Anda di halaman 1dari 2

Tingkat Kematangan Telur

Proses kematangan telur atau oocyte maturation (OM) ditentukan berdasarkan kriteria
pergeseran posisi inti telur menuju kutub animal (germinal vesicle migration) dan peluruhan
atau penghancuran membran telur. Berdasarkan pergeseran posisi inti tersebut terdapat empat
kriteria posisi inti telur sebelum telur tersebut dapat diovulasikan yaitu central germinal vesicle
(cGV) atau tahap inti ditengah, migrating germinal vesicle (mGV) atau tahap inti yang
bermigrasi dari tengah menuju tepi, peripheral germinal vesicle (pGV) atau tahap inti di tepi
dan germinal vesicle breakdown (GVBD) atau tahap inti yang telah melebur (Yaron dan Levavi
2011).

(a) Tengah (b) Menuju Kutub (c) Melebur


Gambar 1. Posisi Inti Telur (a) Tengah (b) Menuju Kutub (c) Melebur

Berdasarkan posisi inti tersebut tingkat kematangan telur (TKT) atau oocyte maturation
(OM) dibagi menjadi dua tahap yaitu fase vitelogenik yang ditandai dengan posisi inti telur
yang berada ditengah (cGV) dan fase pematangan telur (final oocyte maturation). Fase
pematangan telur dibagi kembali menjadi dua yaitu fase awal matang yang ditandai dengan
adanya pergerakan atau migrasi posisi inti telur (mGV dan pGV) dan fase akhir kematangan
telur yang ditandai dengan adanya peluruhan membran inti telur atau germinal vesicle
breakdown (GVBD) (Mylonas et al 2010).
Fase vitelogenik diawali dengan adanya penyerapan prekursor kuning telur
(vitelogenin/vtg) oleh oosit. Vitelogenin merupakan hasil sintesa hati pada proses
vitelogenesis. Vitelogenin yang telah disintesa oleh hati kemudian dialirkan oleh darah menuju
ovarium. Vitelogenin tersebut selanjutnya diseleksi dan dipisahkan oleh folikel ovarium yang
telah berkembang melalui reseptor spesifik (VtgRs) kemudian dilapisi oleh vesikel dan
bergerak ke oolema perifer (Hiramatsu et al . 2006 dalam Mylonas et al 2010). Vesikel tersebut
bergabung dengan lisosom sehingga membentuk badan multivesikular (Multivesicular
Body/MVB ) yang akan berkembang (bertambah besar) dan secara bertahap berubah menjadi
butiran kuning telur kecil (yolk granules) dan kemudian menjadi ke butiran kuning telur besar
(yolk globules) (Le Menn et al 2007 dalam Mylonas et al 2010). Badan multivesikuar tersebut
juga mengandung enzim lisosom berupa cathepsin D yang berfungsi memecah vitelogenin
menjadi polipeptida kuning telur. (Cerda et al 2007 dalam Mylonas et al 2010).
Hasil akhir dari pemecahan vitelogenin secara enzimatik tersebut terdiri dari lipovitellin
(Lv), phosvitin (Pv) dan komponen ( -c). Lipovitelin adalah protein kuning telur banyak
mengandung lipid dan terdiri dari dua polipeptida yaitu rantai panjang lipovitellin (lipovitellin
heavy chain/LvH) dan rantai pendek lipovitellin (lipovitellin light chain/LvL). Phosvitin adalah
protein kuning telur yang lebih kecil dimana lebih dari setengah residu asam amino yang
terkandung di dalamnya banyak mengandung fosfor sehingga vitelogenin mempunyai sifat
mengikat kalsium. Komponen adalah protein kuning telur ketiga yang biasanya tidak
mengandung lipid atau fosfor (Hiramatsu et al 2006 dalam Mylonas et al 2010). Lipovitellin
berfungsi sebagai sumber nutrisi asam amino dan lipid untuk perkembangan embrio, phosvitin
berfungsi sebagai sumber mineral yang diperlukan untuk perkembangan rangka dan system
metabolik, sedangkan fungsi dari komponen baik secara fisiologis atau nutrisi sampai sejauh
ini belum ditemukan (Hiramatsu et al 2006 dalam Mylonas et al 2010).
Akhir dari fase vitelogenik adalah ketika akumulasi protein kuning telur telah mencapai
batas maksimum serta mRNA untuk perkembangan embrio telah selesai dibentuk di dalam
oosit. Proses setelah fase vitelogink adalah terjadinya fase pematangan telur (oocyte
maturation/OM) yang distumulasi oleh hormon (Kinsey et al 2007 dalam Mylonas et al 2010).
Pada fase pematangan telur terjadi perubahan morfologi secara drastis pada oosit yang disertai
dengan perkembangan meiosis. Perubahan yang paling mencolok adalah peleburan lipid
droplet dan globul kuning telur yang menyebabkan perubahan pada sitoplasma dari oosit
tersebut sehingga inti telur (germinal vesicle/GV) mengalami migrasi dari tengah menuju tepi
oosit dan kemudian membran inti mengalami peleburan (germinal vesicle breakdown/GVBD
). Perubahan lain yang terjadi adalah adanya peningkatan volume telur yang disebabkan oleh
adanya aktivitas penyerapan air (Cerda et al 2007 dalam Mylonas et al 2010).

Anda mungkin juga menyukai