Percobaan V
Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”
Asisten :
Dosen Pengampu:
Pekanbaru
2020
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
KIMIA ORGANIK
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Isolasi Minyak Kacang Tanah dari
praktikum kimia organik yang disetujui oleh Dosen Pengampu/Asisten Praktikum.
Catatan tambahan:
Dosen Pengampu
i
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
ABSTRAK
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sejenis kacang-kacangan yang berasal dari
Amerika Selatan. Minyak kacang tanah mengandung asam lemak tidak jenuh dan
biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak kacang tanah dapat diperolah
dengan cara ekstraksi. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari dan mengamati
proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metoda sokletasi dan
menghitung rendemennya. Proses ekstraksi isolasi minyak kacang tanah menggunakan
kacang tanah yang sudah dikeringkan sebanyak 60 gr dan menggunakan pelarut n-hexane
berlangsung selama ±5 jam. Sampel direndam dalam pelarut, dipanaskan, lalu
dikondensasi kemudian dipisahkan dari pelarut dan hasil produknya. Dari percobaan ini,
didapatkan 26,4 g minyak kacang tanah dengan rendemen sebesar 44%.
Kata Kunci: Ekstraksi, Kacang tanah, Minyak kacang tanah, Sokletasi
ABSTRACT
Peanut (Arachis hypogaea L.) is a type of legume native to South America. Peanut oil
contains unsaturated fatty acids and is usually used for frying food. Peanut oil can be
obtained by extraction. The purpose of this practicum is to study and observe the process
of isolating a component from a natural material using the soxhletation method and
calculating the yield. The extraction process of peanut oil insulation using peanuts that
have been dried as much as 60 grams and using n-hexane solvent lasts for ± 5 hours. The
sample is immersed in a solvent, heated, then condensed then separated from the solvent
and the product. From this experiment, 26.4 g of peanut oil was obtained with a yield of
44%.
Keywords: Extraction, Peanut, Peanut oil, Soxletation
ii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Tanah .................................................................................... 3
2.1.1. Minyak Kacang Tanah ................................................................. 4
2.2. Pelarut ................................................................................................ 6
2.2.1. N-Heksana.................................................................................... 6
2.3. Ekstraksi............................................................................................. 8
2.3.1. Jenis-jenis Ekstraksi ..................................................................... 8
2.3.2. Pemilihan Metode Ekstraksi ....................................................... 13
2.3.3. Pemilihan Pelarut untuk Ektraksi ................................................. 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Bahan yang Digunakan ...................................................................... 14
3.2. Alat yang Digunakan ......................................................................... 14
3.3. Prosedur Percobaan............................................................................ 14
3.4. Rangkaian Alat................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum ................................................................................. 16
4.1.1. Hasil Pembuatan Minyak Kacang Tanah ..................................... 16
4.2.1. Waktu Refluks Pembuatan Minyak Kacang Tanah ..................... 16
4.2. Pembahasan ....................................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 19
5.2. Saran .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN
iii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Kacang Tanah ................................................................. 3
Gambar 2.2 Struktur N-Heksana ........................................................................ 7
Gambar 2.3 Struktur 3D N-Heksana .................................................................. 7
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi................................................................ 15
iv
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Kacang Tanah ........................................................ 4
Tabel 4.1 Data Pembuatan Minyak Kacang Tanah ............................................... 16
Tabel 4.2 Data Waktu Refluks Pembuatan Minyak Kacang Tanah ...................... 16
v
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
lemak yang menyehatkan yang berguna untuk kesehatan kulit. Produsen dan eksportir
kacang tanah terbanyak di dunia adalah Amerika Serikat, Argentina, Sudan, Senegal, dan
Brasil. Kacang tanah banyak konsumsi dan bijinya dimakan utuh atau diolah menjadi
selai kacang, minyak, dan produk-produk lain. Biji kacang tanah mengandung 25-32%
protein dan 42-52% minyak (Özcan, 2010).
Minyak kacang tanah kaya akan vitamin E. Vitamin E sebenarnya adalah sebutan
untuk sekelompok senyawa yang larut dalam lemak yang memiliki banyak fungsi penting
di dalam tubuh. Peran utama vitamin E adalah berfungsi sebagai antioksidan, melindungi
tubuh dari zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Vitamin E membantu menjaga
sistem kekebalan yang kuat, yang melindungi tubuh dari bakteri dan virus, penting untuk
pembentukan sel darah merah, dan mencegah pembekuan darah (Ozcan, 2010).
Walaupun baik untuk dikonsumsi, minyak kacang tanah kaya akan asam lemak
omega-6 pro-inflamasi. Asam lemak tidak baik untuk orang yang sedang menjalani diet.
Minyak ini juga rentan terhadap oksidasi. Oksidasi adalah reaksi antara zat dan oksigen
yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan senyawa berbahaya lainnya. Proses
ini umumnya terjadi pada lemak tak jenuh, sedangkan lemak jenuh lebih tahan terhadap
oksidasi. Minyak kacang tanah yang diletakkan terbuka begitu saja dapat mengalami
oksidasi. Radikal bebas yang tercipta saat minyak kacang teroksidasi dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh. Kerusakan ini bahkan dapat menyebabkan penuaan dini, kanker
tertentu dan penyakit jantung (Benardini, 1983).
