Anda di halaman 1dari 27

Laporan Pratikum Kimia Organik

Percobaan V
Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

Putri Noviayu Salsabila Hendri 1907110101

Asisten :

Ihsan Naufal Firdaus

Dosen Pengampu:

Drs. Irdoni, HS. MS

Progam Studi Sarjana Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Riau

Pekanbaru

2020
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

LEMBER PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

Dosen pengampu praktikum kimia organik dengan ini menyatakan bahwa :

Putri Noviayu Salsabila Hendri 1907110101

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen Pengampu/Asisten


Praktikum.

2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Isolasi Minyak Kacang Tanah dari
praktikum kimia organik yang disetujui oleh Dosen Pengampu/Asisten Praktikum.

Catatan tambahan:

Pekanbaru, Oktober 2020

Dosen Pengampu

Drs. Irdoni, HS. MS


NIP: 19570415 198609 1 001

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

i
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

PROSES EKSTRAKSI SOKLETASI


EXTRACTION PROCESS OF SOKLETASI
PUTRI NOVIAYU SALSABILA HENDRI
Laboratorium Teknologi Bahan Alam dan Mineral, Fakultas Teknik, Universitas
Riau Jl. H.R. Soebrantas Km12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Alamat. Jl. Prof
.Dr.Muchtar Lutfi Simpang Baru, Pekanbaru 28293.
putrinovi315@gmail.com

ABSTRAK

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sejenis kacang-kacangan yang berasal dari
Amerika Selatan. Minyak kacang tanah mengandung asam lemak tidak jenuh dan
biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak kacang tanah dapat diperolah
dengan cara ekstraksi. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari dan mengamati
proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metoda sokletasi dan
menghitung rendemennya. Proses ekstraksi isolasi minyak kacang tanah menggunakan
kacang tanah yang sudah dikeringkan sebanyak 60 gr dan menggunakan pelarut n-hexane
berlangsung selama ±5 jam. Sampel direndam dalam pelarut, dipanaskan, lalu
dikondensasi kemudian dipisahkan dari pelarut dan hasil produknya. Dari percobaan ini,
didapatkan 26,4 g minyak kacang tanah dengan rendemen sebesar 44%.
Kata Kunci: Ekstraksi, Kacang tanah, Minyak kacang tanah, Sokletasi

ABSTRACT

Peanut (Arachis hypogaea L.) is a type of legume native to South America. Peanut oil
contains unsaturated fatty acids and is usually used for frying food. Peanut oil can be
obtained by extraction. The purpose of this practicum is to study and observe the process
of isolating a component from a natural material using the soxhletation method and
calculating the yield. The extraction process of peanut oil insulation using peanuts that
have been dried as much as 60 grams and using n-hexane solvent lasts for ± 5 hours. The
sample is immersed in a solvent, heated, then condensed then separated from the solvent
and the product. From this experiment, 26.4 g of peanut oil was obtained with a yield of
44%.
Keywords: Extraction, Peanut, Peanut oil, Soxletation

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

ii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Tanah .................................................................................... 3
2.1.1. Minyak Kacang Tanah ................................................................. 4
2.2. Pelarut ................................................................................................ 6
2.2.1. N-Heksana.................................................................................... 6
2.3. Ekstraksi............................................................................................. 8
2.3.1. Jenis-jenis Ekstraksi ..................................................................... 8
2.3.2. Pemilihan Metode Ekstraksi ....................................................... 13
2.3.3. Pemilihan Pelarut untuk Ektraksi ................................................. 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Bahan yang Digunakan ...................................................................... 14
3.2. Alat yang Digunakan ......................................................................... 14
3.3. Prosedur Percobaan............................................................................ 14
3.4. Rangkaian Alat................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum ................................................................................. 16
4.1.1. Hasil Pembuatan Minyak Kacang Tanah ..................................... 16
4.2.1. Waktu Refluks Pembuatan Minyak Kacang Tanah ..................... 16
4.2. Pembahasan ....................................................................................... 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 19
5.2. Saran .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

iii
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Kacang Tanah ................................................................. 3
Gambar 2.2 Struktur N-Heksana ........................................................................ 7
Gambar 2.3 Struktur 3D N-Heksana .................................................................. 7
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi................................................................ 15

