Donni Arganta
051013821722049
1.2.Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum analisis tanah, air dan tanaman ini yaitu untuk
mengetahui Al-dd pada tanah ultiso, aluvial, dan gambut.
60 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Al-dd
Aldd adalah kadar Aluminium dalam tanah. Al dalam bentuk dapat
ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam
dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ ,monomer
yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor.
Oleh karena itu untuk mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan
kejenuhannya. Semakin tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya
meracun terhadap tanaman. Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+)
mempengaruhi jumlah bahan kapur yang diperlukan untuk
meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah. Kadar aluminium
sangat berhubungan dengan pH tanah. Semakin rendah pH tanah, maka semakin
tinggi aluminium yang dapat dipertukarkan dan sebaliknya.
Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman
tanah mempunyai 2 komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan
tanah (potensial), (2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman
cadangan. Kedua bentuk tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga
perubahan pada yang satu mengakibatkan perubahan pada yang lain.
Nilai pH atau aktivasi ion hydrogen (H) adalah cirri kimia yang paling
penting dari tanah sebagai media tumbuh tanaman. Penetapan pH dengan air
menunujukkan kemasaman aktif (kemasaman akibat ion H dalam larutan tanah).
Sedangkan dengan KCl ditujukan untuk pH poensial (kemasaman akibat ion H
dan Al pada kompleks jerapan). Pada tanah masam, kandungan Al-dd sering jauh
melebihi kandungan H-dd sehingga menimbulkan keracunan bagi tanaman. Dan
sering pula menyebabkan kelarutan unsur fosfor (P) berkurang (Nurhajati Hakim,
2009). Penurunan Al-dd tanah akibat pemberian asam sitrat dan oksalat ini sangat
erat hubungannya dengan terbentuknya senyawa kompleks (organo-metalic-
complex) yang sukar larut. Asam organik (sitrat dan oksalat) mampu menurunkan
Al-dd tanah asam dan sekaligus meningkatkan pH tanah sampai batas-batas
tertentu. Walaupun perbedaannya sedikit sekali, asam oksalat mampu
61 Universitas Sriwijaya
62
Universitas Sriwijaya
63
mempunyai kejenuhan basa rendah dan bereaksi masam. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai sifat berikut: C tinggi, N sangat
rendah, P tersedia dan P total yang sangat rendah.
Kandungan Al-dd dapat ditetapkan dengan menggunakan metode titrasi.
Kegiatan titrasi pada tahap pertama akan mengukur jumlah total asam yang
dititrasi dapat digantikan oleh ion K+, yang setara dengan jumlah H-dd dan Al-dd.
Titrasi pada tahap kedua akan mengukur jumlah ion H yang diganti sehingga
jumlah ion Al yang digantikan dapat dihitung dengan pengurangan. Kandungan
H-dd dan Al-dd ini dinyatakan dalam me terhadap kation per 100 gram tanah
kering.
Pada beberapa tanaman, keracunan Al memperlihatkan gejala daun yang
mirip difesiensi P, kekerdilan menyeluruh, dedaunan mengecil berwarna hijau dan
gelap dan lambat matang,batang daun dan urat d tanaman daun berwarna unggu,
ujung daun menguning dan mati. Pada tanaman lain menunjukkan gejala
defisiensi Ca yang terinduksi atau tertekannya transfortasi Ca dalam tanaman,
yaitu dedaunana mudah mengeriting atau menggulung dan titik tumbuh atau
tangki daun tumbang. Akar yang terluka secara khas terlihat menggemuk dan
rapuh. Pucuk akar dan akar lateral menjadi tebal dan berubah coklat (Hanafiah,
2005).
Peningkatan takaran P- alam akan menurunkan kandungan Al-dd tanah,
terutama jika dikombinasikan dengan kapur, baik kalsit maupun dolomit. Efek
peningkatan takaran P-alam juga berpengaruh terhadap peningkatan kandungan
Ptersedia tanah pada setiap level pengapuran. Meningkatnya nilai pH tanah
menyebabkan penurunan kandungan Al-dd tanah sedangkan penurunan nilai Al-
dd tanah akan meningkatkan kandungan P-tersedia tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentukan
besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montnorilonit
mempunyai KTK yang lebih besar dari pada tanah dengan mineral liat kaolinit,
tanah-tanah yang tua seperti tanah oksisol mempunyai KTK rendah karena
koloidnya banyak terdiri dari seskuiloksida. Besarnya KTK digunakan sebagai
Universitas Sriwijaya
64
penciri untuk klasifikasi tanah misalnya oksisol harus mempunyai KTK < 16
cmol(+)/kg liat (Hardjowigeno, 2010)
Hidrogen yang dapat dipertukarkan (H-dd) dan Kejenuhan Hidrogen
Hdd adalah kadar hydrogen yang terkandung didalam tanah. Kemasaman tanah
mempunyai 2 komponen yaitu (1) H aktif yang terdapat di dalam larutan tanah
(potensial), (2) H yang dapat dipertukarkan atau disebut kemasaman cadangan.
