Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK BUDIDAYA

ZOOPLANKTON
ARTEMIA
BUDIDAYA ARTEMIA
• Artemia merupakan salah satu pakan jenis zooplankton yang digunakan hampir seluruh unit pembenihan
ikan, udang, beberapa ikan hias, termasuk dalam pemeliharaan juana kuda laut.
• Artemia memiliki beberapa keunggulan ditinjau dari segi biologis artemia dalam hubungannya dengan larva
yang dipelihara dan kemudahan dalam pengelolaan.
• Akan tetapi harga kista artemia yang bermutu baik sangat mahal, sehingga membutuhkan biaya operasional
yang tinggi.
• Oleh sebab itu untuk menekan biaya ini dilakukan budidaya biomassa artemia.

Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain:


• Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam bentuk kista untuk waktu yang lama.
• Mudah beradaptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar.
• Makan dengan cara menyaring, sehingga mempermudah dalam penyediaan pakannya
• Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi.
• Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%
2
TEKNIK BUDIDAYA ARTEMIA

1. Konstruksi bak untuk budidaya biomassa artemia 2. Sistem pemeliharaan

• Bak dapat dibuat dari berbagai bahan misalnya • Budidaya dalam bak dapat menggunakan
fiber glass, papan kayu yang dilapisi plastik, bak system air berputar (raceway system) atau air
semen dan lain-lain mengalir (flow through system)
• Bak dibuat dengan sudut-sudut lengkung untuk • Sistem air berputar lebih efisien dalam
menjamin kelancaran sirkulasi air. pemanfaatan air sehingga peluang
penerapannya luas.
• Tinggi efektif tidak lebih dari 100 cm.
• Untuk menimbulkan perputaran air pada sistem
air berputar menggunakan suatu perangkat
yang disebut air water lift (AWL).

3
3. Sistem penyaring 4. Pakan dan sistem pemberian pakan

• Sistem penyaring dalam budidaya artemia dengan • Bekatul merupakan pakan utama dalam budidaya
sistem air berputar dapat mengguanakan tiga biomassa
sistem penyaring yakni:
• Bekatul yang diberikan harus dapat masuk mulut,
 Plat pemisah (plate separator) oleh karena itu harus digiling dan disaring yang dapat
 Tabung penyaring (tube filter) dilakukan secara bertingkat, sehingga diperoleh
 Kisi-kisi penyaring (cross flow sieve) ukuran partikel yang sesuai.
• Digunakan beberapa kombinasi pakan untuk
• Yang paling sederhana adalah tabung penyaring, menghasilkan pakan bernutrisi tinggi. Contohnya
tapi efektivitasnya rendah. Plat pemisah lebih tepung beras, tepung maizena, dan tepung kedelai.
banyak digunakan karena konstruksinya beberapa fitoplankton yang dapat digunakan sebagai
sederhana, mudah cara pengoperasiannya, dan pakan antara lain Tetraselmis, Chaetoseros,
cukup efektif. Skeletonema, Chlolera, Spirulina, dan Dunaliella.
• Alat pemberi pakan otomatis (automatic feeder)
untuk budidaya artemia dapat menggunakan pompa
yang dihubungkan dengan timer, atau yang lebih
sederhana yakni menggunakan ember yang bagian
bawahnya dipasang corong dan kran yang disebut
dengan ember corong
4
5. Pemeliharaan

a. Penetasan
• Penetasan artemia dilakukan dengan menggunakan wadah berbentuk corong (conical tank), jika penetasan artemia
dalam jumlah sedikit dapat menggunakan ember corong.
• Penetasan dapat langsung atau dilakukan dekapsulasi terlebih dahulu dengan Chlorin (NaOCl) atau Ca(OCl 2).
• Setelah bak corong diisi dengan air laut dan diberi aerasi kuat, kista artemia dimasukan ke dalam bak.
• Agar daya tetasnya baikn maka kepadatan kista tidak lebih dari 2 g/l, salinitas air 15-35 ppt, suhu air 25-28º C,
untuk mempercepat hidrasi kista artemia direndam terlebih dahulu di dalam air tawar.
• Jumlah kista yang ditetaskan tergantung pada kapasitas bak pemeliharaan, padat tebar, efisiensi penetasan
(hatching efficiency), dan presentase penetasan (hatching percentage).
b. Penebaran dan pemeliharaan
• Nauplius dari hasil penetasan kita panen untuk ditebar di bak pemeliharaan.
• Pemanenan dilakukan dengan cara aerasi dan menutup bagian atas corong dengan penutup tak tembus cahaya.
• Pemanenan dilakukan dengan cara membuka kran di bagian dasar bak corong dan air yang keluar disaring dengan
saringan 125 mikron berbentuk kantong sehingga Nauplius tidak lolos
• Nauplius hasil panen ini dicuci dengan air laut bersih sebelum ditebar
• Pemberian pakan dilakukan setelah mulut dan pencernaan Nauplius artemia terbuka yakni setelah mencapai instar
II.
• Pakan yang digunakan dalam budidaya biomassa artemia dapat berupa pakan hidup maupun pakan tambahan
5
• Artemia mengambil makanan dari media hidupnya secara terus-menerus. Oleh karena itu pertumbuhan
paling cepat dan konversi pakan yang efisien akan dicapai apabila kekeruhan media pemeliharaan konstan.
Kekeruhan yang baik untuk budidaya biomassa artemia berkisar antara 15-20 cm.
• Untuk menjaga kualitas air agar tidak turun secara mencolok, selambat-lambatnya pada umur empat hari,
sistem saringan sudah dipasang atau tiap hari dilakukan penyimpanan sisa pakan.

c. Pemanenan
• Artemia mencapai dewasa setelah mencapai umur sekitar 15 hari. Pada umur tersebut ukuran artemia
mencapai maksimal
• Pemanenan dilakukan dengan terlebih dahulu mematikan aerasi dan ditunggu beberapa saat. Karena
artemia kekurangan oksigen maka akan naik ke permukaan air
• Selanjutnya artemia dipanen dengan menggunakan scope net atau dengan menyimpan air pada bagian atas
dan disaring dengan saringan berbentuk kantong
• Besarnya mess size disesuaikan dengan umur artemia yang kita panen.
• Setelah pemanenan selesai, hasil panen dicuci dengan air laut bersih. Hasil panen dapat langsung
digunakan sebagai pakan benih ikan. Selain digunakan secara langsung biomassa artemia juga dapat
dibekukan, dikeringkan, dibuat tepung, dan lain sebagainya sesuai dengan keperluan.
• Hasil panen biomassa artemia dengan menggunakan sistem air berputar dapat mencapai 2-5 kg/m 3 media
budidaya. Sedangkan pakan yang digunakan berkisar 4-6 kg/m 3 media budidaya.
6
d. Penanganan pasca panen
Terdiri atas pencucian, penyimpanan pengepakan dan pengangkutan.
• Untuk pencucian dan pembersihan dari kotoran, kista artemia dilewatkan tiga seri saringan
bermata 700; 350 dan 100 mikron. Pencucian kemudian dilanjutkan dengan merendam kista
artemia dalam larutan garam jenuh untuk membersihkan dari kotoran yang masih tinggal.
• Kista artemia kemudian disimpan dengan cara merendamnya dalam larutan garam jenuh yang
bersih (salinitas 150 permil). dan disimpan dalam wadah tertutup. Pada tahap ini, kista artemia
akan terdehidrasi, yaitu mengganti sisa air dengan air garam. Setelah 24 jam, air garam diganti
dan kista dapat disimpan selama sebulan.
• Pengepakan dapat dilakukan secara sederhana menggunakan kantong plastic kapasitas 1 kg.
Setelah kista dimasukkan kedalam kantong, udara dalam kantong dikeluarkan dengan cara
meremasnya keluar, kemudian kantong diikat erat dengan karet.

7
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai