Percobaan V
Proses Sokletasi
“Isolasi Minyak Jagung”
Asisten :
Dosen Pengampu:
2020
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
Catatan Tambahan:
Pekanbaru, November 2019
Dosen Pengampu,
i
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
ABSTRAK
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan
padi. Selain, sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir). Biji jagung dapat diekstrak untuk
menghasilkan minyak dengan menggunakan pelarut n-heksana. Metode ekstraksi yang
digunakan adalah sokletasi. Sokletasi adalah suatu metode/proses pemisahan suatu komponen
yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang – ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Tujuan dari
percobaan ini adalah mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu
bahan alam dengan metode sokletasi. Adapun prinsip sokletasi ini yaitu penyaringan yang
berulang – ulang, sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya
adalah zat tersaring.dari pengamatan dengan menggunakan sampel 60 gram biji jagung,
selongsong 1 gram, dan menggunakan 300 ml pelarut n-heksana, maka didapat rendemen
sebanyak 1,014%.
Kata kunci : minyak biji jagung, rendemen, sokletasi, n-heksana
ABSTRACT
Corn is one of the world's most important food crops, apart from wheat and rice. Apart from
being a source of carbohydrates, corn is also grown as animal feed (forage and cobs), its oil
is taken (from the grain). Corn kernels can be extracted to produce oil using n-hexane solvent.
The extraction method used is soxletation. Soxletation is a method / process of separating a
component contained in a solid by filtering repeatedly using a certain solvent, so that all the
desired components will be isolated. The purpose of this experiment is to study and observe the
isolation process of a component from a natural material using the soxletation method. The
principle of this soxletation is repeated filtering, so that the results obtained are perfect and
relatively little solvent is used. When this filtering has been completed, the solvent is
evaporated again and the rest is the filtered substance. From the observation using a sample
of 60 grams of corn seeds, a sleeve of 1 grams, and using 300 ml of n-hexane solvent, the yield
was 1,014%.
Key words: corn seed oil, yield, sokletasi, n-hexane
ii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK .................... i
ABSTRAK ............................................................................................................................... ii
iii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
4.2. Pembahasan................................................................................................. 16
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
iv
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jagung ................................................................................................................ 3
Gambar 2. 2 Siklus Distilasi .................................................................................................... 9
Gambar 3. 1 Rangkaian Alat Sokletasi.................................................................................. 15
Gambar 3. 2 Rangkaian Alat Distilasi ................................................................................... 15
v
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Komposisi Kimia pada Biji Jagung ......................................................................... 4
Tabel 2. 2 Komposisi Minyak Jagung Murni ........................................................................... 5
Tabel 2. 3 Karakteristik Pelarut Heksana ............................................................................... 11
Tabel 4. 1 Hasil percobaan Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Jagung” ................................. 16
vi
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jagung
Tumbuhan Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di
Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung sebagai pangan pokok. (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010). Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup
memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Kebutuhan akan dikonsumsi jagung
di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia.
Jagung sebagai bahan pangan, dapat dikonsumsi langsung maupun perlu pengolahan
seperti jagung rebus, bakar, maupun dimasak menjadi nasi. Sebagai bahan ternak, biji pipilan
kering digunakan untuk pakan ternak bukan ruminan seperti ayam, itik, puyuh, dan babi,
sedangkan seluruh bagian tanaman jagung atau limbah jagung, baik yang berupa tanaman
jagung muda maupun jeraminya dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Selain itu,
jagung juga berpotensi sebagai bahan baku industri makanan, kimia farmasi dan indutri lainnya
yanng mempunyai nilai tinggi, seperti tepung jagung, gritz jagung, minyak jagung, dextrin,
gula, etanol, asam organik dan bahan lainnya (Budiman, 2010).
Jagung sebagai tanaman daerah tropik dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang
tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik. Agar tumbuh dengan
baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata – rata antara 14 – 30oC, pada daerah dengan
curah hujan sekitar 600 – 1.200 mm pertahun yang terdistribusi rata selama musim tanam
(Kartasapoetra, 1988).
Jagung termasuk tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat
mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi),
pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
2
3
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
1,4 mg/kg, asam folat 0,3 mg/kg, biotin 0,08 mg/kg, vitamin A (karoten) 2,5 mg/kg, dan
vitamin E (tokoferol) 30 IU/kg (Lawton dan Wilson, 2003).
Tabel 2. 1 Komposisi Kimia pada Biji Jagung
Komponen Pati (%) Protein (%) Lipid (%) Gula (%) Abu (%) Serat (%)
Biji Utuh 73,4 9,1 4,4 1,9 1,4 9,5
Endosperma 87,6 8,0 0,8 0,62 0,3 1,5
Lembaga 8,3 18,4 33,2 10,8 10,5 14
Perikarp 7,3 3,7 1,0 0,34 0,8 90,7
Tip cap 6,3 9,1 3,8 1,6 1,6 95
Sumber: Lawton dan Wilson, 2003
Karatenoid umumnya terdapat pada biji jagung kuning, sedangkan jagung putih
mengandung karatenoid sangat sedikit bahkan tidak ada. Biji tua jagung mengandung sangat
sedikit asam askorbat (Vitamin C), dan piridoksin (Vitamin B6) (Suarni dan Widowati, 2007).
Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh glliserol dan asam-asam
lemak. Presentase gliserida sekitar 98,6%, sedangkan sisanya merupakan bahan non minyak
seperti abu, zat warna atau lilin. Asam lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Dalam 100 kg jagung dengan kandungan air 16%,
akan menghasilkan sekitar 64 kg tepung butiran dan 3 kg minyak jagung.
Bagian jagung yang mengandung minyak adalah lembaga (germ). Minyak jagung dapat
diekstrak dari hasil proses penggilingan kering maupun basah, proses penggilingan yang
berbeda akan menghasilkan rendemen minyak yang berbeda pula. Pada penggilingan kering
(dry-milled), minyak jagung dapat diekstrak dengan pengepresan maupun ekstraksi hexan.
Kandungan minyak pada tepung jagung adalah 18%. Untuk penggilingan basah (wetmilling),
sebelumnya dapat dilakukan pemisahan lembaga, kemudian baru dilakukan ekstraksi minyak.
Pada lembaga, kandungan minyak yang bisa diekstrak rata-rata 52%. Kandungan minyak hasil
ekstraksi kurang dari 1,2%. Minyak kasar masih mengandung bahan terlarut, yaitu fosfatida,
asam lemak bebas, pigmen, waxes, dan sejumlah kecil bahan flavor dan odor.
Kelebihan minyak jagung dibandingkan dengan minyak nabati yang lain, adalah
kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, mengandung asam lemak essensial (omega 3
dan omega 6), serta vitamin E, sehingga sangat baikuntuk penurunan kadar kolesterol ,
mencegah penyakit jantung, stroke, kanker, asma, dan diabetes.
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia dengan cara dan
pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari bahan yang tidak dapat
larut dengan pelarut cair (Kresnanugraha, 2012). Proses ekstraksi senyawa kimia yang
terkandung dalam tanaman dapat dipengaruhi berbagai aspek, baik dari teknis penyarian
maupun faktor tanaman itu sendiri. Sistem penyarian dan polaritas pelarut sangat menentukan
perpindahan senyawa kimia tanaman dari dalam sel ke dalam cairan pelarut. Polaritas cairan
pelarut yang digunakan bergantung dari sifat kimia senyawa aktif yang akan diekstraksi dan
kemampuan menembus membran sel. Metode serta pelarut yang digunakan untuk memperoleh
ekstrak menjadi faktor penting dalam optimasi proses ekstraksi komponen bioaktif dari alam
(Ichwan, 2014).
difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan
berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih
cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya
perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya
ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan
semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigh, 1994). Kerugian adalah pengerjaannya lama dan
penyarian kurang sempurna. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi padakeseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes
RI, 2000).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna dengan
temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi, tahap perkolasi sebenarnya, terus menerus sampai
diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2.4.2. Cara Panas
Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung. Adanya
panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi dibandingkan dengan cara dingin.
Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu :
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelaurt pada temperature titik didihnya, selama waktu
dan jumlah pelarut tertentu yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI,
2000). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada rafinat
pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan
terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini
adalah membutuhkan jumlah pelarut yang banyak (Irawan, 2010).
2. Sokletasi
Ekstraksi menggunakan Soklet dengan pelarut cair merupakan salah satu metode yang
paling baik digunakan dalam memisahkan senyawa bioaktif dari alam. Alat soklet adalah suatu
sistem penyarian berulang denganpelarut yang sama yang menggunakan proses sirkulasi
perubahan uap–cair dari pelarut dengan pemanasan. Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan
Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Jagung”
8
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Cara ini
memiliki beberapa kelebihan dibanding yang lain, yaitu sampel kontak dengan pelarut yang
murni secara berulang, kemampuan mengekstraksi sampel lebih tanpa tergantung jumlah
pelarut yang banyak (Maretniatin, 2008). Kelemahan dari metode ini adalah dapat
menyebabkan rusaknya solute atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena
pemanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Tiwari et al, 2011).
3. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 – 98oC selama waktu tertentu
(15-20 menit).
4. Microwave Assisted Extraction
Microwave Assisted Extraction merupakan teknik untuk mengekstraksi bahan-bahan
terlarut di dalam bahan tanaman dengan bantuan energi microwave. Teknik ini dapat
diterapkan baik pada fasa cair yakni cairan yang digunakan sebagai pelarut maupun fasa gas
yakni gas sebagai media pengekstrak. Proses ekstraksi fasa cair didasarkan pada prinsip
perbedaan kemampuan menyerap energi microwave pada masing-masing senyawa yang
terkandung di dalam bahan tanaman. Parameter yang biasa digunakan untuk mengukur sifat
fisik ini disebut sebagai konstanta dielektrik. Teknik MAE juga tergantung pada konstanta
dielektrik dari pelarut yang digunakan. Proses pemanasan MAE terjadi dengan target yang
spesifik dan cara yang spesifik, sehingga tidak ada panas yang hilang ke lingkungan, karena
prosespemanasan berlangsung dalam sistem yang tertutup. Prinsip pemanasan menggunakan
gelombang mikro adalah berdasarkan tumbukan langsung dengan material polar atau solvent
dan diatur oleh dua fenomena yaitu konduksi ionik dan rotasi dipol. Dalam sebagian besar
kasus, kedua fenomena tersebut berjalan secara simultan. Konduksi ionik mengacu pada
migrasi elektrophoretik ion dalam pengaruh perubahan medan listrik. Resistansi yang
ditimbulkan oleh larutan terhadap proses migrasi ion menghasilkan friksi yang akan
memanaskan larutan. Rotasi dipol merupakan pengaturan kembali dipol-dipol molekul akibat
medan listrik yang terus berubah dengan cepat. Proses pemanasan hanya akan terpengaruh
pada frekuensi 2450 MHz. Komponen elektrik gelombang berubah 4-9.104 kali perdetik
(Kurniasari, 2008).
5. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan
segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan
kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat
air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Destilasi
uap bahan simplisia benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air
sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi. Destilasi uap dan air, bahan
(simplisia) bercampur sempurna atau sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan
menguap tetap kontinu ikut terdestilasi (Depkes RI, 2000).
2.5.3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut
akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih
tinggi.
2.5.4. Pengadukan Fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi,
sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.Pemilihan
juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padatcair misalnya, dapat dilakukan pra-
pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan
mendapatkan kembali sisasisa pelarut).
Pemilihan pelarut dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikutdibebaskan
bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar
yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan
pelarut kedua.
2. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak ang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit). Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi
cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
3. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan
dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
4. Reaktifitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan
selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam
hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
5. Titik didih Ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Jagung”
11
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).
6. Kriteria yang lain Pelarut sedapat mungkin harus:
• Murah
• Tersedia dalam jumlah besar
• Tidak beracun
• Tidak dapat terbakar
• Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
• Tidak korosif
• Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
• Memilliki viskositas yang rendah
• Stabil secara kimia dan termis.
Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap proses
ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air,
asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton,
hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol (Nurul, 2013).
Pelarut minyak atau lemak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi antara lain :
a. Etanol Sering digunakan sebagi pelarut dalam laboratorium karena mempunyai
kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen
lainnya. Etanol memiliki titik didih yang rendah sehingga memudahkan pemisahan
minyak dari pelarutnya dalam proses distilasi.
b. Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarutnon polar yang
tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69oC, padaT dan P normal
berbentuk cair. Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eteryang ditemukan oleh
Castille da Henri. Secara umum Heksana merupakansenyawa dengan 6 rantai karbon
lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyakmentah. Heksana biasanya digunakan
dalam pembuatan makanan termasukekstraksi dari minyak nabati
Tabel 2. 3 Karakteristik Pelarut Heksana
Karakteristik Nilai
Rumus Molekul C6H14
Massa Molar 86,18 gr/mol
Titik Leleh 0,6548 gr/mol
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
13
14
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4. 1 Hasil percobaan Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Jagung”
Parameter Hasil
Berat Minyak dalam 60 gram biji jagung 2,46 gram
Rendemen 1,014%
4.2. Pembahasan
4.2.1. Yield
Pada percobaan ini biji jagung dipilih menjadi sampel karena biji jagung diduga
memiliki kadar minyak. Proses ekstraksi minyak dari biji jagung dengan metode sokletasi
dimulai dengan pengeringan buah biji jagung agar kadar air yang terdapat didalamnya
berkurang, setelah itu buah biji jagung dicacah halus agar reaksi berjalan lebih cepat, Treyball
(1979) menyatakan bahwa operasi ekstraksi solid – liquid akan berlangsung dengan lebih baik
bila diameter partikel diperkecil. Pengecilan ukuran ini akan memperluas permukaan kontak.
Begitu pula hambatan difusinya menjadi kecil sehingga laju difusinya bertambah.
Selanjutnya, biji jagung dicacah sehalus mungkin karena semakin kecil ukuran partikel
maka semakin semakin besar permukaan kontak antara partikel dan pelarut sehingga pelarut
dapat mengekstraksikan minyak secara merata.
Kemudian pelarut yang digunakan pada percobaan ini ialah n-Heksana dikarenakan n-
Heksana adalah pelarut yang mudah menguap, tidak melarutkan komponen lain selain minyak
dari biji jagung tersebut, dan bersifat nonpolar jadi sesuai dengan sifat minyak yang nonpolar
juga. Lalu selongsong (sampel yang dimasukkan kedalam kertas saring lalu dibungkus dengan
benang) dimasukkan kedalam tabung soklet lalu dilakukan pemanasan dengan suhu sekitar 65-
70ᵒC karena suhu disesuaikan dengan pelarutnya.
N-Heksana memiliki titik didih 68oC sehingga temperatur yang digunakan untuk
pemanasan harus diatas titik didih pelarut agar pelarut dapat menguap. Pada percobaan
ini digunakan metode refluks, yaitu teknik distilasi yang mengakibatkan uap
terkondensasi dan kondensat dan terjadi tekanan hidrostatis sehingga kembali menjadi
cair.
16
17
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
Lalu didapatkan minyak sebesar 2,46 gram. Sedangkan pelarut yang didapatkan kembali
cenderung sangat sedikit dikarenakan pelarut banyak menguap ke udara dan minyak masih
mengandung n-Heksana (belum murni), maka untuk mengurangi jumlah n-Heksana yang
terkandung dalam minyak dilakukan pengovenan hingga berat minyak konstan.
Pada percobaan ini, didapatkan yield minyak sebesar 1,014%. Hasil tersebut
tidak murni karena masih banyak zat pengotor dan n-Hexane yang terdapat
didalamnya. Pengotor ini diduga berasal dari kertas kasa dan n-Hexane yang didapat
diduga berasal dari proses destilasi yang tidak sempurna.
Refluks terjadi karena adanya tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis adalah
tekanan yang diakibatkan oleh zat cair yang diam pada suatu kedalaman tertentu.
Tekanan hidrostatis dipengaruhi oleh massa jenis zat cair, percepatan gravitasi, dan
kedalaman zat cair. Jadi, semakin besar nilai massa jenis, percepatan gravitasi, dan
kedalaman, maka semakin besar tekanannya, sehingga jika suatu benda dicelupkan
kedalam wadah berisi pelarut maka semakin dalam benda tersebut tercelup, sehingga
semakin besar tekanannya (Ongga, 2009).
4.2.2. Refluks
Pada percobaan ini digunakan metode refluks, yaitu Teknik destilasi yang
mengakibatkan uap terkondensasi dan kondesat Kembali menjadi cair masuk kedalam sistem
asalnya. Pada percobaan ini terjadi 24 kali refluks, refluks pertama membutuhkan waktu 23
menit 19 detik denggan waktu rata-rata yang dilakukan untuk 1 kali refluks adalah 12 menit 56
detik. Lama waktu refluks dipengaruhi oleh suhu yang digunakan selama proses ekstraksi.
Adanya perbedaan waktu untuk satu kali refluks disebabkan oleh pelarut yang membutuhkan
waktu untuk menguap karena pelarut tersebut dimasukan dalam kondisi dingin sehingga
mantel pemanas yang digunakan membutuhkan waktu untuk memanaskan pelarut agar pelarut
dapat menguap. Hal ini dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk refluks semakin cepat pada
lampiran A.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sokletasi adalah metode ekstraksi dengan pengaliran pelarut secara berulang-ulang.
Refluks berlangsung lebih cepat pada suhu panas.
2. Pada praktikum ini diperokeh Yield minyak yang didapat dari buah biji jagung seberat
60 gram adalah 1,014% dan menggunakan metode refluks sebanyak 28 kali dengan
rentang waktu antara 10 menit 5 detik
18
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
Tabel A. 1 Data waktu atau periode refluks pada praktikum Proses Sokletasi “Isolasi Minyak
Jagung”
Refluks Waktu
1 23,19 menit
2 14,32 menit
3 13,89 menit
4 13,64 menit
5 12,52 menit
6 12,67 menit
7 12,31 menit
8 11,92 menit
9 11,93 menit
10 11,65 menit
11 11,31 menit
12 12,07 menit
13 12,04 menit
14 11,98 menit
15 11,84 menit
16 11,11 menit
17 12,11 menit
18 10,80 menit
19 10,84 menit
20 12,07 menit
21 11,82 menit
22 11,15 menit
23 11,87 menit
24 12,36 menit
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Diketahui :
Berat labu didih kosong = 173 gram
Berat batu didih = 2 gram
Berat labu didih + batu didih + minyak = 177,46 gram
Ditanya :
Berapa Nilai Rendemennya?
Jawab :
Berat Awal = Berat labu didih kosong + Berat batu didih
= 173 + 2
= 175 gram
Berat Akhir = Berat labu didih + batu didih + minyak
Maka diperoleh nilai rendemen
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
%Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝑥 100%
177,46
= 175
𝑥 100%
= 1,014%