Kedua bentuk tersebut cenderung membentuk keseimbangan sehingga perubahan
pada yang satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. Apabila basa
dibubuhkan pada tanah yang asam, H terlarut dinetralisasi dan sebagian H
yang dapatdipertukarkan terionisasi untuk mengembalikan keadaan seimbang.
Jumlah H yang dapat dipertukarkan dengan perlahan-lahan berkurang.
Peningkatan pH tanah tidak dapat diubah dengan mudah jika terdapat banyak
hambatan/sanggaan tanah (buffer), yang merupakan suatu sifat umum dari
campuran asam basa dengan garamnya. Komponen tanah yang mempunyai sifat
menyangga adalah gugus asam lemah seperti karbonat serta kompleks-kompleks
koloidal tanah. Asam lemah tersebut mempunyai tingkat disosiasi yang lemah dan
sebagian besar dari ion H masih tetap terjerap dalam permukaan koloid. Adanya
bahan penyangga tanah, dapat menjaga penurunan pH yang drastis akibat
bertambahnya ion H oleh suatu proses biologis atau pemupukan. Kegiatan jasad
mikro atau penambahan pupuk yang bersifat masam akan menyumbangkan
sejumlah ion H (Hakim, 2003).
Tingkat kejenuhan hidrogen di dalam tanah disebabkan ion H yang terjerap
pada permukaan koloid yang merupakan penyebab kemasaman. Hal ini akan
menyebabkan menurunnya pH tanah semakin drastis. pH KCl dapat
menunjukkan Al tukar, jika pH KCl < 5,5 maka jumlah Al nyata dilarutan dalam
keadaan yang sangat masam, Al menjadi sangat larut yang dijumpai dalam bentuk
kation Al3+ dan hidroksida Al. Kedua ion Al itu lebih mudah terjerap pada koloid
liat daripada ion H. Oleh karena Al berada dalam larutan tanah mudah
terhidrolisis, maka Al merupakan penyebab kemasaman atau penyumbang ion H.
Ion H yang dibebaskan secara demikian akan memberikan nilai pH rendah bagi
larutan tanah dan mungkin merupakan sumber utama ion H dalam sebagian besar
tanah masam.
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
65 Universitas Sriwijaya
66
7. Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna pink hilang dan biarkan beberapa
detik samapi warna tidak timbul kembali, lalu baca pembacaan pada buret
(T2).
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil analisis penetapan p dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 4.1.1. Hasil Analisis Penetapan Al-dd
T1 T2
Jenis Tanah Lapisan Tanah Total Asam Al-dd H-dd
(ml) (ml)
Mineral 0-30 cm 0,38 0,24 0,19 0,12 0,14
Mineral 30-60 cm 0,7 0,5 0,35 0,25 0,02
Aluvial 0-30 cm 1,06 0,98 0,53 0,49 0,08
Aluvial 30-60 cm 0,44 0,36 0,22 0,18 0,08
Gambut 0-30 cm 0,78 0,6 0,39 0,3 0,18
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan mengenai penetapan Al-dd
tanah mineral dan tanah ultisol dan tanah gambut memiliki Al-dd yang cukup
tinggi namun dibeberapa lapisan tertentu seperti pada lapisan tanah mineral 0-30
cm memiliki nilai Al-dd yang rendah dibandingkan pada lapisan 30-60 cm dan
juga berbeda hal nya dengan tanah aluvial dimana memliki nilai Al-dd yang
cukup tinggi pada lapisan 0-30 cm. pH tanah rendah <5,5. Sumber kemasaman
tanah disebabkan oleh ion H+ dan Al3+. Keberadaan H+ didalam tanah
bersumber dari bahan mineral liat dan mineral oksidasi akibat disosiasi H+ dari
patahan mineral Al dan Fe oksidasi, sedanghkan Al3+ bersumber dari hasil
dekomposisi mineral aluminium silikat.
Ada banyak hal yang menyebabkan kemasaman tanah yaitu unsur fospor
tersedia, kekurangan unsur kalsium dan magnesium, kekurangan unsur
molibdium, fiksasi N oleh kacang tanah terhambat. Kandungan mangan dan besi
sering berlebihan sehingga dapat mengakibatkan racun bagi pertumbuhan dan
kelarutan alumunium sangat tinggi.
Kemasaman tertinggi pada percobaan ini adalah pada tanah aluvial, pada
keadaan tanah yang sangat masam, Al menjadi sangat larut yang dijumpai dalam
65 Universitas Sriwijaya
66
bentuk kation Al3+ dan hidroksida alumunium yang terjerap ini adalah berada
dalam keadaan seimbang dengan Al dalam larutan tanah.
