Anda di halaman 1dari 4

REKLAMASI TANAH GARAMAN

Annisa Nadhira Hamidah


202010200311047
annisahmdh24@gmail.com
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Tanah merupakan hamparan benda alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk di permukaan
bumi. Tanah yang subur untuk lahan pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun. Hal tersebut
menyebabkan pengembangan pertanian beralih ke lahan marginal seperti tanah salin. Tujuan dari kegiatan
prakktikum adalah agar praktikkan dapat mengetahui efektifitas metode pelindian (leaching) secara terus-
menerus dan terputus-putus pada reklamasi tanah garaman. Metode kerja yang digunakan adalah metode
leaching yaitu terus-menerus dan terputus-putus. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Menutup paralon
dengan kasa sebanyak 4 helai dan direkatkan menggunakan lakban. Mengukur pasir menggunakan EC Meter.
Memasukkan pasir ke paralon 0 masing² 20 cm. Mengamati kadar garam air hasil pencucian dengan mengukur
daya hantar listrik dengan menggunakan EC-meter tiap hari, Mengamati amati kadar garam tanah sisa hasil
pelindian pada akhir perlakuan. Praktikum dilaksanakan di Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang pada
tanggal 23 November 2022 Pukul 07.00 – 08.40 WIB. Hasil yang didapatkan pada saat melaksanakan kegiatan
praktikum yaitu pada perlakuan pelindian langsung nilai pengamatan tertinggi terletak pada hari ke-5 yaitu
sebesar 1535, dan pada perlakuan pelindian terputus-putus nilai pengamatan tertinggi terletak pada hari ke-5
yaitu sebesar 1112. Hal yang didapatkan setelah melaksanakan kegiatan praktikum yaitu pada pelindian dengan
menggunakan metode langsung maupun terputus-putus memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Berkurangnya
jumlah kadar garam dalam gelas uji menandakan bahwa tanah garaman telah larut dengan air.
Kata Kunci : EC Meter, Pelindian, Salin

PENDAHULUAN
Tanah merupakan hamparan benda alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk
di permukaan bumi. Tanah berasal dari suatu bahan yang dinamakan bahan induk (parent / materials).
Bahan induk tanah dapat berupa suatu batuan atau bahan tanah yang terangkut dari tempat lain, lalu
diendapkan pada suatu tempat. Selain berasal dari bahan induk tertentu, tanah juga memiliki beberapa
sifat yakni sifat fisik, kimia, dan biologi. Sifat-sifat tersebut sangat berpengaruh pada daya dukung
tanah terhadap kesuburan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Hal tersebut juga tidak terlepas dari
faktor ketersediaan unsur hara dalam tanah yang berhubungan dengan beberapa sifat tanah, yaitu sifat
kimia dan biologi tanah (Lufi, 2012)
Tanah yang subur untuk lahan pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun. Hal tersebut
menyebabkan pengembangan pertanian beralih ke lahan marginal seperti tanah salin. Penyebab tanah
menjadi salin adalah intrusi air laut, air irigasi yang mengandung garam atau tingginya penguapan
dengan curah hujan yang rendah sehingga garam-garam akan naik ke daerah perakaran (Karno, dkk.
2014). Proses penimbunan garam mudah larut dalam tanah sehingga membentuk tanah garaman atau
tanah salin disebut salinisasi. Jumlah H2O yang berasal presipitasi tidak cukup untuk menetralkan
jumlah H2O yang hilang oleh evaporasi dan evapotranspirasi. Sewaktu air diuapkan ke atmosfer,
garam-garam tertinggal dalam tanah. Garam-garam tersebut terutama adalah NaCl, Na2SO4, CaCO3
dan / atau MgCO3 (Candrabarata, 2014).
Tanah salin memiliki nilai pH tanah berkisar 8,5 hingga 10. Nilai pH yang tinggi pada banyak
di antara tanah-tanah tersebut juga menurunkan ketersediaan sejumlah hara mikro. Jenis tanah ini
sering kahat dalam Fe, Cu, Zn, dan/atau Mn. Selain itu, dengan pH lebih dari 7,5 kandungan kalsium
yang tinggi dapat mengikat fosfat sehingga ketersediannya menurun (Karyanto, et all, 2012).
Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga aerasi
dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat rendah. Penyerapan oleh partikel-partikel tanah akan
mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas,
serta dispersi material koloid tanah (Jumberi, 2013). Tujuan dari kegiatan prakktikum adalah agar
praktikkan dapat mengetahui efektifitas metode pelindian (leaching) secara terus-menerus dan
terputus-putus pada reklamasi tanah garaman.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Tamnesia Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 23
November 2022 Pukul 07.00 – 08.40 WIB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain paralon, kabel tis, lakban, kassa,
ec meter, botol, cutter, alat tuis, dan alat dokumentasi
Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain tanah garaman, plastik, karet
gelang, tabung paralon, botol plastik 1,5L, lakban, air, dan kain kassa
Metode Kerja
Metode kerja yang digunakan adalah metode leaching yaitu terus-menerus dan terputus-putus.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Menutup paralon dengan kasa sebanyak 4 helai dan
direkatkan menggunakan lakban. Mengukur pasir menggunakan EC Meter. Memasukkan pasir ke
paralon 0 masing² 20 cm. Mengamati kadar garam air hasil pencucian dengan mengukur daya hantar
listrik dengan menggunakan EC-meter tiap hari, Mengamati amati kadar garam tanah sisa hasil
pelindian pada akhir perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Garam Air Hasil Pelindian


