Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS ZAT PADAT DALAM AIR LIMBAH

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


I.1 Maksud
Menganalisa limbah industri tekstil sehingga dapat mengetahui kadar zat padat
yang terkandung didalamnya yang terdiri dari zat padat total, zat padat terlarut
dan zat padat tersuspensi.
I.2 Tujuan
Menentukan kadar zat padat yang terkandung dalam air limbah

II.

TEORI DASAR
Total Suspended Solid (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat
padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,
2008) .
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward,
2003). TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan

sendiri

merupakan

kecenderungan

ukuran

sampel

untuk

menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel


tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik

Total Dissolve Solid (TDS)

Pengolahan Air Limbah

2015

Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah
zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (210-6 meter).
Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan pada
pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air
mineral, dan lain-lain (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut dapat pula merupakan konsentrasi jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Analisa total padatan
terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak
menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan
wawasan dalam masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total
padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum
dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut
(Oram, B.,2010)
Di dalam air ada da kelompok zat, yaitu zat padat dan zat terlarut. Perbedaan
pokok kedua kelompok ini berdasarkan ukuran atau diameter partikel tersebut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk perencanaan pengolahan air buangan
industri. Dalam metoda analisa zat padat, yang dimaksud dengan zat padat total
adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu jika suatu zat dikeringkan pada
temperatur tertentu.
Analisa zat total terdiri dari zat padat terlarut (Dissolved Solids) dan zat padat
tersspensi (Suspended Solids). Zat padat tersuspensi adalah material yang dapat
dipisahkan dari contoh air dengan cara penyaringan dengan menggunakan kertas
saring. Padatan ini kemdian dikeringkan pada temperatur 105 0C. zat padat terlarut
adalah zat padat terlarut yang dapat menembus saringan pada saat dilakukan
penyaringan dengan kertas saring, sehingga pemeriksaan zat padat terlarut ini dapat
dikerjakan sebagai kelanjutan pemeriksaan zat padat tersuspensi. Filtrat yang tembus
kertas saring diuapkan dan dikeringkan pada temperatr 105 0 C.

Pengolahan Air Limbah

2015

Prinsip metoda ini adalah contoh air diuapkan pada cawan porselen dan
dikeringkan didalam oven pada temperatur kurang lebih 105 0 C sampai beratnya
konstan. Berat residu yang tertinggal adalah berat zat padat.
III.

ALAT DAN BAHAN


III.1

IV.

Alat

Cawan porselen

Penangas air
Oven
Eksikator

III.2
-

Bahan
Air suling
Kertas saring

Neraca analitik
Labu ukur 50 ml
Corong
Penjepit kayu

CARA KERJA
IV.1

Zat Padat Total


1. Cawan kosong yang telah dibersihkan dipanaskan didalam oven pada
2.
3.
4.
5.
6.

temperatur 105 0 C selama 1 jam.


Didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang dengan teliti.
Contoh uji diambil 50 ml kemudian dituangkan kadalam cawan.
Diuapkan didalam penangas air hingga kering.
Pengeringan dilanjutkan hingga 1 jam di dalam oven.
Cawan beserta residu didinginkan didalam eksikator selama 1 jam
kemudian ditimbang.

IV.2

Zat Padat Tersuspensi


1. Kertas saring dipanaskan didalam oven pada temperatur 105 0 C selama 1
jam.
2. Kemudian didinginkan didalam eksikator selama 15 menit lalu ditimbang
dengan teliti hingga berat konstan.
3. Contoh uji yang telah dikocok kemudian diambil 50 ml dan disaring
dengan hati-hati dengan menggunakan kertas saring.
4. Kertas saring diambil dan dikeringkan didalam oven.
5. Kertas saring yang telah dikeringkan kemudian ditimbang sampai
mendapat berat konstan.

4.3 Zat Padat Terlarut


-

Hasil penguarangan padatan total dan padatan tersuspensi

merupakan nilai padatan terlarut.


Pengolahan Air Limbah

2015

V.

HASIL PERCOBAAN
-

PENGUJIAN PADATAN TOTAL


-

Berat cawan

Berat cawan +

(B)

residu (A)
-

89,5999 gram

89,6687gram

1
-

PENGUJIAN PADATAN TERSUSPENSI


-

P
-

Berat Kertas Saring

Saring (D)
0,3764

+ residu (C)
-

0,3779 gram

gram

ZAT PADAT TOTAL (Mg/L)


= (89,6687-89,5999)x1000x1000 = 1380 Mg/L
50
ZAT PADAT TERSUSPENSI (Mg/L)
= (0,3779-0,3764)x1000x1000 = 30 Mg/L
50
-

VI.

Kertas

Berat

ZAT PADAT TERLARUT

- Padatan total padatan tersuspensi


- = 1380 30
- = 1350 g/l
DISKUSI
Penentuan kadar zat padat yang terkandung di dalam air dilakukan
pada praktikum kali ini dengan cara gravimetri. Analisa gravimetri merupakan suatu
cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang
di dapat dari proses pemisahan analit dari zat zat lain dengan metode pengendapan.

Pengolahan Air Limbah

2015

Contoh air limbah yang akan dilakukan dianalisis, terlebih dahulu di kocok
agar kandungan didalamnya homogen, dan agar tidak ada zat-zat yang
pengendap, sehingga padatan yang mengendap dapat larut kembali. Analisis
zat padat total dilakukan dengan cara memanaskan cawan pada pada
temperatur 105o C selama 1 jam. Maksud dari perlakuan ini adalah agar cawan
benar-benar memiliki berat kering sehingga pada perhitungan akhir diperoleh
hasil yang tepat. Setelah itu dipanaskan lanjut di oven sehingga contoh benarbenar kering lalu disimpan dalam eksikator selama 15 menit untuk
memperoleh berat tetap. Pada penguapan air limbah harus benar-benar kering
agar kandungan airnya hilang dan yang tertinggal hanya zat padat dalam
cawan. Pengujian zat padat tersuspensi dilakukan dengan menggunakan kertas
saring, karena pada zat padat tersuspensi material dapat dipisahkan dengan
cara penyaringan.Pada analisis secara gravimetri ini memeiliki kelebihan,
diantaranya adalah mudah dilakukan dan sederhana proses analisanya. Namun
analisis gravimetri memiliki kelemahan yaitu pada umumnya metode ini
memakan banyak waktu. Setiap tahap pekerjaan memungkinkan terjadinya
kesalahan, misalnya zat tercecer atau kemasukan zat-at yang mengotori, maka
sumber kesalahan juga banyak.Berdasarkan hasil pengujian didapatkan kadar
zat padatan total sebesar 1380 mg/l , padatan tersuspensi sebesar 30mg/l dan
zat padat terlarut sebesar 1350 mg/.Dari hasil pengujian diperoleh bahwa nilai
zat padat tersuspensi lebih kecil dibandingkan dengan nilai padatan
terlarutnya. Dilihat dari baku mutu limbah cair Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2010 tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kawasan Industri, air limbah yang di uji tidak memenuhi baku mutu karena air
limbah mengandung zat padat total sebanyak 1350 mg/l dan baku mutu nya
yaitu 150 mg/l, maka perlu penanganan agar air limbah bisa dialirkan ke
badan air.
-

