I.
II.
TEORI DASAR
Total Suspended Solid (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat
padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,
2008) .
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward,
2003). TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan
sendiri
merupakan
kecenderungan
ukuran
sampel
untuk
2015
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah
zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (210-6 meter).
Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan pada
pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air
mineral, dan lain-lain (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut dapat pula merupakan konsentrasi jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Analisa total padatan
terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak
menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan
wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum
dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut
(Oram, B.,2010)
Di dalam air ada da kelompok zat, yaitu zat padat dan zat terlarut. Perbedaan
pokok kedua kelompok ini berdasarkan ukuran atau diameter partikel tersebut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk perencanaan pengolahan air buangan
industri. Dalam metoda analisa zat padat, yang dimaksud dengan zat padat total
adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu jika suatu zat dikeringkan pada
temperatur tertentu.
Analisa zat total terdiri dari zat padat terlarut (Dissolved Solids) dan zat padat
tersspensi (Suspended Solids). Zat padat tersuspensi adalah material yang dapat
dipisahkan dari contoh air dengan cara penyaringan dengan menggunakan kertas
saring. Padatan ini kemdian dikeringkan pada temperatur 105 0C. zat padat terlarut
adalah zat padat terlarut yang dapat menembus saringan pada saat dilakukan
penyaringan dengan kertas saring, sehingga pemeriksaan zat padat terlarut ini dapat
dikerjakan sebagai kelanjutan pemeriksaan zat padat tersuspensi. Filtrat yang tembus
kertas saring diuapkan dan dikeringkan pada temperatr 105 0 C.
2015
Prinsip metoda ini adalah contoh air diuapkan pada cawan porselen dan
dikeringkan didalam oven pada temperatur kurang lebih 105 0 C sampai beratnya
konstan. Berat residu yang tertinggal adalah berat zat padat.
III.
IV.
Alat
Cawan porselen
Penangas air
Oven
Eksikator
III.2
-
Bahan
Air suling
Kertas saring
Neraca analitik
Labu ukur 50 ml
Corong
Penjepit kayu
CARA KERJA
IV.1
IV.2
2015
V.
HASIL PERCOBAAN
-
Berat cawan
Berat cawan +
(B)
residu (A)
-
89,5999 gram
89,6687gram
1
-
P
-
Saring (D)
0,3764
+ residu (C)
-
0,3779 gram
gram
VI.
Kertas
Berat
2015
Contoh air limbah yang akan dilakukan dianalisis, terlebih dahulu di kocok
agar kandungan didalamnya homogen, dan agar tidak ada zat-zat yang
pengendap, sehingga padatan yang mengendap dapat larut kembali. Analisis
zat padat total dilakukan dengan cara memanaskan cawan pada pada
temperatur 105o C selama 1 jam. Maksud dari perlakuan ini adalah agar cawan
benar-benar memiliki berat kering sehingga pada perhitungan akhir diperoleh
hasil yang tepat. Setelah itu dipanaskan lanjut di oven sehingga contoh benarbenar kering lalu disimpan dalam eksikator selama 15 menit untuk
memperoleh berat tetap. Pada penguapan air limbah harus benar-benar kering
agar kandungan airnya hilang dan yang tertinggal hanya zat padat dalam
cawan. Pengujian zat padat tersuspensi dilakukan dengan menggunakan kertas
saring, karena pada zat padat tersuspensi material dapat dipisahkan dengan
cara penyaringan.Pada analisis secara gravimetri ini memeiliki kelebihan,
diantaranya adalah mudah dilakukan dan sederhana proses analisanya. Namun
analisis gravimetri memiliki kelemahan yaitu pada umumnya metode ini
memakan banyak waktu. Setiap tahap pekerjaan memungkinkan terjadinya
kesalahan, misalnya zat tercecer atau kemasukan zat-at yang mengotori, maka
sumber kesalahan juga banyak.Berdasarkan hasil pengujian didapatkan kadar
zat padatan total sebesar 1380 mg/l , padatan tersuspensi sebesar 30mg/l dan
zat padat terlarut sebesar 1350 mg/.Dari hasil pengujian diperoleh bahwa nilai
zat padat tersuspensi lebih kecil dibandingkan dengan nilai padatan
terlarutnya. Dilihat dari baku mutu limbah cair Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2010 tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kawasan Industri, air limbah yang di uji tidak memenuhi baku mutu karena air
limbah mengandung zat padat total sebanyak 1350 mg/l dan baku mutu nya
yaitu 150 mg/l, maka perlu penanganan agar air limbah bisa dialirkan ke
badan air.
