Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TEKNIK KULTUR SPORA RUMPUT LAUT GRACILLARIA.SP

Dosen Pengampu (Budiati A,PI.M,SI )

Disusun Oleh:

Ainun Nisa

Program studi : teknik budidaya perikanan D / Remaja

TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN D (REMAJA)

KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN


PERIKANAN BONE 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
tugas makalah ,yang berjudul teknik kultur spora glacillaria sp. tentang.ini dapat
diselesaikan sesuai dengan target mutu dan waktu yang direncanakan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu budiati A,PI.M,SI serta teman-teman atas dukungan serta
doanya.
Atas segala kekuragan dan kekhilafan, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifat membangun untuk penulisan makalah kedepannya. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya Taruna/I Politeknik Kelautan Dan
Perikanan Bone.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................


1.2 Tujuan dan kegunaan..................................................................

BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................

2.1 Gambaran Umum Rumput Laut Glacillaria sp..........................

2.2 Manajemen Produksi Bibit Rumput Laut Glacillaria sp............

2.3 Seleksi Rumpun Bibit Rumput Laut Glacilaria sp....................

2.4 Aklimatisasi Rumput Laut Glacilaria sp....................................

2.5 Sterilisasi Air Laut......................................................................

2.6 Pembuatan pupuk PES...............................................................

2.7 Persiapan wadah.........................................................................

2.8 Pembuatan frame preparat spora................................................

2.9 Seleksi Indukan yang Mengandung Cystospora........................

BAB III. PENUTUP.......................................................................................


A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya laut yang dapat menghasilkan
agar, karaginan dan alginate sehingga dapat di manfaatkan dalam bidang industri
makanan,farmasi dan lain-lain adapun beberapa jenis rumput laut yang bernilai
ekonomis dan telah diperdagangkan sejak dahulu,baik untuk komsumsi domestik
maupun ekspor yaitu Euchema sp.(Euchema cottoni dan Euchema spinosum),
(Gracilaria Gigas dan Grasilaria Vorrucosa), Gelidium Sp.dan Hypnea sp., dan
Sargassum sp(Sarifin dkk, 2011).

Rumput laut Gracilaria merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-
agar atau disebut dengan agarophytes. Selain Gracilaria, rumput laut penghasil agar-
agar lainnya adalah Gelidium, Pterocladia, dan Gelidiela. Pada tahun 2009 total
produksi agarophytes di Indonesia mencapai 35.050 ton kering yang 81,60 % -nya
(28.600 ton) diserap oleh industri nasional dan sisanya diserap industri luar negeri
(Anggadiredja, dkk 2011). Gracilaria dalam hal ini memberikan kontribusi paling besar
(>90 %) untuk menyumbang bahan baku agar-agar dibandingkan dengan genus
agarophytes yang lainnya.Hal ini dikarenakan Gracilaria banyak dibudidayakan di
tambak-tambak, sedangkan agarophytes lainnya masih dipanen dari alam (WWF-
Indonesia, 2014).

Permasalahan produksi rumput laut disebabkan oleh terjadinya degradasi


kualitas bibit rumput laut yang dikarenakan penggunaan bibit rumput laut yang
berulang-ulang dengan cara stek serta bibit yang diperoleh secara vegetatif seringkali
menyebabkan penurunan variabilitas genetik yang dapat mengakibatkan menurunnya
pertumbuhan, menurunnya rendemen karaginan dan kekuatan gel serta menurunnya
ketahanan terhadap penyakit (Wiwiendkk, 2019).

Teknik konvesional yang sering digunakan pembudidaya rumput laut yaitu


mengikatkan bibit rumput laut ke tali. kondisi ini membuat bibit yang di ikatkan ke tali
pertumbuhannya tidak begitu besar. Salah upaya yang di lakukan untuk meningkatkan
produksi serta mendapatkan bibit dengan kualitas baik yaitu dengan menggunakan
spora yang di tumbuhkan di tali dan tali yang sudah ada bibit tersebut langsung bisa
digunakan untuk di bentangkan di laut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari Sosial Ekonomi Perikanan yaitu agar siswa dapat mengetahui
manajemen dalam proses produksi bibit Glacilaria sp. dengan teknik kultur spora, yang
akan di jadikan sumber bibit sehingga dapat meningkatkan kualitas bibit rumput laut
yang lebih baik.

Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang Sosek Perikanan yaitu untuk menambah
pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan mengenai proses produksi bibit
Glacilaria sp. dengan teknik kultur spora sebagai sumber bibit.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Rumput Laut Glacillaria sp


Sebutan Gracilaria sp. laut digunakan terutama untuk membedakan Gracilaria
ini dengan Gracilaria yang biasa dipelihara di tambak (Gracilaria verucosa). Nama
Ilmiah Gracilaria sp. Laut ini adalah Gracilaria sp., identifikasi dan klasifikasi species
ini belum selesai, sehingga masih memerlukan studi lebih lanjut. Di Takalar, nama
Lokal Gracilaria sp. ini di Takalar adalah Sango-Sango Laut. Dibudidayakan dilaut
dengan menggunakan tali seperti pada pembesaran Kappaphycu alvarezii (Kotoni) dan
Eucheuma denticulatum (Spinosum) (Lideman, dkk. 2016).

Rumput laut jenis Gracillaria sp. merupakan salah satu jenis alga merah
(Rhodophyta) yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis yang tumbuh dominan di
perairan laut dangkal. Spesies ini biasanya dapat ditemukan di daerah estuari, area
pelabuhan, daerah intertidal dan subtidal yang dangkal, menempel pada bebatuan
maupun mengambang di permukaan air.Jenis rumput laut ini dapat hidup di perairan
yang tenang pada substrat berlumpur (Widyorini, 2010).

