Oleh :
Skripsi
pada
oleh:
NIM. 061511535007
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
( Dr. Widya Paramita L., drh., MP. ) ( Bodhi Agustono, drh., M.Si )
ii
PERNYATAAN
Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
NIM. 061511535007
iii
Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian
iv
Telah diuji pada
v
RINGKASAN
diseluruh pesisir pantai di dunia. Teritip memiliki sifat menempel pada substrat
seperti kapal, beton dermaga, mangrove, serta makhluk hidup lain seperti penyu,
teritip memiliki sifat yang merugikan bagi substrat yang di tempelinya, karena
sifat dari teritip yang dianggap merugikan maka banyak diabaikan begitusaja
kandungan protein yang tingi dan memiliki potensi yang besar untuk
tepung ikan dengan tepung teritip terhadap tinggi jejunum dan berat organ
Acak Lengkap ( RAL) dimana dalam penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dengan
5 kali ulangan dengan total hewan coba yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 20 ekor kelinci jantan jenis REX dengan usia 3-4 bulan,
(Tepung ikan 7,5% + Tepung teritip 7,5% ). Pakan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pakan dengan formulasi sendiri dengan kebutuhan nutrisi yang
vi
diamati yaitu berat organ pencernaan meliputi lambung, usus halus, usus besar,
dan tinggi vili jejunum. Data yang di peroleh di analisis menggunakan Analysis of
Variance (ANOVA), jika berbeda nyata (p<0,05) dilanjutkan dengan Uji Duncan.
Rata-rata tinggi vili jejunum (µm) dalam setiap kelompok perlakuan p0, p1, p2,
477,450 ± 124, 84. Hasil analisis ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda
bagian lambung (gram) dalam setiap kelompok perlakuan diperoleh p0, p1, p2, p3
diperoleh hasil 45,40 ± 4,45, 54,60 ± 7,43, 49,80 ± 9,57, 49,00 ± 6,20. Hasil
analisis ANOVA menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar kelompok
perlakuan (p>0,05). Rata-rata berat organ pencernaan bagian usus halus (gram)
dalam setiap kelompok perlakuan diperoleh p0, p1, p2, p3 diperoleh hasil 76,60 ±
7,66, 92,20 ± 13,53, 80,20 ± 14,46, 76,60 ± 17,58. Hasil analisis ANOVA
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antar kelompok perlakuan (p>0,05).
Rata-rata berat organ pencernaan bagian usus besar (gram) dalam setiap kelompok
perlakuan diperoleh p0, p1, p2, p3 diperoleh hasil 182,00 ± 13,30, 219,80 ± 31,13,
201,40 ± 36,71, 197,80 ± 25,43. Hasil analisis ANOVA menunjukkan hasil tidak
tepung ikan dalam pakan complete feed kelinci tidak berpengaruh secara nyata
(p>0,05) terhadap tinggi vili jejunum dan berat organ pencernaan bagian lambung,
vii
SUBSTITUTION OF FISH MEAL WITH BARNACLE MEAL
(Cirripedia Sp.) ON THE OF HIGH JEJUNAL VILLI AND THE
WEIGHT OF THEDIGESTIVE ORGANS OF
MALE RABBIT REX TYPES
(Orytolagus Cuniculus)
Titis Dwi Laksono
Abstract
The aim of this study was to determine the effect of barnacle meal
(Cirripedia sp.) as a substitution feed from fish meal on rabbit feed, as observed
from the high of jejunal villi and the weight of rex rabbit male digestive organs.
Rabbits were placed on individual cages with feed that had been adjusted to their
needs, with the percentage substitution of barnacle flour in each group's feed as
much as 0%, 2,5%, 5%, 7,5%. The treatment was given for 28 days, data was
collected after sacrifice at 28 days of maintenance. Small intestine of rabbits were
collected and weighing the digestive organs including the stomach, small intestine
and large intestine. This study used a completely randomized design with 4
treatments and 5 replications in each treatment.The results of the research were
analyzed using analysis of variance (ANOVA) with a significance level of 0.05.
Based on the results of the analysis showed that there were no significant
differences (p>0.05) on the height of jejunal villi. The results showed no
significant difference (p>0,05) in stomach weight. The results showed no
significant difference (p>0,05) in small intestine weight. The results showed no
significant difference (p>0,05) in large intestine weight. Barnacle meal can be
used as a feed for fish meal substitution in complete feed for rex type rabbit up to
7.5%.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur senantiasa di panjatkan kehadiat tuhan yang maha esa
pemilik seluruh alam dan isinya, karena atas kehendak, rahmat dan hidayahnya
Dengan Tepung Teritip (Cirripedia sp.) Tehadap Tinggi Jejunum Dan Berat
Organ Pencernaan Kelinci Pedaging Jantan Jenis REX ini, tak lupa sholawat
dan salam penulis haturkan kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai suri
Srianto, drh., M.Kes., Dr.Iwan Syahrial Hamid, Drh., M.Si. selaku kepala
dan Bodhi Agustono, drh., M.Si. sebagai pembimbing serta dan dosen wali yang
telah banyak memberikan bimbingan, waktu, saran arahan dan motifasi dari awal
Dr. M. Anam Al-Arif, drh., MP. Selaku ketua penguji, Ragil Angga
Prastiya, drh., M.Si. selaku sekretaris penguji, dan Amung Logam S., drh., M.Si.
sebagai anggota penguji, yang telah memberikan arahan dan saran yang sangat
FKH Universitas Airlangga Surabaya atas bantuan teknik dan administrasi dalam
Kedua Orang tua tercinta yang telah memberikan segalanya bapak Sugeng
Aryatno, S.Ag., M.Pdi dan ibu Sumiati. Kakak penulis Dine Damayanti yang
selalu memberi semangat dan dukungan serta keluarga besar yang telah
Rekan penelitian saya Fakih maulana, Diah Ayu Agustin, Rida Dwi
semuanya yang telah membantu penelitian saya yang tidak dapat saya sebutkan
disini.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
BK : Bahan kering
cm : centimeter
et al : et alli
gr : gram
Kg : kilogram
LK : Lemak kasar
Pk : Protein kasar
P0 : Perlakuan 0
P1 : Perlakuan 1
P2 : Perlakuan 2
P3 : Perlakuan 3
SD : Standart Deviation
SK : Serat kasar
sp : spesies
µm : Mikro meter
® : Registered trademark
% : Persen
µm : micrometer
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu sumber asupan protein hewani yang umum
dikonsumsi oleh masyarakat selain telur dan susu. Masyarakat Indonesia lebih
mengenal daging yang berasal dari ternak ruminansia dan non ruminansia seperti
daging sapi, ayam, babi dan lainnya. Menurut data yang dikeluarkan oleh Statistik
6.778 kg/kapital/tahun, didukung oleh data dari Organisation For Economic Co-
kebutuhan daging nasional antara lain dengan menambah jumlah pasokan daging
sumber-sumber alternatif daging dari hewan lainnya salah satunya adalah daging
melahirkan anak sebanyak 1-8 anak dalam sekali siklus kelahiran, dalam satu
1
2
tahun kelinci dapat melahirkan hingga 8 kali (Raharjo dan Brahmantiyo, 2014).