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

iv
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Kacang Tanah ........................................................ 4
Tabel 4.1 Data Pembuatan Minyak Kacang Tanah ............................................... 16
Tabel 4.2 Data Waktu Refluks Pembuatan Minyak Kacang Tanah ...................... 16

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

v
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah sejenis kacang-kacangan yang
berasal dari Amerika Selatan. Produk yang dapat dihasilkan dari kacang tanah adalah
minyak kacang tanah, dan tepung kacang tanah. Hasil olahan kacang tanah digunakan
dalam berbagai makanan seperti makanan penutup, kue, kembang gula, makanan ringan,
selai, dan saus. Kacang kaya akan protein, lemak, dan berbagai nutrisi sehat. Studi
menunjukkan bahwa kacang bahkan mungkin berguna untuk menurunkan berat badan
dan dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung (Toomer, 2017).
Minyak kacang tanah, juga disebut minyak arachis, adalah minyak nabati yang
dibuat dari biji tanaman kacang tanah yang dapat dimakan. Tanaman kacang tanah
berbunga di atas tanah, namun biji atau kacangnya justru tumbuh di bawah tanah. Inilah
mengapa kacang ini dikenal sebagai kacang tanah. Kacang tanah sering dikelompokkan
dengan kacang pohon seperti kenari dan almond, tetapi sebenarnya mereka adalah sejenis
kacang-kacangan yang termasuk dalam keluarga kacang polong dan kacang-kacangan
(Ozcan, 2010).
Berdasarkan pengolahannya, minyak kacang tanah dapat memiliki berbagai
macam rasa yang bervariasi dari yang lembut dan manis hingga memiliki rasa kacang
yang kuat. Minyak kacang tanah banyak digunakan di seluruh dunia tetapi paling umum
digunakan dalam masakan Cina, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Minyak kacang tanah
menjadi populer di Amerika Serikat selama Perang Dunia II ketika minyak lain langka
karena kekurangan bahan pangan. Minyak ini memiliki titik asap yang tinggi yaitu 437 ℉
(225 ℃) dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan (Ozcan, 2010).
Menurut Benardini (1983), minyak kacang tanah mengandung 76-82% asam
lemak tidak jenuh yang terdiri dari 40-45% asam oleat dan 30-35% asam linoleat. Minyak
kacang tanah mengandung anti oksidan alami yaitu tokoferol yang efektif menghambat
proses oksidasi kacang tanah. Minyak kacang tanah juga mengandung asam lemak jenuh
yang sebagian besar terdiri dari asam palmitat dan 5% asam miristat. Oleh karena itu,
pemanfaatan minyak kacang tanah sebagai minyak makan patut dikembangkan dan
proses pembuatannya patut dipelajari. Salah satu cara untuk memperoleh minyak kacang
tanah adalah dengan isolasi minyak menggunakan cara sokletasi.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

1
2
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan
alam dengan metoda sokletasi.
2. Menghitung rendemen hasil pembuatan minyak kacang tanah.

1.3. Manfaat Praktikum


1. Mengetahui dan memahami proses isolasi suatu komponen dari suatu bahan alam
dengan metoda sokletasi.
2. Mengetahui rendemen hasil pembuatan minyak kacang tanah.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kacang Tanah


Kacang tanah (Arachis hypogaea), juga disebut goober, adalah kacang-kacangan
dari keluarga kacang polong (Fabaceae), dibudidayakan agar bijinya dapat dimakan.
Berasal dari daerah tropis Amerika Selatan, kacang tanah pada masa awal diperkenalkan
ke daerah tropis “Old World”. Bijinya adalah makanan padat nutrisi, kaya akan protein
dan lemak. Meski memiliki beberapa nama umum, kacang tanah bukanlah kacang sejati.
Seperti legum lainnya, tanaman ini memberikan nitrogen ke tanah melalui bakteri
pengikat nitrogen yang menyebabkan tanaman kacang tanah sangat berharga sebagai
tanaman yang dapat memperkaya tanah (Toomer, 2017).