Menurut Dawes (1981), klasifikasi dari Gracillaria sp. (sango-sango laut) yaitu
sebagai berikut (Lideman, 2016):

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Gracilariaceae

Genus : Gracilaria

Spesies: Gracillaria sp. Gambar 4.Glacillaria sp


Ujung thallus

Cabang thallus

Kantong spora
(cystospora)

Gambar 5. Morfologi Gracillaria sp


Gracillaria sp.merupakan tumbuhan makroalga yang hidup dilaut dangkal.
Gracillaria sp. memiliki ciri umum yaitu memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng
dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun,
diatas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman) agak mengecil,
permukaannya halus atau berbintil-bintil, diameter thallus berkisar antara 0,5  –  2 mm.
Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacillaria tumbuh di rataan terumbu
karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 per mil
(Lideman, dkk. 2016).
Ciri-ciri khusus dari Gracillaria sp. yaitu mempunyai thallus berwarna merah
kecoklatan.Penampakan thallus bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai
kompleks.Thallus memiliki permukaan yang tidak berduri dan bercabang.Percabangan
keberbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan kedaerah basal
(pangkal). Thallus berbentuk silinder, licin, berwarna coklat atau kuning hijau,
percabangan tidak beraturan memusat dibagian pangkal dan bercabangan lateral
memanjang menyerupai rambut dengan ukuran panjang berkisar antara 15-30 cm
(Ditjen Perikanan, 2011).
Secara alami gracilaria sp. hidup dengan melekatkan thallusnya pada substrat
yang berbentuk pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu,
pada kedalaman sampai sekitar 10 sampai 15 meter di bawah permukaan air yang
mengandung garam laut pada konsentrasi sekitar 12-30o/oo. Untuk melekatkan dirinya,
Gracilaria sp. memiliki suatu alat cengkeram berbentuk cakram yang dikenal dengan
sebutan 'hold fast'.Jika dilihat secara sepintas, tumbuhan ini berbentuk rumpun, dengan
tipe percabangan tidak teratur, 'dichotomous', 'alternate', 'pinnate', ataupun bentuk-
bentuk percabangan yang lain (Lideman, dkk. 2016).
Pengembangan usaha budidaya Gracilaria sp di Indonesia akan memberikan
keuntungan yang besar karena permintaan agar-agar pada saat ini semakin meningkat.
Menurut data dari Dirjen Perikanan Budidaya produksi rumput laut di Indonesia pada
tahun 2010 mencapai 3,9 juta ton sedangkan produksi rumput laut untuk jenis
Gracilaria sp saja telah mencapai 253.619 ton. Menurut Alamsjah (2010), Kualitas
rumput laut sangat ditentukan oleh kandungan agar. Parameter lain yang juga penting
adalah serat, protein dan lemak. Menurut Salmi et al (2012), Rumput laut merupakan
sumber pangan yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, asam
amino dan mineral tinggi. Kandungan serat dan mineral rumput laut juga lebih tinggi
dari pada sebagian besar buah dan sayuran (Sugiatno, dkk. 2013).
Gracilaria sp. merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-agar atau
disebut dengan agarophytes. Selain Gracilaria sp rumput laut penghasil agar-agar
lainnya adalah Gelidium, Pterocladia, dan Gelidiela. Pada tahun 2009 total produksi
agarophytes di Indonesiamencapai 35.050 ton kering yang 81,60 % -nya (28.600 ton)
diserap oleh industri nasional dan sisanya diserap industri luar negeri (Anggadiredja,
dkk 2011). Gracilaria sp dalam hal ini memberikan kontribusi paling besar (>90 %)
untuk menyumbang bahan baku agar-agar dibandingkan dengan genus agarophytes
yang lainnya.Hal ini dikarenakan Gracilaria sp. banyak dibudidayakan di tambak-
tambak, sedangkan agarophytes lainnya masih dipanen dari alam (Tim Perikanan
WWF-Indonesia. 2014).

2.2 Manajemen Produksi Bibit Rumput Laut Glacillaria sp


Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa inggris management yang
dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata
manage ini sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi dari bahasa latin
managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan. Sedangkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia kata manajemen mempunyai pengertian sebagai penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Dalam arti khusus manajemen
dipakai bagi pemimpin dan kepemimpinan yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan
memimpin dalam suatu organisasi (Syamsuddin, 2017).

George R. Terry memberikan gambaran yang lebih jelas tentang fungsi


manajemen yang dikenal dengan “POAC” yaitu (Tanti, 2014):
Dari beberapa rumusan tersebut oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnnya rumusan tersebut hanya berkisar pada empat fungsi sebagaimana yang
dirumuskan oleh George R. Terry.Berikut ini penjelasan ke empat fungsi tersebut.

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas seorang
pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam sebuah organisasi guna
menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mencapainya. Sondang
P.Siagian, menjelaskan bahwa: “Perencanaan (planning) adalah keseluruhan proses
perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses perumusan tentang apa yang
akan dilakukan dan bagaimana pelaksanaannya (Tanti, 2014).

Perencanaan yang dilakukan devisi rumput laut khususnya pada kultur spora
Glacillaria sp.sebelum kegiatan produksi dapat dilihat dari penentuan jumlah target
produksi bibit, waktu pendistribusian bibit, proses persiapan wadah pemeliharaan,
persiapan sarana dan prasarana pemeliharaan, pengadaan calon bibit, Teknik
pemeliharaan spora, dan pengamatan pertumbuhan spora.

Persiapan wadah dalam produksi bibit rumput laut dimulai dari pembersihan
baskom dan bak fiber dimana wadah ini dicuci dengan air bersih sampai tidak ada
kotoran yang menempel pada wadah.Dimana baskom tersebut akan digunakan dari
proses penanaman hingga pemeliharaan spora kemudian dipindahkan ke pemeliharaan
bak fiber dalam jangka waktu tertentu sampai siap untuk disebar atau dibudidayakan di
lokasi budidaya. Sebelum digunakan wadah ini harus dalam kondisi kering.Persiapan
sarana dan prasarana pemeliharaan spora yang dimaksud ialah ketersediaan sumber air
air laut steril, pupuk dan berbagai peralatan yang dibutuhkan selama proses produksi
berlangsung dan juga menyiapkan semua alat yang akan digunakan selama proses
pemeliharaan bibit rumput laut hasil kultur spora.