-
terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen.Padatan
Pengolahan Air Limbah
2015
suspensi yang tinggi menghalangi masuknya sinar matahari kedalam air, sehingga
akan mengganggu proses fotosintesis menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang
dilepas kedalam air oleh tanaman. Jika sinar matahari terhalangi dari dasar tanaman
maka tanaman akan berhenti memproduksi oksigen dan akan mati. TSS juga
menyebabkan penurunan kejernihan dalam air.Dampak dari limbah yang tidak diolah
yang mengandung solid yang tinggi adalah: Limbah cair dipastikan mengandung
bahan organik berupa pati atau serat baik terlarut maupun partikel tersuspensi.
Tingginya kandungan bahan organik bergantung pada efisiensi proses pemisahan pati
dari air. Bila limbah cair industri ini dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih
dahulu maka air limbah akan berubah warna jadi coklat kehitaman dan berbau busuk.
Air limbah dapat meresap ke dalam sumur maupun mengalir ke badan air (sungai) di
sekitar tempat tersebut. Akibatnya sumur dan sungai tersebut akan mengalami
penurunan kualitas dan tidak layak digunakan sebagai sumber air bersih. Karna itu
limbah memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih baik agar limbah yang
dihasilkan mampu mempunyai nilai tambah dan tidak mencemari lingkungan.
VII.
KESIMPULAN
-
Padatan total
Padatan tersuspensi
Zat padat terlarut
= 1,38 g/l
= 0,03g/l
= 1,35 g/l
Contoh air limbah ini belum memenuhi standar baku mutu limbah cair.
-
I.
2015
1.1 Maksud
- menghilangkan zat organik yang terdapat didalam air contoh dengan
II.
oksigen biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah
oleh mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh
mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi
apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
- Kebutuhan oksigen biologi (KOB), atau Biological Oxygen Demand (BOD)
adalah suatu analisa yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologi yang
2015
terjadi di dalam air. Nilai KOB menunjukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan zat organic yang berada didalam air.
- Pemeriksaan KOB berdasarkan kepada reaksi oksidasi zat organic dengan
oksigen di dalam air karena adanya bakteri. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada
temperatur pengeraman 20 oC selama 5 hari. Pada saat ini reaksi sudah berjalan
kurang lebih 75%. Rekasi sempurna terjadi setelah 20 hari. Pemeriksaan dilakukan
dalam botol yang tertutup sehingga tidak ada pertukaran oksigen dari udara.
- Jumlah zat organic didalam air diukur melalui jumlah oksigen yang
dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organic tersebut. Karena reaksi BOD
dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah
selisih antara kadar oksigen pada saat awal reaksi dan kadar oksigen setelah 5 hari.
- Ganggan yang umumnya terdapat pada analisa KOB adalah adanya zat
beracun yang membunuh bakteri, nitrifikasi yaitu perubahan amoniak menjadi nitrat
oleh jenis bakteri tertentu yang juga membutuhkan oksigen sehingga mengacaukan
perhitungan, kemasan udara dalam botol, kekurangan bakteri dan kekurangan nutrisi
untuk bakteri.
- Oksigen terlarut didalam air sangat penting untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup dalam air. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara
alamiah sangat tergantung kepada cukup tidaknya oksigen terlarut didalam air.
Oksigen terlarut didalam berasal dari udara dan dari fotosintesis tumbuhan air.
Kelarutan oksigen didalam air dipengaruhi oleh temperatur, tekanan udara dan
kandungan mineral didalam air. Ada dua metode yang sering digunakan untuk analisa
oksigen terlarut yaitu :
-
- Elektrodakimia
Pada
metoda
titrasi
cara
Winkler,
oksigen
didalam
contoh
2015
Jumlah zat organik didalam air diukur melalui jumlah oksigen yang
dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena reaksi BOD
dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah
selisih antara kadar oksigen pada saat awal reaksi dan kadar oksigen setelah 5 hari.
Gangguan yang umumnya terdapat pada analisa KOB adalah adanya zat beracun yang
membunuh bakteri, nitrifikasi yaitu perubahan amoniak menjadi nitrat oleh jenis
bakteri tertentu yang juga membutuhkan oksigen sehingga dapat mengacaukan
perhitungan, udara yang masuk kedalam botol, kekurangan bakteri dan kekurangan
nutrisi untuk bakteri. Reaksi umum yang terjadi adalah :
-
MnSO4 + 2KOH
Mn(OH)2 +
Mn(OH)2 + O2
MnO2
Mn(OH)2 +
I2 + 2S2O3-
S4O6- + 2I-
K2SO4
-
H2O
I2 + 2KOH
-
III.
Oksigen terlarut
Air pengencer yang terbuat dari :
2015
Buret 20 ml
Pipet volume
Pipet tetes
IV.
CARA KERJA
1. Contoh dinetralkan sampai pH 7 dengan NaOH atau H2SO4.
2. Untuk contoh yang mengandung sisa khlor harus dinetralkan dengan Na2SO3.
3. Dilakukan pengenceran sesuai dengan kadar zat organic yang ada dalam air
contoh :
4. Kedalam labu ukur diisi air pengencer setengahnya, kemudian dipipet sejumlah
air contoh lalu diencerkan sampai tepat 1 liter. Tutup labu ukur dan dicocok
dengan hati-hati sampai contoh homogen.
5. Air contoh dimasukan kedalam botol winkler, dihindari masuknya udara kedalam
botol.
6. Salah satu botol langsung diperiksa kandungan oksigennya dinyatakan sebagai
DO0.
7. Dilakukan analisa yang sama terhadap blanko air pengencer untuk koreksi.
V.
HASIL PERCOBAAN
Hasil praktikum DO0
-
Titrasi
Volume botol
Blank
25,8 ml
winkler
125 ml
o
-
Sampe
11,2 ml
125 ml
l
Pengolahan Air Limbah
2015
Titrasi
Volume botol
Blank
18.6 ml
winkler
125 ml
o
-
Sampe
3,1 ml
125 ml
l
-
VI.
oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap
oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga
menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari
itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam
air organik yang ada di dalam air.
-
(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global prosesproses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Sedangkan angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan
Pengolahan Air Limbah
2015
dengan oksigen di dalam air karena adanya bakteri. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada temperatur pengeraman 20 oC selama 5 hari. Pengukuran selama 5 hari, hanya
menghitung sebanyak 68% bahan organik yang teroksidasi, tetapi suhu dan waktu
yang digunakan tersebut merupakan standar uji karena untuk mengoksidasi bahan
Pengolahan Air Limbah
2015
organik seluruhnya secara sempurna akan memerlukan waktu yang lebih lama, yaitu
sampai 20hari, sehingga dianggap tidak efisien. Pemeriksaan dilakukan dalam botol
yang tertutup sehingga tidak ada pertukaran oksigen dari udara.Setelah terbentuk
endapan cokelat, larutan kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H 2SO4) yang
berfungsi untuk melarutkan endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan
menitrasi larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan
berwarna kuning kemudian menabahkan indikator amilum (kanji) hingga berwarna
biru. Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada
pada larutan alkali-iodida-azida karena warna biru tua kompleks pati iod berperan
sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit
asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
Petitrasi dilakukan hingga warna biru hilang.