Meskipun minyak kacang dipasarkan karena titik asapnya yang tinggi, minyak ini
mungkin bukan pilihan terbaik. Lemak tak jenuh ganda adalah yang paling rentan
teroksidasi karena jumlah ikatan rangkap yang tidak stabil yang lebih tinggi. Jumlah
lemak tak jenuh ganda yang tinggi dalam minyak kacang, seiring dengan penggunaannya
sebagai minyak dengan panas tinggi, membuatnya lebih rentan terhadap oksidasi
sehingga tidak terlalu aman jika digunakan sebagai minyak goreng (Benardini, 1983).
Di seluruh dunia, minyak goreng dan minyak makan merupakan penggunaan
terbesar minyak kacang tanah. Titik asap yang tinggi (229,4 ℃) adalah salah satu alasan
utama minyak kacang tanah digunakan sebagai minyak goreng. Suhu tinggi
memungkinkan makanan matang dengan cepat sedikit menyerap minyak. Minyak kacang
tanah juga dianggap sebagai minyak yang sangat baik untuk mengeringkan tanaman,
mengeringkan kulit, dan melembabkan kulit (Sanders, 2003).
2.2. Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat, cair, atau
gas, dan dapat membentuk suatu larutan. Pelarut yang umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut
yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar. Pelarut juga tidak dapat memecahkan
ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan
non elektrolit (Martin, 1993).
Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen, tetrakloroda
dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut nonpolar
(Martin, 1993). Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara
garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan
sebagai bahan baku pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011).
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.
Awalan heks– merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –
ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-
atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak
berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010). Bahan yang bersifat polar terdiri
dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang non polar umumnya adalah
bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga
dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan
saat akan melarutkan bahan.
2.2.1. N-heksana
Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana
merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh
sumber minyak, umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 –
70˚C. Seluruh isomer heksana sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat
inert karena sifat non-polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji-bijian,
misal kacang-kacangan dan flax. Karena rentang kondisi distilasi yang sempit, maka tidak
perlu panas dan energy tinggi untuk proses ekstraksi minyak. Dalam industri, heksana
digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk kulit, dan pengatapan serta untuk
pembersihan. N-heksana juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler,
Gambar 2.2 Struktur N-Heksana (National Center for Biotechnology Information, 2016)
Jika ditampilkan dengan model ball and stick 3 dimensi, maka struktur
n-Heksana akan terlihat seperti berikut:
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa dengan melihat perbedaan
kelarutannya. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya
dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada
dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat
terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-
ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 1985).
Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil
komponen berkhasiat ini; diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri
simplisia dengan pelarut tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan
dengan tidak melakukan proses pendidihan (Makhmud, 2001).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih
mudah tarut dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut
organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar
sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat
aktif di dalam dan di luar sel (Tobo, 2001).
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
selongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai
dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi
dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
Metode sokletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena
pelarut atau cairan penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping
dan masuk ke dalam kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung
tapi hanya menggunakan suatu alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar
panas. Namun, proses ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang masuk ke
dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum turun ke dalam tabung yang
berisi simplisia yang akan dibasahi atau disari. Hal tersebutlah yang mendasari
sehingga metode soklet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut atau
cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia dilakukan karena
simplisia yang disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen POM, 1986).
Adapun keuntungan dari proses sokletasi ini adalah cara ini lebih
menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa
samping. Pelarut yang digunakan cenderung sedikit dan setelah proses ektraksi dapat
digunakan kembali. Pemanasan saat ekstraksi dapat diatur. Kerugiannya adalah
jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi
(Ditjen POM, 1986).
c) Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel
dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler
yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen
POM, 1986) :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal, misalnya pada
penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh (Cymbopogon
nardus). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-
molekul air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air.
Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Tobo, 2001).
Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai pada
temperatur yang lebih rendah dibanding tiap–tiap cairan berada dalam keadaan
murni. Selain itu, kerusakan zat aktif pada destilasi langsung dapat diatasi pada
destilasi uap ini. Kerugiannya adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks dan
pengetahuan yang lebih banyak sebelum melakukan destilasi uap ini (Ditjen
POM : 1986).
3. Pengepresan mekanik
Pengepresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk bahan dan
berkadar minyak tinggi yaitu 30-70%. Ada dua cara umum pengepresan mekanis, yaitu
pengepresan hidrolik dan pengepresan berulir. Pada cara pengepresan hidrolik bahan di
press dengan tekanan sekitar 2000 pound/inci2 (140, 6 kg/cm = 136 atmosfer). Banyaknya
minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan dan
tekanan yang digunakan serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan cara
pengepresan berulir terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan
berlangsung pada temperatur 2400 °F atau 115,50 °C dengan tekanan 15-20 ton/inci2
(Ketaren, 1986).
4. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara, yaitu (Ketaren, 1986) :
a) Wet rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka
atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai
60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperature rendah pada wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak (Ketaren,
1986).
b) Dry rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi
dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220-230°F (105-110°C).
Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel.
Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Ketaren, 1986).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
14
15
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
1. Kondensor
2. Tabung soklet
4. Pipa sifon
6. Pemanas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Hasil Pembuatan Minyak Kacang Tanah
Tabel 4.1 Data Pembuatan Minyak Kacang Tanah
Parameter Hasil
Berat sampel + kertas saring (selongsong) 61 g
Berat kertas saring 1g
Berat labu didih kosong 173 g
Berat batu didih 2g
Berat labu didih + batu didih + minyak 201,4 g
16
17
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
19 10,84 menit
20 12,07 menit
21 11,82 menit
22 11,15 menit
22 11,87 menit
23 12,36 menit
4.2. Pembahasan
Dalam percobaan isolasi minyak kacang tanah dengan cara ekstraksi, metode
ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi secara dingin yaitu sokletasi. Sokletasi
merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam selongsong dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang
melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak
memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
Pada tahap percobaan, sampel dicacah kasar atau dihaluskan lalu dikeringkan.
Proses pengecilan ukuran dan pengeringan bahan berminyak yang bersifat permeabel
(mudah ditembus zat cair dan uap) bertujuan untuk mengekstraksi minyak dalam waktu
yang relatif lebih singkat. Proses perajangan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat
terbuka sebanyak mungkin sehingga pada proses ekstraksi laju penguapan minyak atsiri
dari bahan menjadi cukup cepat dan menghasilkan lebih banyak rendemen (Munawaroh,
2010).
Kemudian selongsong dibuat dan sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke
dalam selongsong lalu ditimbang. Berat selongsong yang berisi sampel adalah 61 g.
Selongsong lalu dimasukkan ke dalam tabung soklet. Labu didih kosong dan batu didih
yang akan dipakai ditimbang, lalu labu didih diisi dengan batu didih. Hasil timbangan
labu didih kosong adalah 173 g sementara hasil timbangan batu didih yang digunakan
adalah 2 g. Selongsong dimasukkan ke dalam tabung soklet. Alat proses sokletasi
kemudian dirangkai. Pastikan alat telah dioleskan vaseline pada setiap sambungan dan
gunakan tisu pada alat yang diklem. Pelarut n-heksana dimasukan ke tabung soklet
hingga pelarut turun kedalam labu didih, setelah pelarut tidak turun lagi, pelarut
ditambahkan hingga seluruh terendam sampel.
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Isolasi minyak kacang tanah dapat dilakukan dengan cara ektraksi, yaitu
sokletasi. Dimana sampel direndam dalam pelarut, dipanaskan, lalu dikondensasi
kemudian dipisahkan dari pelarut dan hasil produknya.
2. Minyak kacang tanah yang didapat dari percobaan ini adalah 24,6 g dengan
rendemen sebesar 44%.
5.2. Saran
1. Jangan lupa oleskan vaseline pada setiap sambungan rangkaian alat agar mudah
dilepas dan gunakan tisu pada alat yang diklem.
2. Penimbangan dilakukan dengan teliti agar hasil timbangan akurat.
19
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1987, Physical chemistry, Edisi ke 3, Oxford University Press ELBS,
Oxford
Benardini, E., 1983, Oils and Fat Processing, Oilseed, Oil, and Fats, Volume
II,Publishing House BE Oil, Roma.
Ditjen POM, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press, Jakarta.
Martin, A., 1993, Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi
Ketiga, UI Press, Jakarta.
Munawaroh, S., Prima, A, H,. 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi
Teknik. Vol. 2. No.1. Hal : 73-78.
National Center for Biotechnology Information, 2020, PubChem Compound Summary,
U.S. Government Printing Office, Washington, D.C.
Ozcan, M. M., 2010, Some Nutritional Characteristics of Kernel and Oil of Peanut
(Arachis hypogaea L.), Journal of Oleo Science, 59(1): 1-5.
Sanders, T. H., 2003, Ensyclopedia of Food Science and Nutritions, Edisi ke 2, Academic
Press, Cambridge.
Shevla, 1985, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Cetakan Pertama,
Penerbit PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
Smith, Michael B., 1994, Organic Synthesis, McGraw-Hill-Inc, New York.
Tobo, F., 2001, Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Toomer, O. T., 2017, Nutritional chemistry of the peanut (Arachis hypogaea), Critical
Reviews in Food Science and Nutrition, DOI: 10.1080/10408398.2017.1339015.
Wiratmaja, I. G., I Gusti. B. W. K., I Nyoman, S. W., 2011, “Pembuatan Etanol Generasi
Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai
Bahan Baku”, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 5 No.1.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
%Rendemen = x 100%
%Rendemen = 44%