Pengadaan bibit rumput laut Glacillaria sp ini diperoleh dari pembudidaya,


dimana sebelum pengambilan bibit, penanggung jawab mengkonfirmasi kedatangan
untuk mengambil bibit sehari atau dua hari sebelumnya sehingga pembudidaya dapat
menyediakan bibit yang dipesan.Teknik pemeliharaan spora yang dimaksud disini
mulai dari pemilihan indukan atau bakal calon spora, aklimatisasi, pemotongan
indukan, pembersihan indukan, penanaman hingga pemeliharaan spora setelah
pengangkatan indukan. Adapun pengamatan pertumbuhan spora yang dimaksud adalah
melihat dan memantau laju pertumbuhan rumput laut hasil kultur spora baik dengan
menggunakan mikroskop ataupun secara visualisasi sebelum dilakukan pemasangan
bibit di lokasi budidaya.

Tabel 3. Produksi bibit rumput laut Glacillaria sp Tahun 2020

Bentuk Hasil yang dicapai


Perencanaan
Target Tahunan 100 Bentangan
Waktu Bulan Bulan Maret Bulan Juli Bulan
Pendistribusian Februari September
Jumlah yang 25 25 Bentangan 25 Bentangan 25 Bentangan
didistribusikan Bentangan
Jenis Kelompok Kelompok Kelompok Mappaka
pendistribusian Cinta Maju Makkio Dalle Makkio Dalle Sungguh
(Bantuan)

Dari tabel diatas dapat kita lihat pencapaian hasil produksi untuk pendistribusian
bibit rumput laut daru hasil kultur spora mencapai 100% dari segi kuantitas dan sekitar
50% -75% dari segi kualitas bibit rumput laut yang disalurkan.

Adapun rencana produksi bibit rumput laut yang direncanakan oleh Devisi
Rumput Laut bagian Kultur Spora Glacillaria sp dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Rencana produksi bibit rumput laut Glacillaria sp Tahun 2020

Perencanaan Hasil yang akan dicapai


Target Tahunan 100 Bentangan
Waktu Pendistribusian Bulan Juni Bulan September Bulan November
Jumlah yang 40 Bentangan 30 Bentangan 30 Bentangan
didistribusikan
Jenis pendistribusian Bantuan dan Kerjasama

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah bentangan bibit rumput laut
Glacillaria sp dari hasil kultur spora sebanyak 100 bentangan pada tahun 2019 ini.
Adapun rencana pendistribusiannya dilakukan pada bulan Juni sebanyak 40 bentangan,
bulan September sebanyak 30 bentangan dan bulan November sebanyak 30 bentangan
dengan jenis pendistribusian bibit berupa bantuan dan kerjasama dengan pihak luar baik
dari kelompok maupun organisasi lainnya.

Proses produksi bibit rumput laut Glacillaria sp dengan teknik kultur spora

Seleksi Rumpun/ Pengambilan Calon Indukan di Lokasi Budidaya

Seleksi Rumpun Bibit Rumput Laut Glacilaria sp.

Aklimatisasi Rumput Laut Glacilaria sp

Sterilisasi Air Laut

Pembuatan Pupuk PES

Persiapan Wadah

Pembuatan Frame Preparat Spora

Seleksi Indukan yang Mengandung Cystospora

Pemotongan Indukan yang Mengandung Cystospora

Sterilisasi Thallusatau Indukan

Penanaman Thallus
Spora Gracillaria sp

psssp
Pemeliharaan Bakal Spora

Pergantian Air, Pemberian Pupuk PES dan Pembersihan Frame Preparat Spora

Pemeliharaan Spora di dalam Green House

Pemeliharaan Bibit Gracillaria sp. dari Spora di Lokasi Budidaya

Panen
Gambar 6. Diagram Alur Proses Produksi Bibit Rumput Laut Glacillaria sp
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, setiap proses memiliki waktu tertentu
walaupun waktu tersebut belum diatur secara rinci dalam setiap kali melakukan proses
produksi. Penanggung jawab ikut serta melakukan semua proses produksi dan
menjelaskan dengan spesifik kegiatan yang dialihkan kepada pegawai kontrak dan
peserta PKL sehingga hasil kerja yang dilakukan sesuai prosedur dan target produksi.

Gambar 6 diatas memberikan gambaran alur proses produksi bibit rumput laut
Glacillaria sp dengan teknik kultur spora pada Devisi Rumput Laut yang ada di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau Takalar dengan penjelasan sebagai berikut :

2.3 Seleksi Rumpun Bibit Rumput Laut Glacilaria sp.


Bibit rumput laut diambil dari Desa Ujung Baji. Kecamatan Sandrobone,
Kabupaten Takalar. Jarak tempuh pengambilan bibit ini kurang lebih 10 Km dari Balai
Perikanan Budidaya Air Payau Takalar dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Bibit
rumput laut yang diambil dari pembudidaya merupakan bibit rumput laut Gracillaria sp.
fertil atau yang mengandung kantong spora yang dapat dilihat secara langsung.
Rumput laut diambil dalam kondisi basah dan baru saja diambil dipantai lokasi
budidaya dapat dilihat pada ciri-cirinya yaitu, rumput laut terlihat hidup, tidak memiliki
bercak putih atau penyakit ice-ice dan bersih dari kotoran seperti lumut dan sebagainya.
Rumput laut kemudian di packing dengan menggunakan coolbox, tujuannya agar
rumput laut tiba di Lokasi Green House tetap dalam keadaan hidup dan dapat terjaga
kualitasnya untuk dilakukan pemeliharaan di bak fiber atau dengan kata lain dilakukan
aklimatisasi awal sebelum dilakukan tindakan pensterilisasian rumput laut Glacillaria
sp tersebut.

Gambar 7.Seleksi rumpun rumput laut Gracillaria sp.

Seleksi rumpun Gracillaria sp. dilakukan dengan cara menyeleksi rumpun yang
paling subur dalam satu bentangan, kemudian didalam rumpun itu diseleksi lagi thallus
yang banyak memiliki kantong sporanya, tidak pucat warnanya, rimbun dan memiliki
batang yang besar, ujungnya tidak putih dan bersih dari kotoran atau lumut. Rumput
laut yang ditali diambil dengan cara dipotong dengan tersisa sedikit rumput lautnya
untuk dibiarkan tumbuh menjadi bibit selanjutnya.
2.4 Aklimatisasi Rumput Laut Glacilaria sp

Gracilaria sp. fertil yang diperoleh melalui seleksi rumpun di tampung pada
kantong plastik (plastic packing benih) yang telah diisi air laut dan ditempatkan didalam
wadah coolbox atau Styrofoamdan selanjutnya diangkut ke laboratorium basah dengan
suhu yang dipertahankan kurang lebih 25 0C.