Kedua ion Al itu mudah terjerap pada koloid liat daripada ion H. oleh karena
itu Al berada dalam larutan mudah terhidrolisis. Dan Al merupakan penyebab
kemasaman atau penyumbang ion H+. ion H terjerap pada koloid liat dan humus
dan juga merupakan sumber H, sehingga tanah menjadi masam. Ion H dapat
dipertukarkan tersebut berada dalam keadaan yang seimbang dalam larutan tanah.
Ini membuktikan bahwa Al dan H terjerap merupakan ion H larutan, sehingga
menyebabkan reaksi tanah masam atau pH rendah. Dalam keadaan sangat masam
pH 4 ion Al3+ dan H+ terjerap dominan. Kejenuhan alumunium tinggi pada
tanah-tanah masam, tergantung pada kadar Al dan mineral yang siap larut dalam
keadaan masam. Jika tanah terlalu masam bagi suatu tanaman, pengapuran
merupakan langkah pemecahan yang baik.
Pada dasarnya tanah aluvial lebih bersifat masam dari pada tanah ultisol.
berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, ternyata memberikan hasil yang
sama dengan teori yang ada, dimana tanah aluvial lebih asam dari pada gambut.
Tanah oxisol ini asam karena telah mengalami pelapukan intensif dan
perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi penindihan unsur asam basa bahan
organik dan silika dengan meninggalkan serquioxid sebagai sumber daya alam.
Tanah aluvial mengalami pelapukan yang hebat dan ditandai dengan pencucian
terakhir dan terbentuk pada permukaan lahan tua, karena tingkat kesuburan tanah
aluvial lebih tinggi dibanding tanah ultisol, maka tanah ultisol memiliki pH lebih
rendah dibanding tanah aluvial.
Tanah menjadi asam karena kelebihan ion hidrogen menggantikan kation
yang sifatnya basa. Prosesnya menjadi reversible bila kapur (Ca dan Mg)
ditambahkan. Dengan cara aksi massa, Ca dan Mg mengganti kembali kedudukan
ion-ion hidrogen dan Al. Al itu berasal dari mineral-mineral yang larut dalam
keadaan masam. Sedangkan hidrogen berasal dari asam-asam yang banyak sekali
sumbernya (air hujan, pupuk, masam, eksudat akar, dsb).
Dua masalah utama tanah adalah keracunan Al dan kejenuhan Al yang terlalu
tinggi. Keracunan Al langsung melukai akar tanaman, menghambat
Universitas Sriwijaya
66
Universitas Sriwijaya
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah setiap praktikan hendaknya
disiplin waktu, dan memahami dan mengetahui bahwa bahan-bahan kimia dapat
membahayakan kesehatan dan oleh karena itu diperlukan perlindungan diri bagi
mahasiswa yang sedang melakuan praktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
65 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, K .A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Rout G.R., Samantaray S., Das P, 2001, Aluminum toxicity in plant: a review,
Agronomie 21, pp. 3-21.
65 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Mineral 0 – 30 cm
Total asam = T1 x N x V/w
= 0,38 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,19 me/100g
Al-dd = T2 x N x V/w
= 0,24 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,12 me/100g
H-dd = T1 – T2
= 0,38 ml – 0,24 ml
= 0,14 me/100g
2. Mineral 30 – 60 cm
Total asam = T1 x N x V/w
= 0,7 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,35 me/100g
Al-dd = T2 x N x V/w
= 0,5 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,25 me/100g
H-dd = T1 – T2
= 0,7 ml – 0,5 ml
= 1,25 me/100g
Universitas Sriwijaya
3. Gambut
Total asam = T1 x N x V/w
= 0,78 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,39 me/100g
Al-dd = T2 x N x V/w
= 0,6 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,3
H-dd = T1 – T2
= 0,78 ml – 0,6 ml
= 0,18 me/100g
4. Alluvial 0 – 30 cm
Total asam = T1 x N x V/w
= 0,6 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,45 me/100g
Al-dd = T2 x N x V/w
= 0,98 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,49 me/100g
H-dd = T1 – T2
= 0,6 ml – 0,98 ml
= 0,08 me/100g
5. Alluvial 30 – 60 cm
Total asam = T1 x N x V/w
= 0,44 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,22 me/100g
Al-dd = T2 x N x V/w
= 0,36 ml x 0,1 N x 25/5
= 0,18 me/100g
H-dd = T1 – T2
= 0,44 ml – 0,36 ml
= 0,08 me/100g
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN FOTO
Tambah 2,5 ml NaF 4% Titrasi dengan NaOH 0,1 N Titrasi dengan HCl 0,1 N
Universitas Sriwijaya