Latar Belakang
Tanah merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai jenis mikroba
dengan morfologi dan sifat fisiologi yang berbeda-beda. Jumlah tiap kelompok
mikroba sangat bervariasi. Banyaknya mikroba berpengaruh terhadap sifat fisik dan
kimia tanah serta pertumbuhan tanaman (Hastuti dan Ginting, 2012). Mikroba
memegang peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan kehidupan tumbuhan
diatasnya. Mikroba tanah berperan dalam proses dekomposisi bahan organik,
distribusi dan pencampuran bahan organik serta menjadi musuh bagi patogen yang
menyerang tanaman (Widyati, 2013).
Respirasi tanah merupakan salah satu indikator aktivitas mikroba di dalam
tanah. Tingkat respirasi tanah ditetapkan dari tingkat evolusi CO. 2 Evolusi CO tanah
dihasilkan dari 2 dekomposisi bahan organik. Dengan demikian, tingkat respirasi
adalah indikator tingkat dekomposisi bahan organik yang terjadi pada selang waktu
tertentu (Widati, 2012).
Respirasi tanah merupakan salah satu indikator dari aktivitas biologi tanah
seperti mikroba, akar tanaman atau kehidupan lain di dalam tanah, dan aktivitas ini
sangat penting untuk ekosistem di dalam tanah. Penetapan respirasi tanah berdasarkan
penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2
yang digunakan oleh mikroorganisme tanah (Anas, 1989). Menurut Hanafiah (2005),
bahan organik tanah berasal dari tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kadar
bahan organik tanah sangat tinggi pada lapisan atas tanah dan menurun dengan
bertambahnya kedalaman tanah. Tanah yang bervegetasi akan mempunyai kadar
bahan organik yang tinggi, sebaliknya pada tanah yang gundul tanpa vegetasi maka
kadar bahan organiknya rendah. Bahan organik memiliki peran penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman. Oleh karena itu, jika
bahan organik tanah (BOT) menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik tanah
merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Tinggi rendahnya
bahan organik juga mempengaruhi jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah.
Meningkatnya kegiatan organisme tanah tersebut akan mempercepat dekomposisi
bahan organik (Nurmegawati, dkk., 2014).
Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil (mikroorganisme). Keberadaan
mereka ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Beberapa
mikroorganisme menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman misal Pythium
(penyebab penyakit akar) dan Fusarium penyebab penyakit layu pada sayur dan buah-
buahan. Aktivitas manusia yang terjadi di atas tanah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya memanfaatkan sumber daya lahan secara terus menerus yang menyebabkan
terjadinya perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke
penggunaan lahan lainnya akan mempengaruhi jumlah vegetasi dan cara pengelolaan
tanah di daerah tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi sifat biologi tanah
dan mineralisasi hara. Pembukaan hutan dapat mengubah iklim mikro diantaranya
suhu, air, kelembaban tanah, yang secara langsung akan berpengaruh terhadap status
kesuburan tanah seperti kandungan bahan organik dan jumlah mikroorganisme.
Mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah berperan dalam meningkatkan
kesuburan tanah seperti proses pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara.
Banyaknya mikroorganisme pada tanah menunjukkan bahwa tanah tersebut
berkembang dengan baik, baik itu pertumbuhan pohon maupun tanahnya. 11 Pada
tipe penggunaan lahan ( Wayan, 2017).
Tujuan
Adapun tujuan praktikum Biologi Tanah yang berjudul “ Respirasi Tanah”
adalah Agar praktikan dapat mengerti cara menghitung atau menetapkan jumlah CO2
yang di hasilkan oleh mikroorganisme tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Kerja
1. Dimasukkan 100 gram tanah lembab ke dalam jar (botol yang berukurab 1
liter) dan tabung film yang masing- masing berisi 5,0 ml 0,2N KOH dan 10
ml akuades.
2. Ditutup botol sampai kedap udara. Kemudian inkubasi pada suhu 18-30 ° C di
tempat gelap delama 14 hari. Pada akhir masa inkubasi, tentikan jumlah CO2
yang dihasilkan dengan cara titrasi.
3. Ditambahkan 2 tetes indicator penolphtalein ke dalam tabung film yang berisi
KOH. Titrasi dengan HCl sampai warna merah hilang. Catat volume HCl
yang digunakan.
4. Ditambahkan 2 tetes indicator metil oranye, titrasi dengan HCl sampai warna
kuning berubah menjadi pink (perubahan warna tidak terlalu kentara dn oleh
karena itu harap hati-hati dalam menentukan titik akhit titrasi.
5. Dicatat volune HCl yang digunakan. Jumlah HCl yang digunakan pada tahap
kedua titrasi ini berhubungan dengan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroorganisme.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil dari praktikum Biologi Tanah yang berjudul “ Respirasi Tanah”
adalah sebagai berikut.
Jumlah CO2 yang dihasilkan:
( a−b ) x t x 120
r=
n
Titrasi
Blanko : 3-11
Kelompok 1 : 22-31
Kelompok 2 : 31-42
Kelompok 3 : 20-30
Kelompok 4 : 0-11
Kelompok 5 : 11-20
Pembahasan
Dari praktikum yang kami laksanakan terdapat jumlah CO2 tertinggi pada
kelompok 2 dan 4 yaitu 5,142. Sedangnkan terendah ada pada kelompok 1 dan 5
yaitu 1,714. Berbedanya hasil CO2 dikarenakan faktor lingkungan pada sampel tanah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005). Yang menyatakan bahwa bahan
organik tanah berasal dari tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kadar bahan
organik tanah sangat tinggi pada lapisan atas tanah dan menurun dengan
bertambahnya kedalaman tanah. Tanah yang bervegetasi akan mempunyai kadar
bahan organik yang tinggi, sebaliknya pada tanah yang gundul tanpa vegetasi maka
kadar bahan organiknya rendah. Bahan organik memiliki peran penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman.
Dengan mengetahui jumlah dan aktivitas mikroba di dalam suatu tanah dapat
diketahui apakah tanah tersebut termasuk subur atau tidak karena populasi mikroba
yang tinggi menunjukkan adanya suplai makanan yang cukup, suhu yang sesuai,
ketersediaan air yang cukup dan kondisi ekologi tanah mendukung perkembangan
mikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hastuti dan Ginting( 2007). Yang
menyatakan bahwa Pada sifat biologi tanah, kebakaran hutan menyebabkan
perubahan terhadap ekosistem tanah yang mengandung berbagai jenis mikroba yang
berbeda-beda.
Penurunan ketersediaan bahan organik menyebabkan penurunan kadar C-
organik. Penurunan ketersediaan bahan organik ini karena adanya air hujan yang
membuat erosi tanah sehingga bahan organik tanah terbawa oleh air hujan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2009). Yang menyatakan bahwa Faktor pH tanah
mempunyai peranan penting bagi perkembangan mikroorganisme di tanah.
Mikroorganisme yang bisa bertahan dalam kondisi pH masam adalah bakteri, fungi
dan aktinomisetes. bakteri hidup pada pH 5,5. aktinomisetes hidup pada pH di atas 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. jumlah CO2 tertinggi pada kelompok 2 dan 4 yaitu 5,142Ukuran zona bening
terpendek ada pada cawan kelompok 1. Yaitu 1,5 cm.
2. Sedangnkan terendah ada pada kelompok 1 dan 5 yaitu 1,714.
3. Berbedanya hasil CO2 dikarenakan faktor lingkungan pada sampel tanah.
4. Respirasi tanah merupakan salah satu indikator dari aktivitas biologi tanah
seperti mikroba, akar tanaman atau kehidupan lain di dalam tanah, dan
aktivitas ini sangat penting untuk ekosistem di dalam tanah.
5. Penurunan ketersediaan bahan organik ini karena adanya air hujan yang
membuat erosi tanah sehingga bahan organik tanah terbawa oleh air hujan.
Saran
Sebaiknya praktikan lebih memahami materi yang akan di praktikkan. Dan
seharusnya praktikan lenih serius dalam menjalankan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Albiach, R., R. Canet, F.Pomares, dan F.Ingelmo. 2000. Microbial biomass content
and enzymatic after the application of organic amendments to a horticultural. Soil.
Biores. Tech. 75: 43-48.
Hanafiah, A. S., T. Sabrina dan H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian. Medan.
Sandrawati, A. 2007. Pengaruh kompos sampah kota dan pupuk kandang ayam
terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil tanaman jagung manis (Zea
Mays Saccharata) pada Fluventic Eutrudeps asal Jatinangor Kabupaten Sumedang.
J. Ilmu Tanah. 14: 13-14.
Wayan, D A. 2017. Kajian Sifat Biologi Tanah Pada Beberapa Tipe Penggunaaan
Lahan. Jurusan/Ps.Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Denpasar.
Widati, S., 2012. Respirasi Tanah ; Metode Analisa Biologi Tanah. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, Bogor.
Widyati, 2013. Pentingnya Keragaman Fungsional Organisme Tanah Terhadap
Produktivitas Lahan, Tekno. Hutan Tanaman, 6 (1) : 29 – 37