Adanya padatan-padatan menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak

terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen.Padatan
Pengolahan Air Limbah

2015

suspensi yang tinggi menghalangi masuknya sinar matahari kedalam air, sehingga
akan mengganggu proses fotosintesis menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang
dilepas kedalam air oleh tanaman. Jika sinar matahari terhalangi dari dasar tanaman
maka tanaman akan berhenti memproduksi oksigen dan akan mati. TSS juga
menyebabkan penurunan kejernihan dalam air.Dampak dari limbah yang tidak diolah
yang mengandung solid yang tinggi adalah: Limbah cair dipastikan mengandung
bahan organik berupa pati atau serat baik terlarut maupun partikel tersuspensi.
Tingginya kandungan bahan organik bergantung pada efisiensi proses pemisahan pati
dari air. Bila limbah cair industri ini dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih
dahulu maka air limbah akan berubah warna jadi coklat kehitaman dan berbau busuk.
Air limbah dapat meresap ke dalam sumur maupun mengalir ke badan air (sungai) di
sekitar tempat tersebut. Akibatnya sumur dan sungai tersebut akan mengalami
penurunan kualitas dan tidak layak digunakan sebagai sumber air bersih. Karna itu
limbah memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih baik agar limbah yang
dihasilkan mampu mempunyai nilai tambah dan tidak mencemari lingkungan.
VII.

KESIMPULAN
-

Contoh uji air limbah 12020097 mengandung :

Padatan total
Padatan tersuspensi
Zat padat terlarut

= 1,38 g/l
= 0,03g/l
= 1,35 g/l

Contoh air limbah ini belum memenuhi standar baku mutu limbah cair.
-

- ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI DALAM AIR


LIMBAH (BOD)
-

I.

MAKSUD DAN TUJUAN

Pengolahan Air Limbah

2015

1.1 Maksud
- menghilangkan zat organik yang terdapat didalam air contoh dengan

II.

menggunakan mikroorganisme (oksidasi biologis).


1.2 Tujuan
- Tujuan praktikum ini adalah menentukan kadar BOD dalam air limbah.
TEORI DASAR
Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari
melakukan fotosintesis yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan
dari akan larut di dalam air. Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke
dalam air melalui proses difusi yang secara lambat menembus permukaan air.
Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air tergantung pada tingkat kejenuhan air
itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh koloidal yang melayang di dalam air
oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam air, selain itu suhu air dan tekanan
udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam air
dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi oksigen dari udara ke
dalam air (Rezki. 2010).
Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap
keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak
ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat
rendah, hal dikarenakan oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh
mikroorganisme untuk memecah/ mendegradasi bahan buangan organik sehingga
menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk).
-

BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan

oksigen biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah
oleh mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh
mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi
apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
- Kebutuhan oksigen biologi (KOB), atau Biological Oxygen Demand (BOD)
adalah suatu analisa yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologi yang

Pengolahan Air Limbah

2015

terjadi di dalam air. Nilai KOB menunjukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan zat organic yang berada didalam air.
- Pemeriksaan KOB berdasarkan kepada reaksi oksidasi zat organic dengan
oksigen di dalam air karena adanya bakteri. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada
temperatur pengeraman 20 oC selama 5 hari. Pada saat ini reaksi sudah berjalan
kurang lebih 75%. Rekasi sempurna terjadi setelah 20 hari. Pemeriksaan dilakukan
dalam botol yang tertutup sehingga tidak ada pertukaran oksigen dari udara.
- Jumlah zat organic didalam air diukur melalui jumlah oksigen yang
dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organic tersebut. Karena reaksi BOD
dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah
selisih antara kadar oksigen pada saat awal reaksi dan kadar oksigen setelah 5 hari.
- Ganggan yang umumnya terdapat pada analisa KOB adalah adanya zat
beracun yang membunuh bakteri, nitrifikasi yaitu perubahan amoniak menjadi nitrat
oleh jenis bakteri tertentu yang juga membutuhkan oksigen sehingga mengacaukan
perhitungan, kemasan udara dalam botol, kekurangan bakteri dan kekurangan nutrisi
untuk bakteri.
- Oksigen terlarut didalam air sangat penting untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup dalam air. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara
alamiah sangat tergantung kepada cukup tidaknya oksigen terlarut didalam air.
Oksigen terlarut didalam berasal dari udara dan dari fotosintesis tumbuhan air.
Kelarutan oksigen didalam air dipengaruhi oleh temperatur, tekanan udara dan
kandungan mineral didalam air. Ada dua metode yang sering digunakan untuk analisa
oksigen terlarut yaitu :
-

- Titrasi cara Winkler

- Elektrodakimia

Pada

metoda

titrasi

cara

Winkler,

oksigen

didalam

contoh

mengoksidasi MnSO4 yang ditambahkan kedalam contoh dalam suasana alkali,


sehingga terjadi endapan MnO2. Dengan penambahan H2SO4 dan KI, akan dibebaskan
molekul Iodium yang setara dengan jumlah oksigen yang terlarut. Iodium yang
dibebaskan tersebut dengan metoda Iodometri menggunakan larutan tiosulfat dengan
indikator kanji.
Pengolahan Air Limbah

2015

Jumlah zat organik didalam air diukur melalui jumlah oksigen yang

dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena reaksi BOD
dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah
selisih antara kadar oksigen pada saat awal reaksi dan kadar oksigen setelah 5 hari.
Gangguan yang umumnya terdapat pada analisa KOB adalah adanya zat beracun yang
membunuh bakteri, nitrifikasi yaitu perubahan amoniak menjadi nitrat oleh jenis
bakteri tertentu yang juga membutuhkan oksigen sehingga dapat mengacaukan
perhitungan, udara yang masuk kedalam botol, kekurangan bakteri dan kekurangan
nutrisi untuk bakteri. Reaksi umum yang terjadi adalah :
-

Pada analisa oksigen terlarut DO

MnSO4 + 2KOH

Mn(OH)2 +

Mn(OH)2 + O2

MnO2

MnO2 + 2KI + 2H2O

Mn(OH)2 +

I2 + 2S2O3-

S4O6- + 2I-

K2SO4
-

H2O
I2 + 2KOH
-

Pada analisa KOB

Zat Organik + Oksigen (O2)


CO2 + H2O + NH3

III.

ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
-

Botol inkubasi Winkler


Inkubator
Labu ukur 2 liter dan 1 liter
3.2 Bahan

Oksigen terlarut
Air pengencer yang terbuat dari :

Pengolahan Air Limbah

2015

Buret 20 ml
Pipet volume
Pipet tetes

IV.

Air suling jenuh oksigen


Buffer fosfat
MgSO4.7H2O
CaCl2
FeCl2 6H2O
Bibit air kotor
Pengatur pH

CARA KERJA
1. Contoh dinetralkan sampai pH 7 dengan NaOH atau H2SO4.
2. Untuk contoh yang mengandung sisa khlor harus dinetralkan dengan Na2SO3.
3. Dilakukan pengenceran sesuai dengan kadar zat organic yang ada dalam air
contoh :

Untuk air limbah industri diencerkan 100 1000 kali

Untk air limbah penduduk diencerkan 20 100 kali

Untuk air limbah yang telah diolah diencerkan 4 20 kali

Air sungai diencerkan 1 4 kali

4. Kedalam labu ukur diisi air pengencer setengahnya, kemudian dipipet sejumlah
air contoh lalu diencerkan sampai tepat 1 liter. Tutup labu ukur dan dicocok
dengan hati-hati sampai contoh homogen.
5. Air contoh dimasukan kedalam botol winkler, dihindari masuknya udara kedalam
botol.
6. Salah satu botol langsung diperiksa kandungan oksigennya dinyatakan sebagai
DO0.
7. Dilakukan analisa yang sama terhadap blanko air pengencer untuk koreksi.
V.

HASIL PERCOBAAN
Hasil praktikum DO0
-

Titrasi

Volume botol

Blank

25,8 ml

winkler
125 ml

o
-

Sampe

11,2 ml

125 ml

l
Pengolahan Air Limbah

2015

Hasil praktikum DO5

Titrasi

Volume botol

Blank

18.6 ml

winkler
125 ml

o
-

Sampe

3,1 ml

125 ml

l
-

VI.

Blanko DO0 (Mg/L) = 25,8x0,01x8000x1,016 = 16,25 Mg/L


125
Blanko DO5 (Mg/L) = 18,6x0,01x8000x1,016 = 11,71 Mg/L
125
Air Contoh DO0 (Mg/L) = 11,2x0,01x8000x1,016 = 7,05 Mg/L
125
Air Contoh DO5 (Mg/L) = 3,1x0,01x8000x1,016 = 1,95 Mg/L
125
Nilai BOD
DISKUSI
-

= (DO0 DO5)air contoh (DO0 DO5)blanko x P


= (7,05 1,95) (16,25 11,71) X 100
= 5,1 4,54 X 100
= 56 mg/l

Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan

oksigennya sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap
oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga
menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari
itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam
air organik yang ada di dalam air.
-

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis

(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global prosesproses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Sedangkan angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan
Pengolahan Air Limbah

2015

tingkat pencemaran air lingkungan.Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen


terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen
terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh
mahkluk hidup dalam air. Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau
sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah
satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Prinsip yang digunakan dalam
pengujian ini adalah pengendapan. Dengan pengendapan ini maka diperoleh air yang
lebih bersih dan jumlah zat organiknya berkurang yang mengakibatkan jumlah
oksigen yang dipakai oleh bakteri untuk menguraikan zat- zat organik tersebut juga
ikut berkurang, sehingga nilai BOD nya juga menjadi lebih kecil. Dengan makin
lamanya waktu aerasi, maka kesempatan mikroba aerob untuk menguraikan zat
organik juga makin lama dan makin banyak zat organik yang teruraikan sehingga
dapat menurunkan nilai BOD nya.Pada pengujian kadar oksigen terlarut secara
biologi digunakan beberapa pereaksi antara lain buffer posfat, MgSO 4, CaCl2, dan
FeCl2 beberapa pereaksi tersebut berfungsi sebagai sumber makanan bagi
mikroorganisme yang akan digunakan untuk mengkonsumsi oksigen yang berada
dalam limbah. Setelah habis makanan yang tersedia dalam bentuk nutrisi zat kimia
kemudian mikroorganisme mengkonsumsi makanan yaitu oksigen atau zat-zat
organik yang terdapat dalam penguraian limbah karena oksigen terlarut dalam limbah
berkurang jumlahnya . Setelah air contoh dan pengencer dimasukan kedalam botol
winkler, ditambahkan MnSO4. Penambahan MnSO4 ini berfungsi untuk mengikat
oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat.
Selanjutnya menambahkan larutan alkali-iodida-azida dengan cara yang sama yaitu
memasukkan ujung pipet ke dalam larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi
tidak keluar dari botol karena larutan ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkaliiodida-azida ini berfungsi sebagai katalisator karena zat organik sangat sukar bereaksi
kemudian larutan di biarkan beberapa saat hingga terbentuk endapan cokelat.
-

Pemeriksaan BOD berdasarkan kepada reaksi oksidasi zat organic

dengan oksigen di dalam air karena adanya bakteri. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada temperatur pengeraman 20 oC selama 5 hari. Pengukuran selama 5 hari, hanya
menghitung sebanyak 68% bahan organik yang teroksidasi, tetapi suhu dan waktu
yang digunakan tersebut merupakan standar uji karena untuk mengoksidasi bahan
Pengolahan Air Limbah

2015

organik seluruhnya secara sempurna akan memerlukan waktu yang lebih lama, yaitu
sampai 20hari, sehingga dianggap tidak efisien. Pemeriksaan dilakukan dalam botol
yang tertutup sehingga tidak ada pertukaran oksigen dari udara.Setelah terbentuk
endapan cokelat, larutan kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H 2SO4) yang
berfungsi untuk melarutkan endapan. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan
menitrasi larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan
berwarna kuning kemudian menabahkan indikator amilum (kanji) hingga berwarna
biru. Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada
pada larutan alkali-iodida-azida karena warna biru tua kompleks pati iod berperan
sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit
asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
Petitrasi dilakukan hingga warna biru hilang.
-