Gambar 8. Aklimatisasi rumput laut Glacilaria sp

sampel-sampel Gracilaria sp. Dibersihkan dengan air laut tujuannya agar rumput
laut bersih dari kotoran atau lumut yang menempel kemudian dipelihara sebagai tahap
aklimatisasi di bak Fiber (100 × 40 × 60 cm3) yang berisikan air laut dengan salinitas 30
ppt dan pH 7,8 - 8.4selama minimal 3 jam.aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaian
fisiologis dari Glacilaria sp terhadap lingkungan barunya.

2.5 Sterilisasi Air Laut

Air laut yang digunakanan untuk pelepasan spora, pemeliharaan spora dan
pemeliharaan Gracilaria muda (plantlet) adalah air laut yang telah disaring dengan
menggunakan saringan kapas dan saringan whatmen ukuran 0,45 μm. Air laut tersebut
kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 oC selama 15
menit dengan tekanan 1 atm (Lideman, dkk. 2016).
Gambar 9.

Sterilisasi Air Laut

Sterilisasi air laut juga dapat di lakukan dengan melakukan pemanasan air laut
sebanyak 25 liter selama 50 menit menggunakan api sedang kemudian di saring dan
disimpan ke dalam jerigen atau juga dapat menggunakan alat penyaring air model
catridgeyang dipasang langsung dengan pipa saluran air laut yang ada di laboratorium
rumput laut. Air laut yang telah disterilisasi ini digunakan untuk keperluan kegiatan
lkultur spora dalam keadaan sudah tidak panas lagi.

2.6 Pembuatan pupuk PES

Pupuk Provasolis Enrich Seawater atau PES merupakan pupuk yang berfungsi
untuk mendorong pertumbuhan spora rumput laut Glacilaria sp. Pembuatan pupuk PES
dilakukan dengan memasukkan Aquadest sebanyak 500 mL ke dalam gelas ukur 1000
mL kemudian ditambahkan dengan NaNo3 (3,5 g), Na2 ß-glycerophosphat (0.5 g), Fe-
EDTA (stock solution 250 ml), PII Metals (stock solution 25 ml), B12 (0,1 mg; stock
solution 0,1 g/100 ml atau 0,1 ml), Thiamine (5 mg ; stock solution 0,5 g/100 ml atau 1
ml), Biotin (0,05 mg; stock solution 0,05 g/100 ml atau 0,1 ml), Trace base (5 g; stock
solution 50 g/500 ml atau 50 ml) yang telah ditimbang dengan timbangan elektrik
kemudian homogenkan di atas hot plate/styrer, lalu ditambahkan aquadest hingga
volume menjadi 1000 ml (1 liter)
Pembuatan pupuk PES dilakukan minimal 1 hari sebelum digunakan.Pupuk PES
ini dapat disimpan selama 1 minggu didalam kulkas sebelum digunakan. Pemberian
pupuk PES ini dilakukan 1 minggu sekali atau setiap kali ganti air dengan takaran 1%
dari jumlah air laut steril yang digunakan.

2.7 Persiapan Wadah


Wadah yang digunakan terdiri dari baskom sebagai wadah penampung media
pemeliharaan dan baskom dengan dasar berupa saringan dengan meshsize 100 (100
lobang per cm), sebagai tempat meletakan Carposporophyte yang fertil. Tali
polyethylene sebagai tempat menempelnya spora dililitkan pada frame .saringan tadi
diletakan di bagian atas frame / tali preparat dengan posisi terendam 5-10 cm dari
permukaan media pemeliharaan, dan tali polyethylene yang terlilit pada frame tadi di
letakan di bagian dasar baskom penampung media pemeliharaan (Lideman, dkk. 2016).
Gambar 11. Baskom sebagai wadah pemeliharaan spora

Alat-alat yang digunakan ini telah dicuci dengan menggunakan spons, agar
lumut yang menempel bisa keluar atau terlepas, setelah itu dibilas dengan air laut.
Selain baskom, alat yang perlu disiapkan sebelum penanaman rumput laut Glacillaria
sp antara lain saringan, pemberat, gelas ukur, tabung erlemeyer, pingset dan sendok
pengaduk.
2.8 Pembuatan frame preparat spora
Frame preparat spora dibuat dengan menggunakan pipa ukuran ¾ inci dan
sambungan EL yang sama dengan ukuran pipa, kemudian pipa dipotong atau digergaji
menjadi 4 bagian dengan panjang 20 cm dan lebar 18 cm. Pipa tersebut kemudian diisi
pasir sampai penuh lalu ditutup dengan gabus yang berukuran bulat sesuai dengan
lubang pipa. Tujuan dari pengisisan pipa, agar pipa dapat tenggelam.Selanjutnya pipa-
pipa dipasang dengan menggunakan lem pipa agar merekat dengan kuat.Pipa-pipa yang
telah disambung dililitkan dengan menggunakan tali nomor 3 dengan panjang sekitar 25
meter seperti yang terlihat pada Gambar 12 di bawah.

Gambar 12. Frame preparat spora


Setelah itu, frame preparat spora siap digunakan untuk penumbuhan spora.
Sebelum digunakan frame ini harus disterilkan dengan membilas menggunakan air yang
bersih lalu diangin-anginkan sampai kering. Sebelum digunakan frame preparat spora
ini ditandai dengan menuliskan tanggal penanaman rumput laut tersebut.
2.9 Seleksi Indukan yang Mengandung Cystospora
Seleksi indukan rumput laut Gracillaria sp. dilakukan dengan melihat ciri-ciri
dari rumput laut tersebut, diantaranya yaitu:
1. Memiliki thallus besar dan agak kekuningan
2. Terdapat kantung spora (cystospora) yang besar
3. Memiliki thallus yang bersih dan tidak putih
4. Tidak memiliki penyakit ice-ice dan hama berupa lumut dan sponge

Gambar 13.Seleksi indukan Gracillaria sp.


Rumput laut yang telah melewati masa aklimatisasi selama beberapa jam setelah
diambil dari lokasi budidaya dilakukan penyeleksian indukan atau calon bakal spora
dengan cara memilih langsung sesuai kriteria di atas. Calon indukan terpilih dipisahkan
dari keranjang aklimatisasi ke tempat lain yang kemudian memasuki proses pemotongan
indukan.
Kita masuk ke tahap proses
a. Pemotongan Indukan yang Mengandung Cystospora

Rumput laut yang telah diseleksi selanjutnya memasuki proses pemotongan


dengan memerhatikan morfologi dari rumput laut tersebut. Persiapan pemotongan
dilakukan dengan menyediakan gelas ukur sebagai wadah penyimpanan sementara
indukan yang telah dipotong-potong, talenan sebagai alas pemotongan rumput laut,
pingset digunakan untuk menjepit rumput laut ketika di potong dan silet untuk
memotong-motong rumput laut.
Gambar 14.Pemotongan Indukan Gracillaria sp.

Pemotongan dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau silet dengan


memotong thallus rumput laut sepanjang 3-5 cm yang dijepit dengan menggunakan
pingset di atas talenan kemudian potongan-potongan thallus direndam kembali ke dalam
gelas ukur yang telah diisi air laut steril.

b. Sterilisasi Thallus atau Indukan Spora

Hasil pemotongan thallus dewasa yang terdapat kantong spora (Cystocarp)


kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 500 mL yang berisi air laut steril lalu
diaduk-aduk agar kotoran yang menempel dapat terlepas kegiatan ini dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Setelah itu thallus dimasukkan kedalam Erlemeyer 500
mL yang berisi air laut steril lalu kocok-kocok agar kotoran yang tersisa hilang,
kegiatan ini dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali.

Gambar 15. Sterilisasi Thallus Glacillaria sp

Kemudian masih dalam Erlemeyer di beri air laut steril sebanyak 500 mL dan
dicampurkan dengan iodin sebanyak 5 mL atau 1% lalu didiamkan selama 3-5 menit
hingga lumut atau kotoran yang menempel hilang kemudian ditiriskan. Selanjutnya
dilakukan pencucian/pembilasan sampai aroma iodin hilang biasanya dilakukan 3 kali
dimana pada saat penirisan dilakukan penyemprotan agar kotoran yang menempel lebih
mudah bersih. Setelah itu dilakukan pengeringan thallus dengan cara ditata diatas tissue
sampai air yang menempel pada thallus hilang ini berfungsi untuk menghilangkan
aroma iodin pada thallus setelah itu thallus dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 mL
dan didiamkan selama 1-3 jam sebelum ditanam.

c. Penanaman Thallus Gracillaria sp

Thallus yang telah steril di masukkan kedalam wadah yang berisi air laut steril
sebanyak 7 liter dengan salinitas 30 ppt yang telah dicampur dengan Pupuk Provasolis
Enrich Seawater (PES) sebanyak 70 mL atau dengan dosis 1%, gunanya untuk
memacu perkembangan spora lebih cepat menjadi young thallus (Thallus gracilaria
sp.muda).

Gambar 16. Penanaman Indukan Spora

Wadah baskom yang merupakan tempat plantasi thallus gracilaria sp. spora
diletakkan dibawah lampu yang digunakan sebagai penerangan untuk memenuhi
kebutuhan fotosintesis tumbuhan ini kultur dengan teknik biakan spora memerlukan
intensitas cahaya sebanyak 800-1000 lux . Kultur spora ini juga dilakukan dengan
metode siklus terang gelap dengan periode penyinaran selama 12 jam dan periode gelap
juga sebanyak 12 jam. Pemeliharaan dilakukan selama dua minggu dalam wadah
terkontrol dengan suhu 24-26°C pemerataan posisi thallus setiap tiga hari sekali dengan
menggunakan pingset agar penyebaran spora merata pada media tanam tali.Setelah dua
minggu Carposporophyte yang fertil tersebut kemudian diangkat dari media
pemeliharaan dan diseleksi ulang jika masih ada yang layak tanam kembali.

Selanjutnya, spora yang ada pada tali polyethylene dipelihara sampai spora nya
menempel dan mempunyai thalus serta holdfast (Gracilaria muda), dengan kondisi
suhu 25 oC, cahaya 500-1000 lux dan salinitas 30 ppt. Selain itu, spora dicek dibawah
mikroskop untuk memastikan apakah spora nya bisa menempel dan berkembang atau
tidak. Penggunaan media PES menunjukan bahwa perkembangan spora menjadi
Gracilaria sp. muda yang mempunyai thallus terjadi pada umur 30 - 40 hari (Lideman,
dkk. 2016).

d. Pemeliharaan Bakal Spora


Gracilaria sp. muda ditandai dengan munculnya tunas yang merupakan thalus
(batang semu) yang tumbuh diatas holdfast. Pemeliharaan Gracilaria sp. muda ini
dilakukan pada media PES, dengan suhu 25 oC dan cahaya 500-1000 lux, pergantian
media pemeliharaan dilakukan setiap 1 minggu sekali. Untuk proses fotosintesis dan
respirasinya, maka alga memerlukan kondisi terang dan gelap karena itu kondisi terang
dan gelap dibuat dengan perbandingan 12 jam terang dan 12 jam gelap (Lideman,dkk.
2016).

Gambar 17. Pemeliharaan bakal spora

Pemeliharaan bakal spora yang telah ditaman didiamkan selama kurang lebih 14
hari.Untuk menunjang pertumbuhan dan penyebaran bakal spora yang baik pada tali
dilakukan pemindah-mindahan indukan spora yang ditanam setiap 3 hari sekali dengan
membuka penutup plastik kemudian memindah-mindahkan indukan menggunakan
spora secara merata lalu ditutup kembali.Setelah kurang lebih 14 hari, indukan spora
diangkat dan pipa tali spora yang telah ditempeli spora tetap dibiarkan berada di dalam
wadah atau baskom.

Pengecekan pertumbuhan spora pada tali PE dilakukan dengan bantuan


mikroskop pembesaran 10x5, tujuannya agar spora yang tumbuh ditali PE dapat dilihat
dengan jelas. Pertumbuhan spora ditandai dengan adanya bintik-bintik hitam.
Gambar 18. Pengecekan pertumbuhan spora di Tali PE (Polyethylene)

Spora yang sudah lepas dari cytocarp-nya kemudian di pelihara sampai sporanya
menempel dengan baik dan berkembang pada substrat (tali PE) tersebut. Pergantiaan air
tetap dilakukan pada tahap ini yaitu seminggu sekali dengan pemberian pupuk PES
sebanyak 1 persen atau ketika air didalam wadah mulai keruh. Pemeliharaan dengan
menggunakan wadah baskom dilakukan selama 2-3 bulan di laboratorium tertutup
(invitro) Kemudian dilanjutkan pemeliharaan selama 1-2 bulan di bak fiber atau di
laboratorium basah (intermediate) hingga berkembang menjadi bibit Gracilaria
sp.muda.

(a) ( b) (c)

Gambar 19

(a) Spora berumur 1 minggu,

A. (b) spora berumur 1 bulan,


B. (c) spora berumur 3 bulan.

Spora bisa lepas dari cystocarp-nya memerlukan waktu selama 12 hari. Namun
setelah 7 hari pelepasan spora, selanjutnya relatif lebih sedikit. Proses penempelan
spora berlangsung setelah 1 minggu. Salinitas yang digunakan yaitu, 29-31 ppt dan
suhu yang digunakan 24-26oC. Spora yang sudah menempel selanjutnya dapat
berkembang menjadi Gracilaria sp. muda. Selama pemeliharaan spora dilakukan
pengamatan atau pun dilakukan pengecekan dibawah mikroskop pada tali substrat PE.

(A) (B)
Gambar 20

(a) Spora berumur 1 minggu,

(b) spora berumur 3 bulan

Gracillaria sp. muda ditandai dengan munculnya tunas yang merupakan thallus
(batang semu) yang tumbuh diatas holdfast. Pemeliharaan Gracillaria sp. muda ini
dilakukan selama 2 bulan pada media PES, dengan suhu 25 oC dan cahaya 500-1000
lux.Kriteria pertumbuhan spora yang baik dapat dilihat dari penyebaran spora yang
merata pada tali sedangkan untuk kategori pertumbuhan spora yang buruk dapat dilihat
dari matinya spora pada tali yang ditandai dengan memutihnya spora sehingga tidak
bisa mengalami pertumbuhan. Salah satu faktor yang membuat pertumbuhan spora
kurang baik dapat disebabkan karena kesalahan dari proses sterilisasi indukan yang
menyebabkan adanya gangguan berupa tumbuhnya lumut yang menjadi kompotitor bagi
spora pada proses pemeliharaan.

e. Pergantian Air, Pemberian Pupuk PES dan Pembersihan Frame Preparat


Spora
Pergantian air laut dalam budidaya spora, dilakukan 1 kali seminggu dengan
menggunakan air laut steril.Sebelum dilakukan pergantian air laut, tali PE terlebih
dahulu dipindahkan kedalam akuarium yang berisi air laut. Bak fiber kemudian
dibersihkan dengan cara digosok atau disikat sehingga lumut yang menempel terlepas.
Selanjutnya bak fiber diisi dengan air laut.Pergantiaan air tetap dilakukan pada tahap ini
yaitu seminggu sekali dengan pemberian pupuk PES sebanyak 1% atau ketika air
didalam wadah mulai keruh.Pembersihan frame preparat spora dilakukan dengan
mengeluarkan lumut yang menempel pada tali PE dengan menggunakan pingset,
kemudian bagian pipa tali PE digosokkan dengan menggunakan kain agar lumut yang
menempel terlepas. Tali PE disemprot-semprot agar sisa-sisa lumut dapat terlepas.Tali
PE yang telah bersih dipindahkan kembali kedalam bak fiber yang berisi air laut bersih.

Gambar 21.
(Pergantian air, pemberian pupuk dan pembersihan spora yang ada di ruangan invitro)
Sebelum dilakukan pemeliharaan di ruangan intermediate, spora dipelihara
didalam ruangan invitro selama kurang lebih 2 bulan sampai tunas spora terlihat dengan
kasat mata dan dianggap sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan baru seperti
sudah mampu bertahan terhadap arus.

Gambar 22.

(Pergantian air, pemberian pupuk dan pembersihan spora yang ada di ruangan
intermediate)
Di ruang intermediate, spora tetap diberikan perlakuan yang sama dengan
melakukan pergantian air dan pemberian pupuk seminggu sekali. Sebelum pergantian
air dilakukan pengecekan secara visual atau langsung.Pipa tali yang telah dibersihkan,
dimasukkan kembali ke bak fiber yang telah diisi dengan air laut steril dan pupuk. Batas
air yang diisi kedalam bak fiber sampai pipa tali tenggelam dengan baik. Kemudian
dipasangkan kincir air sebagai arus buatan.
f. Pemeliharaan Spora di dalam Green House

Sebelum dilakukan penebaran dilaut, terlebih dahulu dilakukan pemeliharaan


spora didalam green house sebagai upaya aklimatisasi suhu dan salinitas luar. Setelah
spora menjadi planlet atau bibit Gracillaria sp. Muda.

Gambar 23.

(Bibit Gracillaria sp.muda didalam Green House)

Pemindahan bibit untuk pemeliharaan skala massal dilakukan didalam green


house. Wadah yang digunakan berukuran lebih besar seperti bak fiber dengan volume
150 liter dengan cara menyimpan tali PE yang telah ditempeli rumput laut Gracillaria
sp. didasar wadah bak fiber, dengan lama pemeliharaan sekitar 1 bulan.

g. Pemeliharaan Bibit Gracillaria sp. dari Spora di Lokasi Budidaya


Bibit Gracilaria sp. didalam green house dipindahkan ke lokasi budidaya
dengan cara membentangkan tali PE dilaut dengan metode long line atau menggunakan
tali panjang yang dibentangkan. Metode ini banyak diminati oleh masyarakat karena
alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama dan mudah untuk didapat.Alat yang
digunakan yaitu, botol pelampung dan tali jangkar agar rumput laut tidak tenggelam
kedasar perairan.Bibit Gracillaria sp. yang berasal dari spora yang dipeliihara di lokasi
budidaya dapat beradaptasi dan berkembang mencapai ukuran 20–25 cm pada umur 70
hari pada pemanenan pertama.Selama pemeliharaan bibit Gracillaria sp. dilakukan
pengontrolan setiap minggunya, tujuannya agar dapat menghindari parasit maupun
penyakit yang menyerang pada bibit Gracillaria sp.