Dengan tingkat reproduksi kelinci yang cepat maka upaya pemenuhan kebutuhan
daging nasional dengan daging kelinci relatif lebih cepat dan efisen dari pada
ternak lainnya. Produktifitas dan reproduksi yang baik dapat dicapai dengan
pakan dalam usaha peternakan sebesar 70% dari total biaya produksi. Kebutuhan
pakan kelinci terdiri dari hijauan sebesar 60-80%. Hijauan merupakan sumber
serat kasar bagi kelinci, namun kandungan protein yang rendah dalam hijuan
masih kurang untuk memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh kelinci,
oleh karena itu perlu diberikan pakan tambahan selain hijauan. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh peternak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu dengan
pakan limbah dan feed substitusi (Giritya 2013 ; Sarwono dalam Ghafur, 2009).
diformulasikan sesuai dengan kebutuhan ternak dan memiliki nutrisi yang tinggi
(Purnami, 2018). Bahan pakan dengan kandungan nutrisi yang baik bagi kelinci
dapat dipenuhi dengan pemberian hijauan dan konsentrat yang sesuai. Konsentrat
kelinci dapat berupa pakan komersial, atau self mixing formula dengan
pakan dengan kualitas baik yang sering dihadapi oleh peternak yaitu minimnya
ketersediaan jumlah bahan pakan dengan kualitas baik serta harga bahan pakan
yang tinggi khususnya sumber protein. Harga bahan pakan yang tinggi
upaya yang dapat dilakukan untuk menekan biaya pakan yaitu dengan mencari
memiliki nilai nutrisi yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan ( Santoso dan Agusmansyah, 2011 ). Salah satu bahan yang
dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan yaitu teritip, karena teritip
pesisir pantai di seluruh dunia dengan jumlah yang melimpah dan tanpa mengenal
musim (Ermaitis, 1984). Teritip dapat bersifat merugikan bila menempel pada
substrat, karena dapat merusak dan membunuh substrat yang ditempeli. Sifat dari
teritip yang merugikan biasanya oleh masyarakat disingkirkan begitu saja tanpa
ada pemanfaatan. Teritip memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan
sebagai bahan pakan sumber protein, karena memiliki kandungan protein sebesar
46,5698%. Pemberian tepung teritip juga dapat meningkatkan nilai efisiensi pakan
serta menurunkan nilai feed conversion rasio pada ternak (Rahmaningtyas dkk,
2016).
4
pencernaan. Sistem pencernaan dari kelinci terdiri dari beberapa organ yaitu
lambung, usus halus, caecum, kolon, dan rectum. Kelinci termasuk hewan
2015). Penyerapan nutrisi pada kelinci mulai terjadi saat makanan masuk ke
dalam usus halus. Usus halus memiliki ukuran paling panjang dan peran yang
permukaan dari struktur usus halus (Hestiana, 2013) . Usus halus memiliki banyak
lipatan dan lekukan yang disebut vili usus atau jonjot usus. Vili usus memiliki
fungsi sebagai tempat penyerapan nutrisi dari makanan, bila luas penampang vili
usus semakin luas maka penyerapan nutrisi juga semakin besar(Utama, dkk.,
2014). Pertambahan ukuran dari jejunum dipengaruhi oleh proses poliferasi yeng
terjadi pada bagain jejunum tersebut. Proses poliferasi dari vili jejunum terjadi
setelah enam hari masa perlakuan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu
terjadi paling besar pada bagian jejunum, pada bagian jejunum terjadi penyerapan
nutrisi-nutrisi yang lebih besar dari pada bagian lainnya. Penyerapn nutrisi selain
dipengaruhi oleh vili usus halus sebagai tempat penyerapan nutrisi juga
dipengaruhi oleh berat relatif organ pencernaan (Moore. 2017 ; Jamila,dkk., 2014)
5
sebagai substitusi tepung ikan dalam complete feed terhadap tinggi vili jejunum
usus halus, dan usus besar) pada kelinci pedaging jantan jenis REX ?
yang mana 60-80% pakan yang dikonsumsi kelinci merupakan hijauan dan
sisanya dapat berupa konsentrat (Sarwono dalam Ghafur, 2009). Pemberian Pakan
hijauan pada kelinci hanya dapat memenuhi kebutuhan serat kasar yang
dibutuhkan oleh kelinci sedangkan untuk kebutuhan lain seperti protein belum
peningkatan kwalitas pakan salah satunya dengan cara subtitus pakan. kelinci
Kendala yang sering dihadapi peternak yaitu tingginya biaya pakan yang
harus dikeluarkan oleh peternak yang dapat mencapai 70% dari total biaya
6
prosuksi. Tingginya biaya pakan dipengaruhi oleh jenis pakan khususnya pakan
yang berkualitas, ketersediaan pakan, kandungan nutrisi dan harga ( Supartini dan
mahalnya bahan baku pakan khusunya bahan sumber protein, maka perlu
alternatif bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti sumber
protein dengan harga yang lebih murah, dan mudah didapatan (Santoso dan
daerah pesisir pantai, menempel di substrat seperti batu, perahu dan lainnya,
tanpa ada pemanfaatan. Seperti pada kebanyakan crustasea teritip juga memiliki
kandungan protein yang dapat digunakan sebagai sumber bahan pahan pakan
pencernaan dari pada hewan tersebut. Organ pencernaan memiliki fungsi yang
sangat penting yaitu sebagai tempat penyerapan nutrisi dari bahan pakan.
Indikator yang dapat digunakan untuk melihat kondisi saluran pencernaan yaitu
dengan melihat gambaran berat organ pencernaan tersebut (Has, dkk,2014). Organ
pencernaan terdiri dari beberapa organ yaitu lambung, usus halus, caecum, kolon,
rectum dan anus. Usus halus memiliki peran paling utama dalam proses
penyerapan nutrisi pakan. usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum dan ilium. Usus halus tersusun atas empat lapisan yaitu mukosa,
submukosa, tunika muskularis, dan serosa, pada mukosa usus halus terdapat vili-
vili usus yang mana di vili-vili usus ini terjadinya proses penyerapan nutrisi,
semakin luas dan semakin tinggi vili-vili dari usus tersebut maka semakin lebar
7
daerah penyerapan nutrisi dari pakan (Utama dkk, 2014; Hestiana dkk, 2013; dan
Siagian, 2016).
usus halus, dan usus besar ) kelinci pedaging jantan jenis REX.
1.5. Manfaat.
manfaat dan potensi dari teritip sebagai sumber bahan pakan kelinci yang kaya
1.6. Hipotesis
1. Penggunaan tepung teritip sebagai substitusi tepung ikan pada complete feed
dapat meningkatkan tinggi vili jejunum pada kelinci pedaging jantan jenis
REX.
dapat meningkatkan berat organ pencernaan (lambung, usus halus, dan usus
2.1. Teritip
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
hemaprodit dan mudah berkembang biak dalam hidupnya teritip mengalami dua
siklus hidupnya yaitu fase larva dan dewasa dalam fase larvanya teritip berbentuk
plangkton dan fase dewasanya akan menempel di substrat (henada dan suheri,
2018). Fase larva dari teritip sendiri terdapat dua jenis yaitu nauplii dan cypris.