Gambar 2.1 Tanaman Kacang Tanah


Kacang tanah memiliki banyak nutrisi. Mereka adalah sumber protein nabati,
serat, dan banyak vitamin dan mineral utama yang sangat baik. Kacang tanah adalah
sumber lemak, protein, dan serat yang sangat baik. Kacang tanah mengandung banyak
vitamin kalium, fosfor, magnesium, dan B. Meski tinggi kalori, kacang kaya akan nutrisi
dan rendah karbohidrat. Seiring dengan profil nutrisinya yang menyehatkan, kacang tanah
adalah makanan kaya kalori, dan menyehatkan jika dikonsumsi dalam jumlah sedang.
Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), 100 gram kacang tanah mentah
mengandung 567 kalori dan mengandung nutrisi dalam satuan gram, miligram, dan
mikrogram sebagai berikut :

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

3
4
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Kacang Tanah


Monounsaturated fats 24.43 g
Fats Polyunsaturated fats 15.56 g
Saturated fats 6.28 g
Potassium 705 mg
Phosphorous 376 mg
Magnesium 168 mg
Minerals Calcium 92 mg
Sodium 18 mg
Iron 4.58 mg
Zinc 3.27 mg
Vitamin B-3 (niacin) 12.07 mg
Vitamin E (alpha-tocopherol) 8.33 mg
Vitamin B-1 (thiamine) 0.64 mg
Vitamins
Vitamin B-6 (pyridoxine) 0.35 mg
Riboflavin (vitamin B-2) 0.14 mg
Folate (vitamin B-9) 240 mcg
(Sumber: Benardini, 1983)
Biji kacang tanah mengandung sekitar 22 sampai 30% protein kasar dan
merupakan sumber protein nabati dan lemak sehat yang baik. Namun, pada tahun-tahun
sebelumnya kacang tanah dan kacang pohon dianggap sebagai makanan yang tidak sehat
karena kandungan lemaknya yang tinggi yaitu ≥50%. Studi penelitian saat ini telah
menunjukkan bahwa memasukkan kacang tanah dan kacang pohon ke dalam makanan
telah dikaitkan dengan penurunan penyakit jantung, beberapa jenis kanker, dan
peningkatan berat badan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of
Medicine melaporkan bahwa mengosumsi kacang setiap hari dapat mengurangi resiko
kematian akibat penyakit jantung sebesar 29%, dan bahkan makan kacang dua kali
seminggu dapat menurunkan risikonya sebesar 24%. Penelitian lain telah menunjukkan
bahwa mengonsumsi kacang tanah secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi dengan penurunan tekanan darah diastolik yang
signifikan (Toomer, 2017)

2.1.1. Minyak Kacang Tanah


Kacang memberikan kontribusi penting untuk makanan di banyak negara. Biji
kacang tanah adalah sumber protein, lemak, dan asam lemak yang baik bagi manusia.
Minyak kacang tanah adalah lemak tak jenuh yang mengandung banyak asam oleat, jenis
Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”
5
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

lemak yang menyehatkan yang berguna untuk kesehatan kulit. Produsen dan eksportir
kacang tanah terbanyak di dunia adalah Amerika Serikat, Argentina, Sudan, Senegal, dan
Brasil. Kacang tanah banyak konsumsi dan bijinya dimakan utuh atau diolah menjadi
selai kacang, minyak, dan produk-produk lain. Biji kacang tanah mengandung 25-32%
protein dan 42-52% minyak (Özcan, 2010).
Minyak kacang tanah kaya akan vitamin E. Vitamin E sebenarnya adalah sebutan
untuk sekelompok senyawa yang larut dalam lemak yang memiliki banyak fungsi penting
di dalam tubuh. Peran utama vitamin E adalah berfungsi sebagai antioksidan, melindungi
tubuh dari zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Vitamin E membantu menjaga
sistem kekebalan yang kuat, yang melindungi tubuh dari bakteri dan virus, penting untuk
pembentukan sel darah merah, dan mencegah pembekuan darah (Ozcan, 2010).
Walaupun baik untuk dikonsumsi, minyak kacang tanah kaya akan asam lemak
omega-6 pro-inflamasi. Asam lemak tidak baik untuk orang yang sedang menjalani diet.
Minyak ini juga rentan terhadap oksidasi. Oksidasi adalah reaksi antara zat dan oksigen
yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas dan senyawa berbahaya lainnya. Proses
ini umumnya terjadi pada lemak tak jenuh, sedangkan lemak jenuh lebih tahan terhadap
oksidasi. Minyak kacang tanah yang diletakkan terbuka begitu saja dapat mengalami
oksidasi. Radikal bebas yang tercipta saat minyak kacang teroksidasi dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh. Kerusakan ini bahkan dapat menyebabkan penuaan dini, kanker
tertentu dan penyakit jantung (Benardini, 1983).
Meskipun minyak kacang dipasarkan karena titik asapnya yang tinggi, minyak ini
mungkin bukan pilihan terbaik. Lemak tak jenuh ganda adalah yang paling rentan
teroksidasi karena jumlah ikatan rangkap yang tidak stabil yang lebih tinggi. Jumlah
lemak tak jenuh ganda yang tinggi dalam minyak kacang, seiring dengan penggunaannya
sebagai minyak dengan panas tinggi, membuatnya lebih rentan terhadap oksidasi
sehingga tidak terlalu aman jika digunakan sebagai minyak goreng (Benardini, 1983).
Di seluruh dunia, minyak goreng dan minyak makan merupakan penggunaan
terbesar minyak kacang tanah. Titik asap yang tinggi (229,4 ℃) adalah salah satu alasan
utama minyak kacang tanah digunakan sebagai minyak goreng. Suhu tinggi
memungkinkan makanan matang dengan cepat sedikit menyerap minyak. Minyak kacang
tanah juga dianggap sebagai minyak yang sangat baik untuk mengeringkan tanaman,
mengeringkan kulit, dan melembabkan kulit (Sanders, 2003).

2.2. Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat, cair, atau
gas, dan dapat membentuk suatu larutan. Pelarut yang umum digunakan dalam kehidupan

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


6
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut
yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar. Pelarut juga tidak dapat memecahkan
ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk
dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan
non elektrolit (Martin, 1993).
Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut
sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen, tetrakloroda
dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut nonpolar
(Martin, 1993). Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara
garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik maupun
anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid, antiseptik dan
sebagai bahan baku pembuatan eter danetil ester (Wiratmaja, 2011).
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.
Awalan heks– merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran –
ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-
atom karbon tersebut. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak
berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010). Bahan yang bersifat polar terdiri
dari bahan yang bersifat ionik atau kovalen. Untuk yang non polar umumnya adalah
bersifat kovalen. Berdasarkan polaritas ini maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga
dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan
saat akan melarutkan bahan.

2.2.1. N-heksana
Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana
merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh
sumber minyak, umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 –
70˚C. Seluruh isomer heksana sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat
inert karena sifat non-polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji-bijian,
misal kacang-kacangan dan flax. Karena rentang kondisi distilasi yang sempit, maka tidak
perlu panas dan energy tinggi untuk proses ekstraksi minyak. Dalam industri, heksana
digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk kulit, dan pengatapan serta untuk
pembersihan. N-heksana juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler,

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


7
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

sepatu dan percetakan (Atkins, 1987).


N-Heksana adalah alkana dengan rantai tidak bercabang yang mengandung enam
atom karbon, berwujud dalam cairan tidak berwarna dengan bau yang sedikit tidak enak.
Bahan ini sangat mudah terbakar, dan uapnya bisa meledak. Sebagian besar digunakan
dalam industri bahan kimia yang disebut pelarut. Penggunaan utama pelarut yang
mengandung n-Heksana adalah untuk mengekstrak minyak nabati dari tanaman seperti
kedelai. Pelarut ini juga digunakan sebagai agen pembersih di industri percetakan, tekstil,
furnitur, dan pembuatan sepatu. Titik nyala n-Heksana adalah -22,78 °C, titik lebur -
95,15°C dan titik didihnya adalah 68,73 °C. Kurang padat dari air dan tidak larut dalam
air, dan lebih berat dari udara (Smith, 1994).
Struktur molekul n-Heksana adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur N-Heksana (National Center for Biotechnology Information, 2016)
Jika ditampilkan dengan model ball and stick 3 dimensi, maka struktur
n-Heksana akan terlihat seperti berikut:

