MIKROBIOLOGI TANAH
A. Pengantar
Suatu definisi singkat dari mikrobiologi tanah yakni suatu studi organisme yang hidup
dalam tanah, yang meliputi aktivitas metabolisme, aliran energi dan siklus materi. SSSA
(The Soil Science Society of America), 1998 dalam Cyone, 1999 mendefinisikan
mikrobiologi tanah adalah sebagai cabang ilmu tanah yang mengkhususkan mempelajari
mikroorganisme yang berada dalam tanah menyangkut peran dan aktivitasnya.
Ada dua pendekatan untuk mempelajari mikrobiologi tanah, yakni dengan
mempelajari:
Fisiologi, bagaimana pertumbuhan dan metabolisme
Taksonomi, bagaimana hubungan satu dengan lainnya.
Patologi, bagaimana dapat menyebabkan penyakit tanaman, binatang dan manusia
Simbiosis, bagaimana mempelajari interaksi yang komplek dengan organisme lain.
Pendekatan lain adalah terfokus pada bagaimana mikroorganisme dalam tanah, yang
meliputi proses:
Biogeokimia, bagaimana pengaruh ke lingkungan secara kimia.
Siklus materi, bagaimana perannya dalam siklus senyawa-senyawa dalam tanah.
Perubahan global, bagaimana pengaruh global seperti temperatur dan tekanan
atmosfer
Ekologi, bagaimana interaksi dengan lingkungannya dan dengan mikroorganisme
lainnya.
Tanah secara umum, tersusun oleh senyawa anorganik, senyawa organik, udara, dan
air serta mengandung bagian yang berbentuk jasad hidup yang secraa umum terdiri dari
mikroorganisme. Mikroba tanah sebagian besar terdiri dari bakteri, fungi, dan mikroalga.
Jumlah mikroba tanah sangat tinggi, yakni berkisar 320.000-200.000.000 setiap gram
tanah. Kehadirannya dalam tanah ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan.
Mikroba tanah dapat menguntungkan bila kehadirannya berperan dalam siklus
mineral, fiksasi nitrogen, perombakan residu pestisida, proses humifikasi, proses
menyuburkan tanah, perombakan limbah berbahaya, biodegradasi, bioremediasi,
mineralisasi, dekomposisi, dan lain-lain. Mikroba tanah dapat juga merugikan bila
kehadirannya berperan dalam proses denitrifikasi, sebagai jasad penyebab penyakit, dan
sebagai jasad pengurai pupuk yang tidak diharapkan.
Peranan mikroba, khususnya bakteri yang hidup bersimbiosis dan yang hidup non
simbiosis dalam tanah berperan dalam memfikasasi atau menambatkan nitrogen dari
udara. Hal ini memiliki nilai penting dalam pertanian. Bahkan beberapa jenis kacang-
kacangan, misalnya kacang tanah dan kedelai sengaja dilakukan penambahan secara
buatan bakteri Rhizobium dalam bentuk inokulum. Pemberian inokulum ini agar tanaman
membentuk nodula (bintil) yang efektif. Hal ini bukan saja berakibat pada tanaman
sebagai pupuk nitrogen, tetapi tanah bekas tanaman tersebut dapat digunakan oleh
tanaman lain tanpa memerlukan tambahan pupuk nitrogen. Bahkan sekarang telah
diketahui bahwa bakteri Rhizoobium tersebut berperan juga sebagai bakteri pemecah atau
pengurai sisa pestisida di dalam tanah. Berarti bahwa bakteri Rhizobium berperan sebagai
jasad pengontrol pencemaran tanah akibat kelebihan pestisida.
Mikroba, khususnya bakteri dan fungi berperan pula dalam siklus mineral atau daur
mineral seperti S, C, dan P. Kehadiran mikroba tersebut di dalam tanah, khususnya tanah
pertanian dan pertambangan mempunyai nilai ekonomi baik dalam menyuburkan tanah,
penyediaan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman maupun dalam pengelolaan endapan
mineral dan proses pencucian pemurnian mineral.
Sekelompok mikroba secara khsuus hidup pada permukaan akar tanaman. Jumlah,
jenis dan sifat mikroba ini berbeda dengan sekelompok mikroba lainnya. Kelompok
mikroba ini letaknya hanya beberapa centimeter saja dari permukaan akar, kelompok
mikroba tersebut dinamakan rizosfer (rizos = akar, fera = daerah). Mikroba ini berperan
aktif dalam siklus mineral, pemecah kelupasan akar, dan hasil eksudasi akar, serta juga
sebagai penambat nitrogen dari udara.
Proses deteriosasi (penguraian) dan korosi (pengakaratan) benda-benda logam,
ternyata juga aktvitas mikroba tanah. Berbagai jenis benda, mulai dari kertas, tekstil,
karet, plastik, aspal, logam serta bahan-bahan lainnya ternyata tidak dapat terbebas dari
mikroba untuk diuraikan atau dihancurkan. Misalnya pipa besi yang di tanam di dalam
tanah, atau di dalam air banyak mengalami kerugian akibat adanya proses deteriosasi dan
korosi secara mikrobiologis.
b. Tipe-tipe Fungi
Myxomycetes (jamur lendir)
Jamur lendir adalah tipe fungi yang mirip dengan protozoa, karena
mempunyai tipe pertumbuhan amuboid. Jamur ini ditemukan di bawah bahan-
bahan organic yang telah membusuk. Jamur ini merupakan organisme berinti
banyak pada saat berbentuk seperti amoeboid, tetapi jamur ini dapat juga
membentuk “complex fruiting”.
Oomycetes (jamur berflagella)
Oomycetes dalam klasifikasi baru dimasukkan dalam kingdom baru, yakni
Chomista. Ada dua karakteristik spesies, yakni: Phytium penyebab penyakit
“damping- off” dan Phytophthora, yang menyebabkan penyakit pada kentang.
Zygomycetes (jamur gula)
Contoh paling terkenal jamur ini adalah kelompok Rhizopus nigricans, jamur
roti.