Berdasarkan hasil praktikum, volume natrium tiosulfat (Na2S2O3) pada

larutan blanko DOo yang diperoleh adalah 25,8 mL dan sampel 11,2 mL. Pada
perhitungan DO5 diperoleh volume titrasi blanko DO 5 adalah 18,6 ml dan sampel 3,1
ml, sehingga nilai BOD pada sampel air limbah adalah 56 mg/l. Air limbah belum
sesuai dengan baku mutu limbah cair BOD5 sebesar 50 mg/l, sehingga perlu dilakukan
pengolahan air limbah untuk menurunkan kadar BOD sehingga limbah dapat dialirkan
ke badan air.Dilihat pada hasil pengujian Data tersebut diperoleh bahwa BOD 5 contoh
uji lebih kecil daripada BODo karena menurut reaksi bahwa mikroorganisme dibantu
dengan O2 akan bereaksi dengan zat organik menghasilkan NH3 CO2 dan H2O. Pada
pengerjaan BOD, botol Winkler harus ditutup rapat karena apa bila ada udara yang
masuk ke dalam botol maka akan mempengaruhi perhitungan begitu pula jika terdapat
reaksi nitrifikasi oleh bakteri tertentu atau adanya zat-zat beracun yang dapat
membunuh bakteri. Pada pengerjaan BOD5 contoh uji ditaruh di lemari selama 5 hari
sehingga bakteri/mikroorganisme bisa mendegradasi zat-zat organik secara sempurna
sehingga zat-zat organik yang terdapat dalam air contoh dapat diuraikan dengan lebih
baik (nilai BOD rendah) sehingga didapat nilai BOD5 < BODo.
-

Dilihat pada hasil pengujian, diperoleh bahwa BOD 5 contoh uji lebih

kecil daripada BOD0 menurut reaksi :


-

Zat organik + O2 + mikroorganisme CO2 + H2O + NH3

Pengolahan Air Limbah

2015

Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO) adalah

dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda winkler lebih analitis, teliti dan akurat
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan dan
penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan
standarisasi secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih
akurat. Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
akan diperiksa.
VII.

KESIMPULAN
Contoh uji air limbah 10020097 mengandung nilai BOD sebesar 56 mg/l.
Contoh air limbah ini belum memenuhi standar baku mutu limbah cair.

- ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA


DALAM AIR (COD)
Pengolahan Air Limbah

2015

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


I.1 Maksud
- menghilangkan senyawa organik yang terdapat didalam air contoh secara
kimia.
I.2 Tujuan
- menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organik yang terdapat pada 1 liter air contoh.

II.

TEORI DASAR
- Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam 1 liter air. Sebagai sumber oksigen
digunakan oksidator K2Cr2O7. Nilai KOK atau juga dikenal dengan COD (Chemical
Oxygen Demand) merupakan parameter pencemaran zat-zat organic secara alamiah
dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi.
- Pada analisa KOK ini sebagian besar zat organic dioksidasi oleh kalium
dikromat dalam suasana asam mendidih. Reaksi berlangsng kurang lebih 2 jam
dengan menggunakan alat pendingin refluks, agar zat organic yang mudah menguap
tidak hilang.
- Kadar klorida yang terlalu tinggi di dalam contoh uji bereaksi akan
menganggu kerja katalisator Ag2SO4, dan juga dapat bereaksi dengan dikromat
sehingga ketidaktelitian perhitungan nilai KOK. Gangguan ini dapat dihilangkan
dengan penambahan HgSO4 sebelum penambahan reagen lain. Ion merkuri akan
bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida.
-

Beberapa kentungan analisa KOK bila dibanmdingkan dengan analisa KOB

antara lain :
Waktu analisa yang hanya 2 jam jauh lebih singkat bila dibandingkan analisa
KOB yang membutuhkan waktu 5 hari.
Gangguan dari zat beracun yang berpengaruh pada analisa KOB tidak
mempengaruhi nilai KOK,
Pengolahan Air Limbah

2015

Untuk nilai KOK sampai 800 ppm tidak diperlukan pengenceran.


Mempunyai tingkat ketelitian hampir 3 kali dari analisa KOB
Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical
Oxygen Demand (COD) yang digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan
penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, dan perak sulfat
sebagai katalis.
Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya
peninjauan kritis metoda standar penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan
bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori. Pertama, metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia
secara konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya. Kedua, metoda yang
berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai
pengukuran secara elektrokimia.
III.

ALAT DAN BAHAN


III.1 Alat
-

IV.

Alat refluks lengkap


Pemanas listrik
Labu ukur 100 ml
Buret 50 ml

Pipet volume
Erlenmeyer
Piala gelas

III.2
III.3
III.4
III.5
III.6 Bahan
- Larutan standar kalium dikromat 0,2500N
- H2SO4 pekat yang telah mengandung AgSO4
- HgSO4 padat
- Indikator feroin (fenantrolin fero sulfat)
- Larutan penitar ferro amonium sulfat
CARA KERJA
1. Contoh uji dikocok
2. Pipet 2,5 ml CU ditambah 1,5 ml Kalium Dikromat 0,2N dan 3 ml asam COD
3. Refluks selama 2 jam
4. Dinginkan, masukkankedalam erlenmeyer
5. Bilas tabung COD dengan air suling 2x
6. Masukkan air bilasan tabung COD kedalam erlenmeyer

Pengolahan Air Limbah

2015

7. Tambahkan indicator feroin, sisa dikromat dititrasi dengan garam Mohr sampai
warna hijau kebiruan berubah tepat merah coklat.
8. Dilakukan percobaan untuk blanko.
9. Dilakukan standarisasi larutan fero amonim sulfat.
IV.1
V.

HASIL PERCOBAAN
V.1
V.2 Standarisasi garam mohr :
V.3 10 ml K2Cr2O7 0,25 N diencerkan hingga 100 ml kemudian ditambah 2 ml
H2SO4 dan feran, lalu dititrasi dengan garam mohr.
V.4 Titrasi
: 44 ml
V.5
V1N1 = V2N2
V.6
10 ml x 0,025 N = 44 ml x N2
V.7
10.0,25 = 44 N
V.8
N2 = 2,5N = 0,05 N
V.9
44
V.10
V.11
V.12
V.13
Hasil praktikum COD

V.14
V.15
V.16

Titrasi

V.17

Blanko

V.19

V.20

6,8 ml

V.22

V.23

3,8 ml

V.18

Sampel 49

V.21
V.24

7 ml
3,6 ml

V.25
V.26
V.27
V.28
V.29
V.30
V.31

Blanko = 6,8+7 = 6,9 ml


2
Contoh Uji = 3,8+3,6 = 3,7 ml
2
COD = (6,9-3,7)x0,05x8000 = 512 Mg/L O2
2,5

V.32
VI.

DISKUSI
VI.1

Pada pengujian COD ini, dipipet contoh uji sebanyak 2,5ml dan

ditambahkan K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen.Oksidator (K2Cr2O7) ini bekerja dalam


suasana asam mendidih sehingga digunakanlah asam sulfat reagen dan reaksi
berlangsung selama 2 jam dengan menggunakan refluks. Pada saat merefluks harus
Pengolahan Air Limbah

2015

diperhatikan betul karena apabila reaksi tidak berlangsung sempurna akan


mempengaruhi pada hasil penelitian pada akhir proses pengujian. Senyawa organik
yang mudah menguap akan hilang selama pemanasan, untuk mencegah penguapan
tersebut, pengukuran COD dilakukan dengan kondensor atau refluks secara tertutup.
VI.2

Pada saat akhir merefluks,alat dibersihkan dengan air suling melalui

mulut kondensor,hal ini dilakukan agar uap sulfat yang masih ada dapat
dihilangkan,yang mana uap sulfat ini berbahaya bagi kesehatan, kemudian hasil
refluks dan air bilasan tabung COD kedalam erlenmeyer dan diberi indikator ferolin,
selanjutnya dititar dengan menggunakan garam mohr hingga merah coklat. Pada
pengujian COD kali ini,digunakan Fero ammonium sulfat atau garam mohr yang
normalitasnya harus dicari terlebih dahulu.Hal ini dikarenakan larutan tersebut tidak
stabil oleh sebab itu normalitasnya harus selalu distandarisasi setiap kali akan
digunakan.
VI.3
VI.4

Untuk memastikan semua zat organik dapat habis dioksidasi oleh

kalium dikromat, maka penambahan kalium dikromat harus berlebih, sehingga pada
akhir titrasi masih tersisa zat pengoksidasi kalium dikromat. Sisa kalium dikromat
tersebut ditentukan melalui titrasi yang dikenal dengan nama garam Mohr. Dengan
blanko, kita dapat mengetahui kadar kalium dikromat awal, sehingga kita dapat
menghitung berapa kalium dikromat yang dipakai mengoksidasi contoh uji. Reaksi
umum yang terjadi adalah :
VI.5

C4H6O4 + Cr2O7 + H+CO2 + CO2 + H2O + Cr3

VI.6

Sisa kromat dititrasi oleh garam Mohr

VI.7

6Fe2- + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O

VI.8

Gangguan klorida

VI.9

6Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O

VI.10

Hg2+ + Cl-

HgCl2

VI.11 Berdasarkan hasil praktikum, kebutuhan oksigen kimia dalam limbah


ialah 512 mg/L O2. Air limbah belum sesuai dengan baku mutu limbah cair COD
sebesar 100 mg/l, sehingga perlu dilakukan pengolahan air limbah untuk menurunkan
kadar COD sehingga limbah dapat dialirkan ke badan air.Pada hasil pengerjaan
Pengolahan Air Limbah

2015

terhadap BOD dan COD dapat dilihat bahwa nilai BOD yang lebih kecil daripada
COD, hal ini dikarenakan oleh jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan
zat organik dengan cara BOD lebih sedikit, karena sebagian zat organik telah
mengurai sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat zat organik
tinggal sedikit. Sehingga hal ini yang menyebabkan nilai BOD menjadi lebih kecil
dari COD. Kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang
sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis.
Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan
suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan
saja. Selain itu, analisa COD dapat tidak mnunjukkan hasil yang sebenarnya karena
pengaruh dari Fero ammonium sulfat atau garam mohr yang tidak stabil. Seperti pada
praktikum, normalitas garam mohr dicari beberapa menit sebelum akan dilakukan
titrasi bukan saat akan dititrasi dan Fero ammonium sulfat terkena udara bebas saat
didalam buret sehingga nilai COD yang dihasilkan dapat tidak tepat.
VII.

KESIMPULAN
VII.1 Contoh uji air limbah 10020097, jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi zat kimia adalah 512 mg/L O2. Contoh air limbah ini belum memenuhi
standar baku mutu limbah cair.
VII.2
VII.3
VII.4
VII.5

VII.6
VII.7
VII.8
VII.9
Pengolahan Air Limbah

2015

VII.10
VII.11
VII.12
VII.13
VII.14
VII.15

PENGOLAHAN AIR LIMBAH

DENGAN CARA KOAGULASI-FLOKULASI


I.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
VII.16
mempelajari proses koagulasi terhadap air contoh dengan variasi
konsentrasi zat koagulan yang digunakan.
1.2 Tujuan
VII.17
menentukkan kondisi dan konsentrasi optimum zat koagulan yang

II.

digunakan.
VII.18
VII.19
TEORI DASAR
VII.20

Untuk membuang air limbah ke badan air penerima, apapun dan

bagaimanapun jenis limbah dan kualitasnya, sebelum dibuang harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Sehingga pengolahan air limbah dilakukan untuk memperbaiki kualitas
air sampai memenuhi persyaratan yang ditentukan. Industri tekstil menghasilkan cukup
banyak air limbah yang mengandung bermacam-macam polutan. Air limbah industri
tekstil hanya diperbolehkan dilepas ke badan air penerima setelah kadar polutan yang
dikandung diturunkan sampai batas ambang yang diperbolehkan.
VII.21
VII.22

Untuk mengurangi kadar zat polutan pada air limbah, secara garis

besar dapat dilakukan dengan cara :


Pengolahan Air Limbah

2015

1. Mengurangi zat polutan yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengurangi konsentrasi zat polutan dan volume air limbah yang akan dibuat. Usaha
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya mengurangi volume air proses,
yang berarti mengurangi volume air limbah, mengurangi rangkaian proses,
penggunaan kembali sisa zat kimia dan menggunakan zat kimia yang memberikan
kadar pencemaran rendah.
2. Mengolah air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. Karena beragamnya
jenis dan ukuran polutannya yang dikandung. Pengolahan limbah cair industri tekstil
memerlukan beberapa tahap proses pengolahan diantaranya pengolahan primer berupa
ekualisasi

dan

netralisasi

dilanjutkan

dengan

pengolahan

sekunder

untuk

menghilangkan padatan dengan proses kimia atau biologi.


VII.23
VII.24

Komposisi dan laju air limbah dari proses pada industri tekstil sangat

bervariasi, oleh karena itu perlu dibuat seragam melalui ekualisasi. Proses ekualisasi
dibuat dengan cara mencampur dan menyimpan air limbah di dalam kolam. Proses
selanjutnya adalah penyaringan dan pengendapan yang bertujuan untuk memisahkan
partikel-partikel tersuspensi yang relatif besar, seperti serat, zat kimia yang tidak larut
dan butiran-butiran padat dari air limbah.
VII.25
VII.26

Zat organik maupun anorganik berupa padatan tersuspensi atau berupa

padatan terlarut umumnya dipisahkan dengan cara biologi yaitu dengan bantuan
mikroba zat organik untuk diuraikan menjadi molekul yang lebih sederhana, ataupun
cara kimia yaitu menggunakan zat koagulan sehingga partikel-partikel yang halus akan
digabung secara kimia fisika menjadi gumpalan yang mudah dipisahkan dengan cara
pengendapan. Zat koagulan yang umumnya digunakan pada industri tekstil adalah
ferosulfat, aluminium sulfat serta kogulan polimer. Dengan cara ini partikel penyebab
kekeruhan dan warna dapat dipisahkan kecuali partikel nonionik yang sangat halus.
Untuk menentukan dosis optimal dari zat koagulan dan parameter lainnya seperti pH,
jenis zat koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi dilakukan dengan cara
percobaan Jar test. Alat ini merupakan model sederhana proses koagulasi.
VII.27
VII.28

Suatu larutan yang keruh biasanya mengandung partikel-partikel kecil

yang ringan dan sulit mengendap dalam waktu yang lama. Partikel-partikel tersebut
tidak dapat bergabung menjadi partikel yang lebih besar dan lebih berat karena muatan
Pengolahan Air Limbah

2015

partikel-partikel tersebut sama (biasanya negatif), sehingga ada gaya elektrostatis


diantara partikel tersebut. Dengan penambahan zat koagulan, maka sebagian zat
koagulan terlarut dalam air dan molekul-molekul ini akan menempel pada permukaan
partikel (karena zat koagulan bermuatan positif) dan mengubah muatan elektris dari
sebagian partikel anion. Sebagian besar zat koagulan tidak terlarut dan akan mengendap
sebagai flok yang mengurung partikel-partikel zat padat dan membawanya ke bawah.
VII.29
VII.30
VII.31
VII.32
-

Proses koagulasi terdiri dari 3 langkah yaitu:


Pelarutan zat koagulan dan mencampur dengan contoh sampai homogen

dilakukan dengan pengadukan cepat menggunakan putaran 100 ppm selama 1 jam,
-

jika perlu pH diatur sesuai dengan kebutuhan.


Pembentukan flok harus dilakukan dengan putaran yang cukup pelan sekitar
20 ppm selama 20 menit, karena pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok
yang telah terbentuk.
VII.33

Pengendapan flok dengan partikel yang terkurung didalamnya selama

20 atau 30 menit.
VII.34
VII.35

Untuk membuang air limbah ke badan air penerima, apapun jenis limahnya,

bagaimanapun kualitasnya, sebelum dibuang harus memenuhi syarat-syarat tertentu.


Jadi pengolahan air limbah dilakukan untuk memperbaiki kualitas air sampai memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
VII.36

Industri tekstil menghasilkan cukup banyak air limbah yang

mengandung bermacam-macam polutan. Air limbah industri tekstil hanya diperbolehkan


dilepas ke badan air penerima setelah kadar polutan yang dikandung diturunkan sampai
batas ambang yang diperbolehkan.
VII.37 Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran
dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair,
pengadukan ditujukan untuk memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak). Aplikasi
pada bidang teknologi lingkungan pengadukan digunakan untuk proses fisika seperti

Pengolahan Air Limbah

2015

pelarutan bahan kimia dan proses pengentalan (thickening), proses kimiawi seperti
koagulasi-flokulasi dan disinfeksi, proses biologis untuk mencampur bakteri dan air
limbah. Pada bab ini akan difokuskan pada teori pengadukan untuk proses koagulasi
dan flokulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air
dengan menggunakan bahan kimia (disebut koagulan) yang menyebabkan
pembentukan inti gumpalan (presipitat). Proses koagulasi hanya dapat berlangsung
bila ada pengadukan. Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga
menjadi flok berukuran lebih besar. Proses flokulasi hanya dapat berlangsung bila ada
pengadukan. Pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi merupakan pemberian
energi agar terjadi tumbukan antar partikel tersuspensi dan koloid agar terbentuk
gumpalan (flok) sehingga dapat dipisahkan melalui proses pengendapan dan
penyaringan.
VII.38 Partikel yang tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan
koloid dengan ukuran sangat kecil yaitu 10-7 mm - 10-1 mm. Karena dimensinya ini
maka partikel tidak dapat diendapkan secara langsung (lihat Tabel 2.1). Di samping
itu partikel dan koloid umumnya bermuatan listrik sama yang menyebabkan
terjadinya tumbukan antar partikel (terjadi gerak Brown). Hal ini berakibat terjadinya
suatu suspensi yang sangat stabil.
VII.39 Tabel 2.1 Pengendapan partikel dalam air
VII.42 Wak
tu
VII.40

VII.41

Di

Ti

Pengend
apan
pada
Kedala
man 1
Meter

VII.44

VII.43

Ke

10

VII.47

VII.46

Pa

Pengolahan Air Limbah

2015

VII.45 1
detik
VII.48 10
detik

VII.67
VII.68
VII.69

VII.49

VII.50

10-

Pa

VII.52

VII.53

10-

Le

VII.55

VII.56

10-

Ba

VII.58

VII.59

10-

VII.61

VII.62

10-

VII.64

VII.65

10-

VII.51 2
menit

VII.54 2 jam

VII.57 8 hari

VII.60 2
tahun
VII.63 20
tahun
VII.66 200
tahun

Sumber: Water Treatment Handbook Vol. 1 (1991)

Koloid merupakan partikel yang tidak dapat mengendap secara alami

karena adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:


a. gaya tarik van der waal's
b. gaya tolak /repulsive elektrostatik
VII.70
VII.71
Koagulasi bertujuan untuk mengurangi stabilitas koloid (proses
destabilisasi) melalui penambahan bahan kimia dengan muatan berlawanan.
VII.72
Pada koagulasi akan terjadi :
a. Penurunan tegangan permukaan (zeta potensial) melalui proses netralisasi
muatan dan adsorpsi.
b. Presipitasi dari koagulan akan menyapu koloid
VII.73
c. Adsorpsi dan pembentukan jembatan antar partikel
VII.74
VII.75
Pada flokulasi, kontak antar partikel melalui dua mekanisme, yaitu:
a. Thermal motion yang dikenal dengan brownian motion atau difusi atau disebut

III.

sebagai flokulasi perikinetik.


b. Gerakan cairan oleh aktifitas pengadukan atau flokulasi ortokinetik.
VII.76
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
P - jar tester

Pengolahan Air Limbah

P - piala gelas 500 ml


2015

P
P
P
P
P

- pipet ukur
- pipet tetes
- erlenmeyer
- oven pemanas
- neraca analitik

Pengolahan Air Limbah

P - cawan
P - corong
P

2015

IV.

3.2 Bahan
P - zat koagulan MgCl (pH 11)
P - NaOH0,1 N
P - HCl 0,1 N
P
CARA KERJA
2. Contoh uji sebanyak 100 ml diencerkan hingga 500 ml kemudian dimasukan
kedalam piala gelas jar tester.
3. Zat koagulan yang akan dimasukan kedalam piala gelas masing-masing
dilarutkan terlebih dahulu pada tabung reaksi .
4. Tabung reaksi dan piala gelas diletakan pada tempatnya pada alat jar tester
sesuai dengan kode piala gelas dan tabung reaksi.
5. Pengaduk diturunkan sampai kira-kira ditengah cairan.
6. Zat koagulan dimasukan bersama-sama dengan cara memiringkan tangkai L
pada lempeng horizontal tempat tabung reaksi.
7. Jar tester diputar pada rpm 100 selama 2 menit untuk meratakan dan
penempelan zat koagulan pada partikel-partikel zat padat.
8. Zat flokulan dimasukan
9. Putaran jar tester diturunkan menjadi 20 rpm agar terbentuk flok yang lebih
besar dan berat. Dilakukan selama 15 30 menit.
10. larutan yang telah membentuk flok dibiarkan selama 15 30 menit agar
terjadi pengendapan dari flok-flok.
11. Dengan hati-hati larutan bagian atas diambil secara bersamaan ke piala gelas
yang lain untuk dianalisa.
12. Dilakukan analisa air yang telah dikoagulasi terhadap kandungan zat padat,
warna dari kekeruhan.

V.

P
P
HASIL PERCOBAAN
P

Pada samperl air limbah 10020097 :

P
P TS (10020097) Awal = 1380 Mg/L
P TS (12020097) Akhir = 802 Mg/L
P Kosentrasi koagulan PAC = 4 g/l
P Kebutuhan koagulan kons.0,6 g/l :
P V1 x N1

= V2 x N2

P 0,6 x 300 = V2 x 4
P V2

= 45 ml Koagulan PAC

P Berat cawan + residu = 70,4195 gram (A)

P Berat cawan kosong = 70,3794 gram (B)


P Zat Padat Total
= (70,4195-70,3794)x1000x1000
P
50
P
= 802 Mg/L
P
P
P
P
P
P
P
P Pada saat pengolahan air limbah secara koagulasi-flokulasi contoh zat warna yang
memiliki warna sama digabungkan.
P
P

Data hasil proses koagulasi yang memiliki sampel warna sama berikut %

effisiensidengan TS akhir keseluruhan berdasarkan dosis koagulan yang ditentukan :


P
P
P

Rumus % effisiensi : TS Awal-TS Akhir x100% =%

Grafik hubungan % Effisiensi dengan konsentrasi dosis koagulan yang digunakan


70
60
50
% Effisiensi

40
30
20
10
0
1g/l

0,8g/l

0,6g/l

TS Awal

0,4g/l

0,2g/l

0,1g/l

P
<

1g/l

<

0,8g

<

Konsentrasi PAC

<

0,6g

/l
<

TS awal

<

(Mg/L)
TS akhir

516

0,4g

/l

632

<

/l
P

<

802

0,2g

<

/l

0,1g/
l

1380
P

754

1042

884

35,9

(Mg/L)
P 6
2
<

effisiensi

4
P

54,2
%

44,8
8%

45,3
6%

24,5
%

1
%
P

VI.

P
P
P
P
P
DISKUSI
P
P

Koagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan

untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid.
Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani
oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah
dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara
cepat agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga proses
pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula. Tujuan
pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat
kimia melalui air yang diolah. Putaran cepat menggunakan kecepatan putaran100 rpm
selama 2 menit. Koagulasi yang efektif terjadi pada selang pH tertentu. Pada
praktikum yang dilakukan, pengolahan air limbah menggunakan koagulan MgCl 2.
Penggunaan koagulan MgCl2 harus dilakukan pada pH 11. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan hasil sempurna perlu dijaga kondisi pH agar tidak menyebabkan
terganggunya proses pengendapan zat-zat yang menyebabkan kekeruhan, diantaranya
yaitu zat yang akan diendapkan susah mengendap karena kondisi yang tidak optimal.
Selain itu juga zat koagulan yang digunakan akan turut mempengaruhi proses

pengendapan. Saat dites pH, sampel air limbah mempunyai pH 4, kemudian


ditambahkan NaOH hingga pH 11. Sebenarnya, penggunaan jenis koagulan yang
cocok digunakan untuk suatu limbah berbeda-beda, tidak dapat diseragamkan, maka
seharusnya untuk memperoleh hasil optimum pengolahan air limbah diperlukan
percobaan dengan menggunakan jenis koagulan dan konsentrasi koagulan yang
berbeda. Oleh karena itu, praktikum di laboratorium menggunakan jar tester untuk
menentukan dosis optimum koagulasi-flokulasi.Ketika koagulan direaksikan dengan
air limbah, partikel-partikel koloid yang terdapat dalam limbah tersebut akan
membentuk agregasi atau penggabungan partikel kecil untuk membentuk partikel
yang lebih besar, sebagai akibat dari adanya perbedaan muatan antara partikel koloid
dengan koagulan. Flok-flok yang terbentuk mempunyai berat molekul yang lebih
besar dari molekul air sebagai akibat dari penambahan polimer, sehingga flok tersebut
akan dengan mudah mengendap.
P
P

Pada percobaan variasi penggunaan zat koagulan PAC yaitu sebanyak 0,1-1g/l

ternyata didapatkan hasil bahwa semakin banyak konsentrasi koagulasi yang di


gunakan, maka semakin banyak endapan yang terbentuk dan air menjadi lebih bening.
Padatan total yang berada dalam air limbah menyebabkan kekeruhan. Pada pengujian
pengolahan air limbah dengan cara koagulasi dan flokulasi, zat-zat organik maupun
anorganik yang berupa padatan tersuspensi atau padatan terlarut dapat digabungkan
secara kimia fisika menjadi gumpalan/flok besar yang mudah dipisahkan dengan cara
pengendapan. Dengan pengendapan ini maka diperoleh air yang lebih bersih dan
berkurangnya jumlah zat organik yang mengakibatkan jumlah oksigen yang dipakai
oleh bakteri untuk menguraikan zat-zat organik tersebut berkurang.Selisih
pengurangan % zat padat total atau %effisiensi pengolahan air limbah secara
koagulasi tidak bisa disamakan dengan semakin banyak zat koagulan yang digunakan,
maka selisih pengurangan %

zat padat total akan semakin besar, karena pada

konsentrasi tertentu terjadi kondisi yang optimum pengurangan zat padat


totalnya.Penambahan berat TS (zat padat total) setelah proses koagulasi dan sebelum
diproses dapat disebabkan karena putaran saat proses koagulasi bermasalah,
penggunaan air untuk pengenceran yang mengandung padatan total dan padatan
tersuspensi sehingga menambah kandungan zat padat dalam air limbah, pengeringan
cawan yang kurang baik. Saat pengambilan contoh uji, endapan terbawa. Hal lainnya

yaitu kondisi pH yang kurang tepat sehingga terjadinya kekeruhan sehingga proses
koagulasi tidak berjalan optimal.
P

Proses flokulasi dilakukan setelah setelah proses koagulasi dimana pada

proses koagulasi kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga terbentuk flok-flok


lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Proses flokulasi
berlangsung dengan pengadukan lambat agar campuran dapat membentuk flok-flok
yang berukuran lebih besar dan dapat mengendap dengan cepat. Keefektifan proses ini
tergantung pada konsentrasi serta jenis koagulan dan flokulan, pH dan temperatur .
Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang
berukuran besar. Partikel yang berukuran besar akan mudah diendapkan. Flokulasi
dilakukan dengan kecepatan 20rpm selama 20 menit. Pada kecepatan 20rpm, setelah
10 menit ditambahkan zat flokulan (polyflock) dengan konsentrasiyang berbeda.
Selanjutnya, larutan didiamkan selama 30 menit untuk mengendapkan flok yang telah
terkurung didalamnya. Waktu 30 menit ialah waktu yang dianggap optimum semua
endapan sudah mengendap.
P
P

Ketika koagulan direaksikan dengan air limbah, partikel-partikel koloid yang

terdapat dalam limbah tersebut akan membentuk agregasi atau penggabungan partikel
kecil untuk membentuk partikel yang lebih besar, sebagai akibat dari adanya
perbedaan muatan antara partikel koloid dengan koagulan. Flok-flok yang terbentuk
mempunyai berat molekul yang lebih besar dari molekul air sebagai akibat dari
penambahan polimer, sehingga flok tersebut akan dengan mudah mengendap.
P
P

Pada percobaan variasi penggunaan zat koagulanPAC yaitu sebanyak 0,1-1 g/l

ternyata didapatkan hasil bahwa semakin banyak konsentrasi koagulasi yang di


gunakan, maka semakin banyak endapan yang terbentuk dan air menjadi lebih
bening.Dan konsentrasi koagulan yang optimum berada pada konsentrasi 1g/l.
Kebutuhan zat flokulan, biasanya satu per sepuluh bagian dari zat koagulasi yang
digunakan.Pada hasil praktikum, terjadi penyimpangan. Setelah diberi flokulan, warna
air tidak bening seperti dengan tidak yang diberi flokulan. Seharusnya zat-zat organik
maupun anorganik yang berupa padatan tersuspensi atau padatan terlarut dapat
digabungkan secara kimia fisika menjadi gumpalan/flok besar yang mudah dipisahkan
dengan cara pengendapan. Sehingga diperoleh air yang lebih bersih dan berkurangnya
jumlah zat organik yang mengakibatkan jumlah oksigen yang dipakai oleh bakteri

untuk menguraikan zat-zat organik tersebut berkurang. Selain air yang menjadi tidak
bening (masih terdapat warna limbah), setelah dilakukan analisa padatan total, jumlah
TS bertambah, hal ini dapat disebabkan karena :
-

Adanya kompetisi antara zatkoagulan dan zat flokulan. Zat flokulan


terkoagulasi, zat flokulan seharusnya mengendapkan, tetapi karena koagulan
dan flokulan bekerja dalam waktu yang sama maka flokulan terendapkan.
Seharusnya, penambahan koagulan dan flokulan tidak didalam bak yang sama,
sehingga tidak terjadi persaingan dan saling mengendapkan.

Pada saat pengenceran air limbah yang akan dilakukan proses, air yang
digunakan untuk mengencerkan terdapat partikel-partikel yang melayang (air
tidak bersih) sehingga dapat menambah jumlah zat padat yang teranalisa.

Saat pengambilan contoh uji, endapan terbawa. Hal lainnya yaitu kondisi pH
yang kurang tepat sehingga terjadinya kekeruhan sehingga proses koagulasi
tidak berjalan optimal dan pengeringan cawan yang kurang baik.

VII.

KESIMPULAN
P Hasil praktikum menunjukkan %effisiensi optimum pengurangan kadar padatan
total sebanyak 62,61% dengan Konsentrasi penggunaan zat flokulan berada pada 1
g/l.
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
< Daftar Pustaka
1. Kemal, Noerati, Diktat Praktikum Kualitas Air Proses dan Air Limbah Industri Tekstil,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2004.
2. Rahayu, Hariyanti, dkk, Bahan Ajar Air Proses dan Limbah Industri Tekstil, Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil, Bandung, 2006.
3. Saito, Taro, http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsurnon-logam/silikon-oksida-aluminosilikat-dan-zeolit/, 2009.
4. Sitompul, Hamonangan Reksodiputro,
http://hamonanganrsespanola.wordpress.com/2009/05/30/zeolit-sebagai-mineral-serba-guna/,
2009.
5. Sunarya, Risa Rahmawati, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/faktatentang-zeolit/ , 2009.
P

Anda mungkin juga menyukai