Modul : Bahan dan Alat Insersi, Seleksi Donor, dan Saibo dan Insersi Nucleus (Inti)
Dosen : Ir.Andi Asdar Jaya, M.Si.
Plp : Andi Irham, S.Pi., M.Si.
Abdul Muqtadir, S.Pi., M,Si.
Mardianti, S.Pi.
Wiryanto, S.Pi.
Oleh :
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi
tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di
pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi
26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan
sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk
dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan,
maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh
dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini
dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami
penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus
meningkat.
Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya
permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang
mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha
menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan
dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca
panen.
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan penyiapan peralatan insersi, memilih tiram
donor yang baik dan cocok untuk digunakan, membuat saibo sampai dengan melakukan
insersi (nucleus dan saibo).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska). Pengertian
kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun penggunaannya luas dan
dipakai dalam kegiatan ekonomi.
Kerang mutiara (Pinctada maxima) memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat
keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang belakang dan sangat lunak.
Kerang mutiara secara taksonomi dimasukkan dalam Kingdom Invertebrata yang berarti
hewan tak bertulang belakang dan Phyllum Mollusca yang berarti bertubuh lunak. (Sutaman
1993)
Klasifikasi Kerang mutiara menurut Barnes (1988) dan Bruska (1990) dalam Liweng
(2002) adalah sebagai berikut :
Filum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Sub kelas : Lamella branchiata
Ordo : Anysomyaria
Famili : Pteridae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima (Jameson 1901)
Selain Sub kelas Lamellibranchiata sebenarnya masih ada lima kelas lagi, yaitu :
Monoplacophora, Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda, dan Cephlopoda. Sedangkan jenis-
jenis kerang mutiara yang ada di Indonesia adalah : Pinctada maxima, P. margaritifera, P.
fucuta, P. chemnitis, dan Pteria penguin. Tetapi sebagai penghasil mutiara yang terpenting
ada tiga jenis, yaitu jenis Pinctada maxima, P. margaritifera, dan Pteria penguin. (Sutaman
1993).
Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Rabu tanggal 7 Desember 2022 pukul 09:00-12:00
WITA yang bertempat di PT. Laut Selatan Kab.Barru, Sulawesi Selatan.
3.2.2 Bahan
1. Kerang mutiara Pintada maxima (Donor)
2. Kerang mutiara Pintada maxima (Resepien)
3. Lap
3.3 Prosedur Kerja
1. Pertama-tama siapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang akan digunakan
2. Tiram dipotong pada bagian bagian tengah, dihindari menyentuh mantel agar tidak
menimbulkan reaksi pada otot-otot yang bisa menyebabkan mantel mengerut
3. Mantel dipotong menggunakan gunting, pemotongan pertama untuk menghilangkan
jaringan outter fold
4. Mantel diangkat menggunakan pinset dan diletakkan pada spon dan ditekan-tekan agar
warna hitam tersebut menghilang
5. Mantel dipotong dengan ukuran 4-5 mm untuk digunakan dalam pembuatan saibo
6. Selanjutnya kerang diambil menggunakan forsep dengan cara forsep dimasukkan
kedalam mulut kerang lalu baji dilepas, lalu kerang diletakkan pada sheel holder
7. Mantel/insang kerang disibak menggunakan spatula, sebelumnya byssus terlebih
digunting agar memudahkan gonad terlihat
8. Pisau dibersihkan menggunakan air laut lalu gonad diiris
9. Nucleus disesuaikan dengan ukuran kantong gonad kerang diangkat dan dimasukkan
menggunakan sonyuki kedalam bekas pengirisan
10. Kemudian nucleus atau inti dimasukkan kedalam kantong gonad
11. Saibo diambil menggunakan saibo okuri, lalu saibo dimasukkan dengan hati-hati
dengan mengikuti jalur
12. Kerang yang telah di insersi kemudian di lepas pada sheel holder dan forsep dilepas
setelah itu kerang dimiringkan dengan kemiringan 45 derajat.
BAB IV
4.1 Hasil
Sebelum melakukan insersi pada kerang Mutiara yang pertama dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kerang yang digunakan yaitu berumur 1 tahun.
Selanjutnya kerang dikorbankan untuk diambil saibonya. Saibo ini nantinya akan
menentukan warna dari kerang mutiara yang dihasilkan.
4.2 Pembahasan
Kerang donor adalah kerang yang dikorbankan untuk diambil mantelnya menjadi saibo.
Pemilihan kerang donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan Kerang
yang dijadikan mantel (saibo) adalah kerang yang memiliki dasar nacre yang berwarna silver
,cacat dan tdk terdapat binti8k-bintik di dalamnya. Pada saat melakukan insersi, agar
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Adapun alat yang digunakan seperti Shell holder
yang berfungsi sebagai stand operasi kerang saat insersi, baji berfungsi agar cangkang tetap
terbuka, forsep berfungsi membuka cangkang, gunting berfungsi menggunting mantel, Gratt
Cutter sebagai pemotong saibo, Gratt Cutting Blok sebagai alas dalam melakukan operasi,
Mesu berfungsi menyayat gonad, nukleus carrier berfungsi membawa nukleus saat
melakukan insersi.
Selanjutnya kerang dibelah dua dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan
memotong otot adductor. Otot adductor harus dipotong dikarenakan otot ini yang berfungsi
mengatur terbuka atau tertutupnya cangkang. Pembuatan mantel apabila mantelnya tersentuh,
maka mantel tersebut akan berkerut. Mantel dipotong dari arah posterior menuju ventral dan
anterior. Ukuran pemotongan mantel sepanjang 4-5 mm dengan menggunakan gunting.
Bagian dalam mantel yang terdapat lendir hitam diletakkan menempel pada spon. Insersi
dilakukan dengan cara menyayat pada gonad menggunakan mesu. Pada inti dan saibo
disisipkan melalui jalan sayatan yang telah dibuat menggunakan nukelus carrier. Pada saat
memasukkan mantel diusahakan menutupi inti atau nukleus yang telah dimasukkan. Inti
mutiara bulat dimasukkan terlebih dahulu kedalam gonad dengan menggunakan alat nucleus
carrier, selanjutnya dimasukkan potongan mantel dengan menggunakan graft carrier sampai
bersinggungan dengan inti mutiara bulat. Setelah insersi kerang dilakukan kerang
dimiringkan dengan kemiringan 45° untuk mencegah inti dimuntahkan. Kerang harus
dimasukkan kedalam keranjang tento dan dibalik setiap seminggu /3 hari sekali selama
sebulan, setelah masa tento berakhir kerang dimasukkan kedalam poket net dan kerang
dibersihkan setiap bulannya dengan poket yang digunakan sampai panen sekitar 1,5-2 tahun
pemeliharaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Kerang mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu
sumber daya laut yang berpotensi ekonomi tinggi tetapi persediaanya dari alam tidak
sebanding dengan pesatnya kebutuhan pasar, sehingga populasi kerang mutiara makin
menipis dan harganya pun terus meningkat. Kerang yang digunakan pada kegiatan praktik
lapang ini yaitu berumur 1 tahun. Selanjutnya kerang dikorbankan untuk diambil saibonya.
Saibo ini nantinya akan menentukan warna dari kerang mutiara yang dihasilkan. Kemudian
Mantel dipotong dari arah posterior menuju ventral. Ukuran pemotongan mantel sepanjang 4-
5 mm dengan menggunakan gunting.
Teknik insersi dilakukan dengan memasukan nukelus dan saibo ke dalam gonad. Pada
saat pemasangan mantel usahakan menutupi inti atau nukleus yang telah dimasukkan. Setelah
insersi dilakukan kerang tersebut dimiringkan dengan kemiringan 45° untuk mencegah inti
dimuntahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyanto., 1987. “Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia”. Direktorat Jenderal
Perikanan – International Development Research Centre, Jakarta
Sutaman. 1993. Kerang Mutiara Teknik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara. Kanisius.
Yogyakarta.
file:///C:/Users/user/Downloads/Laporan%20Kekerangan%20A%20beban
%20%20(1).pdf
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fdata03.123doks.com
%2Fthumbv2%2F123dok
%2F003%2F582%2F3582089%2F28.893.517.756.127.302%2Fgambar-penyisipan-
nucleus-gambar-posisi-pengintian-pengecekan-
LAMPIRAN