-
larutan blanko DOo yang diperoleh adalah 25,8 mL dan sampel 11,2 mL. Pada
perhitungan DO5 diperoleh volume titrasi blanko DO 5 adalah 18,6 ml dan sampel 3,1
ml, sehingga nilai BOD pada sampel air limbah adalah 56 mg/l. Air limbah belum
sesuai dengan baku mutu limbah cair BOD5 sebesar 50 mg/l, sehingga perlu dilakukan
pengolahan air limbah untuk menurunkan kadar BOD sehingga limbah dapat dialirkan
ke badan air.Dilihat pada hasil pengujian Data tersebut diperoleh bahwa BOD 5 contoh
uji lebih kecil daripada BODo karena menurut reaksi bahwa mikroorganisme dibantu
dengan O2 akan bereaksi dengan zat organik menghasilkan NH3 CO2 dan H2O. Pada
pengerjaan BOD, botol Winkler harus ditutup rapat karena apa bila ada udara yang
masuk ke dalam botol maka akan mempengaruhi perhitungan begitu pula jika terdapat
reaksi nitrifikasi oleh bakteri tertentu atau adanya zat-zat beracun yang dapat
membunuh bakteri. Pada pengerjaan BOD5 contoh uji ditaruh di lemari selama 5 hari
sehingga bakteri/mikroorganisme bisa mendegradasi zat-zat organik secara sempurna
sehingga zat-zat organik yang terdapat dalam air contoh dapat diuraikan dengan lebih
baik (nilai BOD rendah) sehingga didapat nilai BOD5 < BODo.
-
Dilihat pada hasil pengujian, diperoleh bahwa BOD 5 contoh uji lebih
2015
dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda winkler lebih analitis, teliti dan akurat
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan dan
penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan
standarisasi secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih
akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
akan diperiksa.
VII.
KESIMPULAN
Contoh uji air limbah 10020097 mengandung nilai BOD sebesar 56 mg/l.
Contoh air limbah ini belum memenuhi standar baku mutu limbah cair.
2015
I.
II.
TEORI DASAR
- Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam 1 liter air. Sebagai sumber oksigen
digunakan oksidator K2Cr2O7. Nilai KOK atau juga dikenal dengan COD (Chemical
Oxygen Demand) merupakan parameter pencemaran zat-zat organic secara alamiah
dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi.
- Pada analisa KOK ini sebagian besar zat organic dioksidasi oleh kalium
dikromat dalam suasana asam mendidih. Reaksi berlangsng kurang lebih 2 jam
dengan menggunakan alat pendingin refluks, agar zat organic yang mudah menguap
tidak hilang.
- Kadar klorida yang terlalu tinggi di dalam contoh uji bereaksi akan
menganggu kerja katalisator Ag2SO4, dan juga dapat bereaksi dengan dikromat
sehingga ketidaktelitian perhitungan nilai KOK. Gangguan ini dapat dihilangkan
dengan penambahan HgSO4 sebelum penambahan reagen lain. Ion merkuri akan
bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida.
-
antara lain :
Waktu analisa yang hanya 2 jam jauh lebih singkat bila dibandingkan analisa
KOB yang membutuhkan waktu 5 hari.
Gangguan dari zat beracun yang berpengaruh pada analisa KOB tidak
mempengaruhi nilai KOK,
Pengolahan Air Limbah
2015
IV.
Pipet volume
Erlenmeyer
Piala gelas
III.2
III.3
III.4
III.5
III.6 Bahan
- Larutan standar kalium dikromat 0,2500N
- H2SO4 pekat yang telah mengandung AgSO4
- HgSO4 padat
- Indikator feroin (fenantrolin fero sulfat)
- Larutan penitar ferro amonium sulfat
CARA KERJA
1. Contoh uji dikocok
2. Pipet 2,5 ml CU ditambah 1,5 ml Kalium Dikromat 0,2N dan 3 ml asam COD
3. Refluks selama 2 jam
4. Dinginkan, masukkankedalam erlenmeyer
5. Bilas tabung COD dengan air suling 2x
6. Masukkan air bilasan tabung COD kedalam erlenmeyer
2015
7. Tambahkan indicator feroin, sisa dikromat dititrasi dengan garam Mohr sampai
warna hijau kebiruan berubah tepat merah coklat.
8. Dilakukan percobaan untuk blanko.
9. Dilakukan standarisasi larutan fero amonim sulfat.
IV.1
V.
HASIL PERCOBAAN
V.1
V.2 Standarisasi garam mohr :
V.3 10 ml K2Cr2O7 0,25 N diencerkan hingga 100 ml kemudian ditambah 2 ml
H2SO4 dan feran, lalu dititrasi dengan garam mohr.
V.4 Titrasi
: 44 ml
V.5
V1N1 = V2N2
V.6
10 ml x 0,025 N = 44 ml x N2
V.7
10.0,25 = 44 N
V.8
N2 = 2,5N = 0,05 N
V.9
44
V.10
V.11
V.12
V.13
Hasil praktikum COD
V.14
V.15
V.16
Titrasi
V.17
Blanko
V.19
V.20
6,8 ml
V.22
V.23
3,8 ml
V.18
Sampel 49
V.21
V.24
7 ml
3,6 ml
V.25
V.26
V.27
V.28
V.29
V.30
V.31
V.32
VI.
DISKUSI
VI.1
Pada pengujian COD ini, dipipet contoh uji sebanyak 2,5ml dan
2015
mulut kondensor,hal ini dilakukan agar uap sulfat yang masih ada dapat
dihilangkan,yang mana uap sulfat ini berbahaya bagi kesehatan, kemudian hasil
refluks dan air bilasan tabung COD kedalam erlenmeyer dan diberi indikator ferolin,
selanjutnya dititar dengan menggunakan garam mohr hingga merah coklat. Pada
pengujian COD kali ini,digunakan Fero ammonium sulfat atau garam mohr yang
normalitasnya harus dicari terlebih dahulu.Hal ini dikarenakan larutan tersebut tidak
stabil oleh sebab itu normalitasnya harus selalu distandarisasi setiap kali akan
digunakan.
VI.3
VI.4
kalium dikromat, maka penambahan kalium dikromat harus berlebih, sehingga pada
akhir titrasi masih tersisa zat pengoksidasi kalium dikromat. Sisa kalium dikromat
tersebut ditentukan melalui titrasi yang dikenal dengan nama garam Mohr. Dengan
blanko, kita dapat mengetahui kadar kalium dikromat awal, sehingga kita dapat
menghitung berapa kalium dikromat yang dipakai mengoksidasi contoh uji. Reaksi
umum yang terjadi adalah :
VI.5
VI.6
VI.7
VI.8
Gangguan klorida
VI.9
VI.10
Hg2+ + Cl-
HgCl2
2015
terhadap BOD dan COD dapat dilihat bahwa nilai BOD yang lebih kecil daripada
COD, hal ini dikarenakan oleh jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan
zat organik dengan cara BOD lebih sedikit, karena sebagian zat organik telah
mengurai sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat zat organik
tinggal sedikit. Sehingga hal ini yang menyebabkan nilai BOD menjadi lebih kecil
dari COD. Kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.
Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan
suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan
saja. Selain itu, analisa COD dapat tidak mnunjukkan hasil yang sebenarnya karena
pengaruh dari Fero ammonium sulfat atau garam mohr yang tidak stabil. Seperti pada
praktikum, normalitas garam mohr dicari beberapa menit sebelum akan dilakukan
titrasi bukan saat akan dititrasi dan Fero ammonium sulfat terkena udara bebas saat
didalam buret sehingga nilai COD yang dihasilkan dapat tidak tepat.
VII.
KESIMPULAN
VII.1 Contoh uji air limbah 10020097, jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi zat kimia adalah 512 mg/L O2. Contoh air limbah ini belum memenuhi
standar baku mutu limbah cair.
VII.2
VII.3
VII.4
VII.5
VII.6
VII.7
VII.8
VII.9
Pengolahan Air Limbah
2015
VII.10
VII.11
VII.12
VII.13
VII.14
VII.15
II.
digunakan.
VII.18
VII.19
TEORI DASAR
VII.20
bagaimanapun jenis limbah dan kualitasnya, sebelum dibuang harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Sehingga pengolahan air limbah dilakukan untuk memperbaiki kualitas
air sampai memenuhi persyaratan yang ditentukan. Industri tekstil menghasilkan cukup
banyak air limbah yang mengandung bermacam-macam polutan. Air limbah industri
tekstil hanya diperbolehkan dilepas ke badan air penerima setelah kadar polutan yang
dikandung diturunkan sampai batas ambang yang diperbolehkan.
VII.21
VII.22
Untuk mengurangi kadar zat polutan pada air limbah, secara garis
2015
1. Mengurangi zat polutan yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengurangi konsentrasi zat polutan dan volume air limbah yang akan dibuat. Usaha
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya mengurangi volume air proses,
yang berarti mengurangi volume air limbah, mengurangi rangkaian proses,
penggunaan kembali sisa zat kimia dan menggunakan zat kimia yang memberikan
kadar pencemaran rendah.
2. Mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. Karena beragamnya
jenis dan ukuran polutannya yang dikandung. Pengolahan limbah cair industri tekstil
memerlukan beberapa tahap proses pengolahan diantaranya pengolahan primer berupa
ekualisasi
dan
netralisasi
dilanjutkan
dengan
pengolahan
sekunder
untuk
Komposisi dan laju air limbah dari proses pada industri tekstil sangat
bervariasi, oleh karena itu perlu dibuat seragam melalui ekualisasi. Proses ekualisasi
dibuat dengan cara mencampur dan menyimpan air limbah di dalam kolam. Proses
selanjutnya adalah penyaringan dan pengendapan yang bertujuan untuk memisahkan
partikel-partikel tersuspensi yang relatif besar, seperti serat, zat kimia yang tidak larut
dan butiran-butiran padat dari air limbah.
VII.25
VII.26
padatan terlarut umumnya dipisahkan dengan cara biologi yaitu dengan bantuan
mikroba zat organik untuk diuraikan menjadi molekul yang lebih sederhana, ataupun
cara kimia yaitu menggunakan zat koagulan sehingga partikel-partikel yang halus akan
digabung secara kimia fisika menjadi gumpalan yang mudah dipisahkan dengan cara
pengendapan. Zat koagulan yang umumnya digunakan pada industri tekstil adalah
ferosulfat, aluminium sulfat serta kogulan polimer. Dengan cara ini partikel penyebab
kekeruhan dan warna dapat dipisahkan kecuali partikel nonionik yang sangat halus.
Untuk menentukan dosis optimal dari zat koagulan dan parameter lainnya seperti pH,
jenis zat koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi dilakukan dengan cara
percobaan Jar test. Alat ini merupakan model sederhana proses koagulasi.
VII.27
VII.28
yang ringan dan sulit mengendap dalam waktu yang lama. Partikel-partikel tersebut
tidak dapat bergabung menjadi partikel yang lebih besar dan lebih berat karena muatan
Pengolahan Air Limbah
2015
dilakukan dengan pengadukan cepat menggunakan putaran 100 ppm selama 1 jam,
-
20 atau 30 menit.
VII.34
VII.35
Untuk membuang air limbah ke badan air penerima, apapun jenis limahnya,
2015
pelarutan bahan kimia dan proses pengentalan (thickening), proses kimiawi seperti
koagulasi-flokulasi dan disinfeksi, proses biologis untuk mencampur bakteri dan air
limbah. Pada bab ini akan difokuskan pada teori pengadukan untuk proses koagulasi
dan flokulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air
dengan menggunakan bahan kimia (disebut koagulan) yang menyebabkan
pembentukan inti gumpalan (presipitat). Proses koagulasi hanya dapat berlangsung
bila ada pengadukan. Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga
menjadi flok berukuran lebih besar. Proses flokulasi hanya dapat berlangsung bila ada
pengadukan. Pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi merupakan pemberian
energi agar terjadi tumbukan antar partikel tersuspensi dan koloid agar terbentuk
gumpalan (flok) sehingga dapat dipisahkan melalui proses pengendapan dan
penyaringan.
VII.38 Partikel yang tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan
koloid dengan ukuran sangat kecil yaitu 10-7 mm - 10-1 mm. Karena dimensinya ini
maka partikel tidak dapat diendapkan secara langsung (lihat Tabel 2.1). Di samping
itu partikel dan koloid umumnya bermuatan listrik sama yang menyebabkan
terjadinya tumbukan antar partikel (terjadi gerak Brown). Hal ini berakibat terjadinya
suatu suspensi yang sangat stabil.
VII.39 Tabel 2.1 Pengendapan partikel dalam air
VII.42 Wak
tu
VII.40
VII.41
Di
Ti
Pengend
apan
pada
Kedala
man 1
Meter
VII.44
VII.43
Ke
10
VII.47
VII.46
Pa
2015
VII.45 1
detik
VII.48 10
detik
VII.67
VII.68
VII.69
VII.49
VII.50
10-
Pa
VII.52
VII.53
10-
Le
VII.55
VII.56
10-
Ba
VII.58
VII.59
10-
VII.61
VII.62
10-
VII.64
VII.65
10-
VII.51 2
menit
VII.54 2 jam
VII.57 8 hari
VII.60 2
tahun
VII.63 20
tahun
VII.66 200
tahun
III.
P
P
P
P
P
- pipet ukur
- pipet tetes
- erlenmeyer
- oven pemanas
- neraca analitik
P - cawan
P - corong
P
2015
IV.
3.2 Bahan
P - zat koagulan MgCl (pH 11)
P - NaOH0,1 N
P - HCl 0,1 N
P
CARA KERJA
2. Contoh uji sebanyak 100 ml diencerkan hingga 500 ml kemudian dimasukan
kedalam piala gelas jar tester.
3. Zat koagulan yang akan dimasukan kedalam piala gelas masing-masing
dilarutkan terlebih dahulu pada tabung reaksi .
4. Tabung reaksi dan piala gelas diletakan pada tempatnya pada alat jar tester
sesuai dengan kode piala gelas dan tabung reaksi.
5. Pengaduk diturunkan sampai kira-kira ditengah cairan.
6. Zat koagulan dimasukan bersama-sama dengan cara memiringkan tangkai L
pada lempeng horizontal tempat tabung reaksi.
7. Jar tester diputar pada rpm 100 selama 2 menit untuk meratakan dan
penempelan zat koagulan pada partikel-partikel zat padat.
8. Zat flokulan dimasukan
9. Putaran jar tester diturunkan menjadi 20 rpm agar terbentuk flok yang lebih
besar dan berat. Dilakukan selama 15 30 menit.
10. larutan yang telah membentuk flok dibiarkan selama 15 30 menit agar
terjadi pengendapan dari flok-flok.
11. Dengan hati-hati larutan bagian atas diambil secara bersamaan ke piala gelas
yang lain untuk dianalisa.
12. Dilakukan analisa air yang telah dikoagulasi terhadap kandungan zat padat,
warna dari kekeruhan.
V.