Gambar 2.3 Struktur 3D N-Heksana


(National Center for Biotechnology Information, 2016)

2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa dengan melihat perbedaan
kelarutannya. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya
dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada
dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


8
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-
ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 1985).
Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil
komponen berkhasiat ini; diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri
simplisia dengan pelarut tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan
dengan tidak melakukan proses pendidihan (Makhmud, 2001).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih
mudah tarut dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut
organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar
sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat
aktif di dalam dan di luar sel (Tobo, 2001).

2.3.1. Jenis-jenis Ekstraksi


1. Ekstraksi secara dingin.
Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal
ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk
ekstraksi secara dingin adalah (Ditjen POM, 1986) :
a) Metode Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari
pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan
lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya
pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM,
1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan
pada komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Ditjen POM, 1986).
b) Metode Sokletasi
Sokletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”
9
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
selongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai
dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi
dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
Metode sokletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena
pelarut atau cairan penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping
dan masuk ke dalam kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung
tapi hanya menggunakan suatu alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar
panas. Namun, proses ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang masuk ke
dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum turun ke dalam tabung yang
berisi simplisia yang akan dibasahi atau disari. Hal tersebutlah yang mendasari
sehingga metode soklet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut atau
cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia dilakukan karena
simplisia yang disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen POM, 1986).
Adapun keuntungan dari proses sokletasi ini adalah cara ini lebih
menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa
samping. Pelarut yang digunakan cenderung sedikit dan setelah proses ektraksi dapat
digunakan kembali. Pemanasan saat ekstraksi dapat diatur. Kerugiannya adalah
jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi
(Ditjen POM, 1986).
c) Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel
dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler
yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen
POM, 1986) :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


10
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

2. Ruangan diantara butir – butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat


mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung
sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi
yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (Ditjen
POM, 1986).

2. Ekstraksi secara panas


Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia yang
tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang
mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk
membuka pori-pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel
untuk melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas yaitu
(Tobo, 2001):
a) Metode Refluks
Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan
penyari secara kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin
balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh
kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara
berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam. Simplisia yang
biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan
terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah,
biji dan herba (Tobo, 2001).
Keuntungan dari metode ini adalah (Ditjen POM, 1986):
 Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses pemanasan jika
digunakan pelarut yang mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.
 Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan adanya
pemanasan.
Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan
diperlukan alat – alat yang tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM, 1986).
b) Metode Distilasi Uap Air
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang
mengandung minyak yang dapat menguap atau mengandung komponen yang

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


11
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal, misalnya pada
penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh (Cymbopogon
nardus). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-
molekul air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air.
Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Tobo, 2001).
Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai pada
temperatur yang lebih rendah dibanding tiap–tiap cairan berada dalam keadaan
murni. Selain itu, kerusakan zat aktif pada destilasi langsung dapat diatasi pada
destilasi uap ini. Kerugiannya adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks dan
pengetahuan yang lebih banyak sebelum melakukan destilasi uap ini (Ditjen
POM : 1986).

3. Pengepresan mekanik
Pengepresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk bahan dan
berkadar minyak tinggi yaitu 30-70%. Ada dua cara umum pengepresan mekanis, yaitu
pengepresan hidrolik dan pengepresan berulir. Pada cara pengepresan hidrolik bahan di
press dengan tekanan sekitar 2000 pound/inci2 (140, 6 kg/cm = 136 atmosfer). Banyaknya
minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan dan
tekanan yang digunakan serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan cara
pengepresan berulir terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan
berlangsung pada temperatur 2400 °F atau 115,50 °C dengan tekanan 15-20 ton/inci2
(Ketaren, 1986).

4. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara, yaitu (Ketaren, 1986) :
a) Wet rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


12
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai
60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperature rendah pada wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak (Ketaren,
1986).
b) Dry rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung
minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi
dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220-230°F (105-110°C).
Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel.
Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Ketaren, 1986).