Fungi Tingkat Tinggi
Fungi tingkat tinggi meliputi Ascomycetes dan lebih dari 30.000 spesies
telah diketahui. Fungi ini juga terdiri dari basidiomycetes, dengan lebih 25.000
spesies yang telah diketahui. Beberapa contoh, Agaricus, mikoriza, jamur akar
pohon.
Fungi Imperfecti
Fungi Imperfecti terdiri dari kelompok Deuteromycetes, misalnya Penicillium.
Miselium Steril
Miselium steril adalah jamur yang bereproduksi hanya dengan fragmentasi
hifa. Hal ini berarti jika hifa membelah menjadi fragmen, dengan setiap
fragmen dapat memulai bentukan baru miselium. Ketika spora ditemukan,
miselium steril biasanya diklasifikasikan kembali sebagai Ascomyctes.
c. Peran Fungsional Fungi
Fungi merupakan agen utama (primer) dalam penguraian bahan-bahan
organic. Fungi mendegradasi molekul kompleks seperti selulosa, hemiselulosa,
pectin, pati, dan lignin. Jamur dapat mendekomposisi senyawa-senyawa yang
resisten. Misalnya untuk memecah lignin memerlukan fungi akar putih. Sebagai
contoh fungi akar putih adalah Phanaerochaete chysosporium.
Peran fungi yang lain adalah memulai sebagai reservoir nutrient ke bentuk
biomassa microbial. Mereka membantu mengikat agregat tanah. Jamur
mendokomposisi nutrien dalam bentuk senyawa organic. Jamur dapat juga
menyebabkan pathogen pada tanaman dan hewan. Misalnya, Histoplasma
capsulatum merupakan jamur endemic pathogen pada penduduk di Ohio River
valley. Trichophyton menyebabkan penyakit “kaki atletik”. Fungi uniseluler
bereproduksi dengan perkuncupan, yang secara umum dinamakan yeast. Candida
adalah jamur pathogen yang memfermentasi alcohol oleh genus Saccharomyces.
Tidak seperti Candida, Saccharomyces tidak bersifat pathogen tetapi
menguntungkan. Beberapa jamur yang dinamakan oleh manusia antara lain
Agaricus bisporus, Shitake, Portabella.
4. Chromista (Algae)
Kingdom Chromista dikemukakan pertama kali oleh Cavalier-Smith, tahun 1981.
Kingdom tersebut memiliki sifat eukariota, memiliki kloroplas yang berhubungan
dengan reticulum endoplasma, dan memiliki satu atau dua flagel. Contohnya
Oomycetes secara umum termasuk kategori fungi dan memiliki zoospore biflagel
(zoospore adalah sel reproduksi yang motil). Contoh dari Oomycetes adalah Phytium,
penyebab penyakit dumping-off pada tanaman, Phytophthora infestans, penyebab
penyakit pada kentang.
Alga merupakan organisme yang menggunakan oksigen untuk fotosintetik, seperti
halnya tumbuhan berklorofil. Bentuknya sangat beragam mulai dari rumput laut yang
mempunyai bentuk 40 meter panjang sampai organisme mikroskopik di dalam tanah.
Chlorella, misalnya memiliki diameter 2-3 mm. penyebaran sangat luas, mulai dari
lingkungan laut sampai ke lingkungan darat.
Peran alga dalam waktu geologis sangat penting karena merupakan penyebab
utama perubahan geokimia pada bumi. Oksigen yang dihasilkan pada proses
fotosintesis mengubah atmosfer bumi yang miskin oksigen menjadi kaya oksigen.
Alga berkontribusi mengubah karbon dioksida dari atmosfer melalui CaCO 2 dan
susunan bahan organic selama fotosintesis. Alga memiliki peran yang penting dalam
perubahan-perubahan ekologis sebagai pioner pada ekosistem gurun yang sangat
kering dan pada daerah dingin dimana tumbuhan tinggi bersaing untuk tetap dapat
hidup. Alga berperan sebagai produsen primer, perombak senyawa-senyawa karbon
organic, dan pembentuk struktur tanah. Chlamdomonas, suatu alga hijau yang
ditambahkan ke tanah berpasir sebagai alat pengontrol erosi dan tanah berlempung
disebabkan memiliki karbohidrat ekstraseluler yang mempunyai kemampuan agregasi
dan filtrasi.
Alga dan fungi berasosiasi membentuk organisme yang kompleks yang
dinamakan lichens. Lichens berperan menguraikan silikat karena mengeluarkan asam-
asam organic. Inilah tahap pertama dalam penguraian batu menjadi tanah. Alga yang
dekat dengan dasar berperan dalam rantai makanan. Alga dimakan oleh protozoa,
nematode, kutu, dan cacing tanah. Hal ini berakibat, pestisida dan herbisida dapat
menstimulasi “bunga air” oleh alga menggantikan insekta predator dan mikrofauna.
a. Peran Alga di dalam Tanah
Alga Hijau (Chlorophyta)
Alga hijau mengandung klorofil a dan b, serta mempunyai sebuah dinding
sel yang terdiri dari selulosa yang juga mengandung polisakarida lain seperti
asam alginate. Organisme ini uniseluler, bentuk koloni banyak. Reproduksi
seksual dengan fusi dan reproduksi aseksual dengan pembelahan, membentuk
zoospore, atau fragmentasi. Alga hijau menyimpan hasil fotosintesis sebagai
pati seperti halnya tumbuhan tingkat tinggi. Hal ini ada sebagian ahli
menanamkan alga hijau sebagai tumbuhan, sedangkan diatom dan alga hijau
biru termasuk chromista. Organisme pada chromista tidak dapat menyimpan
pati, sebagai hasil fotosintesis.
Diatom
Diatom mengandung pigmen fotosintetik seperti klorofil, karoten, dan
xantofil. Alga ini nampak warnanya coklat karena klorofil tertutup oleh
pigmen yang lain. Diatom dapat menyimpan hasil fotosintesis dalam bentuk
minyak. Diatom uniseluler dan bereproduksi seksual dengan fungi dan
reproduksi aseksual dengan cara pembelahan dan bentuk zoospore. Diatom
mempunyai bentuk yang unik, hal ini berpengaruh terhadap tanah. Organisme
ini mempunyai silica dan eksoskeleton pectin yang tahan terhadap degradasi.
Ketika diatom mati, sisa-sisa dinding sel akan mengumpul apa yang
dinamakan sebagai tanah diatom.
Tanah diatom mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sebagai bahan
penyaring, bahan penyekat, dan bahan penggosok. Tanah diatom bahan utama
dari keramik China. Tanah diatom juga digunakan sebagai insektisida non
kimia. Dinding sel silica bersifat sangat keras, lebih keras daripada
eksoskleton dari insekta, dengan kata lain hama insekta akan mengalami
kematian akibat tertusuk oleh dinding sel diatom. Dinding sel diatom
dinamakan frustule. Di dinding sel terdiri dua katup, yang saling menutup;
bagian atas dan bagian bawah seperti cawan petri.
5. Mikrofauna
Protozoa adalah hewan satu sel dengan nucleus dan mitokondria, fagotrof artinya
mencerna makanan dengan melingkupan membrane selnya, sedangkan archezoa
adalah sama dengan protozoa tetapi tanpa memiliki mitokondria, sehingga organisme
ini lebih primitive. Protozoa dan archezoa berbeda dengan tumbuhan satu dalam hal
tidak berfotosintesis dan tidak memiliki organel penyimpan pati (misalnya pada
euglena). Perbedaanya denga fungi disebabkan mereka tidak memiliki dinding sel
yang tersusun khitin (khitin adalah polimerstruktural).
Protozoa dan archezoa merupakan hewan yang paling sederhana dan merupakan
invertebrate yang jumlanya melimpah. Ada ditemukan lebih 30.000 spesies mulai
ukuran 10-100 m. cryptosporidium) (protozoa) merupakan pathogen yang umum, dan
Giardia (archezoa), merupakan kontaminan penting dalam air minum.
a. Morfologi dan Klasifikasi
Secara garis besar, protozoa dan archezoa digolongkan menjadi 4 kelas
berdasarkan alat geraknya, yakni:
- Mastigophora
Mastighopora mendominasi ekosistem tanah. Hewan ini mempunyai panjang
lebih kurang 5-10µm dan memiliki satu atau lebih flagella. Mastighopora
mempunyai berat antara 0,2-28,0 nanogram. Flagella merupakan alat gerak
pada hewan tersebut. Reproduksi aseksual dengan pembelahan diri dan
reproduksi seksual dengan konjugasi (dua bergabung bersama dan kemudian
mempertukarkan informasi ghenetik). Contoh mastigophora adalah
trypanosome yang dapat menyebabkan penyakit tidur afrika. Contoh yang
lain adalah euglena yang merupakan mastigophora yang merupakan protozoa
berfotosintetik.
- Sarcodina
Sarcodina merupakan protozoa yang bergerak dengan kaki semu
(pseudopodia). Beberapa sarcodina mempunyai eksoskeleton dan yang
lainnya tidak. Sarcodina bereproduksi dengan pembelahan sel tunggal dan
dapat juga bereproduksi secara seksual dengan konjugasi. Umumnya
berkembang biak dengan pembelahan sel. Contoh hewan ini adalah amoeba
yang memiliki diameter di atas 600 mm tetapi di dalam tanah mempunyai
bentuk yang lebih kecil dengan ukuran hanya 10µ m, dengan massa seberat
0,8 sampe 6,0 nanogram.
- Ciliophora
Ciliophora merupakan protozoa yang bersilia. Silia yang dimiliki berjumlah
banyak, pendek, seperti rambut getar yang berfungsi untuk pergerakan atau
menyapu makanan agar masuk mulut sel atau sitosom. Contohnya adalah
Paramaecium. Reproduksi aseksual dengan pembelahan diri dan
perkuncupan. Reproduksi seksual dengan konjugasi.
- Soprozoa
Sporozoa merupakan protozoa yang bersifat parasite obligat, sehingga
kehidupannya di dalam tanah sangat terbatas. Sporozoa tidak memiliki
organelle dan alat gerak. Reproduksi aseksual dengan pembelahan ganda dan
reproduksi seksual dengan cara konjugasi. Sporozoa merupakan pathogen
yang penting pada manusia yang dapat menyebabkan infeksi dengan
perantaraan gigitan nyamuk (malaria disebabkan oleh plasmodium yang
dibawah oleh nyamuk) atau masuk mengkontaminsai air yang tercemar oleh
tinja.
b. Populasi dan Pertumbuhan
Jumlah total protozoa antara 100.000 -300.000 per gram tanah pada lapisan di
atas 15 cm dari permukaan. Populasi ini dapat berubah setiap hari. Jumlah yang
paling sedikit adalah ciliate hanya di bawah 100 per gram tanah. Jumlah flagellate
merupakan protozoa yang dominan di dalam tanah, termasuk tanah asam.
Protozoa mempunyai dua siklus hidup, fase aktif dan fase tidak akti(bentuk
kista). Dengan membentuk kista menyebabkan terlindung dari kondisi lingkungan
yang tidak menguntungkan. Protozoa dapat tahan hidup selama satu tahun dalam
bentuk kista. Bila kondisi lingkungan normal maka dapat berubah lagi menjadi
bentuk yang aktif. Pergantian ini dapat terjadi kurang dari 24 jam.
c. Makanan
Protozoa merupakan organisme yang bersifat saprofitik, makan dengan
melarutkan bahan-bahan anorganik dan bahan-bahan organic, di samping itu juga
bersifat fagotrofik (memakan makanan secara langsung). Pencernaan makanan
dengan menggunakan vakuola makanan. Ciliate dan flagelata dapat mengonsumsi
babkter, yeast, protozoa lainnya dan rotifer.
d. Ekologi
Protozoa memiliki peran yang terbatas dalam mempengaruhi kondisi
lingkungan misalnya pH tanah dan struktur. Akan tetapi protozoa berpengaruh
terhadap struktur dan fungsi masyarakat microbial. Seperti halnya makrofauna,
protozoa juga membantu menstimulasi dekomposisi. Beberapa ahli mikrobiologi
tanah berpendapat bahwa protozoa dapat mengatur populasi mikroba dalam tanah
karena dia sebagai predator mikroorganisme (Alexander,1977 dalam Coyne,
1999). Dekomposisi dapat menjadi lebih cepat karena kehadiran protozoa
menyebabkan populasi mikroba berganti mikroba yang aktif dan masih muda.
6. Mesofauna
Mesofauna dalam tanah mempunyai ukuran antara besar sampe kecil. Mesofauna
lebih kecil dari makrofauna sampe yang dapat terlihat oleh mikroskop. Mesofauna
dalam tanah memiliki ukuran 200-1000 mm panjangnya. Sebagian besar tidak dapat
terlihat dengan mata telanjang contohnya nematode.
Nematode disebut juga cacing gilik atau cacing rambut memiliki ukuran berfariasi
mulai yang di dalam tanah bersifat mikroskopik lebih kecil dari 50 mm sampe
panjangnya 9 m (nematode laut). Bentukan nematode yang hidup bebas lebih banyak
ditemukan di atas 10 cm di atas permukaan tanah dan 90% nematode ditemukan pada
lapisan tanah atas sekitar 15 cm. populasi nematode yang tertinggi dalam lingkungan
organic denga pH netral dan lebih banyak terdapat di dalam akar tanaman dari pada di
dalam tanah. Beberapa spesies nematode hidup parasitic pada akar dengan memakan
populasi mikroba yang berada dekat akar (populasi rhizosfer) dibandingkan dengan
yang berada di dalam tanah. Populasi nematode yang tinggi menunjukan bahwa
terdapat kandungan bahan organic yang tinggi di dekat akar. Nematoda mempunyai
laju perkembangbiakan yang tinggi, menghasilkan 5-6 generasi pertahun.
Nematode tidak berperan secara langsung dengan dekomposisi bahan organic
dalam tanah karena nematode berperan sebagai saprofit dan predator. Nematoda yang
hidup bebas memakan lebih dari 5.000 sel microbe per menit, dan hal ini berperan
sebagai pembantu mengatur populasi microbe yang ada dalam tanah. Nematode
sendiri diparasit oleh mikroorganisme tanah yang lain dan dimakan sebagai bagian
dari rantai makanan. Nematode umumnya dikategorikan menjadi 5 kategori
berdasarkan sumber makanan dan kebiasaan makanan yakni: patogenik, herbivorous,
mikrobivovorous, omnivorous, dan carnivorous. Nematode mikrobivorous adalah
nematode yang memakan organisme yang lebih besar seperti sporozoa, rotifer, dan
nematode lainnya. Nematode omnivorous adalah nematode yang memakan tumbuhan
yang telah mati dan jaringan hewan yang telah mati.
Genus Meloidogyine, salah satu nematode yang dapat bersifat parasite pada
tanaman sebagai penyebab penyakit busuk tanaman yang secara ekonomi
menurunkan populasi tomat dan tembakau. Ada juga nematode pemakan jamur,
misalnya Aphelechus avenae yang memakan jamur Rhizoctonia solani. Sedangkan
nematode predator contohnya Arthrobotrys oloigospora. Dari segi ekologis, nematode
berperan mengatur populasi mikroba dalam tanah dengan sifat predasinya. Populasi
nematode menunjukan kemampuan bahan-bahan organic untuk mendukung suatu
kehidupan dalam tanah.
7. Makrofauna
Makrofauna berpengaruh terhadap predasi mikroba, struktur tanah, dan pola
dekomposisi bahan organic. Misalnya cacing tanah berperan besar terhadap struktur
fisik tanah, mengawali akar tumbuh melalui celah-celah, meningkatkan aerasi tanah,
dan menggerakan bahan organic ke dalam tanah. Makrofauna (cacing tanah,
serangga, dan lain-lain) berbeda dengan mesofauna (nematode dan rotifer) dan
mikrofauna (protozoa) disebabkan ukuran dan kemampuan biokimiawi dalam tanah.
Table –tabel berikut menunjukan suatu piramida populasi organisme dalam tanah dan
distribusi biomassa organisme dalam tanah. Biomassa berarti bahan organic hidup.
a. Peran Makrofauna
Makrofauna berperan dalam mempercepat dekomposisi bahan-bahan organik.
Makrofauna meningkatkan agregasi tanah yang merupakan campuran antara
bahan-bahan organik dengan tanah secara bersama-sama dan meningkatkan aerasi
tanah, sehingga mempermudah akar-akar tanaman untuk tumbuh lebih baik.
Makrofauna juga berfungsi sebagai predator dalam tanah.
Peran makrofauna dalam tanah adalah mempercepat dekomposisi bahan
organik. Beberapa tahap penguraian dalam tanah adalah:
- Makrofauna (springtails, kutu kayu, dan larva lalat) menyerang sampah dan
prosesnya dinamakan fenestrasi.
- Molluska, isopoda, millipoda, larva lalat, dan cacing tanah melanjutkan proses
ini
- Cacing tanah, insekta, dan yang lainnya mengantarkan sampah ke dalam
tanah.
- Cacing tanah dan potworm mencerna sampah dan mencampurnya di dalam
tanah.
- Peran mikroba untuk mencampurnya menjadi komponen-komponen dalam
tanah.
Makrofauna mencerna bahan-bahan organik, sehingga dapat meningkatkan
luas permukaan. Peningkatan luas permukaan ini akan meningkatkan laju
dekomposisi; luas permukaan yang lebih besar akan dapat meningkatkan
penguraian oleh mikroba. Makrofauna mencampur bahan-bahan organik dan
tanah secara bersama-sama. Di samping itu, makrofauna berperan sebagai
predator mikroba.
b. Klasifikasi dan Tipe-Tipe Makkrofauna
Makrofauna dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran mulai dari 10-100mm
atau lebih. Ada juga klasifikasi berdasarkan pada bagaimana makrofauna makan.
Makrofauna biofagus memakan makhluk-makhluk hidup. Berdasarkan hal ini
makrofauna dibedakan menjadi: 1) karnivora (pemakan hewan), 2) herbivora
(pemakan tumbuhan), 3) mikrobivora (pemakan mikroorganisme), 4) omnivore
(pemakan tumbuhan/hewan).
Makrofauna saprofagus adalah golongan makrofauna yang memakan bahan
yang telah mati atau sudah lapuk. Berdasarkan hal ini, makrofauna dibedakan
menjadi; 1) detritivora (pemakan detritus), 2) cadavericola (pemakan bangkai
binatang), 3) koprofagus (pemakan dung).
- Arthropoda
Insekta sebagai anggota arthropoda merupakan makrofauna yang dominan
dalam keragaman dan jumlah, tetapi tidak pada biomassa. Biomassanya dalam
tanah kurang dari 10%. Arthropoda yang umum adalah kutu kayu, centipoda,
millipoda, kutu, insekta, springtails (mikroarthropoda), rayap dan semut.
- Arachnida
Kutu adalah anggota yang sama dengan laba-laba. Kutu yang terkecil
dapat digolongkan menjadi mesofauna. Sebagai predator kutu memakan
nematode, potworms, insekta, dan kutu yang lain. Kutu juga bersifat saprofaga
(memakan bahan yang telah mati), mikrofaga (pemakan fungi) dan coprofaga
(pemakan sampah). Populasi kutu mikrofaga menurun ketika digunakan
fungisida, disamping itu karena sumber makanannya menurun. Kutu sangat
sensitive pada kekeringan. Tungau predator melimpah pada limbah pekuburan.
Tungau memecah sampah, tetapi hanya berperan kecil pada dekomposisi
tumbuhan. Tungau mentranspor spora-spora jamur dan menggerakkan bahan-
bahan organik melalui tanah. Feses yang dihasilkan oleh tungau merupakan
habitat dari mikroba.
- Myriapoda
Peran arthropoda penting sebagai predator dan karnivora. Populasi
myriapoda lebih tinggi di tanah hutan dari pada tanah berumput. Beberapa
myriapoda makan dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Makrofauna
juga penting dalam memecah sampah.
- Collembola
Hewan ini ukurannya kecil, dan merupakan insekta primitive dengan
jumlah terbesar dan terdistribusi secara luas. Ada didapatkan lebih besar
10.000 individu per meter persegi tanah. Collembola memiliki panjang kurang
dari 1 mm dan berkontribusi kecil terhadap biomassa. Collembolan makan
bakteri, fungi dan spora, mendekomposisi bahan organik, feses, tumbuhan
hidup, dan hewan. Hewan ini juga makan detritus; walaupun tidak memiliki
peran secara langsung dalam nutrient tanah, tetapi mereka aktif dalam
pemecahan sampah.
- Isopteran
Insekta ini memiliki peran yang lebih penting secara biologi pada tanah di
daerah tropis dan daerah subtropics. Rayap makan kayu yang memiliki
komponen utama selulosa. Rayap tidak menghasilkan enzim selulase sendiri
yang dapat emmecah selulosa, tetapi dihasilkan oleh suatu spesies protozoa
yang berada di usus rayap. Rayap yang lain hidup dalam humus dan
menguraikan sampah. Di daerah tropis, rayap memainkan peran yang sama
dengan cacing tanah dalam hal memindahkan barang-barang organik ke dalam
tanah.
- Mollusca
Mollusca merupakan hewan omnivore, yang dapat makhluk hidup,
makhluk mati, atau bahan-bahan yang telah lapuk; fungi, alga, lichens, dan
cacing tanah. Mollusca sangat sensitive terhadap kelembaban dan temperatur.
Oleh karena itu distribusinya sangat terbatas. Populasi Mollusca bervariasi
antara 10-25 meter persegi sampai kadang-kadang sampai 50 meter persegi.
Mollusca menghasilkan enzim selulase atau memiliki pengahasil selulase pada
ususnya. Beberapa Mollusca menghasilkan secret mukoprotein yang
membantu agregat tanah.
- Cacing tanah
Cacing tanah menhuni tanah-tanah pekarangan, sawah, tegalan, tanah-
tanah hutan dan lain-lain. Banyak spesiesnya yang bermanfaat dalam
penyuburan tanah, ada yang bersifat parasite, dan ada juga yang bersifat
parasite fakultatif. Cacing tanah dapat menyuburkan tanah dengan mekanisme:
Mempercepat pelapukan sisa-sisa tanaman
Kotoran cacing dapat meningkatkan kadar NPK pada tanah yang
dihuninya
Lorong-lorong yang dibuatnya dalam tanah (terutama pada lapisan top
soil) memungkinkan masuknya udara ke dalam tanah dan mendesak
kelebihan karbon dioksida keluar dari tanah.
Meningkatkan daya serap, daya lolos air permukaan ke dalam tanah bagian
bawah, yakni dengan terbentuknya rongga atau lorong-lorong dalam tanah
mulai dari top soil sampai sub soil yang berarti pula membantu mencegah
terjadinya erosi tanah.
Membantu terbentuknya humus-humus dalam tanah, hal ini berakibat
meningkatnya daya serap tanah dan maningkatkan ketahanan tanah
terhadap gangguan erosi.
Jumlah spesies cacing tanah diperkirakan 8.000 dalam tanah. Family yang
penting adalah Lumbricidae, dengan genus-genus umumnya Allobophora,
Apporectodea, Dendrobaena, Diplocardia, Eisenia, dan Lumbricus. Cacing
tanah aktf bila ada air. Air membantu cacing tanah menselret mucus yang
membantu pergerakannya melalui tanah. Lumbricus rubellus dapat
membentuk kokon yang dapat tahan terhadap kekeringan dan suhu dingin.
Secara umum, bila senyawa karbon organik di dalam tanah meningkat,
maka populasi cacing tanah juga meningkat. Cacing tanah mendominasi
biomassa makrofauna. Ada dua kelompok umum cacing tanah, yang hidup
pada permukaan horizon tanah dengan mencerna sampah dan yang hidup pada
mineral tanah dan kadang-kadang datang ke permukaan tanah. Beberapa
cacing tanah dapat kedua-duanya.
Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi sampah.