P
P
HASIL PERCOBAAN
P
P
P TS (10020097) Awal = 1380 Mg/L
P TS (12020097) Akhir = 802 Mg/L
P Kosentrasi koagulan PAC = 4 g/l
P Kebutuhan koagulan kons.0,6 g/l :
P V1 x N1
= V2 x N2
P 0,6 x 300 = V2 x 4
P V2
= 45 ml Koagulan PAC
Data hasil proses koagulasi yang memiliki sampel warna sama berikut %
40
30
20
10
0
1g/l
0,8g/l
0,6g/l
TS Awal
0,4g/l
0,2g/l
0,1g/l
P
<
1g/l
<
0,8g
<
Konsentrasi PAC
<
0,6g
/l
<
TS awal
<
(Mg/L)
TS akhir
516
0,4g
/l
632
<
/l
P
<
802
0,2g
<
/l
0,1g/
l
1380
P
754
1042
884
35,9
(Mg/L)
P 6
2
<
effisiensi
4
P
54,2
%
44,8
8%
45,3
6%
24,5
%
1
%
P
VI.
P
P
P
P
P
DISKUSI
P
P
untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid.
Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani
oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah
dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara
cepat agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga proses
pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula. Tujuan
pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat
kimia melalui air yang diolah. Putaran cepat menggunakan kecepatan putaran100 rpm
selama 2 menit. Koagulasi yang efektif terjadi pada selang pH tertentu. Pada
praktikum yang dilakukan, pengolahan air limbah menggunakan koagulan MgCl 2.
Penggunaan koagulan MgCl2 harus dilakukan pada pH 11. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan hasil sempurna perlu dijaga kondisi pH agar tidak menyebabkan
terganggunya proses pengendapan zat-zat yang menyebabkan kekeruhan, diantaranya
yaitu zat yang akan diendapkan susah mengendap karena kondisi yang tidak optimal.
Selain itu juga zat koagulan yang digunakan akan turut mempengaruhi proses
Pada percobaan variasi penggunaan zat koagulan PAC yaitu sebanyak 0,1-1g/l
yaitu kondisi pH yang kurang tepat sehingga terjadinya kekeruhan sehingga proses
koagulasi tidak berjalan optimal.
P
terdapat dalam limbah tersebut akan membentuk agregasi atau penggabungan partikel
kecil untuk membentuk partikel yang lebih besar, sebagai akibat dari adanya
perbedaan muatan antara partikel koloid dengan koagulan. Flok-flok yang terbentuk
mempunyai berat molekul yang lebih besar dari molekul air sebagai akibat dari
penambahan polimer, sehingga flok tersebut akan dengan mudah mengendap.
P
P
Pada percobaan variasi penggunaan zat koagulanPAC yaitu sebanyak 0,1-1 g/l
untuk menguraikan zat-zat organik tersebut berkurang. Selain air yang menjadi tidak
bening (masih terdapat warna limbah), setelah dilakukan analisa padatan total, jumlah
TS bertambah, hal ini dapat disebabkan karena :
-
Pada saat pengenceran air limbah yang akan dilakukan proses, air yang
digunakan untuk mengencerkan terdapat partikel-partikel yang melayang (air
tidak bersih) sehingga dapat menambah jumlah zat padat yang teranalisa.
Saat pengambilan contoh uji, endapan terbawa. Hal lainnya yaitu kondisi pH
yang kurang tepat sehingga terjadinya kekeruhan sehingga proses koagulasi
tidak berjalan optimal dan pengeringan cawan yang kurang baik.
VII.
KESIMPULAN
P Hasil praktikum menunjukkan %effisiensi optimum pengurangan kadar padatan
total sebanyak 62,61% dengan Konsentrasi penggunaan zat flokulan berada pada 1
g/l.
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
< Daftar Pustaka
1. Kemal, Noerati, Diktat Praktikum Kualitas Air Proses dan Air Limbah Industri Tekstil,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2004.
2. Rahayu, Hariyanti, dkk, Bahan Ajar Air Proses dan Limbah Industri Tekstil, Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, Bandung, 2006.
3. Saito, Taro, http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsurnon-logam/silikon-oksida-aluminosilikat-dan-zeolit/, 2009.
4. Sitompul, Hamonangan Reksodiputro,
http://hamonanganrsespanola.wordpress.com/2009/05/30/zeolit-sebagai-mineral-serba-guna/,
2009.
5. Sunarya, Risa Rahmawati, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/faktatentang-zeolit/ , 2009.
P