Fase larva cangkang teritip terbentuk dari lapisan tanduk setelah memasuki fase
Teritip dapat dijumpai diseluruh dunia baik daerah yang beiklim tropis,
sub tropis. faktor persebaran teritip dipengaruhi oleh banyak hal yaitu arus, suhu,
cuaca, juga terikut oleh kapal. Teritip fase dewasa dapat dijumpai menempel pada
substrat-substrat seperti beton dermaga, bebatuan di pantai, kapal dan dapat juga
menempel pada makhluk hidup seperti penyu dan lainnya (Jones., 2004). Selain
itu teritip juga merupakan hama penggangu untuk mangrove karena akan
kerusakan yang tinngi pada upaya konservasi mangrove.melihat dari sifat teritip
yang cenderung merugikan dan hingga saat ini belum ada upaya pemanfaatan
teritip oleh mansyarakat Teritip sendiri masih belum banyak dimanfaatkan oleh
(Mirza,dkk,. 2017).
dkk,.(2016). Tepung teritip memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu
sebesar 46.5698%, dan juga mengandung serat kasar yang cukup tinggi juga
11
yaitu sebesar 3.5467%, dengan kandungan protein dan serat kasar yang cukup
tinggi tepung teritip dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ayam pedaging
terbukti dapat menurunkan FCR dari ayam pedaging yang diberi perlakuan tepung
2.2. Kelinci
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Lagomorpha
Family :Leporidae
Genus : Orycytolagos
Spesies : Orytolagus cuniculus
merupakan hewan monogastrik yaitu memiliki satu lambung dan tergolong pula
12
kasar yang kurang baik. Kelinci dapat juga digolongkan sebagai hewan hindgud
perkawinan secara seksual, dengan siklus estrus yaitu poliestrus dengan lama
siklus yaitu 15-16 hari. Kelinci memiliki mekanisme ovulasi yaitu secara refleks.
Kelinci memasuki masa pubertas pada usia 4-10 bulan. Kelinci mulai dapat
dikawinkan pada usia bulan dengan masa kebuntingan kelinci yang relatif cepat
yaitu 26-36 hari. Kelinci dapat menghasilkan anak sebanyak 1-8 ekor dalam sekali
siklus kebuntingan dan dalam setahun kelinci dapat melahirkan sebanyak 50 ekor.
Dengan rata-rata berat lahir yaitu 30-70 gram. Kelinci dapat dilakukan penyapihan
pada usia 6-8 minggu dengan berat rata-rata anak pada saat disapih sebasar 0,5 –
kebutuhan nutrisi kelinci yaitu lemak kasar sebanyak 2-6%, serat kasar 12-22%,
abu maksimal 14%, protein kasar sebanyak 12-17%. Kebutuhan protein kasar
kelinci dapat ditingkatkan hingga 18% (Lebas, 2013). Mineral yang dibutuhkan
kelinci yaitu calsium 0,3%, magnesium 300-400 mg/kg, potassium 0,6%, sodium
Karbohidrat yang dibutuhkan kelinci yang utama berasal dari pati dan selulosa.
Energi sangat penting untuk kelinci karena digunakan sebagai sumber pemenuhan
13
kebutuhan hidup dan produksi. kebutuhan energi kelinci dipengaruhi oleh berat
guna yang dapat menghasilkan fur dan juga daging yang baik (Brahmantiyo dan
Raharjo, 2009;A-Z Animal, 2008) . Kelinci Rex dapat tumbuh hingga berat 2,7-
3,6 kg/ekor. Kelinci Rex juga memiliki keunggulan bulu yang tebal, halus,
panjang yang seragam dan tidak mudah rontok (Brahmantiyo dan Raharjo, 2011).
Hati
Pankreas colon
dan kemampuan organ pencernaan dalam mencerna pakan (Has dkk, 2014).
Kelinci dapat digolongkan ke dalam hewan cecotrop yaitu hewan yang dalam
pencernaan kelinci dimulai saat kelinci mulai memasukkan pakan kemulut lalu di
potong-potong dengan gigi di bantu dengan lidah dan air liur setelah itu makanan
akan didorong masuk ke dalam lambung. Lambung kelinci menempati 0,34 dari
total bagian organ pencernaan. Pakan yang masuk ke dalam lambung akan terjadi
pencernaan dan di lambung kelinci memiliki PH sangat asam yaitu 1-2, pakan
akan berubah menjadi bubur atau chyme, chyme masuk kedalam usus halus
Usus halus kelinci memiliki panjang 3 meter. Usus halus memiliki volume
12% dari volume total organ pencernaan kelinci. Usus halus kelinci memiliki
fungsi sebagai tempat penyerapan nutrisi seperti pati, gula, protein dan lemak dari
pakan. chyme setelah itu akan masuk ke dalam caecum (Johnson and Delaney,
2006)
organ yang berukuran paling besar. Chymeatau serat kasar di dalam caecum
terjadi proses fermentasi dibantu oleh mikroba dan akan menghasilkan VFA yang
akan dicerna sebagai sumber energi. Partikel makanan di dalam cecum akan
terpisah antara partikel besar dan partikel kecil. Partikel besar akan dilanjutkan ke
kolon sedangkan partikel kecil kan di fermentasikan dahulu di cecum. Serat kasar
akan menuju ke kolon dan terjadi penyerapan air di kolon. Kolon di bagi menjadi
dua bagian yaitu kolon Proximal dan kolon distal. Kolon proximal kelinci
memiliki panjang 35 cm, dan kolon distal memiliki panjang 80-100 cm. Serat
kasar setelah melewati kolon akan terus berjalan ke rectum dan akan terbentuk
15
feses keras. Selama perjalanan dari kolon distal hingga ke rectum feses akan
feses. Partikel kecil yang sudah mengalami pencernaan di dalam caecum akan
menjadi feses lunak (Moore, 2017; Carabano et al, 2009; Johnson and Delaney,
2006).
makanan. Usus halus kelinci memiliki panjang 3 meter ( Moore, 2017 ). Usus
halus tersusun atas empat lapisan yaitu tunima mukosa, tunika submukosa,
Tunika mukosa merupakan lapisan terdalam dari pada usus halus. Pada
penonjolan tau vili-vili semakin luas pula daerah absorpsinya. Vili-vili pada usus
halus akan semakin jarang atau menghilang pada bagian caudal usus halus atau
akhir ileum. Tinggi dari vili bervariasi yaitu antara 0,5- 1 µm tergantung dari
spesies hewannya.
Tunika submukosa dari usus halus tersusun dari jaringan ikat longgar,
serabut serabut elastis dan juga jaringan lemak. Pada lapisan ini dapat dijumpai
pembuluh darah, pembuluh getah bening, yang mensuplai lapisan tunika mukosa.
peristaltik usus, di lapisan ini tersusun oleh dua lapisan otot polos yaitu lapisan
sirkularis dan lapisan longitudinal, pada lapisan tunika muskularis ekterna selain
16
tersususn dari otot dan ganglion saraf. Tunika adventitia merupakan lapisan
terluar dari usus halus, pada lapisan tunika adventitia tersusun dari jaringan ikat
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan
ilium. Duodenum merupakan bagian awal dari usus halus. Duodenum memiliki
ciri yaitu adanya kelenjar brunner yang berwarna lebih pucat pada bagian tunika
submukosa. Duodenum memiliki banyak vili-vili intestin dan plika kerkringi yang
bercabang bila dibandingkan pada bagian ilium. Ductus biliverus juga dapat
ditemukan di bagaian duodenum bagian usus halus yang mana pada bagian
jejunum ini memiliki batas yang tidak jelas dengan bagian duodenum. Pada
jejunum tidak memiliki tanda yang khusus. Jejunum memiliki sel goblet lebih
banyak dari pada duodenum. Ukuran vili intestin pada lapisan ini lebih kecil dan
lebih sedikit tidak sepadat seperti pada lapisan duodenum. Ileum merupakan
bagain akhir dari usus halus. Ileum memiliki bentukan khas yaitu payer patch
yang tidak ditemukan pada bagian usus halus lainnya. Ukuran dari vili-vili
intestinalis dan plika kerkringi akan semakin kecil dan semakin kebelakang akan
17
semakin hilang, dan akan hilang pada akhir ilium. Proses penyerapan nutrisi di
mulai pada usus halus selain melakukan penyerapan nutrisi pada usus halus juga
seperti lipase, amilase, dan tripsin ( Hestiana dkk., 2014; Johnson and Delaney,
2006 ).
penampang dari epitel usus. Luas penampang usus dipengaruhi oleh jumlah
lipatan dan banyaknya vili. Vili memiliki bentuk tonjolan seperti jari dan daun
yang terletak pada membran mukosa, serta hanya dapat ditemukan pada usus
halus. Semakin tinggi dan banyak vili maka semakin luas pula penampang epitel
usus yang berfungsi untuk menyerap nutrisi-nutrisi dari makanan dan akan
dengan empat kali pengulangan dan masing-masing pengulangan terdiri dari lima
ekorkelinci yang memiliki jenis, usia dan berat badan yang seragam. Penggunaan
pedaging spesies Rex, dengan usia kelinci yang digunakan rata-rata 3-4 bulan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tepung teritip dengan
t ( n-1 ) ≥ 15
4 ( n-1 ) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
19
n≥ 4
Keterangan :
teritip.
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu gambaran tinggi vili jejunum
dan berat organ pencernaan (lambung, usus halus, dan usus besar.) kelinci.
Tinggi vili jejunum diperoleh dengan cara pengukuran terhadap tinggi vili
dilakukan pada lapisan mukosa dari jejunum yang mana pada lapisan ini terdapat
jonjot-jonjot vili.
Berat organ pencernaan (lambung, usus halus, dan usus besar) diperoleh
lambung meliputi bagian cardia hingga pilorus dari lambung, untuk penimbangan
20
berat usus halus meliputi bagian duodenum, jejunum, ileum, untuk berat usus
besar diperoleh dengan menimbang bagian caecum dan colon dari kelinci
histologi jejunum dilakukan di Laboratorium milik dr. Satria Pandu Persada Isma,
Hewan yang digunakan yaitu kelinci jantan jenis Rex dengan usia 3-4
bulan. Jumlah kelinci yang digunakan sebanyak 20 ekor yang akan di bagi
Bahan pakan dalam penelitian ini menggunakan pakan complete feed yang
memiliki kandungan tepung teritip dengan presentase 0%, 2,5%,5%, 7,5% sebagai
substitusi tepung ikan dalam setiap perlakuan. Adaptasi pakan dilakukan selama
10 hari bertujuan untuk menyesuaikan dan mengenalkan jenis pakan baru yang
akan digunakan. Air minum menggunakan air minum dalam kemasan. Bahan
penunjang untuk biosafetyyaitu air bersih dan sabun cuci. Desinfektan digunakan
21
untuk mensteril kandang sebelum digunakan untuk kelinci. Larutan formalin 10%
digunakan untuk fiksasi sampel organ usus selama proses pengiriman dari
Banyuwangi ke Malang ( Suhita dkk, 2013). Alkohol 30%, 50%, 70%, 80%,
90%, dan alkohol absolut digunakan pada untuk proses dehidrasi pada saat
proses dehidrasi terjadi tidak terlalu cepat sehingga dapat menghindari rusaknya
proses yang dilakukan setelah proses dehidrasi, proses clearing ini menggunakan
larutan xylol 100%. Larutan xylol 100% dalam pembuatan preparat bertujuan
Larutan xylol 100% juga digunakan untuk menjernihkan jaringan sehingga dapat
40 x 40 cm, dan setiap kandang diisi dengan 1 ekor kelinci. Pisau digunakan
karkas dengan organ pencernaan kelinci. Tempat pakan dan tempat minum untuk
meletakkan pakan dan minum kelinci. Cool box atau kotak pendingin digunakan
Trinokular digunakan untuk mengukur tinggi vili duodenum sampel. Pot sampel
kandang sebelum digunakan. Alat penunjang untuk biosafety yaitu sarung tangan
pembuatan pakan pelet. Alat pencetak pelet digunakan untuk mencetak pakan
bentuk pelet. Panci digunakan untuk memasak adonan pakan. Penggiling tepung
teritip menjadi tepung teritip, dengan cara teritip di bersihkan dari kotoran dan
cangkang, setelah itu daging teritip dikeringkan dan digiling hingga menjadi
tepung. Bahan pakan yang terdiri dari silase, tepung jagung, pollar, bekatul,
tepung ikan, tepung teritip, tepung kedelai, premix, dan perekat dicampur sesuai
dengan takaran yang telah ditentukan sesuai dengan kelompok perlakuan yang
diberikan dan dicampur hingga homogen serta ditambahkan air hingga berbentuk
adonan. Adonan yang telah terbentuk lalu di kukus selama 15-20 menit, setelah
itu dicetak dengan cetakan pelet dan dikeringkan (Al-Arif dkk, 2016).
23
Semua peralatan baik kandang dan tempat minum dan tempat makan
cairan desinfektan. Tempat pakan dan minum di cuci dengan menggunakan sabun.
Penimbangan terhadap kelinci yang baru datang dan akan dimasukkan ke dalam
diisi dengan satu kelinci. Kandang diberi label untuk perlakuan kelinci di
dalamnya.
Masa adaptasi pakan dilakukan pada kelinci yang baru datang dengan cara
secara sepenuhnya atau seratus persen. Masa adaptasi ini dilakukan selama 10
kelompok perlakuan, dan pemberian pakan sebanyak dua kali yaitu pagi pada
24
pukul 06.30 - 07.30 WIB dan sore pada pukul 16.00 - 17.00 WIB Permeliharaan
dipuasakan selama kurang lebih 8 jam. Kelinci yang sudah disembelih lalu
pencernaan yang lain. Organ pencernaan usus halus selanjutnya di pisahkan antara
bagian duodenum, jejunum, dan ileum. Organ jejunum dilakukan koleksi sampel
pada bagian tengahnya dan diambil sepanjang kurang lebih 10 cm. Organ sampel
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam pot sampel yang sudah berisis formalin
Pandu Persada Isma, Sp.OT jalan Tirtosari Kav.20 Landungsari Kec. Dau
Kabupaten Malang.
organ jejunum, setelah organ didapat lalu dilakukan fiksasi dengan menggunkan
25
formalin 10% untuk menjaga kondisi organ suppaya tidak terjadi kerusakan.
50%, 70%, 80%, 90%, dan alkohol absolut. Penggunaan alkohol bertingkat
bertujuan supaya proses dehidrasi tidak berjalan secara cepat sehingga dapat
menghindari kerusakan dari jaringan. Clearing yaitu proses dimana jaringan yang
alkohol selama proses dehidrasi. Larutan xylol 100% juga berguna untuk
berlahan yang bertujuan untuk menggantikan xylol yang ada dijaringan dengan
proses pemotongan, pada proses ini organ akan dimasukkan kedalam cetakan
watherbath dan akan diambil menggunakan objec glass. Slide yang terbentuk
membersihkan jaringan dari kotoran yang tersisa, setelah itu akan dilakukan
proses pembersiahan parafin slide jaringan akan lakukan proses hidrasi dengan
80%, 70%, dan 50%. Tujuan dari proses hidrasi yaitu supaya zat warna dapat
26
eosin, setelah itu akan dilakukan proses penutupan jaringan dengan menggunakan
tinggi vili usus yaitu dari daerah apikal hingga daerah basal vili.
27
Pengumpulan teritip
Persiapan kelinci
Adaptasi pakan
Perlakuan
pengkorbanan
Pengolahan data
Pembahasan
kesimpulan
perbedaan yang nyata (p<0,05) maka dilakukan uji lebih lanjut dengan
menggunakan uji Duncan`s Multiple Range Test (DMRT). Proses analisis data
sebagai feed substitusi tepung ikan dalam compelete feed pakan kelinci
dengan melihat variabel tinggi vili jejunum. Gambaran tinggi vili jejunum
dalam penelitian ini diukur pada bagian tunika mukosa dari jejunum,
Rata-rata tinggi vili jejunum masing - masing perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
29
30
Rata-rata tinggi vili jejunum pada perlakuan diperoleh hasil berkisar 476,367 µm
sampai 529,974 µm. Rata-rata tinggi vili jejunum pada setiap perlakuan dapat
700
600
Rata-rata berat organ pencernaan
bagian usus besar ( gram)
500
400
476.367 Rata-rata
529.97 480.896 477.446
300 I SD
200
100
0
P0 P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan
B
C
Tinggi = 440,32 µm D
Tinggi = 444,11 µm
Tinggi = 432,51 µm
Tinggi = 581,86 µm
B
C
Tinggi = 578,72 µm
B
Tinggi = 469,66 µm
Tinggi = 495,62 µm
C
D
Tinggi = 551,71 µm
Tinggi = 742,51 µm
Tinggi = 694,14 µm
DC
B
Tinggi = 700,58 µm
sebagai feed substitusi tepung ikan dalam compelete feed pakan kelinci
yaitu berkisar 45,40 sampai 54,60 gram. Rata-rata berat organ pencernaan
70
60
pencernaan bagian usus besar
50
Rata-rata berat organ
40
45.4 54.6 49.8 49 Rata-rata
30
( gram)
I SD
20
10
0
P0 P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan
sebagai feed substitusi tepung ikan dalam compelete feed pakan kelinci
dengan melihat variabel berat organ pencernaan bagian usus halus. Rata-
rata berat organ pencernaan bagian usus halusdapat dilihat pada tabel 4.3
P0 76,60 ± 7,66
P1 92,20 ± 13,53
P2 80,20 ± 14,46
P3 76,60 ± 17,58
120
( gram)
40 I SD
20
0
P0 P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan
sebagai feed substitusi tepung ikan dalam compelet feed pakan keinci
dengan melihat variabel berat organ pencernaan bagian usus besar. Rata-
rata berat organ pencernaan bagian lambungdapat dilihat pada tabel 4.4
200
150 Rata-rata
182.2 219.8 201.4 196.6
( gram)
100 I SD
50
0
P0 P1 P2 P3
Kelompok Perlakuan
mempengaruhi bobot karkas dan bobot hidup, karena semakin besar organ
pencernaan kelinci maka semakin besar kapasitas dan kemampuan organ untuk
melakukan proses pencernaan pakan sehingga berdampak pada berat karkas dan
bobot akhir ( Saputra, dkk., 2016; Puger, dkk., 2015) dalam penelitian ini berat
organ pencernaan meliputi berat lambung, usus halus dan usus besar.
Lambung kelinci memiliki fungsi yang sama dengan fungsi lambung pada
hewan monogastrik lainnya yaitu sebagai tempat penampungan pakan yang mana
di dalam lambung kelinci terjadi pencernaan pakan secara kimiawi, enzimatis dan
juga mekanis. Pencernaan kimiawi pada lambung dilakukan oleh HCL yang
bersama pakan, selain itu HCL juga akan mengaktifkan enzim pencernaan yang
ada di lambung. Pencernaan enzimatis dilakukan oleh enzim yang berasal dari
lambung seperti pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton dan
lipase gastric yang memecah lemak trigliserida menjadi asam lemak yang siap
dicerna diusus halus, serta enzim yang terkandung pada air liur yaitu amilase yang
37
38
sebagai substitusi tepung ikan dalam complete feed pakan kelinci tidak
berat lambung dari keempat perlakuan berkisar 45,40 sampai 54,60 gram. Hal ini
dikarenakan kandungan nutrisi yang ada dalam pakan yang hampir sama antara
Pertambahan berat organ pada kelinci dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
Pakan setelah melewati lambung akan masuk ke dalam usus halus. Usus halus
merupakan tempat penyerapan nutrisi dari pakan paling tinggi bila dibandingkan
organ pencernaan lain usus halus terdiri dari empat lapisan yaitu sub mukosa,
mukosa, muskularis eksternal dan tunika adventisia. Lapisan sub mukosa usus
halus merupakan area penyerapan nutrisi karena pada bagian ini terdapat vili-vili
yang berfungsi sebagai tempat penyerapan nutrisi. lapisan sub mukosa usus halus
39
tersusun dari jaringan ikat longgar pada bagian ini juga terdapat banyak pembuluh
darah dan pembuluh limfe. Lapisan muskularis usus halus tersusun atas otot polos
dengan arah otot sirkuler dan longitudinal, lapisan ini bertanggung jawab atas
gerak peristaltik usus. lapisan adventisia merupaka lapisan terluar dari usus yang
tersusun atas jaringan ikat longgar yang ditutupi oleh mesotelium (Hestiana, dkk.,
2014).
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan
ileum. Duodenum merupakan bagian usus halus pertama setelah lambung, pada
empedu. Pada duodenum terjadi penetralan pH dari asam menjadi pH netral yang
ideal dengan kondisi lambung, selain itu di duodenum terjadi penambahan enzim
karena enzim masih bekerja. proses pencernaan paling tinggi terjadi pada bagian
jejunum setelah itu akan berlanjut pada bagian ileum namun penyerapan pada
ileum tidak setinggi pada bagaian jejunum (Johnson, and Delaney., 2016)
tepung ikan dalam complete feed pakan kelinci tidak memberikan perbedaan nyata
antara kelompok perlakuan dan kontrol (p>0.05) terhadap berat organ pencernaan
bagian usus halus. Rata-rata berat usus halus dari keempat kelompok perlakuan
yaitu 76,60 sampai 92,20 gram. Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan
nutrisi yang ada di dalam pakan kelompok perlakuan dan kontrol hampir sama
kecepatan pakan melewati organ pencernaan, besar kecilnya partikel pakan, luas
area penyerapan, serta fisiologis usus sendiri (Sukaryana, dkk., 2011). Kapasitas
dari usus mempengaruhi kemampuan usus dalam mencerna pakan, semakin luas
halus yaitu nutrisi yang dicerna seperti protein, lemak, dan pati. Protein berperan
dalam pembentukan jaringan. Sebagain besar nutrisi yang diserap usus akan
digunakan oleh usus sendiri untuk menjaga fungsi dan proses regenerasi dari sel
usus sendiri. Protein dan lemak dalam pakan yang dicerna oleh usus halus
memiliki fungsi sebagai pembentuk jaringan dan merangsang poliferasi sel, maka
semakin tinggi protein dan lemak yang dapat dicerna oleh usus maka semakin
ukuran dari vili semakin panjang dan juga lumen usus semakin besar sehingga
2016).
Usus besar kelinci terbagi menjadi bagian caecum dan rektum (Hestiaan,
dkk., 2014). Caecum kelinci merupakan organ pencernaan yang memiliki ukuran
paling besar diantara organ pencernaan lainnya, caecum kelinci memiliki peran
yang sangat penting karena kemampuan mencerna kelinci yang kurang baik bila
dibandingkan dengan hewan lainnya. pada caecum terjadi proses fermentasi yang
41
di bantu oleh microba yang ada di dalam caecum proses fermentasi di dalam
caecum akan menghasilkan lemak volatile yag akan diserap pada epitel caecum
2002).Kemampuan dari epitel caecum yang rendah dalam mencerna nutrisi hasil
fermentasi menyebabkan banyak nutrisi yang ikut terbuang bersama dengan feses
kembali hal ini bertujuan untuk mencerna nutrisi yang ada di feses, karena nutrisis
yang ada di feses kelinci lebih siap di cerna oleh organ pencernaan kelinci dari
tepung ikan dalam complete feed pakan kelinci menujukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (p>0.05) terhadap berat organ bagian usus besar antara kelompok
perlakuan dan kontrol. Rata-rata berat usus besar dari keempat kelompok
perlakuan yaitu 182,2 sampai 219,80 gram. Hal ini kemungkinan terjadi karena
dan kontrol yang tidak berbeda secara signifikan. Faktor yang mempengaruhi
ukuran dari pada caecum yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi, usia, dan serat
kasar dalam pakan. Semakin besar kemampuan dari caecum dalam menampung
pakan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses fermentasi sehingga
jumlah volatile fatty acid yang dihasilkan akan semakin banyak. Volatile fatty
acid merupakan hasil dari proses pemecahan serat kasar yang berada didalam
caecum setelah melalui proses fermentasi yang hasilnya akan berbentuk energi
yang siap diserap oleh tubuh. Pembentukan Volatile fatty acid di dalam caecum
42
dilakuakn oleh bantuan bakteri, protozoa, dan fungi selama proses fermentasi ini
serat kasar akan mengalami pencernaan secara enzim matis secara eksternal dan
pencernaan yang mana nantik akan memecah serat kasar menjadi oligosakari dan
partikel lebih kecil dan sederhana atau yang disebut volatile fatty acid seperti
kondisi caecum selama proses fermentasi, kondisi caekum ini dipengaruhi oleh
nilai nutrisi, serat dalam pakan, fraksi-fraksi yang mudah larut dan kecernaan.
Keadan tersebut akan mempengarhi jumlah energi yang tersedia yang dapat
fatty acid yang dihasilkan maka akan mempengaruhi poliferasi sel lebih tinggi dan
substitusidari tepung ikan dalam complete feed pakan kelinci menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
529,970±44,56 µm. Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan nutrisi yang
43
ada di dalam pakan antara kelompok perlakuan dan kontrol yang tidak berbeda
secara signifikan.
Proses penyerapan nutrisi pada usus halus tertinggi terjadi pada bagian
jejunum. Usus halus kelinci hanya dapat mencerna protein, pati, dan lemak
(Moghaddam., et al., 2012; Low, 1980). proses penyerapan pakan di bagaian usus
halus dipengaruhi oleh bentuk nutrisi yang ada di dalam pakan, lama bagain vili
pada usus halus di pengaruhi oleh tinggi vili dan lebar vili, tinggi vili di pengaruhi
oleh proses poliferasi dari vili tersebut. Proses poliferasi pada vili distimulasi oleh
asam lemak rantai pendek yang dicerna selama proses pencernaan. (Hartono dkk.,
2016). Proses pencernaan lemak pada usus halus di lakukan oleh enzim lipase
yang dibantu oleh garam-garam empedu, enzim lipase dan garam empedu akan
memecah lemak menjadi asam lemak sehingga lebih mudah di serap oleh vili usus
6.1. KESIMPULAN
ikan dalam pakan complete feed kelinci tidak berpengaruh secara nyata
ikan dalam pakan complete feed kelinci tidak berpengaruh secara nyata
pada berat organ pencernaan (lambung, usus halus, dan usus besar).
6.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diajukan saran sebagai berikut:
ikan dalam formulasi ransum complete feed pakan kelinci dapat diberikan hingga
7,5%.
DAFTAR PUSTAKA
Carabaño Luengo, R. M., Villamide Díaz, M. J., García, J., Nicodemus Martin,
N., Llorente, A., Chamorro, S., ... and Blas Beorlegui, J. C. D. 2009. New
concepts and objectives for protein-amino acid nutrition in rabbits: a review.
Journal of the World Rabbit Science Association, 17(1), 1-14.
45
46
Ghafur, M.A. 2009. Nilai Kecernaan In Vivo Ransum Kelinci New Zealand
White Jantan Yang Menggunakan Bagasse Fermentasi [Skripsi]. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal. 1
Giritya, E.P. 2013. Pengaruh Pakan Komplit Terhadap Nilai Kecernaan Protein
Pada Sapi Perah [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Airlangga Surabaya.Hal.1–2.
Has, H., A. Napirah, dan A. Indi. 2014. Efek Peningkatan Serat Kasar Dengan
Penggunaan Daun Murbei Dalam Ransum Broiler Terhadap Persentase
Bobot Saluran Pencernaan. Fakultas Peternakan. Universitas Halu Oleo.
Kendari. JITRO. Vol. 1 no. 1 : 63-69.
Haneda, N. F., dan Suheri, M. 2018. Hama Mangrove Di Kecamatan Batu Ampar,
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat Mangrove Pests at Batu Ampar,
Kubu Raya, West Kalimantan. Jurnal Silvikultur Tropika, 9(1), 16-23.
Hestiana, E.P., C. Anwar, S. Kuncorojakti, dan L.R. Yustinasari. 2013. Buku Ajar
Histologi Veteriner Jilid 2. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga. Surabaya. Hal 14-20.
Johnson. C. A., and Delaney. 2006. Anatomy and Physiology of the Rabbit and
Rodent Gastrointestinal System. Seattel, USA : Eastside Avian dan Exotic
Animal Medical Center. p.9-17.
Kuehnel, W., 2003. Color atlas of cytology, histology, and microscopic anatomy.
New York. p. 301
Lebas, F. 2013. Feeding Strategy for Small and Medium Scale Rabbits Unit. 3rd
conference of asian rabbit Production association. Bali.
Mirza, N., Dewiyanti, I., dan Octavina, C. 2017. Kepadatan Teritip (Balanus Sp.)
di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pemukiman Rigaih Kecamatan Setia
Bakti Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelautan Perikanan Unsyiah, 2(4).
Moore, L.C. 2017. Rabbit Nutrition and Nutritional Healing. 3rd ed. United
States. Copyright Act. p. 12-92.
Peraturan Menteri Pertanian. 2009. Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pakan.
Jakarta. Nomor 19. Hal. 20.
Pratiwi, A., Supadmo, A. Astuti, dan Panjono. 2017. Kinerja Pertumbuhan dan
Produksi Karkas Kelinci Rex Yang Diberi Pakan Dengan Suplement
Minyak Jagung. Yogyakarta. Buletin Peternakan. Vol. 41 (2) : 119-125.
Raharjo, Y.C., dan B.R.A.M. Brahmantiyo. 2014. Plasma nutfah kelinci sebagai
sumber pangan hewani dan produk lain bermutu tinggi. Indonesian Journal
of Animal and Veterinary Sciences. Vol.19 (3).
Roberts, S. A., Xin, H., Kerr, B. J., Russell, J. R., and Bregendahl, K. (2007).
Effects of dietary fiber and reduced crude protein on ammonia emission
from laying-hen manure. Poultry Science, 86(8), 1625-1632.
Siagian, Y. A., 2016. Gambaran Histologis Dan Tinggi Vili Usus Halus Bagian
Ileum Ayam Ras Pedaging Yang Di Beri Tepung Daun Kelor (Moringa
oleifera) Dalam Ransum [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanudin. Makasar. Hal. 1-15.
Usman, Y. (2013). Pemberian pakan serat sisa tanaman pertanian (jerami kacang
tanah, jerami jagung, pucuk tebu) terhadap evolusi pH, N-NH3 dan VFA di
dalam rumen sapi. Jurnal Agripet, 13(2), 53-58.
Utama, F. H., K.A. Kamila, dan D. Latipudin. 2014. Sekret Mucus Sel Goblet
Ileum dan Ukuran Usus Halus Puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang
diberi Bawang Putih (Allium sativum). Penelitian. Fakultas Peternakan.
Universitas Padjadjaran, Bandung. Hal.2
50
Wresdiyati, T., S.R. Laia, Y. Setiorini, I.I. Arief, dan M. Astawan. 2015.
Probiotik Indigenus Meningkatkan Profil Kesehatan Usus Halus Tikus yang
Diinfeksi Enteropathogenic E. Coli. Majalah Kesehatan Bandung.
Volume42 no. 2 Hal. 78-85.
51
BAHAN Bk Pk Lk Sk
SEMEN PUTIH 0% 0% 0% 0%
52
BAHAN P0 P1 P2 P3 Standart
kebutuhan
TEPUNG SILASE 10 % 10 % 10 % 10 % nutrisi
TEPUNG JAGUNG 43 % 43 % 43 % 43 %
TEPUNG KEDELAI 4% 4% 4% 4%
BEKATUL 20 % 20 % 20 % 20 %
POLLAR 4% 4% 4% 4%
PREMIX 1% 1% 1% 1%
PEREKAT (SEMEN 3% 3% 3% 3%
PUTIH)
Nomer P0
P0.1 P0.2 P0.3 P0.4 P0.5
1 287,39 653,01 505,17 461,56 416,19
2 333,48 679,58 550,18 450,97 383,85
3 354.72 606,03 439,48 663,39 397,19
4 282,97 685,76 416,74 462,85 425,25
5 463,99 699,42 379,73 431,03 385,09
6 357,81 628,32 376,73 438,03 478,96
7 325,88 674,83 487,97 548,08 395,3
8 313,68 678,02 526,7 462,87 430,29
9 292,76 602.86 445,33 593,86 446,23
10 242,78 641 496,15 438,38 432,96
11 272,79 613,92 547,03 638,53 426,33
12 432,99 658,26 452,52 431,36 444,11
13 301,56 614,19 487,32 549,43 432,51
14 347,1 598,76 416,18 434,81 440,32
15 361,73 687,05 424 545,36 416,29
16 301,55 689,39 410,61 543,82 429,1
17 393,45 653,5 408,66 503,07 443,39
18 450,11 617,44 402,77 630,11 475,9
19 544,27 658,75 402,85 493,32 442,97
20 335,38 661,6 427,93 444,77 470,34
21 364,63 697,88 376,83 418,67 448,84
22 301,08 596,51 512,73 467,05 463,54
23 297,79 619,53 466,9 472,12 443,02
24 263,13 657,93 517,92 501,73 450,42
25 273,71 647,43 482,48 543,2 448,15
Rata-rata 339.25 650,775 454,436 502,734 434,661
Rata-rata 476.364
akhir
57
Nomer P1
P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5
1 636,5 546,38 481,87 636,52 446,88
2 627,9 563,89 568,25 480,47 451,47
3 680,25 640,43 501,73 547,66 421,31
4 599,95 477,08 527,78 605,48 384,53
5 592,94 498,12 534,78 522,11 477,18
6 625,6 476,76 520,68 575,7 483,13
7 642,23 502,52 495,7 424,72 474,46
8 625,04 526,55 592,45 436,67 449,93
9 513,81 634,26 581,86 457,63 410,47
10 500,12 619,29 578,72 437,92 458,13
11 485,82 578,11 511,69 434,21 432,93
12 576,65 510,88 546,49 628,33 487,44
13 584,11 524,79 570,9 646,18 418,19
14 654,49 483,81 538,05 482,08 447
15 463,07 516,83 520,88 610,7 461,23
16 615,56 541,42 482,13 530,37 499,8
17 533,27 539,15 528,28 570,27 426,28
18 589,72 573,38 548,47 490,67 410,39
19 636,92 572,12 558,45 494,67 437,51
20 513,16 642,76 525,67 555,76 399,06
21 543,73 515,55 598,71 438,43 468,8
22 593,83 477,15 642,56 451,26 472,85
23 489,85 655,16 577,75 461,43 494,52
24 486,88 604,75 540,09 538,11 598,15
25 495,76 680,24 535,29 529,65 532,38
Rata-rata 572,266 556.055 544,289 519,480 457,760
Rata-rata 529,970
akhir
58
Nomer P2
P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5
1 498,33 431,77 439,56 412,3 593,01
2 444,09 477,63 417,25 415,15 510,92
3 411,38 453,38 424,67 406,33 542,42
4 431,91 414,52 423,52 447 630,22
5 471,72 428,57 428,08 455,57 645,83
6 436,33 473,01 451,15 471,44 461,89
7 438,53 421,1 426,96 517,03 488,99
8 445,2 544 443,43 455,62 588,86
9 421,79 480,61 413,98 451,66 703,05
10 411,53 435,74 445,21 425,89 526,32
11 396,32 477,15 428,63 464,22 449,11
12 410,67 564,44 432,77 388,99 528,9
13 419,2 562,68 428,45 414,05 601,36
14 430,51 465,28 459,83 548,44 531,03
15 459,49 504,92 439,58 610,13 705,69
16 485,09 537,38 461,34 507,34 679,67
17 460,29 480,86 408,69 398,33 700,51
18 514,55 448,07 432,67 408,69 662,26
19 413,46 470,68 437,58 437,48 670,28
20 396,87 436,6 411,11 427,9 636,58
21 469,63 429,56 443,36 479,12 581,3
22 465,35 464,13 398,47 492,5 610,06
23 540,08 469,66 437,8 533,47 541,03
24 392,92 495,62 414,31 462,41 640,28
25 395,2 551,71 499,87 477,88 650,98
Rata-rata 442,417 476,762 433,930 460,357 591,011
Rata-rata 480,896
akhir
59
Nomer P3
P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5
1 577,03 395,36 504,78 372,53 715,75
2 469,7 359,71 460,32 375,97 774,5
3 536,98 353,01 459,44 383,42 732,61
4 441,75 351,7 434,88 383,9 530,02
5 531,6 445,44 402,5 392,82 730,62
6 477,88 344,99 468,17 400,56 635,91
7 499,23 306,45 495,74 381,75 513,19
8 544,24 312,88 473,3 429,92 567,18
9 548,52 312,32 414,9 386,1 566,33
10 534,16 348,9 433,19 402,95 669,67
11 509,17 399,83 432,28 412,98 587,1
12 645,77 360,26 436,57 373,21 727,41
13 501,57 254,86 424,84 396,9 780,75
14 498,84 269,53 491,01 379,93 685,17
15 497,81 346,45 445,86 404,39 740,09
16 578,34 351,11 452,85 382,89 627,21
17 490,24 340,7 447,69 378,11 703,51
18 534,66 433,33 458,15 387,2 742,51
19 508,21 376,03 471,73 397,69 694,14
20 500,98 319,46 470,55 397,83 700,56
21 535,59 350,59 426,86 376,27 619,77
22 500,35 366,43 385,88 399,04 501,67
23 552,04 381,28 452,24 417,07 754,41
24 534,54 288,79 469,69 422,47 667,76
25 547,05 365,91 531,31 384,42 716,88
Rata-rata 523,85 349,413 453,789 392,812 667,388
Rata-rata 477,446
akhir
60
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 339,250 572,266 442,417 523,83
2 650,754 556.055 476,762 349,412
3 454,436 544,289 433,930 453,789
4 502,734 519,480 460,357 392,812
5 434,661 457,761 591,011 667,388
Rata-rata 476,367 529,970 480,896 477,446
Descriptives
Tinggi Vili Jejunum
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper Minim Maxim
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound um um
p0 5 476,3640 114,15583 51,05204 334,6208 618,1072 339,25 650,75
p1 5 529,9700 44,56566 19,93037 474,6344 585,3056 457,76 571,31
p2 5 480,8960 63,73730 28,50419 401,7557 560,0363 433,93 591,01
p3 5 477,4460 124,84471 55,83225 322,4308 632,4612 349,41 667,38
Total 20 491,1690 88,48372 19,78556 449,7573 532,5807 339,25 667,38
Test of Homogeneity of Variances
Tinggi Vili Jejunum
ANOVA
Tinggi Vili Jejunum
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10092,804 3 3364,268 ,388 ,763
Within Groups 138665,189 16 8666,574
Total 148757,994 19
Duncana
Subset for
alpha = 0.05
TinggiVili N 1
p0 5 476,3640
p3 5 477,4460
p2 5 480,8960
p1 5 529,9700
Sig. ,415
62
1. Berat Lambung
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 48 50 45 54
2 43 61 36 41
3 42 44 59 45
4 52 60 58 56
5 42 58 51 49
Jumlah 227 273 24 245
Rata-rata 45,5 54,6 49,8 49
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 81 83 72 93
2 72 103 58 69
3 72 73 94 75
4 88 103 90 94
5 70 99 86 58
Jumlah 383 461 400 389
Rata-rata 76,6 92,2 80 77,8
Ulangan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
1 193 198 184 219
2 171 244 148 165
3 171 176 238 180
4 167 245 231 225
5 209 236 206 14
Jumlah 910 1099 1007 983
Rata-rata 182,2 219,8 201,4 196,6
Descriptives
BeratLambung
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
P0 5 45,40 4,450 1,990 39,87 50,93 42 52
P1 5 54,60 7,335 3,280 45,49 63,71 44 61
P2 5 49,80 9,576 4,283 37,91 61,69 36 59
P3 5 49,00 6,205 2,775 41,30 56,70 41 56
Total 20 49,70 7,363 1,647 46,25 53,15 36 61
ANOVA
BeratLambung
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 215,000 3 71,667 1,407 ,277
Within Groups 815,200 16 50,950
Total 1030,200 19
Duncana
Subset for
alpha = 0.05
Perlakuan N 1
p0 5 45,40
p3 5 49,00
p2 5 49,80
p1 5 54,60
Sig. ,078
2. Berat organ pencernaan (usus halus)
64
Descriptives
Berat Usus Halus
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
P0 5 76,60 7,668 3,429 67,08 86,12 70 88
P1 5 92,20 13,535 6,053 75,39 109,01 73 103
P2 5 80,00 14,832 6,633 61,58 98,42 58 94
P3 5 77,80 15,579 6,967 58,46 97,14 58 94
Total 20 81,65 13,747 3,074 75,22 88,08 58 103
ANOVA
Berat Usus Halus
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 771,750 3 257,250 1,460 ,263
Within Groups 2818,800 16 176,175
Total 3590,550 19
Duncana
Subset for
alpha = 0.05
Perlakuan N 1
p0 5 76,60
p3 5 77,80
p2 5 80,00
p1 5 92,20
Sig. ,105
Descriptives
Berat Usus Besar
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
P0 5 182,20 18,144 8,114 159,67 204,73 167 209
P1 5 219,80 31,132 13,923 181,14 258,46 176 245
P2 5 201,40 36,712 16,418 155,82 246,98 148 238
P3 5 196,60 25,442 11,378 165,01 228,19 165 225
Total 20 200,00 29,723 6,646 186,09 213,91 148 245
ANOVA
Berat Usus Besar
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3612,000 3 1204,000 1,462 ,262
Within Groups 13174,200 16 823,375
Total 16786,000 19
Duncana
Subset for
alpha = 0.05
Perlakuan N 1
p0 5 182,20
p3 5 196,60
p2 5 201,40
p1 5 219,80
Sig. ,073
1 2 3
4 5 6
7 8 9
Keterangan:
1. Dedak Padi
2. Tepung Teritip
3. Tepung Silase
4. Tepung Jagung
5. Premix
6. Pollard
7. Perekat (Semen Putih)
8. Tepung Kedelai
9. Tepung Ikan
P0 P0
P1 P1
P2 P2
70
P3 P3