Gambar 24. (a) panjang thallus 4-6 cm pada tali polyethylene(PE) dengan umur 20 hari,
(b) panjang thallus 20-25 cm pada tali polyethylene (PE) dengan umur 70 hari.

Laju pertumbuhan bibit spora dilokasi budidaya lebih cepat karena terpenuhinya
asupan yang dibutuhkan spora untuk pertumbuhannya seperti terpenuhinya unsur hara,
kebutuhan sinar matahari, dan arus laut yang cukup untuk menunjang pertumbuhan bibit
yang dibudidayakan.Bibit yang berasal dari spora ini dapat dipanen setelah
dibudidayakan selama 4-6 bulan di laut untuk panen perdananya, selanjutnya panen
berikutnya dapat dilakukan setelah 45 hari kemudian dengan metode pemanenan secara
selektif. Setelah mencapai ukuran siap panen, rumput laut Glacillaria sp hasil kultur
spora dapat dipanen dengan cara memotong thallusnya (batang semunya) dan potongan
yang disisakan yang masih menempel pada tali dapat digunakan lagi sebagai bibit untuk
siklus berikutnya. Adanya produksi spora tentunya akan sangat bermanfaat bagi petani
rumput laut karena tidak tergantung oleh musiman maupun alam, dan bibit rumput laut
tidak perlu diikat ditali bentangan lagi dikarenakan sudah melekat pada substrat tali PE
(polyethylene).
h. Panen
Rumput laut Gracillaria sp. hasil dari kultur spora yang sudah berumur lebih
dari 4 bulan dibudidayakan di laut sudah dapat dipanen perdana, panen berikutnya dapat
dilakukan secara berkala setiap 45 hari selama 2-3 tahun kedepan, selanjutnya
disarankan untuk mengganti dengan bibit yang baru dikarenakan telah menurunnya
Streng Gelt atau kekuatan gel pada rumput laut tersebut yang dapat mengakibatkan
menurunnya kuantias dan kualitas produksi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi
hari dikarenakan kualitas air normal, sehingga hasil panen rumput laut memiliki kualitas
yang baik. Jika dilakukan pemanenan pada siang hari, kemungkinan kualitas rumput
laut akan turun dan jika dilakukan pemanenan sore hari sehingga apabila dilakukan
pemanenan dapat menurunkan kualitas rumput laut tersebut.
Dalam penanganan pasca panen merupakan hal yang penting untuk di lakukan,
kegiatan yang dimulai sesaat setelah rumput laut dipanen kegiatan pascapanen rumput
laut Gracillaria sp. adalah sebagai berikut:

Gambar 25

(Proses Pemanenan dan Pencucian Rumput Laut Glacillaria sp)

Teknis pengeringan dilakukan dengan cara menggelar alas (Waring) di atas pasir di
sekitaran pantai Ujung Baji. Rumput laut hasil panen yang masih basah diratakan di atas
waring yang telah dipersiapkan. Pemilihan waring sebagai alas pengeringan ini
bertujuan untuk memudahkan proses penirisan rumput laut yang masih basah.
Karakteristik waring yang berupa lembaran dengan lubang mess seperti saringan
memungkinkan proses pengeringan berjalan optimal karena udara dapat melewati
permukaan rumput laut secara merata.

Gambar 26. Proses pengeringan rumput laut Gracillaria sp.

Pengeringan dilakukan dengan menyebarkan rumput laut secara merata di atras


waring dengan ketebalan lapisan sekitar 5 cm setelah permukaan terlihat kering rumput
laut dibalik agar keringnya merata. Lama pengeringan tergantung kondisi cuaca, serta
umumnya lama penjemuran setengah sampai satu hari.

h. Sortasi

melakukan sortasi dengan cara pengayakan manual menggunakan tangan. Proses


sortasi ini dilakukan pada saat rumput laut telah benar-benar kering.

Gambar 27. Sortasi rumput laut Gracillaria sp. dari kerang-kerang lumut dll.

Tujuan pengayakan rumput laut dalam kondisi kering yaitu untuk


mempermudah membuang kotoran yang menempel biasanya berupa kerang, cangkang
siput atau sejenisnya dan lumut. Jenis kotoran tersebut sulit dihilangkan ketika rumput
laut masih basah dikarenakan hewan sejenis siput yang menempel umumnya masih
hidup dan sulit lepas dari thallus rumput laut.

P. Pengemasan

Pengemasan dilakukan apabila rumput laut benar-benar kering, dan siap untuk di
masukan dikarung,dengan berat mencapai 60 kg/karungya. Karung di masukan kedalam
karung dengan cara rumput laut yang kering digulung dan ditumpuk lalu dimasukan
kedalam karung. Rumput laut yang dikemas disimpan di gudang penyimpanan atau
tempat tertentu yang jauh dari tempat terbuka agar tidak terkena hujan.

Gambar 28.
(Pengepakan dan penyimpanan rumput laut Gracillaria sp. Ke dalam karung)

Pengepakan dan penyimpanan rumput laut kering bisa disusun berlapis-lapis


sesuai kapasitas gudang penyimpanan. Biasanya petani akan menjual rumput laut
keringnya kepada pengepul atau suplayer perusahaan jika jumlah yang diminta telah
sesuai pesanan.

Pendistribusian rumput laut

Rumput laut yang ada di Dusun Ujung Baji banyak dimiliki oleh petani yang
bekerja sama kepada Koperasi setempat yang mana koperasi ini berfungsi sebagai
wadah bagi masyarakat untuk menjual dan meminjam modal untuk kegiatan budidaya,
serta koperasi ini bekerja sama dengan PT. Agarindo Bogatama sebagai induk dari pada
penerima bahan utama rumput laut kering juga berperan sebagai pembentuk adanya
kelompok binaan kelompok Madya budidaya Gracillaria sp. di Dusun Ujung Baji Kec.
Sandrobone Kab. Takalar.Harga jual hasil produksi bibit rumput laut Gracillaria sp.
dengan per kilonya yaitu seharga Rp 7000 dalam bentuk kering, sedangkan dalam
bentuk yang basah rumput laut Gracillaria sp. dijual dengan seharga Rp 3000 yang
biasanya dijual kepada pembudidaya lainnya.

