Anda di halaman 1dari 21

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN AIR LAUT

9. Teknik Pembenihan Kuda Laut


Dr. Nuning Mahmudah Noor, S.Pi., M.P.
Tulas Aprilia, S.Pi., M.Si.

PROGRAM D3 BUDIDAYA PERIKANAN


Elemen Kompetensi dan Kriteria Kinerja
• Elemen Kompetensi :
1. Mampu mengenal kuda laut dan melakukan kegiatan
pembenihan kuda laut

• Kriteria Kinerja :
1. Mampu menjelaskan biologi kuda laut beserta ciri-ciri dan
kebiasaan hidupnya
2. Mampu menjelaskan teknik pembenihan kuda laut
Referensi :
1. Budidaya Kuda Laut (Hippocampus spp.). 2018.Juknis Budidaya
Laut No. 26. ISBN: 978-602-53720-0-1. Kementrian Kelautan
Perikanan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung.
2. Al Qodri,A.,H., Anindiastuti dan Nelvy Dwiyanti, 2003. Studi
tentang identifikasi spesies Kuda Laut (Hippocampus sp.) di Balai
Budidaya Laut Lampung. Makalah pada Lomba Hasil Penelitian
Aplikatif dalam Mendukung Pembangunan di Provinsi,
Agustus,2003.
3. Al Qodri, A.H. dan Yuli Yulianti. 2010. Pematangan Gonad dan
Pemijahan Kuda Laut Hippocampus comes dengan Pengkayaan
Pakan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
4. Syarifuddin. 2004. Pembenihan dan Penangkaran Sebagai
Alternatif Pelestarian Populasi Kuda Laut (hyppocampus spp.) Di
Alam. afikiki@telkom.net
5. Teguh. 2007. http://teripang-kudalaut.blogspot.com/
6. Vedcabagus. 2008. http://vedcabagus.wordpress.com/2008/12/
Mengenal Kuda Laut

Taksonomi Kuda Laut

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Klas : Pisces
SubKlass : Teleostomi
Ordo : Gasterosteiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus sp.
• Kuda laut jantan yang
hamil dan melahirkan
anak-anaknya
• Meski kuda laut jantan
yang mengandung,
jangan salah bahwa
mereka merupakan
hermafrodit atau
berkelamin ganda
• Pejantan tetap
membutuhkan telur
yang disuntikkan ke
kantong pejantan oleh
betina ketika mereka
kawin
Morfologi kuda laut
Biologi Kuda Laut
Menurut Burton dan Maurice (1985) dalam Vedcabagus (2008)
1. Tubuh agak pipih dan melengkung,
2. Kepala dilengkapi dengan moncong,
3. Leher dapat digerakkan dan ekor yang panjang,
4. Leher, tubuh dan ekornya terdiri atas rangkaian tulang pipih yang
terbentuk cincin sehingga tubuhnya nampak seperti ranting kayu.
5. Pada kepala terdapat mahkota atau sering disebut coronet.
6. Sepasang mata yang dapat melihat ke segala arah, dan mulut
berbentuk tabung (moncong) yang digunakan untuk menyedot
makanan.
7. Ekornya panjang dan dapat dililitkan (prehensile), berfungsi untuk
berpegangan
8. Memiliki sirip punggung yang berfungsi untuk bergerak
9. Insang untuk menyerap oksigen
10. Tulang punggung untuk menopang tubuhnya

Meski bentuk tubuhnya menyimpang dari bentuk ikan pada ummnya,


namun ia dilengkapi organ-organ yang identik dengan organ ikan
 Kuda laut dapat dijumpai hampir di seluruh
perairan dunia (tropis hingga beriklim sedang)
dengan kedalaman antara 1–15 meter.

 Habitat kuda laut terutama di sepanjang pesisir


pantai, tepian laut, teluk-teluk yang dangkal,
mendiami tempat-tempat yang banyak terdapat
terumbu karang, hutan bakau, dan padang
lamun.

 Di Indonesia, kuda laut banyak tersebar di


perairan Lampung, Teluk Jakarta, Bali dan Flores
(Balai Riset Perikanan Laut, 2004).
Kegiatan Utama Pembenihan Kuda Laut

Kegiatan
Pembeni
han
Persiapan Wadah
Wadah Pemeliharaan

• Bak beton atau fiberglass ataupun aquarium.


• tempat bertengger (shelter) induk berupa karang mati, lamun
buatan yang terbuat dari plastik dan tali yang dibentuk seperti
piramid dan dilengkapi dengan pemberat dari batu agar
tenggelam di dasar aquarium.
• Bak pemeliharaan diberi aerasi yang bergelembung halus.
Pemeliharaan Induk dan Pemijahan

 Meskipun hewan jantannyalah yang hamil.


Namun, telur dihasilkan oleh betina
 Untuk melakukan pemijahan masing-masing
kuda laut mencari pasangannya

 Ciri-ciri induk jantan matang gonad:


• jantan : mengejar betina sambil menekuk ekor
dan menggembungkan kantung pengeraman,
dan warna tubuh jantan berubah menjadi
cerah.
• betina : bagian perut membesar, urogenital
berwarna kemerah-merahan, apabila disorot
cahaya, bagian dalam perut berwarna kemerah-
merahan. Warna tubuh berubah menjadi cerah
dan bila dililit oleh ekor kuda laut jantan tidak
berusaha melepaskan diri
Lanjutan…
 Calon induk bisa berasal dari alam dan
hasil budidaya
 Hasil tangkapan dari alam harus dikarantina dan
diaklimatisasi terlebih dahulu.
 Induk dipelihara di dalam wadah pemeliharaan dengan
perbandingan jantan dan betina 1 : 1, dengan kepadatan
20 – 30 ekor/ton.
 Induk diberi pakan 2-3 kali sehari secara adlibitum, yaitu
pada pagi, siang dan sore hari, berupa udang rebon dan
udang jambret.
 Induk betina dewasa dengan panjang tubuh antara 10 –
14 cm dapat memproduksi telur 300 – 600 butir.
 Kuda laut termasuk hewan monogami, yaitu hanya memiliki
satu pasangan saja seumur hidupnya.
 Proses pemijahan dimulai dengan percumbuan yang dapat
berlangsung selama berhari-hari dengan tarian-tarian dan
perubahan warna yang mengesankan, dan akan diakhiri
dengan perubahan warna individu betina yang menjadi
cerah, menandakan siap memijah.
 Masa pemijahan kuda laut dapat berlangsung sepanjang
tahun, tergantung pada kondisi air, terutama temperatur
 Kuda laut jantan juga ternyata memiliki sperma-sperma super
yang mampu membuahi banyak set telur dalam waktu
singkat
Lanjutan…

 Pada minggu ketiga satu persatu kuda laut kecil akan lahir
dan tumbuh dewasa menjadi kuda laut yang cantik.
 Kuda laut jantan memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk
melahirkan anak-anaknya.
 Dalam sekali melahirkan, dapat mencapai jumlah hingga
ribuan ekor, tergantung pada jenisnya.
 Kuda laut memiliki 50 jenis berbeda di dunia.
 Setelah melepaskan kuda laut-kuda laut kecil,
pejantan akan segera siap menyimpan telur lagi.
 Bayi-bayi Kuda laut terlihat sangat mirip dengan
induknya, kecuali dalam hal ukuran.
 Dan yang lebih menarik lagi, mereka akan mampu
mencari makan sendiri setelah dilahirkan
Pemeliharaan Juwana

• Juwana dapat dipelihara di tempat yang terlindungi


maupun yang terkena sinar matahari langsung.
• Pemeliharaan di bak beton maupun di bak fibreglass
memberikan hasil yang cukup baik.
• Penebaran juwana dilakukan pada pagi hari antara 08.00 –
10.00, kepadatan di bak pemeliharaan 2 – 5 ekor/liter.
• Juwana yang dihasilkan dari pembenihan dipelihara dalam
bak dengan kepadatan 1000 – 1500 ekor/ton, apabila sudah
berumur lebih dari 30 hari maka kepadatannya 200-300
ekor/ton.
• Pemeliharan juwana dapat dilakukan selama 1.5 – 2 bulan
sampai mencapai ukuran 3 – 5 cm/ekor.
Pemeliharaan Benih

• Pakan yang diberikan pada juwana yang berumur 1-15 hari berupa
Nauplii Copepoda.
• Nauplii Artemia salina baru diberikan setelah juwana berumur 14 hari
dengan kepadatan 2 ekor/ml dan frekwensi 3 kali sehari.
• Ke dalam bak pemeliharaan dapat juga ditambahkan fitoplankton dari
jenis Tetraselmis dengan kepadatan 50-300 ribu sel/ml.
• Penambahan fitoplankton ini selain berperan penting untuk
memperbaiki kualitas air juga berfungsi untuk pakan Copepoda dan
Artemia.
Pengelolaan Kualitas Air

• Penggantian air dilakukan setiap hari mulai hari ketiga


sebanyak 50 – 80% perhari sampai umur 30 hari.
• Sebelum dilakukan penggantian air, terlebih dahulu dilakukan
penyiponan untuk membersihakan sisa kotoran dan pakan
yang mati di dasar bak.
• Penyiponan dilakukan dengan hati-hati, untuk menghindari
teraduknya kotoran sebaiknya pengudaraan dihentikan
terlebih dahulu sebelum penyiponan.
Pengelolaan Pakan
• Pakan alami yang digunakan adalah Nauplii Copepoda, Artemia, dan
fitoplankton.
• Copepoda dapat dikultur di air laut (salinitas 25-30 ppt) ditambahkan
pupuk organik selam 5-8 hari. Nauplii Copepoda dipanen dengan plankton
net 60 mikron.
• Kista Artemia dapat ditetaskan dalam fiberglass, yang dibagian bawahnya
berbentuk kerucut dan berwarna terang, diisi air laut bersih dan diberi
aerasi kuat. Kista akan menetas setelah 19-24 jam pada temperatur kamar.
• Sedangkan fitoplankton yang diberikan adalah Tetraselmis.
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai