pada Hari ke-3 sampai Hari-7. Hal tersebut
dimungkinkan bahan aktif/racun masih dalam media air dan tanah petak PA, sehingga
dilakukan pengeringan, penjemuran dan persiapan tambak.
Penebaran lanjutan berupa naupli/larva yang telah ditetaskan dan biomasa Artemia
hidup dari bak. Air media di pasok dari air penampungan reservoar (R) melalui
penguapan (PE) 1 sampai dengan PE 15, saat penebaran (ulang) salinitas 55 g/L.
Pengamatan salinitas, temperatur air terlihat pada Tabel 5.
Penyiapan air media salinitas tinggi menggunkan petakan-petakan berukuran 3x30
m sejumlah 15 petak (PE) tertata dengan kemiringan rupa agar air mengalir pelan
secara gravitasi dari petak PE 1 sampai dengan PE 15. Rerat pada saat musim kemarau
normal salinitas 30 g/L menjadi 100 – 150 g/L memerlukan 3 hari dan mencapai >250
204
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
g/L (kristal garam) memerlukan waktu 5 – 7 hari. Air matang >100 g/L (dari petak
PE15) masuk petak reservoar (R) kemudian dengan pompa masuk ke petak PA; Pada
saat mulai perubahan musim hujan pembuatan air salinitas tinggi membutuhkan waktu
lebih lama karena tidak ada sinar matahari dan menjadi lebih cepat salinitas air
turun/rendah saat musim hujan.
Selama pemeliharaan Artemia pemberiaan pakan dilakukan 2 kali per hari (pagi
dan sore) 4 - 10 liter silase dan 4 – 6 kg bungkil kelapa, Bungkil kelapa direndam atau
dilarutkan terlebih dahulu kemudian di saring, larutan bungkil kelapa dengan cara
disebar merata ke tambak, sedang larutan silase ikan yang telah di saring halus
kemudian di encerkan dan di sebar merata pada petak pemeliharaan Artemia. Secara
visual pemberian pakan tercukupi, dan dimungkinkan salinitas pada air media Artemia
tinggi, tidak tumbuh pakan hidup (plankton) dan selalu jernih.
Hasil kista Artemia dari kegiatan di tambak mengalami kegagalan dalam
produksi/menghasilkan kista. Hal tersebut terjadi dimungkinkan pada saat air media
pemeliharaan mencapai salinitas 102 g/L (Tabel 1. diatas), kista atau telur dari indukan
Artemia belum lepas terjadi hujan (akhir September 2017) dan berkelanjutan sampai
saat musim hujan, sehingga salinitas rendah dan Artemia menghasilkan anakan/naupli
dan kepadatan dari Artemia meningkat. Pengurangan atau panen biomasa Artemia
dilakukan mencapai 102 kg dari penetasan kista 18,614 gram dan penebaran hidup
56,05 kg biomasa Artemia dari bak ke tambak skala model. Hal tersebut dilakukan
biomasa Artemia kepadatan tinggi, temperatur air tinggi mencapai pada dasar tambak
46 °C dan permukaan tambak 36 °C pada siang hari dan cuaca mendung; sering terjadi
kenaikan temperatur air pada saat setelah hujan dan hari berikut cuaca mendung;
kecenderungan air hujan tidak terurai ke seluruh media air (terperangkap) pada
permukaaan tambak dan pada dasar tambak, tanah mengeluarkan panas dan biomasa
Artemia banyak mati. Salinitas rendah karena musim hujan, lumut tumbuh merata pada
tambak sehingga banyak biomasa Artemia terperangkap lumut dan mati. Pemasangan
hi-blow sebagai sirkulasi air dan penambah oksigen saat musim hujan.
2) Pemeliharaan di Bak
Kegiatan produksi biomasa Artemia di bak sebagai penyedia pakan hidup dan beku
kebutuhan pakan pada pembenihan crustaceae (rajungan/kepiting), pembenihan udang
windu/vaname dan kegiatan induk udang (NSBC), penelitian, promosi dan ekternal
bagi pembenih udang/ikan dan ikan hias tawar dan laut. Produksi biomasa Artemia di
bak telah dihaslikan biomasa basah/tiris 524,5 kg dari penetasan kista Artemia 11,804
gram. Rerata panjang 6 – 10 mm per ekor dan berat 15 – 28 mg per ekor. Hasil
produksi biomasa Artemia terlihat pada Tabel 4 di bawah. Pemeliharaan biomasa
Artemia di bak ideal pada kadar garam 60-80 g/L, hal tersebut jamur dan lumut selama
kegiatan berlangsung dan pemakaian air media yang berulang tidak tumbuh
205
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
4.1.2 Kakap
Dari data tabel 3 diatas, diketahui bahwa tingkat kehidupan benih kakap putih
hasil pendederan di tambak masih rendah yaitu 40%. Ikan kakap putih tergolong ikan
carnivora dan memiliki kecenderungan kanibal khususnya pada saat usia muda. Benih
ikan kakap putih ukuran 1-2 cm memiliki risiko kematian yang lebih besar (Putra,
2006). Menurut Barlow et al. (1995) nilai kelangsungan hidup juvenil kakap putih
sebesar 66%, sebagian besar kematian disebabkan oleh kanibalisme. Menurut Mukai
dan Lim (2012), ikan kakap putih umur 10 hari belum memiliki respon visual terhadap
pakan, setelah 13-26 hari ikan kakap putih sudah mulai mengandalkan penglihatannya
untuk mendapatkan makanan.
Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup
seperti kondisi lingkungan, kanibalisme, dan kualitas air. Kondisi lingkungan yang
tidak sesuai dengan karakteristik ikan dapat menyebabkan ikan mengalami stres hingga
menyebabkan kematian. Parameter lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan seperti intensitas cahaya, DO, suhu, dan salinitas.
Pertumbuhan dan kelulushidupan kakap putih dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam.
Faktor dalam meliputi genetis, umur dan jenis. Sedangkan faktor luar sebagian besar
dipengaruhi oleh lingkungan/kualitas air dan kepadatan. Kualitas air berpengaruh pada
tingkat kehidupan, reproduksi, pertumbuhan dan produksi (Mayunar,1991).
Data oksigen terlarut menunjuk masih pada ambang batas toleransi yaitu 2,6-3,4
mg/L. Oksigen terlarut pembenihan kakap putih ≥5 ppm SNI (1999) Menurut Moles et
al. (1998), pada kondisi cahaya terang menyebabkan konsumsi oksigen semakin
menurun. Jumlah oksigen akan mempengaruhi jumlah bahan bakar yang akan
digunakan untuk aktifitas biota. Kandungan oksigen pada air laut yang rendah akan
mengakibatkan laju metabolisme yang rendah sehingga aktivitas hidup juga akan
terbatas. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu untuk
kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung
pada metabolisme ikan. Kadar oksigen terlarut berfluktuatif secara harian, musiman,
pencampuran masa air, aktifitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke
perairan (Effendi 2003).
Salinitas petak pendederan berkisar antara 20-28 ppt. salinitas yang ideal dalam
kegiatan pendederan kakap putih umur D60 berukuran 3-4 cm adalah 28-35 g/L
salinitas yang digunakan dalam kegiatan pendederan kakap putih umur D60 berukuran
3-4 cm adalah 28-35 g/L. Hingga saat ini pengaturan salinitas dalam kegiatan
pendederan belum memiliki standar, karena belum diketahui salinitas optimum untuk
benih ikan kakap putih. Kondisi salinitas yang tidak sesuai dapat mempengaruhi
kehidupan ikan, baik terhadap proses fisiologis maupun tingkah lakunya, resisten
ataupun kematian. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan salinitas hewan memiliki
toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu (Affandi dan Tang, 2002). Menurut
Bermudes et al. (2010) suhu perairan mampu mempengaruhi pertumbuhan, kebutuhan
206
Laporan Tahunan BBPBAP Jepara Tahun 2017
energi dari ikan kakap putih. Berdasarkan SNI (1999) salinitas untuk juvenil ikan
kakap putih yang dipelihara pada bak berkisar antara 28-35 ppt.
pH air pendederan kakap putih berkisar antara 7,9-8,6. kisaran bahwa kisaran pH
pembenihan ikan kakap putih antara 7,8-8,5 (SNI,1999) Derajat keasaman
menunjukkan aktifitas ion hidrogen dalam larutan. Konsentrasi pH dapat
mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena dapat mempengaruhi kehidupan dari
jasat renik. Nilai pH air laut relatif lebih konstan dibandingkan dengan pH air tawar
karena adanya penyangga dari hasil keseimbangan karbondioksida, asam karbonat,
karbonat, dan bikarbonat yang disebut buffer. Nilai pH biasanya dipengaruhi oleh
proses fotosintesis, buangan industri, dan limbah rumah tangga (Sastrawijaya 2000).
5.1 Kesimpulan
Kegagalan dalam produksi kista Artemia di tambak skala model, salinitas tercapai
102 g/L mulai musim hujan; Hasil biomasa Artemia mencapai 626,5 kg atau 104,41 %
dari target produksi 600 kg biomasa; Biomasa Artemia produksi bak 524,5 kg dan
tambak skala model 102 kg.
Tingkat kehidupan benih kakap putih hasil pendederan di tambak masih rendah
yaitu 40% dari target diatas 60%; Proses pendederan kakap putih di tambak belum
berjalan dengan baik.
5.2 Saran
Perlu mengatisipasi rendahnya salintas karena efek perubahan iklim akhir ini
ditengah musim kemarau dengan menggunakan system pengatapan di tambak
pemeliharaan Artemia
Perlu perbaikan metode dan kajian sistem yang efisien dalam proses pendederan
kakap putih di tambak; Pengelolaan kualitas air baik fisika, kimia dan biologi menjadi
keharusan; Penyakit bintik putih (parasit) merupakan penyebab utama kematian pada
benih ikan kakap putih adalah protozoa Ichthiopthiriusmultifiliis. Faktor pendukung
penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan
yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih.
Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
207