Cacing tersebut dapat memecah fragmen-fragmen sampah tumbuhan dan
mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah dari permukaan ke
dalam tanah, dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki
struktur tanah. Celah-celah yang dibuat oleh cacing dinamakan drilosfer, yang
kaya bahan organik dan nutrient anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang
baik ini merupakan lingkungan yang baik untuk mikroorganisme. Cacing
memiliki enzim selulase dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantu
mendegradasi selulosa dan polimer khitin.
b. Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrofik merupakan bakteri yang memperoleh sumber karbon dan
energi menggunakan senyawa-senyawa organik, bakteri heterotrofik meliputi
mayoritas organisme dalam tanah, dimana pertumbuhannya tergantung dari
bahan-bahan organik sebagai energi. Bakteri ini berperan dalam dekomposisi
selulosa, hemiselulosa, zat-zat tepung, protein lemak dan zat-zat lainnya.
Bakteri heterotrofik secara umum terdiri: 1) Bakteri pemfiksasi nitrogen, yakni
bakteri yang memperoleh nitrogen dari atmosfer. Contohnya adalah bakteri
pemfiksasi nitrogen nonsimbiotik terdiri dari organisme aerobik (penhgasil asam
butirat) dan organisme anaerobik (Radiobacter, aerobacter) dan bakteri pemfiksasi
nitrogen yang simbiotik yang hidup pada nodula akar kacang-kacangan; 2) Bakteri
yang memerlukan nitrogen gabungan. Contohnya adlah bakteri aerobik; bakteri
pembentuk spora bakteri bukan pembentuk spora (bakteri Gram positif dan Bakteri
Gram negatif) dan bakteri anaerobik yang memerlukan nitrogen gabungan.
- Bakteri Pembentuk Spora
Bakteri ini banyak terdapat dalam tanah. Ada 3 bentuk umumnya mudah
dapat dikenali dengan media lempeng agar Basillus mycoiedes menunjukan
koloni besar, berfilamen sampai rhizoid. Basillus cerreus memiliki membran
permukaan dan butiran-butiran tersusun konsentris. Basillus meghaterium
memiliki koloni dicirikan butiran putih buram yang dikelilingi zona cairan
gelatin yang bersih.
- Bakteri Bukan Pembentuk Spora
Bakteri ini bersifat aerob, koloninya berbentuk futciform pada agar dan
gelatin. Khoromogenik atau bukan khoromogenik, motil atau non motil. Conn
membagi organisme ini berdasarkan pertumbuhannya pada media sintetik
menjadi 5 golongan:
Organisme-organisme pembentuk tangkai-tangkai pendek kecil, non motil,
diamternya kurang dari 0,5 mm, berflagella 2 berlawanan. morfologinya
tidak cenderung berubah contohnya, bacterium parvulum.
Organisme-organisme yang muncul sehari atau dua hari setelah inokulasi
pada medium baru, terlihat sebagai tangkai-tangkai kecil, dimeter kurang
dari 0,5 mm, kemudian memendek lagi sehingga nampak seperti
Micrococus. Secara lambat dapat mrncairkan gelatin. Berbentuk globiform,
merupakan golongan yang paling melimpah dalam tanah, dan kehadirannya
merupakan petunjuk baik adanya nitrogen tanah.
Organisme-organisme yang bebentuk tangkai-tangkai pendek dengan
kecenderungan mengahsilkan filamen-filamne panjang yang biasanya tak
bercabang.
Organisme-organisme yang kebanyakan teridiri dari bentuk-bentuk yang
bercabangan, terutama pada kultur muda menghasilkan arthrospora kecil
berbentuk bola, Tipe percabangan hilang dalam beberapa hari dan
digantikan bentuk kokoid.
Organisme-organisme yang terjadi secara normal seperti kokus, tetapi
memiliki kecenderungan menghasilkan tangkai-tangkai atau cabang dan
filamen-filamen seteleah beberapa hari tumbuh dalam media biasa.
Golongan ini biasanya lebih melimpah dalam rabuk dari pada tanah.
Klasifikasi lainnya mengenai bakteri tanah selain bakteri pembentuk spora
dan bukan pembentuk spora, bentuk cabang yakni golongan-golongan:
Gram positif, motil, berkemampuan membentuk varian-varian yang
bercabang,
Gram positif, non motil; membentuk cabang;
Gram positif, non motil, memebentuk Miselium
Gram negatif, motil atau non motil.
Beberapa bentuk-bentuk yang tergolong non motil dan dpat membentuk
miselium adalah serpa dan Norcadia corallinus.
- Bakteri Thermofilik
Bakteri thermofilik (suka suhu) pertama kali diisolasi oleh Miquel, tahun
1879. Bkateri ini mampu bertahan pada suhu 72⁰C. Mikrobe ini ditemukan
didalam lumpur sungai, pembuangan kotoran, kotoran hewan, debu dan tanah.
Bakteri thermofilik mampu berkembang pada temperatur 50-72 ⁰C dilapang,
dalam rabuk kandang dan dapat berekembangbiak pada suhu 79,5⁰C.
Schloesing 1982 menunjukan terjadinya pemanasan dan kerusakan pada jerami,
kapas disebabkan oleh bakteri yang dikenal dengan bakteri thermogenik.
Penyebaran bakteri ini bergantung pada keadaan dan sifat tanah. Bakteri ini
banyak terdapat didaerah padang pasir, contoh: Thermomyces, Actinomyces
thermophillus.
- Myxobacteria
Bakteri heterotrofik ini melimpah dalam pupuk dan tanah. Jumlah
keseluruan organisme ini tergantung pada keadaan dan sifat dari tanah.
Beberapa ditemukan pada tanah asam, tanah alkali atau tanah netral. Tanah
berlumpur dan tanah hutan mengandung myxobacteria yang spesifik. Beberapa
myxobacteria memainkan peran penting dalam dekomposisi sampah sayuran
dalam tanah, terutama mendekomposisis selulosa. Salah satu comtoh
Cytophage.
