Anda di halaman 1dari 12

Pengertian mikroba Tanah

Tanah sangat kaya akan keragaman mikroorganisme, seperti bakteri, aktinomicetes,


fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100
juta mikroba per gram tanah.Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada
aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang
menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-
cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang
pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara. Bioteknologi
berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-
peranpentingmikrobatersebut.

Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K)
seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah
di udara.Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat
langsung diserap oleh tanaman.Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari
udara.N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi
tersedia bagi tanaman.Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan
ada pula yang hidup bebasdisekitarperakarantanaman.

Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah
mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk
superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh).Namun, hara
P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang
sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P
dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang
mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika,
Pseudomonas sp. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga
berkemampuan tinggi dalam melarutkan K. Isroi ( 2008 ) mengatakan bahwa beberapa
mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh
tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok
mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan
Azotobacter sp.

Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu


penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan
dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian
organik.
Mikroba Tanah dikelompokkan Menjadi 2 yaitu

Berdasarkan Sumber Makanan, bakteri tanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


(1) Bakteri AutotrophatauBakteri Lithotropik, yaitu: bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri, contohnya: bakteri nitrifikasi, bakteri denitrifikasi,
bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat, dll. Bakteri autotroph ini
dikelompokkan lagi berdasarkan sumber energi yang diperlukan, yaitu: (a) Bakteri
PhotoautotrophatauBakteri FotoLithotropik: bakteri yang menghasilkan makanan
sendiri dan sumber energi yang digunakan berasal dari Sinar Matahari, dan (b) Bakteri
KhemoautotrophatauBakteri Khemolithotropik: bakteri yang menghasilkan makanan
sendiri dan sumber energi yang digunakan dari hasil oksidasi bahan organik,

(2) Bakteri Heterotroph atau Bakteri Organotropik, yaitu: bakteri yang mendapatkan
makanan dari bahan organik atau sisa-sisa dari makhluk hidup lain, baik fauna maupun
flora, dan baik yang makro maupun yang mikro. Bakteri heterotroph ini pun
dikelompokkan lagi berdasarkan sumber makanan, menjadi dua kelompok, yaitu: (a)
Bakteri PhotoheterotrophatauBakteri Fotoorganotropik: bakteri yang mendapatkan
makanan dari bahan organik atau sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang
digunakan berasal dari Sinar Matahari, dan (b) Bakteri
KhemoheterotrophatauBakteri Khemoorganotropik: bakteri yang mendapatkan
makanan dari bahan organik atau sisa-sisa makhluk hidup lain dan sumber energi yang
digunakan dari hasil oksidasi bahan organik.

2.2 Mikroba tanah sebagai pembunuh sel kanker di dalam tubuh

Sejumlah ilmuwan dari Inggris dan Belanda mencoba untuk mengembangkan


sebuah metode yang menggunakan Clostridium sporogenes (bakteri tanah) untuk
mengobati penyakit kankerdantumor.
Seperti dikutip dari BBC Clostridium merupakan salah satu bakteri yang normalnya
hidup di tanah, atau hidup di tempat yang rendah kadar oksigennya. Para peneliti
menggunakan karakter bakteri itu untuk memaksimalkan tugas obat bagi pembunuh sel
kanker di dalam tubuh.
Sebelum memasukan bakteri ke dalam tubuh pasien, para peneliti akan melakukan
teknik genetik dari bakteri untuk menghasilkan enzim yang spesifik yang memiliki
kemampuan untuk mengaktifkan obat kanker yang dikonsumsi oleh para pasien.
Berdasarkan pendalaman dari para peneliti pada konferensi di York University, Spora
dari bakteri itu akan tumbuh di dalam tumor pasien. Spora hanya tumbuh pada tumor
yang padat yang memiliki kadar oksigen rendah seperti payudara, prostat,dan tumor
otak.
Temuan ini merupakan sebuah hasil dari penelitian berdekade lamanya guna melihat
kemungkinan Clostridium untuk bekerja memaksimalkan obat kanker. Ini merupakan
sebuah fenomena yang sepenuhnya alami, yang tak merusak jaringan lain yang sehat,
kata profesor Nigel Minton dari Universitas Nottingham
2.3 Bahan organik yang dapat dirombak oleh bakteri-bakteri tanah

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,


dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman
tanpa mencemari tanah dan air.Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-
sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan
kembali.Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa
serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap
sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau
binatang.

2.4 Sumber Bahan Organik

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik
tersebut.

Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti


selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen
merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena
merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses
perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi
dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan
tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk
hidup.Sumber sekunder bahan organik adalah fauna.Fauna terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan
organik.Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal
dari bagian batuan. (Sumber: fadlie.web.id)

Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh
yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau
susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah
tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah
tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan
pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda
dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur
daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang
beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat
arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur
karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen
dan abu masing-masing sekitar 8%.Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur
hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
2.5 HUMUS

Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa tubuh
tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-
serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan
bangunan tubuhnya.Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut
humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah
atas.Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari
sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.

Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan
organik banyak terakumulasi dalam tanah.Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
durabilitas dan kesuburan tanah.Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu
bermuatan negatif.Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu
amorf (tidak beraturan bentuknya).

Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk (resisten), berwarna coklat,
amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau hewan yang telah
diubah atau dibentuk oleh berbagai jasad mikro. Humus tidaklah resisten sama sekali
terhadap kerja bakteri. Mereka tidak stabil terutama apabial terjadi perubahan regim
suhu, kelembapan dan aerasi.Adanya humus pada tanah sangat membantu mengurangi
pengaruh buruk liat terhadap struktur tanah, dalam hal ini humus merangsang granulasi
agregat tanah.Kemampuan humus menahan air dan ion hara melebihi kemampuan
liat.Tinggi daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas
tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus yang aktif terutama
gugus karboksil. Dengan sifat demikian keberadaan humus dalam tanah akan membantu
meningkatkan produktivitas tanah.

Sifat dan Ciri Humus

Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.


Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat
dan membantu granulasi agregat tanah.
Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi
oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran
dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan
K.
1. Merupakan sumber energi jasad mikro.
2. Memberikan warna gelap pada tanah.

2.6 Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah

Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan
nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan
drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan
organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke
bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan
organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.

Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah
dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan
organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila
kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu
menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.

Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar
bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan
oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.

Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi
daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya
kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan
berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan,
sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).

Peran Mikroba sebagai Dekomposer

Berbagai populasi mikroba tanah berperan membantu menyediakan zat-zat makanan


bagi tumbuhan. Zat-zat makanan yang tersedia di dalam tanah, yang dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan antara lain berupa senyawa-senyawa karbon dioksida, dan ion-ion nitrat,
sulfat, fosfat.

Di alam terjadi peristiwa daur ulang senyawa-senyawa organik dan anorganik, berubah
dari satu bentuk ke bentuk lain, sehingga terjadi suatu siklus. Siklus-siklus materi
tersebut menyangkut siklus karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan besi.
Jenis dan Fungsi Mikroba Penyubur Tanah
Berikut ini mikroba dalam Genus yang dapat dijumpai dalam tanah yaitu:

2. Clostridium pasteurianum (ditemukan Winogradsky, 1893)

v
Dan beberapa spesies lainnya dapat hidup dalam berbagai kondisi tanah dan oleh karena
itu lebih banyak terdapat di tanah daripada Azotobacter. Clostridium hidup dalam
lingkungan anaerob.

3. Rhodospirillum rubrum (suatu spesies yang mengadakan fotosintesis)

Dan beberapa spesies lainnya diketahui pula kemampuannya untuk mengikat N2 bebas,
setelah diadakan eksperimen-eksperimen dengan menggunakan isotop N15.

Mikroba penyubur tanah yang sering digunakan dalam bidang pertanian antara
lain adalah:
1. Bakteri Fiksasi Nitrogen
Azotobacter
Sifatnya pleomorfik, bentuk sel-sel ada yang hampir bulat seperti kokus dan ada pula
yang panjang seperti basil, flagel peritrik, hidup di dalam lingkungan netral dalam tanah
yang basah, berudara serta mengandung cukup zat-zat organic. Penambatan nitrogen
dilakukan giat pada waktu pembelahan; hal ini kiranya perlu untuk penyusunan bahan
bagi sel-sel baru.