2.3.2. Pemilihan Metode Ekstraksi


Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan. Bahan yang
mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengan cara
maserasi., sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. Untuk bahan yang tahan
panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak
karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode soxhlet. Hal-hal yang dipertimbangkan
dalam pemilihan metode ekstraksi (Agoes, 2007):
1. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan
1. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi
2. Jenis senyawa yang akan diekstraksi
3. Sifat senyawa yang akan diekstraksi

2.3.3. Pemilihan Pelarut untuk Ekstraksi


Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat kandungan
kimia (metabolit sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang penting adalah sifat
kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa tersebut yaitu gugus OH, COOH.
Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih
mudah larut dalam pelarut non polar. Derajat kepolaran tergantung kepada ketetapan
dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut. Syarat-syarat
pelarut adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1992):
1. Kapasitas besar.
2. Selektif.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


13
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah)


Cara memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas
air dengan wadah lebar pada temperature 60 °C, destilasi, dan penyulingan
vakum.
4. Harus dapat diregenerasi.
5. Relative tidak mahal.
6. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan
uap.
7. Viskositas cukup rendah.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Bahan-bahan yang digunakan


1. Kacang tanah
2. N-heksana
3. Batu didih
4. Kapas
5. Benang
6. Kertas saring

3.2. Alat-alat yang digunakan


1. Satu set/unit alat soklet, yaitu:
a. Kondensor
b. Tabung soklet
c. Batu didih
d. Pompa vakum
e. Mantel pemanas
f. Klem
g. Statif
2. Corong
3. Gelas piala 600 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Mantel Pemanas
6. Pipet tetes
7. Oven
8. Blender
9. Statif
10. Timbangan
11. Klem

3.3. Prosedur praktikum


1. Sampel dihaluskan atau dicacah kasar kemudian dikeringkan.
2. Setelah selongsong dibuat, sampel dimasukkan ke dalam selongsong sesuai
jumlah yang telah ditentukan.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

14
15
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

3. Selongsong yang berisi sampel ditimbang.


4. Labu didih berisi 3 butir batu didih dioven selama 15 menit lalu ditimbang.
5. Selongsong dimasukan ke dalam tabung soklet.
6. Tabung soklet dan labu didih dirangkai pada mantel pemanas (vaselin dioleskan
secukupnya pada setiap sambungan dan tisu dibagian yang akan dipasangkan
klem).
7. Pelarut dimasukan ke tabung soklet hingga pelarut turun kedalam labu didih,
setelah pelarut tidak turun lagi, pelarut ditambahkan hingga merendam sampel.
8. Kondensor dipasang dan dialiri air pendingin.
9. Mantel pemanas dihidupkan dan temperatur disesuaikan dengan kebutuhan.
10. Setelah beberapa jam, kadar minyak diperiksa. Proses dilanjutkan apabila masih
terdapat kadar minyak.
11. Setelah proses selesai, alat didinginkan.
12. Kondensor dilepas setelah alat dingin untuk mengeluarkan selongsong dari kolom
soklet, lalu alat dipasang kembali.
13. Dilakukan destilasi untuk mengambil pelarut.
14. Pelarut yang diperoleh disimpan dan dapat digunakan kembali.
15. Minyak dioven bersama labu didih dasar bulat + batu didih dan ditimbang hingga
konstan (minimal 3x penimbangan konstan).
16. Rendemen minyak dihitung.
17. Minyak disimpan dan peralatan dikembalikan pada tempatnya.
18. Proses sokletasi selesai.

3.3. Rangkaian Alat


Keterangan:

1. Kondensor

2. Tabung soklet

3. Pipa turunnya solven


dan solute

4. Pipa sifon

5. Labu didih dasar bulat

6. Pemanas

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sokletasi

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Hasil Pembuatan Minyak Kacang Tanah
Tabel 4.1 Data Pembuatan Minyak Kacang Tanah
Parameter Hasil
Berat sampel + kertas saring (selongsong) 61 g
Berat kertas saring 1g
Berat labu didih kosong 173 g
Berat batu didih 2g
Berat labu didih + batu didih + minyak 201,4 g

4.1.1. Waktu Refluks Pembuatan Minyak Kacang Tanah


Tabel 4.2 Data Waktu Refluks Pembuatan Minyak Kacang Tanah
Refluks ke- Waktu
1 23,19 menit
2 14,32 menit
3 13,89 menit
4 13,64 menit
5 12,52 menit
6 12,67 menit
7 12,31 menit
8 11,92 menit
9 11,93 menit
10 11,65 menit
11 11,31 menit
12 12,07 menit
13 12,04 menit
14 11,98 menit
15 11,84 menit
16 11,11 menit
17 12,11 menit
18 10,80 menit

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

16
17
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

19 10,84 menit
20 12,07 menit
21 11,82 menit
22 11,15 menit
22 11,87 menit
23 12,36 menit

4.2. Pembahasan
Dalam percobaan isolasi minyak kacang tanah dengan cara ekstraksi, metode
ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi secara dingin yaitu sokletasi. Sokletasi
merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam selongsong dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang
melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak
memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
Pada tahap percobaan, sampel dicacah kasar atau dihaluskan lalu dikeringkan.
Proses pengecilan ukuran dan pengeringan bahan berminyak yang bersifat permeabel
(mudah ditembus zat cair dan uap) bertujuan untuk mengekstraksi minyak dalam waktu
yang relatif lebih singkat. Proses perajangan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat
terbuka sebanyak mungkin sehingga pada proses ekstraksi laju penguapan minyak atsiri
dari bahan menjadi cukup cepat dan menghasilkan lebih banyak rendemen (Munawaroh,
2010).
Kemudian selongsong dibuat dan sampel yang telah dikeringkan dimasukkan ke
dalam selongsong lalu ditimbang. Berat selongsong yang berisi sampel adalah 61 g.
Selongsong lalu dimasukkan ke dalam tabung soklet. Labu didih kosong dan batu didih
yang akan dipakai ditimbang, lalu labu didih diisi dengan batu didih. Hasil timbangan
labu didih kosong adalah 173 g sementara hasil timbangan batu didih yang digunakan
adalah 2 g. Selongsong dimasukkan ke dalam tabung soklet. Alat proses sokletasi
kemudian dirangkai. Pastikan alat telah dioleskan vaseline pada setiap sambungan dan
gunakan tisu pada alat yang diklem. Pelarut n-heksana dimasukan ke tabung soklet
hingga pelarut turun kedalam labu didih, setelah pelarut tidak turun lagi, pelarut
ditambahkan hingga seluruh terendam sampel.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


18
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

Setelah alat sokletasi selesai dirangkai, proses sokletasi dimulai dengan


menghidupkan hot plate (mantel pemanas) dan mengaliri air pada kondensator. Saat
dipanaskan, pelarut yang ada di dalam labu didih akan menguap naik melewati tabung
soklet menuju kondensor. Kondensor akan mengembunkan uap pelarut agar fasenya
kembali menjadi cair dan pelarut jatuh ke tabung soklet. Pelarut melarutkan minyak yang
terdapat pada selongsong, kemudian jika volumenya telah mencukupi akan masuk ke
dalam sifon. Setelah satu siklus sokletasi selesai, pelarut yang telah melarutkan minyak
jatuh kembali ke dalam labu didih. Proses sokletasi dilakukan berulang-ulang sebanyak
24 kali selama kurang lebih 5 jam. Semakin banyak frekuensi ekstraksi yang dilakukan,
maka semakin banyak pula minyak yang akan terekstrasi dari sampel (Munawaroh,
2010).
Saat proses sokletasi telah selesai, pemanasan yang sedang berlangsung
dihentikan. Kondensor dilepas dan selongsong dikeluarkan lalu kondensor dipasang
kembali. Kemudian dilakukan proses distilasi untuk mengambil pelarut n-heksana. Hot
plate dihidupkan. Pelarut akan menguap dan terkondensasi lalu masuk ke tabung soklet.
Setelah proses selesai, pelarut dapat diambil dan disimpan agar dapat digunakan kembali.
Hal ini adalah salah satu keuntungan dari proses sokletasi. Keuntungan dari proses
sokletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk
simplisia, tetapi melalui pipa samping. Pelarut yang digunakan cenderung sedikit dan
setelah proses ektraksi dapat digunakan kembali. Pemanasan saat ekstraksi dapat diatur
(Ditjen POM, 1986).
Minyak hasil ekstraksi selanjutnya dioven bersamaan dengan batu didih yang
terdapat di dalam labu didih. Hasil yang didapat adalah berat minyak kacang tanah
konstan. Labu didih yang berisi batu didih dan minyak kemudian ditimbang beratnya.
Dari minyak yang dihasilkan dari sampel kacang tanah, minyak kacang tanah yang
dihasilkan dari percobaan ini adalah 26,4 g dengan rendemen nyata sebesar 44%. Hal ini
berlawanan dengan teori bahwa semakin banyak frekuensi ekstraksi yang dilakukan,
maka semakin banyak pula minyak yang akan terekstrasi dari sampel (Munawaroh,
2010). Nyatanya, frekuensi refluks yang dilakukan sebanyak 24 kali hanya menghasilkan
rendemen minyak sebesar 44%.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Isolasi minyak kacang tanah dapat dilakukan dengan cara ektraksi, yaitu
sokletasi. Dimana sampel direndam dalam pelarut, dipanaskan, lalu dikondensasi
kemudian dipisahkan dari pelarut dan hasil produknya.
2. Minyak kacang tanah yang didapat dari percobaan ini adalah 24,6 g dengan
rendemen sebesar 44%.