- Bakteri Denitrifikans
Bakteri ini merupakan bakteri yang dapat mereduksi nitrat ke nitrit atau
menjadi amonia. hanya bakteri-bakteri khusus yang mempunyai kemampuan
mereduksi nitrat ke nitrogen Elementer dan mengoksidasi nitrogen sehingga
tyerlepas keatmosfer. Pada kondisi anaerob bakteri-bakteri denitrifikan dapat
menggunakan nitrat sebagai sumber nitrogen dan senyawa karbon organik
sebagai sumber energi.
Berbagai bakteri denitrifikan telah diisolasi dari kotoran ternak dan tanah.
Contoh B. sttzeri, dan B. vulpinus. Beberapa mikrobe produksi nitrat memiliki
kemampuan memperoleh energi dari senyawa-senyawa anorganik Thiobacillus
dentrificans, suatu mikrobe yang memiliki penyebaran luas dalam tanah dan
dapat menoksidasi belerang serta mereduksi ke gas nitrogen. Thiosulfat dapt
direduksi pada keadaan hanya jika ada kehadiran nitrat sebagai sumber oksigen.
Energi yang diperoleh oksidasi gas hidrogen dimanfaatkan mereduksi nitrat oleh
bakteri Hydrogenomonas agilis.
Dekomposisi selulosa dalam tanah kemungkinan bersamaan dengan
simbiotik dari 2 bakteri. Bakteri yang satu mereduksi nitrat ke nitrogen
atmosferik dan bakteri yang lain melakukan dekomposisi selulosa yang hasilnya
digunakan oleh organisme lain sebagai sumber energi. Energi yang terbentuk
dapat digunkan untuk mereduksi nitrat, dan oksigen yang dibebaskan digunakan
mikrobe pendekomposisi selulosa dalam kondisi anaerob.
- Bakteri Pereduksi Sulfat
Bakteri pereduksi sulfat mempunyai kemampuan mereduksi sufat menjadi
hidrogen sulfida. contohnya adlah bakteri virgio desufuricans, bakteri tersebut
berbentuk vibro Gram negatif, anaerobik dapat diisolasi dari tanah. Mikrobe
tersebut dapat berkembang pada suhu 30 – 55⁰ C dan memiliki kemampuan
menggunakan garam-garam organik sebagai sumber energi. kultur pada
temperatur rendah misalnya 30⁰ C akan terlihat sebagai vibro-vibro atau spiral-
spiral kecil, motil dengan satu atau dua flagela polar, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi misalnya 55⁰ C terlihat vibro yang besar bergranula atau butiran.
organisme tersebut dapat membentuk spora, disebut Sporovibrio desulfurican
oleh Starkey.
- Bakteri Pelapuk Urea
Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Luis Pasteur tahun 1860. bakteri
tersebut ditemukan bermula dari hasil penelitiannya bahwa amonia dihasilkan
oleh urea pada suatu bentukan mikroorganisme yang pertama dinyatakan
sebagai Torula ammoniaacale tetapi kemudian banyak ditemukan dalam
kelompok bakteri. Bakteri khas ini kemudian dinamakan “bakteri urea”. Bakteri
urea mempunyai batas pH bagi kehidupannya, Misalnya Urobacillus duclauxit
memiliki pH 6,6 Urobacillus pasteurit batas pH 8,1.
Bakteri urea dapat berbentuk kokus dan basil. Kokus biasanya dimusnahkan
pada suhu 60-70 ⁰ C sedangkan basil bertahan pada suhu 90 -95⁰ C karena
memiliki kemampuan membentuk endospora. Temperatur optimum 30⁰ C.
Biasanya mikrobe ini berkembang dengan pesat pada media yang mengandung
urea 2%. Akumulasi amonia dari urea yang terhidrolisis dalam kultir dalam
banyak hal dapat membunuh bakteri tersebut. Cepatnya pendekomposisi urea
tidak dengan segera disertai perkembangan yang cepat. Bakteri uera kebanyak
bersifat aerobik.
- Bakteri Pelapuk Selulosa
Pelapuk selulosa dalam tanah dilakukam oleh sejumlah mikroorganisme.
diantara golongan tersebut bakteri berperan cukup besar. Bakteri pelapuk
selulosa dapt bersifat aerobik dan anaerobik. contoh bakteri yang bersifat
anaerobik, yamg diisolasi dari perut manusia Bacillus cellulosae dissolven.
Bentuk sel vegetatif dan tidak berflagella. Mikrobe tersebut dapat dikultivasi
pada medium yang berisi bahan kotoran sebagai nitrogen. Spora dapat terbunuh
pada pedidihan selama 40 - 45 menit. Bakteri pelapuk lain yang bershasil
diisolasi adalah Bacillus celluosam fermentans yang diisolasi dari kotoran larva
Protozea cupera.
Winogradisky membedakan 3 golongan bakteri pelapuk selulosa aerobik
yakni;
Cytophaga, Bakteri berbentuk ramping filamen fleksibel, panjangnya 5 -8
µm dan tidak berflagela, hanya menggunakan selulosa sebagai sumber
energi. Dapat mengubah selulosa sebagai sel koloid berwarna kuning,
merah, ros, dan orange. Terdiri dari 4 spesies, salah satunya Cytopagha
hutchinsoni.
Cellvibrio, bentuknya ramping, bentuk batang dan membengkok pada
bagian akhir dan membulat, panjang 2 – 5 m, motil dengan satu flagela.
menyebar dengan cepat, sangat berlimpah jumlahnya dan hanya terdiri dari
2 spesies.
Cellfacicula. Bentuk seperti kumpuran atau sabit, panjang tidak lebih dari 2
µ m. memiliki satu flagela dan ditemukan 3 spesies.
4. Cendawan Tanah
Jumlah genus dan spesies cendawan sangat banyak. Beberapa genus yang penting
dalam tanah antara lain Zhirgohincus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Aspergillus,
Trichoderma, Fusarium, dan Cladosporium. Populasi jamur akan terangsang jika kita
menambahkan sisa-sisa tanaman kedalam tanah. Beberapa bahan-bahan organik yang
diteliti, populasi cendawan dibedakan menjadi;
Bentuk-bentuk humicolous, yang hidup dan berkembang pada humus atau
bentuk-brntuk bahan organik yang hampir menjadi humus.