2. Mikroba Pelarut Fosfat


Bacillus

Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk


mengatasi rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan
memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut Psebagai pupuk hayati.
Mikroorganisme pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P sukar larut
menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat
diserap oleh tanaman.
Berbagai spesies mikroba pelarut P, antara lain Pseudomonas, Microccus,
Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillus,
berpotensi tinggi dalam melarutkan P terikat menjadi P tersedia dalam tanah (Alexander
1977, Illmer and Schinner 1992, Goenadi et al. 1993, Goenadi dan Saraswati 1993).
Mekanisme pelarutan P dari bahan yang sukar larut terkait erat dengan aktivitas
mikroba bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase dan fitase (Alexander 1977)
dan asam-asam organik hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glikolat, fumarat,
oksalat, suksinat, dan tartrat (Banik and Dey 1982), sitrat, laktat, dan ketoglutarat
(lllmer and Schinner 1992). Menurut Alexander (1977), mekanisme pelarutan P yang
terikat dengan Fe (ferric phosphate) pada tanah sawah terjadi melalui peristiwa reduksi,
sehingga Fe dan P menjadi tersedia bagi tanaman. Proses utama pelarutan senyawa
fosfat-sukar larut karena adanya produksi asam organik dan sebagian asam anorganik
oleh mikroba yang dapat berinteraksi dengan senyawa P-sukar larut dari kompleks Al-,
Fe-, Mn-, dan Ca- (Basyaruddin 1982). Kemampuan cendawan melarutkan P lebih
besar dibanding bakteri Cendawan dapat melarutkan P hingga dua kali pada pH 4,6-2,9,
dan bakteri sekitar 1,5 kali pada pH 6,5-5,1 (Goenadi dan Saraswati 1993).
Penggunaan mikroba pelarut P merupakan salah satu pemecahan masalah
peningkatan efisiensi pemupukan P yang aman lingkungan, yang sekaligus dapat
menghemat penggunaan pupuk P.
Mikoriza

Mikoriza berperan meningkatkan serapan P oleh akar tanaman. Mikoriza


memiliki struktur hifa yang menjalar luas ke dalam tanah, melampaui jauh jarak yang
dapat dicapai oleh rambut akar. Pada saat P berada di sekitar rambut akar, maka hifa
membantu menyerap P di tempat-tempat yang tidak dapat lagi dijangkau rambut akar.
Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam mengabsorpsi hara untuk jangka waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan akar yang tidak bermikoriza (Simanungkalit 2007).
Berbagai tanaman berbeda ketergantungannya terhadap mikoriza. Pada umumnya
hubungan simbiosis antara tanaman dan fungi mikoriza tidak bersifat spesifik, tetapi
memiliki spektrum yang luas. Sebagai contoh, 10 spesies cendawan mikoriza dapat
mengkolonisasi dan efektif pada jagung dan kedelai (Simanungkalit 1997, Lukiwati dan
Simanungkalit 1999). Tanaman dengan akar besar lebih tergantung pada mikoriza
daripada tanaman dengan sistem akar yang memiliki rambut akar banyak dan panjang
(Baylis 1970). Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan tanaman pangan,
hortikultura, kehutanan, dan perkebunan.
4. Bakteri pereduksi sulfat
Degradasi bahan organik di lingkungan anerob dapat terjadi melalui
proses reduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Reduksi sulfat hampir mencapai 100% dari
total emisi CO2 dari sediment mangrove (Kristensen et al. 1991). Bakteri pereduksi
sulfat yang terdiri atas genera Desulfovibrio, Desulfotomaculum, Desulfosarcina, dan
Desulfococcus mempunyai kemampuan memetabolisme senyawa sederhana, seperti
laktat, asetat, propionat, butirat, dan benzoat.
Perkembangan populasi bakteri reduksi sulfat terhambat pada ketersediaan sulfat
di ambang batas 2-10 M per liter. Ketersediaan Fe dan P dalam sedimen mangrove
bergantung pada aktivitas bakteri pereduksi sulfat (Sherman et al. 1998). Pada saat
sulfat direduksi oleh bakteri pereduksi sulfat maka senyawa sulfur H2S dan HS akan
diproduksi dan bereaksi dengan Fe. Fe direduksi dari Fe(III) menjadi Fe(II), yang akan
menghasilkan pirit (FeS2) dan melepas P terlarut. Bakteri pereduksi sulfat merupakan
perombak bahan organik utama dalam sedimen anaerob, dan berperan penting dalam
mineralisasi sulfur organik dan produksi Fe dan P mudah larut.
5. Rizobakteri penghasil zat pemacu tumbuh
Rhizobium (yang terkenal ialah Rhizobium leguminosarum)

Adalah basil yang Gram negative yang merupakan penghuni biasa didalam tanah.
Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah polongan dan menyebabkan
jaringan agar tumbuh berlebih-lebihan hingga terjadi kutil-kutil. Bakteri ini hidup dalam
sel-sel akar dan memperoleh makanannya dari sel-sel tersebut. Biasanya beberapa
spesies Actinomycetes kedapatan bersama-sama denganRhizobium dalam satu sel/.
6. Mikroba perombak bahan organic
Trichoderma

Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis yang


tumbuh alami atau sengaja diinokulasikan untuk mempercepat pengomposan dan
meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis mikroorganime turut menentukan
keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Di dalam ekosistem,
mikroorganisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa
organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah
dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke
atmosfer berupa CH4 atau CO2. Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan
secara alamiah, dan proses kehidupan di muka bumi dapat berlangsung secara
berkelanjutan.
Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun terakhir mulai banyak
digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak
mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam
tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan biomas dan aktivitas
mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan volume bahan
buangan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Pengertian umum mikroorganisme perombak bahan organik atau biodekomposer
adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa organik yang mengandung
nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik dari jaringan tumbuhan atau
hewan yang telah mati). Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma
reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas,
Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan
Streptomyces. Fungi perombak bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang
lebih baik dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa, selulosa
dan lignin). Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa juga mampu
mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et al. (1989),
kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata, yang dapat segera
menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana, yang
berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan hara di sekitar
tanaman.
Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain
adalah -glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan
lakase, selain kelompok enzim reduktase yang merupakan penggabungan dari LiP dan
MnP, yaitu enzim versatile peroksidase. Enzimenzim ini dihasilkan oleh Pleurotus
eryngii, P. ostreatus, dan Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain mengurai bahan
berkayu, sebagian besar fungi menghasilkan zat yang besifat racun, sehingga dapat
dipakai untuk menghambat pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti
beberapa strain T. harzianum yang merupakan salah satu anggotaAscomycetes. Apabila
kebutuhan karbon (C) tidak tercukupi, fungi tersebut akan menghasilkan racun yang
dapat menggagalkan penetasan telur nematoda. Meloidogyn javanica (penyebab
bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan bersifat parasit pada telur
atau larva nematoda tersebut. Fungi Zygomycetes (Mucorales) sebagian besar berperan
sebagai pengurai amylum, protein, lemak, dan hanya sebagian kecil yang mampu
mengurai selulosa dan khitin.
Jenis Mikroba penyubur tanah lainnya adalah:
Azotobacter SP

Berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuhan dan juga berfungsi
sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.
Azoospirilium SR

Berfungsi sebagai penambat N (nitrogen) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman.

Selulolitik

Menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam proses pembusukan bahan organik.
Rill kroba Pelarut Fosfat

Berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral Hat tanah menjadi
senyawa yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses
dekomposisi.
Pseudomonas sp

dapat menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin berfungsi juga untuk memecah
mata rantai dari zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya.

Nitrosococcus

merupakan bakteri yang memilikimetabolisme berbasis oksigen. Berperan dalam


proses penambahan kesuburan tanah (membentuk humus).

Nitrosomonas

merupakan sebuah bakteriberbentuk batang yangterdiri dari genuschemoautotrophic.


berperan dalam prosesnitrifikasimenghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman

Anda mungkin juga menyukai