5.2. Saran
1. Jangan lupa oleskan vaseline pada setiap sambungan rangkaian alat agar mudah
dilepas dan gunakan tisu pada alat yang diklem.
2. Penimbangan dilakukan dengan teliti agar hasil timbangan akurat.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

19
Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1987, Physical chemistry, Edisi ke 3, Oxford University Press ELBS,
Oxford
Benardini, E., 1983, Oils and Fat Processing, Oilseed, Oil, and Fats, Volume
II,Publishing House BE Oil, Roma.
Ditjen POM, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press, Jakarta.
Martin, A., 1993, Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Edisi
Ketiga, UI Press, Jakarta.
Munawaroh, S., Prima, A, H,. 2010, Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal Kompetensi
Teknik. Vol. 2. No.1. Hal : 73-78.
National Center for Biotechnology Information, 2020, PubChem Compound Summary,
U.S. Government Printing Office, Washington, D.C.
Ozcan, M. M., 2010, Some Nutritional Characteristics of Kernel and Oil of Peanut
(Arachis hypogaea L.), Journal of Oleo Science, 59(1): 1-5.
Sanders, T. H., 2003, Ensyclopedia of Food Science and Nutritions, Edisi ke 2, Academic
Press, Cambridge.
Shevla, 1985, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Cetakan Pertama,
Penerbit PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
Smith, Michael B., 1994, Organic Synthesis, McGraw-Hill-Inc, New York.
Tobo, F., 2001, Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Toomer, O. T., 2017, Nutritional chemistry of the peanut (Arachis hypogaea), Critical
Reviews in Food Science and Nutrition, DOI: 10.1080/10408398.2017.1339015.
Wiratmaja, I. G., I Gusti. B. W. K., I Nyoman, S. W., 2011, “Pembuatan Etanol Generasi
Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma Cottonii Sebagai
Bahan Baku”, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 5 No.1.

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”


Praktikum Kimia Organik/S.Ganjil/2020-2021

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN

A.1 Perhitungan Berat Sampel


Berat sampel = (berat sampel + berat kertas saring) – (berat kertas saring)
Berat sampel = 61 g – 1 g
Berat sampel = 60 g

A.2 Perhitungan Berat Minyak yang Dihasilkan


Berat minyak yang dihasilkan = (berat labu didih + batu didih + minyak) – (berat labu
didih kosong) – (berat batu didih)
Berat minyak yang dihasilkan = 201,4 g – 173 g – 2 g
Berat minyak yang dihasilkan = 26,4 g

A.3 Perhitungan Rendemen


%Rendemen = x 100%

%Rendemen = x 100%

%Rendemen = 44%

Proses Sokletasi “Isolasi Minyak Kacang Tanah”

Anda mungkin juga menyukai