Kadar Garam (mmhos)

2000
1535
1500 1112
1075 1112
981.2
957.4 935.9
911.2 927
925
1000
512
500
0
1 2 3 4 5 6
Pengamatan Hari Ke-

Pelindian continue (langsung)


Pelindian intermitten (terputus-putus)
Grafik 1. Kadar garam air hasil pelindian
Hasil pengamatan terhadap reklamasi tanah garaman disajikan dalam grafik 1. Perlakuan
yang dilakukan yaitu menggunakan pelindian continue (langsung) dan pelindian intermitten (terputus-
putus). Pengamatan terhadap kadar garam air hasil pelindian dilaksanakan selama 6 hari. Didapati
pada kedua perlakuan nilai kadar garam tertinggi terletak pada hari ke-5 yaitu sebesar 1535 mmhos
untuk perlakuan pelindian continue (langsung) dan sebesar 1112 mmhos untuk perlakuan pelindian
intermitten (terputus-potus). Sedangkan nilai kadar garam terendah terletak pada hari ke-6 yaitu
sebesar 512 mmhos pada kedua perlakuan.
Didapati pada perlakuan secara langsung maupun terputus-putus, keduanya mengalami
penurunan kadar garam. Perlakuan secara langsung pada hari ke-1 memiliki nilai sebesar 981,2
mmhos sedangkan pada hari ke-6 memiliki nilai sebesar 512 mmhos dan pada perlakuan terputus-
putus pada hari ke-1 memiliki nilai sebesar 957,4 sedangkan pada hari ke-6 memiliki nilai sebesar 512
mmhos. Hal ini dikarenakan kandungan garam pada tanah berkurang akibat dari proses pencucian.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh (Muliawan, 2016) menyatakan bahwa penurunan nilai EC tanah
menunjukkan bahwa garam tersebut terlarut yang ada di dalam tanah. Kadar garam semakin
berkurang karena adanya proses pencucian tanah dengan memberikan air bersih secara terus menerus
maupun terputus-putus guna menjaga tanah tetap dalam kondisi jenuh, sehingga nilai EC mengalami
penurunan hingga nilai batas aman. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh (Suud, 2015) menyatakan
bahwa nilia EC yang terlalu tinggi dapat menghambat proses serapan unsur hara dengan
meningkatkan tekanan osmotik, sedangkan nilai EC yang terlalu rendah dapat mempengaruhi
kesehatan tanaman. Proses pelindian dapat dikatakan berhasil jika niali EC tanah dapat menurun.

KESIMPULAN
Hasil yang didapatkan setelah melaksanakan kegiatan praktikum yaitu pada proses pelindian
dengan menggunakan metode langsung maupun terputus-putus memiliki nilai yang tidak jauh
berbeda. Berkurangnya jumlah kadar garam dalam gelas uji menandakan bahwa tanah garaman telah
larut dengan air.

DAFTAR PUSTAKA
Candrabarata, R. 2011. Kimia Tanah. http://www.scribd.com/doc/59755089/kimia-tanah.
Akses 13 Oktober 2012
Jumberi, A. dan M. Prama Yufdy. 2013. The potential of planting broad acre and vege crops
in tsunami affected soil. http://www.dpi.nsw.gov.au. Diakses 30 Oktober 2013.
Karno, dkk. 2014. Pengaruh Perbaikan Tanah Salin Terhadap Karakter Fisiologis
Calopogonium mucunoides. Pastura Vol. 4 No. 1 : 1 – 6
Karyanto, A, L. Zen dan M.S. Hadi. 2012. Ketersediaan Hara Dalam Tanah.
http://dc127.4shared.com/doc/eTJK4mmd/preview.html. Akses 14 oktober 2012.
Lutfi, Inayatul. 2012. Problematika Hubungan Air, Tanah dan Tanaman “Ketersediaan
Unsur Hara pada Tanah Garaman”. Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2012,
Muliawan, dkk. 2016. Identifikasi Nilai Salinitas Pada Lahan Pertanian di Daerah Jungkat
Berdasarkan Metode Daya Hantar Listrik (DHL). Prisma Fisika. 4 (2)
Suud, dkk. 2015. Pengembangan Model Pendugaan Kadar Hara Tanah Melalui Pengukuran
Daya Hantar Listrik Tanah. Jurnal Keteknikan Pertanian. 3 (2)
DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Menyiapkan alat dan bahan Mengukur kadar garam pasir Mengukur paralon setinggi
dengan EC-meter 10 cm

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Melabeli botol semuai Memasukkan pasir kedalam Meletakkan paralon dalam
perlakuan (TP dan TM) paralon sampai ketinggian pagar
10 cm

Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9


Meletakkan botol dibawah Mengukur kadar garam di Mengukur kadar garam di
paralon untuk perlakuan air pada perlakuan terus- air pada perlakuan terputus-
terus menerus dan terputus- menerus putus
putus

Anda mungkin juga menyukai