Bentuk-benruk terrestrial, (geofilik terricolous) yang tumbuh dan berkembang
dalam tanah yang memiliki kandungan bahan-bahan organik.
Bemtuk-bentuk coprofilik, (fumicolous) yang hidup dan berekmang dalam
onggokan pupuk.
Bentuk-bentuk hyphogeneus, yang hidyp dan berkembang dibwah permukaan
tanah.
Bentuk-bentuk lignicolous, yang hidup dan berkembang pada bahan-bahan
tanaman baru.
Bentuk-bentuk pseudoparacitic, yang merupakan parasit-parasit pada mycorrhiza
atau cendawan akar merupakan parasit yang menyerang organ-organ tanaman
terutama akar. Ada 2 golongan mycorrhiza yakni ectotropic mycorrhiza
(penetrasi tanpa sel-sel akar yang dalam) dan endotropic mycorrhiza (penetrasi
ke bagian dalam dari akar).
Pembagian golongan cendawan berdasarkan segi ekologi, berdasrakan pada
keaadaan dan sifat substat (keadaan bagian bawah tanah) atau nutrisinya didalam
substrat yang sesuai dengan perkembangannya dibedakan menjadi:
Cendawan gula, sebagian besar terdiri dari phycomycetes.
Cendawan pelapuk selulosa terdiri dari Ascomycetes dan fungi imperfecti.
Termasuk dalam golongan jamur ini antara lain; Penicillium, Aspergillus,
Trichoderma, Fusarium, dan Cladosporium.
Cendawan pelaouk lignin, terdiri dari Basidiomycetes.
Cendawan humus.
Cendawan parasit penghuni tanah.
Cendawan penghuni akar-akar tanaman.
cendawan Coprophilous.
cendawan Predaceous.
Mikroba mengubah P anorganik yang tidak dapat larut menjadi bentuk P yang
organik yang dapat larut. Mikroorganisme berperan besar dalam proses solubilisasi,
imobilisasi, dan mineralisasi. Jumlah P terlarut dalam tanah bervariasi antara 0,1-1 kg
per hektar (Troeh dan Thomson, 1993 dalam Coyne, 1999). Bakteri yang berperan
dalam solubilisasi P lebih kurang 10% populasi mikroba tanah. Organisme rhizosfer
misalnya Bacillus, Micrococcus, Mycobacterium, Pseudomonas, dan beberapa fungi.
Ada 3 mekanisme dasar solubilisasimineral P, yakni: chelasi, reduksi besi, dan
pengasaman. Senyawa-senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
misalnya asam oksalat, chelate (ikata) Ca2+, Mg2+, dan Fe3+. Ion ferro lebih larut dari
pada ion ferri, oleh karena itu mineral dengan ion ferro ditemukan lebih lambat
pelarutannya.
- Oksidasi Mangan
Bakteri dan fungi mengoksidasi Mn pada berbagai tanah. Lebih kurang 5-
10 % populasi mikrobe pengoksidasi Mn. Misalnya Aarthrobacter dan
Leptothrix yang mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn4+ (MnO2). Mikroorganisme
pengoksidasi mangan adalah Bacillus, Cladosporium, Corynebacterium,
Curvularia, Gallionella, Klebsiella, Metallogenium, Pedomicrobium,
Pseudomonas, dan Sphaerotilus.
- Karbon Organik
Siklus C mempunyai dua komponen yang mempengaruhi mikrobiologi
tanah: siklus lambat terjadi selama ratusan hingga ribuan tahun yang berasal
dari penguraian batu-batuan dan pelarutan karbonat pada tanah dan lautan.
Siklus cepat berlangsung dalam satuan tahun. Yang dibicarakan dalam hal ini
adalah siklus cepat C.
Kebanyakan C organik dalam tanah berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Karbon merupakan residu tanaman pada permukaan tanah dan karbon berasal
dari dekomposisi akar dalam tanah. Karbon tanaman memiliki komponen
sebagai berikut:
1) Karbohidrat (30-75% berat kering): selulosa (15-60%), hemiselulosa (10-
30%), gula dan pati (1-5%)
2) Lignin (10-30% berat kering)
3) Senyawa mengandung N (1-15% berat kering) protein dan asam-asam
amino;
4) Lilin dan pigmen-pigmen (1%)
5) Pectin (1%), dan senyawa lainnya (5-20% berat kering); lemak, minyak,
asam-asam organik, hidrokarbon.
Komposisi diatas beragam tergantungdari umur tanaman, kadar selulosa,
hemiselulosa dan lignin meningkat, sementara itu gula-gula sederhana, asam-
asam amino, protein, lemak dan minyak mengalami penurunan. Monosakarida
merupakan gula sederhana yang dapat bergabung membentuk polimer yang
dapat digunakan sebagai sumbr energi mikroorganisme dalam tanah. Ada
beberapa disakarida yakni: sukrosa, laktosa, trehalosa, maltose dan selubiosa.
Polimer C organik meliputi selulosa, hemiselulosa, khitin, amilosa, dan lignin.
Lignin adalah senyawa amorf, molekul cabang banyak, dan tiga dimensi.
Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi aktivitas biota tanah dalam
mendekomposisi C organik.
b. Mineralisasi dan Dekomposisi Residu (Siklus Karbon)
Mineralisasi karbon dan dekomposisi residu merupakan hal penting dalam
siklus nutrient. Karbon organic dari residu tanaman merupakan sumber energy
penting bagi pertumbuhan dari metabolisme dalam tanah. Residu tumbuh-
tumbuhan pertama kali diproses oleh mikrofauna dan mesofauna dan kemudian
dilanjutakn oleh mikroorganisme dalam tanah.
Mineralisasi Cdan Pertumbuhan
Senywa C organic mendukung pertumbuhan microbe sehingga populasi
microbe meningkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme spesifik jika senyawa organic ditambahkan hanya yang jasad
renik gunakan saja. Proses ini dinamakan kultur pengayaan.
Mineralisasi merupakan metabolism yang mengkonversi senyawa C
anorganik menjadi senyawa organic misalnya CO2 DAN SO4. Sebagai contoh
tanda mineralisasi adalah replikasi tanah.