Selama masa PKL tidak ada pendistribusian bibit rumput laut Glacillaria sp.
hasil kultur spora yang terjadi dikarenakan kondisi bibit rumput laut Glacillaria sp
belum layak untuk didistribusikan karena masih dalam proses pemeliharaan. Adapun
jumlah produksi bibit yang dilakukan selama periode PKL dapat dilihat pada tabel
dibawah :

Tabel 5. Jumlah produksi bibit rumput laut Glacillaria sp

Hari/Tanggal Jumlah Bentangan Hasil panen


Jum’at/ 21 Desember 2018 8 Bentangan 30 kg
Kamis/ 3 Januari 2019 4 Bentangan 15 kg
Jum’at/ 11 Januari 2019 4 Bentangan 15 kg
Sabtu/ 12 Januari 2019 8 Bentangan 30 kg
Minggu/ 13 Januari 2019 7 Bentangan 26,25 kg
Senin/ 28 Januari 2019 4 Bentangan 15 kg
Selasa/ 12 Februari 2019 4 Bentangan 15 kg
Jum’at/ 22 Februari 2019 8 Bentangan 30 kg
Jumlah 47 Bentangan 176,25 kg
Dari data tabel diatas dapat kita ketahui jumlah bibit yang diproduksi selama
periode PKL sebanyak 47 buah atau bentangan tali. Dan hasil panen sebanyak 176,25
kg. Dimana semua bibit ini akan dipelihara dan dipantau perkembangannya sampai
layak untuk didistribusikan.

. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Rumput laut Gracilaria merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-
agar atau disebut dengan agarophytes. Selain Gracilaria, rumput laut penghasil agar-
agar lainnya adalah Gelidium, Pterocladia, dan Gelidiela. Pada tahun 2009 total
produksi agarophytes di Indonesia mencapai 35.050 ton kering yang 81,60 % -nya
(28.600 ton) diserap oleh industri nasional dan sisanya diserap industri luar negeri
(Anggadiredja, dkk 2011). Gracilaria dalam hal ini memberikan kontribusi paling besar
(>90 %) untuk menyumbang bahan baku agar-agar dibandingkan dengan genus
agarophytes yang lainnya.Hal ini dikarenakan Gracilaria banyak dibudidayakan di
tambak-tambak, sedangkan agarophytes lainnya masih dipanen dari alam (WWF-
Indonesia, 2014).

SARAN

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan dalam dalam meningkatkan


penyediaan bibit rumput laut Grasillaria sp.secara kuantitaas maupun kualitas adalah
dilakukan perbanyakan bibit rumput laut melalui teknik kultur spora Namun dalam
proses tersebut perlu adanya manajemen yang baik dalam pengembangan spora rumput
laut Gracilaria sp. untuk menunjang keberhasilan pada sektor budidaya rumput
laut.Maka penulis mengambil judul
DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J.T., M.A. Widodo, A. Arfah, A. Zatnika, S. Kusnowirjono, I.


Indrayani, D. Ma’mun, Samila dan S. Hadi, 2011. Kajian Strategi
Pengembangan Industri Rumput Laut danPemanfaatannya Secara
Berkelanjutan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Asosiasi Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (ASPPERLI) dan
Indonesia Seaweed Society (ISS).

Laporan Kinerja Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tahun 2017

Dirjen Perikanan Budidaya. 2011. Rumput Laut: Produksi Meningkat Pesat,


Target Tercapai 146 Persen

http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=586..

Lideman, dkk. 2016. Petunjuk Teknis Produkasi Bibit Glacilaria Laut (Gracilaria
Sp.) Melalui Kultir Spora pada Tali. Kementerian Jenderal Perikanan
Budidaya Air Payau Takalar. Takalar

Mulatsih, S. N dan N. Dharmayanti.2011. Profil Rumput Laut Indonesia. Jurnal


Ekonomi dan Bisnis, Nomor: XIV Vol. I.

Prastuti, Tanti. 2014. Analisis Manajemen dalam Optimalisasi Pendapatan Asli


Daerah di Kabupaten Luwu Timur.Skripsi.Makasar : Universitas
Hasanuddin.

Sarifin, dkk. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Budidaya Rumput Laut. Balai
Budidaya Laut Lombok. Kabupaten Lombok. Nusa Tenggara Barat

Sugiyatno, dkk. 2013. Manajemen Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen


Gracilaria verrucosa(Hudson) Papenfus. Study Kasus : Tambak Desa
Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Buletin Anatomi
dan Fisiologi, Volume XXI, Nomor 2, Oktober 2013.

Syamsuddin.2017. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Meningkatkan


Mutu Pendidikan.Junal Idaarah, Vol. 1 No. 1.Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Alaudiddn Makassar, Makassar.
Widyorini, N. 2010.Analisis pertumbuhan Gracilaria sp. di Tambak Udang
ditinjau dari Tingkat Sedimentasi. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No.
1, 30 – 36

Wiwien, dkk. 2019. Perbaikan Kualitas Genetik Bibit Rumput Laut Kappaphycus
Alvarezii Melalui Teknologi Fusi Protoplas.Jurnal Perekayasaan
Budidaya Air Payau dan Laut Nomor 14. Balai Perikanan Budidaya Air
Payau Situbondo.
WWF-Indonesia.2014. Seri Paduan Perikanan Budidaya Skala Kecil Budidaya
Rumput Laut Glacillaria sp. Di Tambak.Edisi 1. Gedung Graha
Simatupang, Jakarta.
Zanah dan Sulaksana, 2016.Pengaruh Fungsi Manajemen Terhadap Kepuasan
Kerja karyawan (Suatu Kasus di Home Industri Asri Rahayu di Wilayah
Majalengka).Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 4 Nomor 2
Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai