Anda di halaman 1dari 39

1

TRANSPORTASI LARUTAN HARA DAN HASIL


FOTOSINTESIS

PENDAHULUAN
Latar belakang
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat
keseluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat rendah, penyerapan air
dan zat hara terlarut didalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada
tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut
yang terdiri dari xilem dan floem (Riyanto, 2011).
Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat pentinguntuk melakukan
proses metabolisme dalam tubuhnya.Adapun zat-zat yang dibutuhkan oleh
tumbuhan antara lain air,garam mineral, oksigen, dan karbon dioksida yang
bisadiperoleh dari luar tubuh tumbuhan. Melalui daun, tumbuhandapat
memperoleh oksigen dan karbon dioksida.Sedangkan melalui ujung akar dan
buluh-buluh akar, air dangaram mineral dapat diangkut tumbuhan ke
dalamtubuhnya. Untuk mengangkut air dan garam mineral,tumbuhan memerlukan
suatu proses pengangkutan.Pengangkutan zat ini dilakukan oleh jaringan
pengangkut yangmelewati berkas pembuluh. Walaupun begitu, ada juga
pengangkutan air dan garam mineral yang tidak diangkut secara langsung
melalui berkas pembuluh, tetapi di luar berkas pembuluh xilem dan floem
(Agafta, 2015).
Transportasi nutrien yang terjadi pada tumbuhan yang dilakukan melalui
pembuluh dan tanpa pembuluh. Transportasi melalui pembuluh terjadi melalui
ikatan pembuluh xilem dan floem. Xilem berperan untuk mengangkat air dan
bahan-bahan mineral dalam tanah. Floem berperan untuk mengangkut hasil-hasil
fotosintesis dari daun keseluruh tumbuh. Pembulah dapat diibaratkan sebagai
seluran atau selang yang amat kecil yang berfungsi sebagai jalan lalu lintas.
Transportasi nutrien pada tumbuhan yang di lakukan tanpa melalui pembuluh,
terjadi melalui difusi, osmosis dan transpor aktif ( Suyitno, 2012).
Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi
secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup didalam
tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman,
maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut.
2

Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki fungsi,
kelebihan dan kekurangan masing-masing (Rivando, 2007).
Air dan zat hara yang diserap akar diangkut akar menuju daun akan
dipergunakan sebagai bahan fotosintesis yang hasilnya berupa zat gula atau
amilum atau pati. Pengangkutan hasil fotosintesis berupa larutan melalui phloem
secara vaskuler ke seluruh bagian tubuh disebut translokasi. Untuk membuktikan
adanya pengangkutan hasil fotosintesis melalui phloem dapat dilihat dari proses
pencangkokan. (Rahman, 2009).
Tanaman merupakan salah satu makhluk hidup, tanaman memperoleh
sumber energi dari dalam tanah yang berupa air dan mineral. Energi tersebut dapat
berasal dari unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) dan unsur hara mikro (Fe, Mn,
Zn, Co, Mo, B, dan Cl). Unsur-unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda
tergantung dari unsur haranya. Selain dari pada itu, yang berperan penting dalam
penyerapan hara dari tanah ke akar tanaman adalah air, tanpa adanya air mustahil
bagi tanaman untuk menyerap hara dan mineral dari dalam tanah
(Pasaribu, 2014).
Unsur hara merupakan bagian penting pada tanaman. Informasi
kebutuhan unsur hara sangat penting dimiliki petani, karena kesalahan dalam
pemberian pupuk mengakibatkan kualitas tanaman menurun. Tanaman
mengandung 50 unsur yang dibutuhkan selama pertumbuhan. Terdapat 16 unsur
esensial makro dan mikro. Unsur hara makro terdiri dari Carbon (C), Oksigen (O),
Hidrogen (H), Nitrogen (N), Fosfor (F), Kalium (K), Calcium (Ca), Magnesium
(Mg), Sulfur (S), sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Besi (Fe), Mangan
(Mn), Seng (Zn), Molibenum (Mo), Boron (Bo), Tembaga (Cu), Dan Khlor (Cl)
(Irfianti dan Sulistyaningsih, 2012).

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh penyiran terhadap penganngkutan zat hara
pada tanaman.
2. Untuk mengetahui pengaruh kelengkapan pada tanaman seperti akar dan
daun terhadap pengangkutan zat hara pada tanaman.

METODE PRAKTIKUM
3

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fsiologi Hutan yang berjudul ”Tranportasi Larutan Hara dan
Hasil Fotosintesis ” dilaksanakan pada hari Jum’at, 21 September 2018 pada
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Budidaya Hutan,
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 2 buah botol kocok, dan
lampu belajar. Bahan yang digunakan adalah tanaman pacar air (Impatiens
balsamina) 8 tanaman yang kecil, pewarna makanan (hijau, merah biru) dan aqua.

Prosedur kerja
1. Dibersihkan Tanaman pacar air (Impatiens balsamina) dari kotoran tanpa
merusak sistem perakaran.
2. Digunakan 4 sampel Impatiens balsamina untuk pengukuran tanpa
penyinaran, dan dengan penyinaran. Dimana Impatiens balsamina yang
digunakan dengan karakter lengkap, tanpa akar, tanpa daun, tanpa akar dan
tanpa daun. Untuk perlakuan tanpa penyinaran dilakukan diruang gelap.
3. Dimasukkan sampel kedalam beaker glass yang berisi air bewarna selama
5, 10, dan 15 menit kemudian diukur jarak transportasinya. Untuk
perlakuan dengan penyinaran dilakukan dengan jarak 10 dan 20 cm antara
lampu dan sampel selama 5, 10, 15 menit kemudian diukur jarak
transportasinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasi
Hasil dari praktikum yang berjudul “ Transportasi Larutan Hara dan Hasil
Fotosintesis” adalah sebagai berikut.
4

Tabel 1. Pengamatan Transportasi Larutan hara dan Hasil Fotosintesis dalam


selang waktu 5 menit.
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2
C0 T1 5 0,3 7,1
T2 4 0,2 2,1
T3 2,5 0,4 1,45
T4 3,5 0,3 1,9
C1 T1 0 0,9 0,45
T2 0,5 0,4 0,45
T3 0 1 0,5
T4 0 0,7 0,35

Tabel 2. Pengamatan Transportasi Larutan Hara dan Hasil Fotosintesi dalam


selang waktu 10 menit.
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2
C0 T1 6 11 8,5
T2 4 0,2 2,1
T3 3 6,4 3,35
T4 5 1,4 3,2
C1 T1 10 3 6,5
T2 0,5 1,1 0,8
T3 11 3 7
T4 1 0 0,5

Tabel 3. Pengamatan Transportasi Larutan Hara dan Hasil Fotosintesi dalam


selang waktu 15 menit.
Perlakuan Ulangan Rata-rata
1 2
C0 T1 6 14 10
T2 4,2 2,6 3,4
T3 3,5 9 6,25
T4 8 3,1 5,55
C1 T1 12 4 8
T2 2 1,4 1,7
T3 11 6,5 8,75
T4 3,5 1,5 2,5

Keterangan:
C0 : Perlakuan tempat terang
C1 : Perlakuan tempat gelap
T1 : Tanaman utuh
T2 : Tanaman tanpa daun
T3 : Tanaman tanpa akar
T4 : Tanaman tanpa daun dan tanpa akar

Pembahasan
5

Dari hasil yang dilakasanakan menghasilkan nilai yang berbeda- beda dari
setiap perlakuan. Pada perlakuan selang waktu 5 menit nilai rata-rata tertinggi
pada perlakuan ditempat terang dengan nilai transportasi (masuknya zat pewarna)
sebesar 7,1 cm kedalam tubuh tumbuhan. Pada perlakuan ditempat gelap nilai
tertinggi hanya berkisar 0,45 cm dengan perlakuan utuh dan tanpa daun.
Sedangkan untuk nilai terendah dari keseluruhan yaitu pada perlakuan tanaman
tanpa akar dengan nilai rata-rata 0,5 cm.
Selang waktu 10 menit nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan tanaman
utuh 8,5 cm di tempat terang sedangkan nilai terendah pada perlakuan tanaman
tanpa daun dan tanpa akar ditempat terang sebesar 0,5 cm. Pada selang waktu 15
menit nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan tanamana utuh ditempat terang
sebesar 10 cm sedangkan nilai yang terendah pada perlakuan tanaman tanpa daun
dan tanpa akar sebesar 2,5 cm di tempat gelap. Perbedaan dapat disebabkan oleh
kesalahan teknik seperti pada pengamat yang mengamati objek karena pengamat
memiliki penglihatan yang berbeda-beda terhadap transportasi larutan zat pewarna
yang masuk kebagian tumbuhan. Secara keseluruhan nilai tertinggi terjadi
ditempat gelap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suyitno (2006) yang
menyatakan kecepatan perjalanan zat-zat terlarut melalui xilem di pengaruhi oleh
kegiatan transpirasi fotositesis. Perajalanan transpirasi dan fotosintesis pada waktu
siang, kecepatan transpirasi lebih besar dari pada waktu malam. Sedangkan
fotosintesis terjadi pada waktu siang hari yang membutuhkan cahaya dalam
menghasilkan energi yaitu karbohidrat. Sebaliknya pengiriman karbohidrat dari
daun ke buah yang sedang berkembang berlangsungnya lebih cepat pada malam
hari.
Untuk mengangkut air dan garam mineral,tumbuhan memerlukan suatu
proses pengangkutan.Pengangkutan zat ini dilakukan oleh jaringan pengangkut
yangmelewati berkas pembuluh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agafta (2015)
yang menyatakan bahwa Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat
pentinguntuk melakukan proses metabolisme dalam tubuhnya.Adapun zat-zat
yang dibutuhkan oleh tumbuhan antara lain air,garam mineral, oksigen, dan
karbon dioksida yang bisadiperoleh dari luar tubuh tumbuhan. Melalui daun,
tumbuhandapat memperoleh oksigen dan karbon dioksida.Sedangkan melalui
ujung akar dan buluh-buluh akar, air dangaram mineral dapat diangkut tumbuhan
6

ke dalamtubuhnya. Walaupun begitu, ada juga pengangkutan air dan garam


mineral yang tidak diangkut secara langsung melalui berkas pembuluh,
tetapi diluar berkas pembuluh xilem dan floem
Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan
tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada
dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu. Selain itu, kehadiran
lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri
tegak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riyanto (2011). Yang menyatakan bahwa
Xylem sebenarnya berbentuk kolom-kolom panjang yang bagian tengahnya
kosong. Kolom berbentuk tabung ini terdapat dari akar tanaman sampai ke daun-
daun tanaman walaupun mereka sangatlah tipis. Oleh karena itu, xylem dan floem
hanya dapat diteliti melalu mikroskop. Bagian tengah kolom ini merupakan
bagian yang berkelanjutan dan tidak pernah putus walaupun tanaman itu memiliki
banyak cabang. Untuk menguatkan xylem, di dinding kolom-kolom ini terdapat
zat bernama lignin. Xilem memiliki dua fungsi yaitu fungsi pertama adalah untuk
mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang dan juga
daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri
sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh.
Produksi unsur hara yang optimal merupakan factor yang berpengaruh
pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rivando (2007). Yang
menyatakan bahwa Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang
cukup didalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup
bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk memenuhi
kekurangan tersebut. Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman,
tentunya memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangan masing-masing

KESIMPUALAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Pada pengamatan kami terbukti bahwa garis hijau tersebut bagian xylem
yang menyerap air telah diberi pewarna hijau.
7

2. Adanya xilem , adanya tekanan akar. Dan adanya proses difusi, osmosis
dan trasporaktif pada pengamatan yang menyebabkan air dapat diangkut
oleh tumbuhan.
3. Pada selang waktu 5, 10, 15 menit rata- rata tertinggi tannaman adalah
pada perlakuan utuh ditempat terng.
4. Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi
secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup
didalam tanah.
5. Xilem tersangkut lebih cepat dalam keadaan terang dibanding gelap.

Saran
Sebaikanya dalam praktikum ini dipersiapkan alat dan bahan dengan
lengkap. Dan praktikan lebih teliti dalam pengamatan terhadap objek sehingga
dihasilkan nilai yang sesuai.

PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif dan
iireversible, berlangsung selama masa pertumbuhan setiap organisme. Perubahan
8

kuatitatif paling nyata diukur dari pertambahan biomassa kering tubuh organisma.
Proses ini diawali dari pertambahan substansi, pembelahan sel (mitosis),
perbedasan dan perpanjangan sel. Sedangkan perkembangan lebih dicirikan oleh
adanya proses perubahan yang bersifat kualitatif , oleh adanya proses deferensiasi
dan spesialisasi (Suyitno, 2003).
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada
tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih.
Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium
pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-
enzim metabolisme perkecambahan
(Agustrina, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling
berhubungan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pekembangan tumbuhan. Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi 2, yaitu
faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
meliputi faktor genetis (hereditas) dan faktor fisiologis, sedangkan faktor
eksternal atau faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh
tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Salah satu faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah
cahaya. Cahaya yang dibutuhkan tumbuhan tidak selalu sama pada setiap
tanaman. Ada jenis-jenis tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan ada pula
yang memerlukan remang-remang untuk pertumbuhannya. Banyak sekali teori
yang menjelaskan tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tumbuhan.
Namun teori tersebut belum sepenuhnya dapat dipelajari jika kita belum
mengetahui kebenarannya pada lingkungan kita. Selain itu, masing banyak siswa
dan siswi yang belum dapat menjelaskan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan ( Ridha, 2018).
Proses pertumbuhan tidak dapat dilepaskan dari makhluk hidup terutama
tanaman karena merupakan ciri yang membedakan antara organisme hidup dan
tak hidup. Proses pertumbuhan pada tanaman ditandai dengan terjadinya
perkecambahan pada biji yang dapat dilihat dengan munculya bakal akar atau
radikal dari dalam biji. Proses perkecambahan pada tanaman dibedakan menjadi
dua yaitu epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan
9

munculnya hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon


terangkat ke atas (permukaan tanah). Sedangkan pada perkecambahan hipogeal
ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke
permukaan tanah menembus kulit biji. Tanaman kacang hijau dan kacang merah
termasuk dalam tipe perkecambahan epigeal karena organ pertama yang muncul
saat biji kacang hijau dan kacang merah berkecambah adalah radikula. Radikula
ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah ( Maghfiroh, 2017).
Berdasarkan respons tanaman terhadap lama penyinaran matahari, maka
tanaman dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Pertama, golongan tanaman
hari panjang (long day plants) seperti barlei, alfafa, wit dan sebagainya yang
memerlukan cahaya matahari selama 13 jam atau lebih agar dapat berbunga.
Kedua, tanaman hari pendek (short day plants) atau biasa disebut tanaman C3
seperti padi, kedelai, buncis, kacang-kacangan dan sebagainya yang memerlukan
penyinaran selama maksimal 12 jam agar tanaman tersebut dapat berbunga. Di
antara dua golongan tanaman tersebut terdapat golongan ketiga, yaitu tanaman
netral (neutral day plants). Tanaman hari netral berarti proses pembungaan tidak
dipengaruhi oleh lamanya penyinaran matahari, sebagai contoh tanaman jagung,
kubis, dan sebagainya (Ashari, 2006).

Tujuan
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkecambahan.
2. Mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan dan perkecambahan.

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fsiologi Hutan yang berjudul ”Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman ” dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Oktober 2018 pada
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Budidaya Hutan,
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
10

Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 2 bak tabur, pulpen,
sprayer dan tusuk gigi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji kacang hijau
(Phaseolus radiatus), jagung (Zea mays) dan top soil.

Prosedur kerja
1. Disiapakan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan jagung (Zea mays)
dengan kualitas yang baik masing-masing 40 biji.
2. Diisi bak tabur dengan top soil sesuai dengan ukuran bak tabur. Taburkan
benih kedalam 2 bak tabur dan disesuaikan jarak antara benih yang satu
dengan yang lainnya.
3. Disiram benih yang telah ditanam menggunakan sprayer dan jaga
kelembabannya.
4. Diletakkan bak tabur didua tempat yang berbeda yakni, ditempat terang
dan gelap.
5. Dilakukan pengamatan selama 14 hari dengan mengukur parameter
tingginya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil dari praktikum yang berjudul “Pengaruh Cahaya terhadap
Perkecambahan di tempat Terang dan Gelap” adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus) di
tempat terang
Benih Pertumbuhan tinggi hari ke (cm)
kacang
No
hijau 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
ke-
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 0 0 0 0 14,7 21 22 22,5 23 23,4 24 24,5 24,5 25
11

8 8 0 0 0 0 0 0 3 3 3,5 3,5 4 4,1 4,2 4,2


9 9 0 0 0 0 0 0 2 2,5 3 3 3,1 5 5,1 5,1
10 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Hasil pengamatan perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus) di


tempat gelap
Benih Pengamatan hari ke-
kacang
No
hijau 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
ke-
1 1 0 0 0 0 5,8 9 15,5 17 20 22,5 23 25 29 33,5
2 2 0 0 1,5 3 9 14,5 26 26,5 29 32 33 35 39 44,8
3 3 0 0 1,5 3,5 9,2 14 26,5 27 32 33,5 35 37 43 47
4 4 0 0 0,3 3,3 8 13,5 23 23 25 27,5 28 30 37 43,1
5 5 0 0 0 0 2,4 6,5 14 17 20,1 23,1 23,5 25 30,1 37
6 6 0 0 0 0 2,5 6,5 15,5 18 19,5 22 24 21 33,1 39
7 7 0 0 0,7 4 10 15,5 25 26 29 33 34 37 42,5 45
8 8 0 0 3,5 7,5 15,3 21 25 25 27,5 29 31 33 39,2 43,5
9 9 0 0 0,1 0,3 0,4 0,5 0,5 0,8 10 12 15 18,5 23,5 30,5
10 10 0 0 1 4,5 9 14 15,8 18,5 20 22 23 26,5 32,1 39

Tabel 3. Hasil pengamatan perkecambahan jagung (Zea mays) di tempat terang


Benih Pengamatan hari ke-
No jagung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
ke-
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 3 0 0 0,1 0,3 0,8 1,5 1,8 1,8 2,3 2,3 2,5 2,7 2,7 2,8
4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 5 0 0 1 1,5 2,1 2,2 2,5 3,5 4,5 5,5 6 6,5 6,5 7,1
6 6 0 0 0,5 1,1 2,5 3,5 5,8 6 6,8 7,8 8 8 8 8,2
7 7 0 0 3 3 3, 3,1 3,1 3,1 3,5 3,5 3,5 3,6 3,6 3,6
8 8 0 0 0 0 0,2 0,9 0,9 0,9 1 1 1 1 1

9 9 0 0 0 0 0 0 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3


10 10 0 0 0,1 0,2 0,3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Tabel 4. Hasil pengamatan perkecambahan jagung (Zea mays) di tempat gelap


Benih Pengamatan hari ke-
No jagung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
ke-
1 1 0 0 2,5 9,5 13 20 25 29 33 37 44 44 47 47
2 2 0 0 1 4,5 10,8 15,8 20 25 30 32 35 37 38 39,5
3 3 0 0 0,5 3 7 13 28 32 36 40 45 48 49 50,1
4 4 0 0 4,5 6 10 15 20 23 27 32 35 38 42 45
5 5 0 0 1,5 3 11 17 25 31 36 42 46 46 48 48,7
6 6 0 0 1 2 9,8 16 25 32 38 44 46 46 48 49
7 7 0 0 1 2 6 13 15 30,5 37 41 43 44 45 47
8 8 0 0 1 2 6 13 15 21 25 28 33 35 39 42
9 9 0 0 1 6,5 12 16,5 25 5,3 32 35 41 45 46 48
10 10 0 0 6 7,5 7,5 22 26 29 32 36 40 42 45 48

Pembahasan
12

Hasil percobaan yang telah dilakukan terhadap perkecambahan ditempat


terang dan gelap memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada hari ke 1 sampai 3
pertumbuhan tinggi pada biji yang dikecambahkan belum tampak dan mulai
tumbuh pada hari ke 6. Perkecambahan pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) di
tempat terang hanya mengalami pertumbuhan pada kecambah VII,VIII, dan IX.
Hasil Perkecambahan pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) di tempat terang
memiliki pertumbuhan tertinggi pada benih kacang hijau yang ke sembilan yaitu
sebesar 5,1 cm dari 20 benih yang dikecambahkan sedangkan yang terendah pada
benih ke tujuh sebesar 2,5cm. Perkecambahan benih kacang hijau (Phaseolus
radiatus) di tempat gelap menghasilkan pertumbuhan tertinggi pada benih ke 3
sebesar 44,8 cm yang tumbuh sampai hari ke 14 . Sedangkan nilai pertumbuhan
terendah pada benih ke 9 yaitu sebesar 30,5 cm dan tumbuh sampai hari ke 14.
Pertumbuhan tinggi pada jagung (Zea mays) di tempat terang
menghasilakn pertumbuhan maksimal pada benih ke 6 sebesar 8 cm pada hari ke
14 sedangkan pertumbuhan terendah pada benih ke 9 sebesar 0,3 cm. Dan pada
benih ke 1,2, 4 benih tidak tumbuh dikarenakan beberafa faktor salah satunya
adalah penyiraman tidak merata sehingga berlebihnya air atau kurangnya air pada
benih tersebut yang menyebabkan berjamur atau kekeringan. Pertumbuhan tinggi
jagung (Zea mays) di tempat gelap mengalami pertumbuhan maksimal pada hari
ke 7 pada benih ke 3 sebesar 28 cm sedangkan yang terendah pada benih ke 8.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ridha (2018). Yang menyatakan bahwa
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pekembangan
tumbuhan. Faktor-faktor tersebut dikelompokan menjadi 2, yaitu faktor internal
dan factor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang meliputi faktor
genetis (hereditas) dan faktor fisiologis, sedangkan faktor eksternal atau faktor
lingkungan merupakan faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan tersebut
yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah cahaya. Cahaya
yang dibutuhkan tumbuhan tidak selalu sama pada setiap tanaman. Ada jenis-jenis
tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan ada pula yang memerlukan
remang-remang untuk pertumbuhannya. Banyak sekali teori yang menjelaskan
tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tumbuhan. Namun teori tersebut
13

belum sepenuhnya dapat dipelajari jika kita belum mengetahui kebenarannya pada
lingkungan kita. Selain itu, masing banyak siswa dan siswi yang belum dapat
menjelaskan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan.
Proses perkecambahan pada tanaman dibedakan menjadi dua yaitu epigeal
dan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan munculnya hipokotil yang
tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan
tanah). Sedangkan pada perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh
memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Maghfiroh (2017). Yang menyatakan bahwa
Proses pertumbuhan tidak dapat dilepaskan dari makhluk hidup terutama tanaman
karena merupakan ciri yang membedakan antara organisme hidup dan tak hidup.
Proses pertumbuhan pada tanaman ditandai dengan terjadinya perkecambahan
pada biji yang dapat dilihat dengan munculya bakal akar atau radikal dari dalam
biji. Tanaman kacang hijau dan kacang merah termasuk dalam tipe
perkecambahan epigeal karena organ pertama yang muncul saat biji kacang hijau
dan kacang merah berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan
tumbuh menembus permukaan tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Perkecambahan pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) di tempat terang
memiliki pertumbuhan tertinggi pada benih kacang hijau yang ke 9 yaitu sebesar
5,1 cm dari 20 benih yang dikecambahkan sedangkan yang terendah pada benih
ke 7 sebesar 2,5cm.
2. Perkecambahan benih kacang hijau (Phaseolus radiatus) di tempat gelap
menghasilkan pertumbuhan tertinggi pada benih ke 3 sebesar 44,8 cm yang
tumbuh sampai hari ke 14 . Sedangkan nilai pertumbuhan terendah pada benih ke
9 yaitu sebesar 30,5 cm dan tumbuh sampai hari ke 14.
3. Pertumbuhan tinggi pada jagung ( Zea mays) di tempat terang menghasilakn
pertumbuhan maksimal pada benih ke 6 sebesar 8 cm pada hari ke 14 sedangkan
pertumbuhan terendah pada benih ke 9 sebesar 0,3 cm.
14

4. Pertumbuhan tinggi jagung (Zea mays) di tempat gelap mengalami


pertumbuhan maksimal pada hari ke 7 pada benih ke 3 sebesar 28 cm sedangkan
yang terendah pada benih ke 8.
5. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah Perkecambahan terjadi
hanya jika syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi seperti air yang cukup, suhu
yang sesuai, udara yang cukup dan cahaya matahari yang optimal

Saran
Sebaikanya dalam praktikum ini diantisipasi segala kondisi yang dapat
mempengaruhi perkecambahan biji kacang hijau dan jagung sehingga dapat
menghasilkan nilai yang baik dari percobaan yang dilakukan.

FOTOTROPISME
PENDAHULUAN
Latar belakang
Fototropisme adalah gerak yang terjadi pada tumbuhan yang disebabkan
oleh adanya rangsangan cahaya. Bila cahaya yang datang dari atas tumbuhan,
tumbuhan akan tumbuh tegak mengarah ke atas. Tujuan praktikum Fototropisme
ini adalah untuk mengetahui arah perkecambahan karena pengaruh cahaya.
Tumbuhan dapat mengenali waktu harian dan waktu tahunan. Tumbuhan dapat
mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-
stimulus.Tropisme mengorientasikan pertumbuhan organ tumbuhan mendakati
atau menjauhi stimulus. Tropisme adalah respon pertumbuhan yang menyebabkan
pembengkokan organ tumbuhan yang utuh menuju atau menjauhi stimulus. Tiga
stimulus yang menginduksi tropisme, dan perubahan bentuk tubuh yang
mengikutinya adalah cahaya (fototropisme), gravitasi (gravitropisme) dan
sentuhan (thigmotropisme) ( Ahdiyah, 2013).
Fototropisme kuncup utama pada kebanyakan tanaman yang tumbuh di
tempat terbuka dilakukan untuk berkembang kearah vertikal, meskipun batangnya
sering tumbuh secara horizontal. Jika sebuah kotak diisi tanaman yang tumbuh
15

secara vertikal dan lubang dibuat agar cahaya dapat masuk dari salah satu sisi,
maka ujung taaman mulai membengkok kearah cahaya. Pada beberapa saat bila
kotak tersebut dipindahkan dengan kompensasi pertumbuhamn pembengkokan
dikarenakan ujung tanaman tumbuh secara vertikal. Pergerakan pertumbuhan
kearah cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pergerakan tumbuhan
menjauhi cahaya disebut fototropisme negatif. Pucuk dan kuncup ujung beberapa
tanaman merupakan fototropisme positif, namun akan sangat sensitif dengan
cahaya ( Rianawaty,2010).
Proses perkecambahan disebut juga proses germinasi pada biji. Germinasi
biji adalah suatu fase dalam proses pertumbuhan dari pembuahan sel telur menjadi
tanaman tua. Germinasi dimulai dengan penyerapan air oleh biji dan berakhir
dengan dimulainya elongasi oleh sumber embrio yang biasanya terjadi di bulu
akar. Kecambah muncul karena hipokotil (bagian kecambah di bawah kotiledon)
yang memanjang, sehingga mendorong kotiledon ke permukaan dan titik tumbuh
mulai tumbuh.Sedangkan menerangkan bahwa perkecambahan merupakan suatu
proses keluarnya bakal tanaman dari lembaga yang disertai dengan terjadinya
mobilisasi cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke
bagian vegetatif. Germinasi pada biji merupakan proses kompleks yang berjalan
terus menerus yang mencirikan tumbuhan tingkat tinggi, dipengaruhi oleh
sejumlah besar gen dan faktor lingkungan ( Mudina, 2007).
Pecahnya kulit benih dan munculnya radikel menunjukkan bahwa proses
perkecambahan sudah berlangsung secara lengkap. Munculnya akar terjadi akibat
adanya pemanjangan sel yang selanjutnya diikuti dengan pembelahan sel. Pada
umumnya pada hampir semua benih terjadi pemanjangan sel terlebih dahulu yang
kemudian diikuti pembelahan sel. Proses pemanjangan sel terjadi dalam dua fase.
Pada fase pertama, pemanjangan sel radikel terjadi tanpa penambahan bobot
keringnya dan hanya sedikit penambahan bobot basah. Fase ini menunjukkan
aktivitas sel dalam pembentukan dinding sel baru selama proses pemanjangan.
Pada fase kedua, pemanjangan radikel secara cepat meningkatkan bobot basah
maupun bobot kering diiringi oleh mobilisasi nutrisi ke dalam radikel. Kejadian
ini menyebabkan munculnya radikel dan benih berubah dari organisme yang
autotrof menjadi heterotroph. Sedangkan Kecambah mulai tumbuh sebagai
organisme yang heterotrof bila ia mulai menyerap air dan melakukan fotosintesis.
16

Pada saat awal stadium pertumbuhannya melalui fase transisi, kecambah tersebut
mulai memproduksi makanannya sendiri walaupun masih bergantung juga pada
cadangan makanan yang masih tersisa di dalam endosperma. Setelah kecambah
berkembang dan mampu memproduksi seluruh makanannya untuk tumbuh maka
sedikit demi sedikit menjadi tidak tergantung lagi pada cadangan makanan pada
jaringan penyimpanan yang pada stadium ini telah mengalami pengosongan. Pada
saat ini, tanaman muda telah berkembang menjadi organisme autotrof
( Andarwulan, 2005).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya gerak yang terjadi pada tumbuhan.
2. Untuk mengetahui arah perkecambahan terhadap cahaya (fototropisme).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fsiologi Hutan yang berjudul ”Fototropisme” dilaksanakan
pada hari Jum’at, 28 September 2018 pada pukul 015.00 WIB sampai dengan
selesai di Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 2 botol kaca, pulpen,
aluminium poil dan sprayer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah biji kacang
hijau (Phaseolus radiatus) dan kapas.

Prosedur kerja
1. Disiapakan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan peralatan lainnya.
Setelah itu isi botol kaca dengan kapas secukupnya.
2. Ditaburkan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) kedalam 2 botol kaca
masing-masing 10 biji.
3. Disiram biji yang telah ditaburkan tersebut menggunakan sprayer dan jaga
kelembabannya.
4. Dilakukan perlakuan dengan menutup botol kaca dengan aluminium poil
seluruhnya dan yang satu lagi beri lubang dibagian atasnya.
17

5. Diletakkan botol kaca ditempat terang. Setelah itu lakukan pengamatan


terhadap gerak perkecambahan terhadap cahaya dengan mengukur
parameter tingginya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan pembahasan
Dari praktikum yang kami lakukan terdapat 2 perlakuan yang berbeda,
yaitu tertutup dan berlubang. Pengukuran dilakukan pada hari ke 3 yaitu hari
senin. Tinggi rata- rata dari kecambag kacang hijau dengan perlakuan tertutup
yaitu 103 cm, dengan arah gerak yang mengikuti arah sinar matahari. Sedangkan
dengan perlakuan berlubang terdapat tinggi rata- rata dari kecambah kacang hijau
yaitu 1,5- 3,5 cm dengan arah gerak mengikuti arah sinar matahari.pada
percobaan ini dilakukan dalam 10 hari, selama 10 hari tinggi biji kacang hijau
yang telah berkecambah dengan perlakuan tutupnya dilubangi yang tertinggi yaitu
15cm dan yang terendah adalah 7 cm. sedangkan pada perlakuan tertutup yaitu
tertinggi adalah 11 cm dan terendah 5cm. arah gerak (respon) kecambah dengan
perlakuan tutupnya tidak dilubangi 5 kecambah arah. Perlakuan tutupnya tidak
dilubangi 5 k3cambah arah geraknya ke kanan ( arah sinar matahari). Dan 5
kecambah arah geraknya kekiri. Berlawanan dengan sinar matahari.
Pengukuran pada hari terakhir atau hari ke 10 kecambah kacang hijau
mengalami kelayuan batang dari setiap kecambah kekurangan air sehingga
menjadi kurus dan tidak berarah. Daun daun juga mulai menguning. Bahkan
beberapa kecambah mulai ada yang mati. Pada pengukuran akhir ini, tinggi rata-
rata dari kecambah kacang hijau dengan perlakuan berlubang yaitu 14-16 cm. hal
ini sesuai dengan pernyataan Rinawaty (2010). Yang menyatakan bahwa
Fototropisme kuncup utama pada kebanyakan tanaman yang tumbuh di tempat
terbuka dilakukan untuk berkembang kearah vertikal, meskipun batangnya sering
tumbuh secara horizontal. Jika sebuah kotak diisi tanaman yang tumbuh secara
vertikal dan lubang dibuat agar cahaya dapat masuk dari salah satu sisi, maka
ujung taaman mulai membengkok kearah cahaya. Pada beberapa saat bila kotak
18

tersebut dipindahkan dengan kompensasi pertumbuhamn pembengkokan


dikarenakan ujung tanaman tumbuh secara vertikal. Pergerakan pertumbuhan
kearah cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan pergerakan tumbuhan
menjauhi cahaya disebut fototropisme negatif. Pucuk dan kuncup ujung beberapa
tanaman merupakan fototropisme positif, namun akan sangat sensitif dengan
cahaya.
Dari setiap pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kecambah dengan
perlakuan berlubang mengalami pertumbuhan lebih cepat dari pada tertutup. Hal
ini dikarenakan kecambah tidak memerlukan cahaya matahari. Karena kecambah
tidak memerlukan cahaya matahari akan menghambat kerja hormone auksin
(hormone auksin mengandung zat kimia yang akan terarah jika terkena sinar
matahari). Hormone auksin yang terkena cahaya matahari akan berpindah
kebagian yang terkena cahaya matahari. Sehingga bagian tersebut mengalami
pertumbuhan kecambah tidak memerlukan oksigen dan air. Oleh sebab itu dengan
perlakuan berlubang mengalami pertumbuhan lebih cepat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Mudina (2007). Yang menyatakan bahwa Proses perkecambahan
disebut juga proses germinasi pada biji. Germinasi biji adalah suatu fase dalam
proses pertumbuhan dari pembuahan sel telur menjadi tanaman tua. Germinasi
dimulai dengan penyerapan air oleh biji dan berakhir dengan dimulainya elongasi
oleh sumber embrio yang biasanya terjadi di bulu akar. Kecambah muncul karena
hipokotil (bagian kecambah di bawah kotiledon) yang memanjang, sehingga
mendorong kotiledon ke permukaan dan titik tumbuh mulai tumbuh.Sedangkan
menerangkan bahwa perkecambahan merupakan suatu proses keluarnya bakal
tanaman dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan
makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif.
Germinasi pada biji merupakan proses kompleks yang berjalan terus menerus
yang mencirikan tumbuhan tingkat tinggi, dipengaruhi oleh sejumlah besar gen
dan faktor lingkungan.
Peran cahaya pada pertumbuhan tanaman adalah cahaya merupakan faktor
esensial pertumbuhan dan perkembangan. Cahaya memegang peranan penting
dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi.
Fotosintesis adalah sebagai sumber energi bagi reaksi cahaya, fotolisis air
menghasilkan daya asimilasi. Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton.
19

Tidak semua radiasi matahari mampu diserap tanaman, cahaya tampak, dg


panjang gelombang 400 s/d 700 nm.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Persentase pekecambahan biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan
perlakuan botol dengan diberi lubang diperoleh tertinggi biji yang tumbuh 14-
16 cm.. Perlakuan kedua untuk botol yang tertutup diperoleh biji yang t
tumbuh tertinggi sebesar 10-12 cm.
2. Dari hasil ini diproleh persentase tumbuh kacang hijau (Phaseolus radiatus)
yang baik adalah yang diberi lubang tempat masuknya cahaya. Jika tidak
terdapat cahaya (seperti pada perlakuan) maka tumbuhan hanya mengambil
energi dari kotiledon yang jumlahnya terbatas sehingga pertumbuhannya juga
terbatas, terbukti dengan keadaan batang yang kecil.
3. Peran cahaya pada pertumbuhan tanaman adalah cahaya merupakan faktor
esensial pertumbuhan dan perkembangan.
4. kecambah tidak memerlukan cahaya matahari akan menghambat kerja
hormone auksin ( hormone auksin mengandung zat kimia yang akan terarah
jika terkena sinar matahari). Hormone auksin yang terkena cahaya matahari
akan berpindah kebagian yang terkena cahaya matahari.

Saran
Sebaikanya dalam praktikum ini diantisipasi segala kondisi yang dapat
mempengaruhi perkecambahan biji kacang hijau sehingga dapat menghasilkan
nilai yang baik dari percobaan yang dilakukan.
20

ZAT PENGATUR TUMBUH ETILEN

PENDAHULUAN
Latar belakang
Etilen adalah salah satu hormon tumbuhan yang berbentuk gas dan
berperan dalam berbagai proses fisiologis tumbuhan. Hormon ini diketahui
berperan dalam memicu perkecambahan, pertumbuhan, pembungaan, kerontokan
daun, pematangan dan kelayuan (senesence) buah. Buah pada saat muda
mengemisikan gas ini dalam jumlah kecil secara konstan. Emisi gas meningkat
pada saat buah mengalami kematangan. Pada kondisi ini aktivitas fisiologis
berlangsung dengan cepat. Keberadaan gas ini di atmosfer mampu memicu
kemasakan buah. Emisi gas etilen dipengruhi oleh kecepatan aktivitas fisiologis
buah dan beberapa stress yang dikenakan pada buah, seperti stres mekanis,
thermal, kimiawi serta adanya pelukaan. Produksi etilen dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan ekternal. Faktor internal yang mempengaruhi produksi etilen
antara lain: jenis jaringan, spesies, dan tahap perkembangan tumbuhan, hormon
auksin dan hormon sitokinin. Produksi etilen terjadi pada tahap perkembangan
tertentu seperti perkecambahan, pemasakan buah , pemekaran bunga, dan proses
kelayuan daun dan bunga. Kondisi ekternal yang mempengaruhi produksi etilen
antara lain: stress dari lingkungan, adanya luka, jumlah oksigen yang sangat
rendah, dan serangan patogen (mikroorganisme). Stres yang berasal dari
lingkungan dapat berupa banjir (kondisi tergenang), kekeringan, dan proses
pendinginan ( Wiratmaja, 2012).
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon
tanaman atau fitohormon adalah senyawasenyawa organik tanaman yang dalam
konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses
fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan
tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata,
translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Dengan
berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan
21

senyawa-senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman.


Senyawa ini dikenal dengan nama ZPT ( Isbandi, 2007).
Etilen memiliki sifat-sifat mudah larut dalam lemak, sangat mobil dan
bersifat autokatalitik. Biosintesis etilen dapat berlangsung melalui empat jalur
berbeda; jalur linoleat, etanol, β-alanin dan jalur metionin. Namun diantara
keempat jalur ini, jalur metionin-lah yang dianggap paling tepat dalam hubungan
antara etilen dengan prosen pematangan buah. Pemberian etilen berpengaruh
nyata terhadap waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak klimaterik).
Berdasarkan respon yang diberikan buah terhadap pemberian etilen, buah-buahan
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu klimaterik dan nonklimaterik. Buah
nonklimaterik akan bereaksi terhadap pemberian C2H4 pada tingkat manapun
pada kehidupan prapanen dn pasca panen, sedangkan buah klimaterik hanya akan
mengadakan reaksi respiratik bila diberikan C2H4 dalam tingkat pra klimaterik,
dan tidak lagi peka terhadap C2H4 setelah permulaan kenaikan klimaterik
dilampaui. Etilen pertama kali diindentifikasi pada tahun 1934 sebagai gas yang
dikeluarkan oleh buah yang matang dan menyebabkan pematngan buah lain di
sekitarnya. Sejak ditemukannyateknik kromatogrsfi gas yang dapat mendeteksi
etilen yang dihasilkan oleh buah dengan cermat, penelitian tentang etilen
berkembang luas . Dengan kromatografi gas, secara konsisten ditemukan bahwa
etilen (C2H4) dihasilkan pada atau sebelum datangnya peningkatan ke puncak
proses pematangan. Fakta ini memberi petunjuk adanya hubungan sebab-akibat
antara etilen dan kemasakan buah. Hal ini menjadikan etilen sebagai subyek yang
menarik dalam penelitian pasca panen ( Nani. Dkk, 2001).

Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab beberapa konsentrasi karbit terhadap
perubahan warna dan tingkat kematangan beberapa jenis buah.
2. Untuk mengetahui peranan etilen pada pertumbuhan tanaman.
22

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fsiologi Hutan yang berjudul ”Zat Pengatur Tumbuh Etilen”
dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 Oktober 2018 pada pukul 15.00 WIB sampai
dengan selesai di Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cut shoot, mangga
(mangifera indica), pisang (Musa paradisiaca), avokat (Persea americana), air,
karbit dan koran.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sprayer, dan kamera.

Prosedur Kerja
1. Dilarutkan karbit disiapkan dengan konsentrasi 1; 5 ppm.
2. Dipisahkan buah untuk masing-masing konsentrasi perlakuan.
3. Diibungkus buah dengan kertas, masing-masing dari jenis yang berbeda
kemudian disemprot dengan larutan karbit.
4. Dimasukkan buah ke dalam kardus yang berbeda sesuai dengan
perlakuan. Kemudian kardus dilakban dan disimpan ke dalam ruangan.
5. Diamati setiap dua hari sekali selama seminggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
23

Hasil yang diperoleh dari praktikum Fsiologi yanng berjudul “Zat Pengatur
Tumbuh Etilan” adalah
Tabel 1. Pengaruh etilen terhadap pertumbuhan tanaman
No sampel larutan karbit
1 ppm 5 ppm
1 Alpukat (Persea americana ) V W
2 Mangga (Mangifera indica) W W
3 Pisang (Musa paradisiaca ) V W
Ket:erangan:
V = Setengah matang
W = Matang

Tabel 2. Pengamatan Uji Organoleptik perlakuan 1 ppm


No Uji Oranoleptik
Warna Aroma Rasa Tekstur
a b c d e f g a b c d e f g a b c d e f g a b c d e f g

1 Alpukat 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
(Persea americana)
2 Mangga(Mangifera indica) 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4
3 Pisang (Musa paradisiaca ) 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 4 4

Tabel 3. Pengamatan Uji Organoleptik perlakuan 5 ppm


No Uji Oranoleptik
Warna Aroma Rasa Tekstur
a b c d e f g a b c d e f g a b c d e f g a b c d e f g
1 Alpukat 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 1 2 2 1 2 2
(Persea americana )
2 Mangga (Mangifera 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 3 3 2 3 3 3 2
indica)
3 Pisang (Musa paradisiaca ) 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 2 2 2 1 1 1 2
Keterangan:
Warna, aroma, rasa Tekstur
1= Sangat tidak suka 1= Sangat tidak keras
2= Tidak suka 2= Tidak keras
3= Agak suka 3= Agak keras
4= Suka 4= Keras
5= Sangat suka 5= Sangat keras
A,b,c,d,e,f,g = panelis
Pembahasan
24

Untuk menguji pengaruh etilen terhadap pematangan buah-buahan, pada


pisang tua yang diletakkan pada suhu ruang pada hari pertama tidak menunjukkan
perubahan yang berarti, sedangkan pada pisang tua yang ditempatkan dalam
wadah dengan menggunakan etilen (karbit), menunjukkan perubahan visual, yaitu
warna yang berubah dari hijau menjadi hijau kekuningan. Ini menunjukkan
bahwa, etilen yang diletakkan bersamaan buah pisang sudah mulai bekerja
membantu proses pematangan buah. Cara ini banyak digunakan oleh pedagang
buah yang pada saat sekarang ini sudah banyak menggunakan etilen (karbit) untuk
membantu pematangan buah dengan cepat. Pada pisang tua yang diletakkan
bersamaan dengan pisang masak, terjadi perubahan pada pisang tua, yaitu pisang
tua itu sedikit menguning. Hal ini terjadi akibat dari gas etilen alami yang
dikeluarkan oleh pisang yang dapat memicu pematangan pada pisang tua.
Akibatnya pisang tua itu menjadi cepat matang, pada hari ke 2, pisang tua pada
ruangan terbuka semakin melunak, demikian juga pada wadaha yang diisi dengan
pisang tua dan matang juga semakin lunak. Namun kelunakan pada kedua wadah
tersebut berbeda.
Pemberian etilen berpengaruh nyata terhadap waktu yang diperlukan untuk
mencapai puncak klimaterik). Berdasarkan respon yang diberikan buah terhadap
pemberian etilen, buah-buahan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
klimaterik dan nonklimaterik. Buah nonklimaterik akan bereaksi terhadap
pemberian C2H4 pada tingkat manapun pada kehidupan prapanen dn pasca panen,
sedangkan buah klimaterik hanya akan mengadakan reaksi respiratik bila
diberikan C2H4 dalam tingkat pra klimaterik, dan tidak lagi peka terhadap C2H4
setelah permulaan kenaikan klimaterik dilampaui. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nani (2001). Yang menyataka bahwa Etilen memiliki sifat-sifat mudah
larut dalam lemak, sangat mobil dan bersifat autokatalitik. Biosintesis etilen dapat
berlangsung melalui empat jalur berbeda; jalur linoleat, etanol, β-alanin dan jalur
metionin. Namun diantara keempat jalur ini, jalur metionin-lah yang dianggap
paling tepat dalam hubungan antara etilen dengan prosen pematangan buah.
KESIMPUALAN DAN SARAN

Kesimpulan
25

1. Etilen dapat mempercepat laju pematangan pada buah dan sayuran.


2. Semakin banyak etilen yang digunakan pada pematangan buah-buahan, maka
semakin cepat proses pematangan pada buah tersebut.
3. Serat pada buah dan sayur mempersulit proses penyaringan pada buah-buahan
dan sayur-sayuran.
4. Pada hasil organoleptik pisang perlakuan 5 ppm mendapatkan hasil warna
suka.
5. Pada hasil organoleptic manga dengan perlakuan 1 ppm mendapatkan hasil
tekstur keras.

Saran
Sebaiknya buah dan sayur jangan terlalu lama di awetkan, karena
mangakibatkan kebusukan pada buah dan sayur.

FOTOSINTESIS
PENDAHULUAN
Latar belakang
26

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang
berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan
senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya
alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen
tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa
spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda,
sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya amilum yang terdapat dalam proses fotosintesis
dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi
perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada daun tumbuhan dan
mengujinya dengan larutan JKJ untuk memperoleh hasil dan data yang bervariasi
antara daun tumbuhan sampel. Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung
pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan
dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Organisme heterotrofik,
seperti ragi dan kita sendiri, hidup dan tumbuh dengan memasukan molekul
molekul organik ke dalam sel-selnya (Lakitan, 2007).
Proses fotosintesis dapat berlangsung secara cepat maupun lambat. Proses
fotosintesis yang berlangsung dengan cepat dapat menghasilkan energi yang besar
hingga tidak keseluruhan dari energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis
terpakai semuanya. Sebagian dari energi yang dihasilkan disimpan dalam bentuk
cadangan makanan. Proses fotosintesis yang berlangsung secara cepat disebabkan
oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis yaitu cahaya,
konsentrasi karbondioksida, persediaan air, kandungan klorofil, penimbunan hasil
fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap difusi gas bebas dan faktor
protoplasma (Handoko, 2007).
Bagian tumbuhan yang berpotensi dalam fotosintesis adalah daun. Proses
fotosintesis dalam daun membutuhkan suplai air,CO2 dan cahaya, dan daun juga
membutuhkan siasa gula (Karbohidrat) dan O2 yang merupakan produk
fotosintesis itu sendiri. Seluruh kebutuhan daun untuk fotosintesis dipersiapkan
oleh struktur daun. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam laju fotosintesis. Cahaya matahari berasal dari cahaya putih yang
dapat diuraikan menjadi komponen-komponen warna karena panjang gelombang
cahaya yang berbeda untuk setiap warna yang berbeda. Komponen-komponen
27

warna tesebut adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu
(Utomo, 2007).
Hydrilla verticillata memiliki akar berwarna kekuning-kuningan yang
tumbuh di dasar air dengan kedalaman sampai 2 meter.Batangnya tumbuh dengan
panjang 1 sampai 2 meter dengan 2 hingga 8 helai daun yang tumbuh pada lingkar
batangnya. Tiap-tiap daun memiliki panjang 5 sampai 20 mm dan 0,7 sampai 2
mm lebarnya dengan gerigi atau duri kecil disepanjang ujung daun. Hydrilla
verticillata merupakan tumbuhan berumah satu (meskipun kadang-kadang
berumah dua) dengan bunga jantan dan betina dihasilkan dalam satu
tanaman.Bunganya kecil dengan 3 kelopak dan 3 mahkota dengan mahkota
panjangnya 3 sampai 5 mm berwarna transparan dengan garis merah.Hydrilla
verticillata juga dapat bereproduksi secara vegetatif dengan jalan fragmentasi,
bertunas dan akar tinggal (Handoko dan Yunie, 2013).
Sumber cahaya matahari merupakan suatu faktor terpenting dalam
kehidupan makhluk hidup, khususnya dalam ekosistem perairan karena hamper
semua energi yang menggerakkan dan mengontrol metabolisme di perairan
berasal dari energi matahari yang dikonversi secara biokimia melalui proses
fotosintesis. Laju fotosintesis akan tinggi bila intensitas cahaya tinggi dan
menurun bila intensitas cahaya berkurang. Oleh karena itu cahaya berperan
sebagai faktor pembatas utama dalam fotosintesis atau produktifitas primer. Suhu,
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5oC
sampai suhu 35oC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas
35oC menyebabkan kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang
mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis (Sudjadi, 2005).

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi intensitas cahaya dan
konsentrasi Na2CO3 terhadap laju fotosintesis.
2. Untuk mengetahui peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis.
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


28

Praktikum Fsiologi Hutan yang berjudul ”Fotosintesis” dilaksanakan pada


hari Jumat, 26 Oktober 2018 pada pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di
Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas kehutanan,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel Hydrilla sp,
larutan NaCO3, kertas minyak, dan alat tulis.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, stopwatch,
erlenmayer, lampu LED, ember besar, corong kaca.

Prosedur Kerja

1. Dimasukkan Hydrilla sp. sebanyak 10 g ke dalam elenmeyer 500 ml.


2.Ditambah air hingga 300 ml (kontrol). Sebagai perlakuan, gunakan larutan
Na2CO3 1 dan 3 ppm.
3.Ditutup dengan corong terbalik tanpa terbentuk gelembung udara (Gambar).
Setelah itu, masing-masing perlakuan diberi cahaya putih, merah, biru, kuning,
hijau dan tanpa cahaya.
4 . Dihitunglah jumlah gelembung udara yang tebentuk setelah percobaan
berlangsung 5, 10 dan 15 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
29

Hasil yang diperoleh dari praktikum Fsiologi yanng berjudul “Fotosintesis”


adalah
Tabel 1. Pengaruh larutan NaHCO3. terhadap laju fotosintesis
Konsentrasi Warna Jumlah gelembung
Na2CO3 Waktu
5 10
1 ppm Putih 32 42
Biru 7 13
Merah 15 23
Tanpa Cahaya 0 1

3 ppm Putih 2 5
Biru 1 4
Merah 6 8
Tanpa Cahaya 0 0

Pembahasan
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada percobaan fotosintesis
diberikan perlakuan dengan penambahan Na2CO3 dengan konsentrasi 1 ppm
(kontrol), dan 3 ppm. Kemudian juga diberi perlakuan cahaya yang berbeda-beda
yaitu putih, biru, Merah, dan tanpa cahaya. Cahaya atau lampu yang paling besar
pengaruhnya terhadap pemebentukan gelembung udara adalah warna merah.
Ditempat yang terang dan ditambahkan NaHCO3. Pada perlakuan ini gelas kimia
yang telah berisi corong, Hydrilla verticillata, tabung reaksi yang sudah dirangkai
diisi dengan air dengan cara menenggelamkan ke dalam sebuah enmber dan tidak
boleh ada udara luar yang masuk ke dalam tabung.kemudian ditambahkan larutan
NaHCO3. Ditempat yang gelap tanpa ada sinar matahari. Pada perlakuan ini gelas
kimia yang telah berisi corong, Hydrilla verticillata, dan tabung reaksi yang sudah
dirangkai diisi dengan air dengan cara menenggelamkan ke dalam sebuah enmber
dan tidak boleh ada udara luar yang masuk ke dalam tabung. Kemudian diletakkan
di tempat yang terang terkena matahari langsung kemudian mengamati gelembung
yang dihasilkan dari perlakuan tersebut.
Pada perlakuan ini gelas kimia yang telah berisi corong, Hydrilla
verticillata, tabung reaksi yang sudah dirangkai diisi dengan air dengan cara
menenggelamkan ke dalam sebuah ember dan tidak boleh ada udara luar yang
masuk ke dalam tabung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjadi (2005). Yang
menyatakan bahwa Sumber cahaya matahari merupakan suatu faktor terpenting
dalam kehidupan makhluk hidup, khususnya dalam ekosistem perairan karena
30

hamper semua energi yang menggerakkan dan mengontrol metabolisme di


perairan berasal dari energi matahari yang dikonversi secara biokimia melalui
proses fotosintesis. Laju fotosintesis akan tinggi bila intensitas cahaya tinggi dan
menurun bila intensitas cahaya berkurang. Oleh karena itu cahaya berperan
sebagai faktor pembatas utama dalam fotosintesis atau produktifitas primer. Suhu,
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5oC
sampai suhu 35oC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu diatas
35oC menyebabkan kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang
mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu semakin
cepat penurunan laju fotosintesis.
Hydrilla verticillata merupakan tumbuhan berumah satu (meskipun kadang-
kadang berumah dua) dengan bunga jantan dan betina dihasilkan dalam satu
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko dan Yunie (2013). Yang
menyatakan bahwa Hydrilla verticillata memiliki akar berwarna kekuning-
kuningan yang tumbuh di dasar air dengan kedalaman sampai 2 meter.Batangnya
tumbuh dengan panjang 1 sampai 2 meter dengan 2 hingga 8 helai daun yang
tumbuh pada lingkar batangnya. Tiap-tiap daun memiliki panjang 5 sampai 20
mm dan 0,7 sampai 2 mm lebarnya dengan gerigi atau duri kecil disepanjang
ujung daun. Bunganya kecil dengan 3 kelopak dan 3 mahkota dengan mahkota
panjangnya 3 sampai 5 mm berwarna transparan dengan garis merah. Hydrilla
verticillata juga dapat bereproduksi secara vegetatif dengan jalan fragmentasi,
bertunas dan akar tinggal. Proses fotosintesis yang berlangsung secara cepat
disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis
yaitu cahaya, konsentrasi karbondioksida, persediaan air, kandungan klorofil,
penimbunan hasil fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap difusi gas bebas dan
faktor protoplasma

KESIMPUALAN DAN SARAN

Kesimpulan
31

1. Dari pengamatan Transpirasi dapat disimpulkan bahwa: Intensitas cahaya


dan suhu dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman Hydrilla
sp.
2. Semakin besar intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi
semakin cepat. Sebaliknya semakin kecil intensitas cahaya dan suhu maka
kecepatan transpirasi semakin lambat.
3. Pada praktikum yang kami lakukan gelembung terbanyak adalah pada warna
merah.
4. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
laju fotosintesis. Cahaya matahari berasal dari cahaya putih yang dapat
diuraikan menjadi komponen-komponen warna karena panjang gelombang
cahaya yang berbeda untuk setiap warna yang berbeda.
5. Proses fotosintesis yang berlangsung secara cepat disebabkan oleh adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis yaitu cahaya,
konsentrasi karbondioksida, persediaan air, kandungan klorofil, penimbunan
hasil fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap difusi gas bebas dan faktor
protoplasma.

Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum jumlah daun pada tanaman
Hydrilla sp yang akan dimasukkan ke erlenmeyer dikontrol agar tidak
berpengaruh pada hasil perhitungan kecepatan transpirasi. Dan sebaiknya
praktikan lebih serius dalam mengerjakan sehingga tidak terjadi salah pada data.

TRANSPIRASI
PENDAHULUAN
Latar belakang
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
tumbuhan melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi berperan
dalam pengangkutan air/zat hara, membuang kelebihan air, dan menjaga suhu
32

daun. Daya hisap daun timbul dari peristiwa transpirasi. Transpirasi ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, stomata dan tanaman itu sendiri. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu seperti suhu, kelembaban,
cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lain-lain. Sedangkan faktor stomata
seperti bentuk, jumlah tiap satuan luas, letak, waktu bukaan (Delayota, 2011).
Transpirasi berperan dalam pengangkutan air/zat hara, membuang
kelebihan air, dan menjaga suhu daun. Peran transpirasi pada tumbuhan sangat
banyak namun yang terpenting adalah untuk melepas energi yang diterima dari
radiasi matahari. Energi matahari yang digunakan untuk fotosintesis hanya 2%
atau kurang, sehingga selebihnya harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan
pancaran, hantaran secara fisik dan sebagian besar untuk menguapkan air. Ion K
sangat berpengaruh terhadap kemungkinan keluar masuknya bahan terlarut ke sel
penutup, sehingga terjadi perubahan permeabilitas pada membrannya
(Haryanti dan Tetrinica, 2009).
Laju transpirasi merupakan respon sesaat terhadap kondisi lingkungan,
sifatnya dinamis atau fluktuatif. Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis penting
yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi
lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan
transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan. (Al dan
Ratnawati, 2004).
Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan
stomata terutama disebabkan oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K+)
secara reversibel oleh penjaga.Stomata membuka ketika sel-sel penjaga secar aktif
mengakumulasi K+ dari sel-sel epidermal di sekitarnya. Pengambilan zat terlarut
ini menyebabkan potensial air di dalam sel penjaga menjadi lebih negatif.Kondisi
ini memungkinkan air mengalir ke dalam sel secara osmosis sehingga sel menjadi
membengkak.Sebagian besar K+ dan air disimpan di dalam vakuola, dengan
demikian tonoplas juga memainkan peranan penting. Penigkatan muatan positif
sel akibat masuknya K+ diturunkan dengan pengambilan ion klorida (Cl-) melalui
pemompaan ion hidrogen yang dibebaskan pada saat asam organik keluar dari sel,
serta melalui muatan negatif asam oranik setelah kehilangan ion hidrogennya.
Penutupan stomata disebabkan oleh keluarnya K+ dari sel penjaga, yang
menyebabkan kehilangan air secara osmotic (Simanjuntak, 2013).
33

Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung


dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam
stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat
khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya.Sel penjaga
dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah
luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut
yang mengakibatkan stomata membuka (Dalimunthe, 2004).
Kegiatan transpirasi dipengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar
misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara.
Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah daun, luas area daun, jumlah
stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk
serta lokasi stomata di permukaannya. Epidermis adalah sistem sel-sel yang
bervariasi struktur dan fungsinya, yang menutupi tubuh tumbuhan. Struktur yang
demikian tersebut dapat dihubungkan dengan peranan jaringan tersebut sebagai
lapisan yang berhubungan dengan lingkungan luar (Haryanti, 2010).
Suhu juga berpengaruh terhadap stomata. Pada suhu tinggi stomata akan
cenderung membuka sedangkan pada suhu rendah, stomata akan cenderung
menutup. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air. Jumlah stomata pada
daun bagian atas lebih sedikit daripada jumlah stomata pada bagian bawah daun
yang berfungsi mengurangi laju transpirasi tanaman. Permukaan daun ditumbuhi
oleh rambut berbentuk bintang yang berfungsi untuk menghemat air (Yuliasmara
dan Fitria, 2013).

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan (angin) terhadap laju transpirasi.
2. Untuk mengukur dan membandingkan laju transpirasi.
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fsiologi Hutan yang berjudul ” Transpirasi” dilaksanakan pada
hari Jum’at, 16 November 2018 pada pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di
Laboratorium Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
34

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah power point, alat tulis,
dan beberapa literatur.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah infokus, cok sambung,
dan laptop.

Prosedur Kerja

1. Dicari jurnal transpirasi.


2. Dibuat power point dari isi jurnal transpirasi.
3. Dipresentasikan kedepan perkelompok.
4. Dibuat pertanyaan perkelompok untuk berdiskusi
5. Dicari jawaban atau dijawab pertanyaan dari kelompok lain untuk
melanjutkan diskusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
-
Pembahasan
Epidermis adalah sistem sel-sel yang bervariasi struktur dan fungsinya,
yang menutupi tubuh tumbuhan. Struktur yang demikian tersebut dapat
35

dihubungkan dengan peranan jaringan tersebut sebagai lapisan yang berhubungan


dengan lingkungan luar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryanti (2010). Yang
menyatakan bahwa Kegiatan transpirasi dipengaruh oleh faktor luar dan dalam.
Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu,
tekanan udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah daun, luas area
daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu
daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya.
Ion K sangat berpengaruh terhadap kemungkinan keluar masuknya bahan
terlarut ke sel penutup, sehingga terjadi perubahan permeabilitas pada
membrannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryanti dan Tetrinica ( 2009).
Yang menyatakan bahwa Transpirasi berperan dalam pengangkutan air/zat hara,
membuang kelebihan air, dan menjaga suhu daun. Peran transpirasi pada
tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting adalah untuk melepas energi
yang diterima dari radiasi matahari. Energi matahari yang digunakan untuk
fotosintesis hanya 2% atau kurang, sehingga selebihnya harus dilepaskan ke
lingkungan, baik dengan pancaran, hantaran secara fisik dan sebagian besar untuk
menguapkan air.
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung
dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam
stomata hingga merapat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dalimunthe (2004).
Yang menyatakan bahwa Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat
khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya.Sel penjaga
dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah
luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut
yang mengakibatkan stomata membuka.

KESIMPUALAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Kegiatan transpirasi dipengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar
misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan
udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah daun, luas area
36

daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya


trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya.
2. Peran transpirasi pada tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting
adalah untuk melepas energi yang diterima dari radiasi matahari.
3. Energi matahari yang digunakan untuk fotosintesis hanya 2% atau kurang,
sehingga selebihnya harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan
pancaran, hantaran secara fisik dan sebagian besar untuk menguapkan air.
Saran
Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya praktikan lebih bersemangat
dan memahami materi apa yang akan disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Al, S dan Ratnawati. 2004. Respons Konduktivitas Stomata dan Laju Transpirasi
Rumput Blembem (Ischaemum ciliare Retzius) di Sekitar Sumber Emisi
Gas Kawah Sikidang Dieng. FMIPA UNY. Yogyakarta. Vol2(1): 5-6

Andarwulan H. 2005. Optimasi Produksi Anti Oksidan pada Proses


Perkecambahan Biji-bijian dan Deversifikasi Produk Pangan Fungsional
37

dari Kecambah yang Dihasilkan [laporan penelitian]. Institut Pertanian


Bogor. Bogor. Vol.6(3): 15-20

Agafta,R .2015. Pengangkutan Air Pada Tumbuhan. Uin Raden Fatah Palembang.
Palembang. Vol.4(2): 6-7

Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah . Lampung :


FMIPA Universitas Lampung. Vol.10(5): 110-111

Ahdiyah.I., Septarina.W.S., Larasati.D., 2013. Fototropisme pada Kacang Hijau


(Phaseolus radiata) dan Jagung (Zea mays). Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS). Surabaya.Vol.2(3): 55-56

Ashari, S. 2006. Hortikultura aspek budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI


press). Vol.6(6): 22-23

Dalimunthe, A. 2004.Stomata (Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya


Dalam Metabolisme) FP USU: Medan. Vol.4(3):15-16

Delayota. 2011. Fisiologi Tumbuhan. DSC Biologi. Jakarta. Vol.5(5):10-11

Handoko, P. 2007. Buku Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas


Nusantara PGRI, Kediri. Vol.7(7):71-77

Haryanti, S dan T. Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun


Kedelai (Glycine max (L) Merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang. Vol.3(1): 5-6

Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa


SpesiesTanaman Dikotil dan Monokotil. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Diponegoro. Semarang. Vol.5(5):10-20

Isbandi, J. 2007. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian


UGM. Yogyakarta. Vol.10(10):20-30

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.


Jakarta. Vol.1(5):35-45

Maghfiroh, J. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan


Tanaman. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta. Vol.9(2):60-70

Mudiana, Deden. 2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels.Volume 8,


Nomor 1. Halaman: 39-42. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Purwodadi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pasuruan
67163.
38

Nani Sumiati dan Etti Sumiati. 2001. Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin
terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah. Jurnal Hortikultura
(11) 1: 1-8 2001.

Pasaribu,A.2014. Faktor-Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Pergerakan Hara


Dari Tanah Ke Akar. Universitas Sumatera Utara.Medan.Vol.1(5):72-75

Rahman, T. 2009. Nutrisi Dan Energi Tumbuhan. Modul Pembelajaran


Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.Vol.8(1):85-95
Rianawaty, Ida. 2010. Gerak pada Tumbuhan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Jakarta. Vol.9(1):46-62.

Ridha,R . 2018. Pengaruh Cahaya Terhadap Perkecambahan Benih. Program


Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Samudra. Langsa,
Aceh. Vol.5(2):55-70

Rivando, R. 2007. Penyerapan Unsur Hara. UNSRI. Palembang. Vol.4(1):77-82.

Riyanto, A. 2011. Kesuburan Tanah Dan Kesehatan Tanah. Jurnal UGM.


Yogyakarta.Vol.1(1):5-11.

Simanjuntak, E. T. 2013. AlAT Pengukur Laju Transpirasi pada Daun Berbasis


Mikrokontroler. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.Vol.5(5):52
55

Sudjadi. 2005. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Anggrek


Dendrobium. Jurnal Holtikultura. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.Vol.3(1):33-36.

Suyitno Al. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta:


FMIPA UNY. Vol.1(1):110-115
Suyitno.2006. Penyerapan Zat & Transportasi Pada Tumbuhan. Universitas
Negeri Yogyakarta.Yogyakarta. Vol.2(2):42-46

Suyitno. 2012. Transportasi Pada Tumbuhan. Modul Pembelajaran Universitas


Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Vol.9(1):24-28.

Utomo, B. 2007. Fotosintesis Pada Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas


Sumatera Utara, Medan. Vol.3(2):33-37.

Wiratmaja. W. 2012. Zat Pengatur Tumbuh Auksin dan Cara Penggunaannnya


dalam Bidang Pertanian. Program Studi Agroekoteknologi. Universitas
Udayana. Bali. Vol.2(1):25-28.

Yuliasmara, F dan F. Ardiyani. 2013. Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Paku


Picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta Pengaruhnya pada Tanaman
39

Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. Vol.5(1):35


37.

Anda mungkin juga menyukai