Anda di halaman 1dari 13

Paraf Asisten

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


DISTRIBUSI SOLUT DIANTARA DUA PELARUT
Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari distribusi senyawa organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur.
2. Mempelajari cara mengidentifikasi lapisan organik diantara dua pelarut yang tidak
bercampur.
Pendahuluan
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas
zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan
kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama. Zat yang dapat larut dalam dua zat
pelarut yang tidak saling campur dan ketiga-tiganya ada bersama, maka zat tersebut akan
terbagi kedalam dua pelarut tersebut. Zat terbagi menjadi 3 macam yaitu zat padat, zat cair
dan gas. Zat zat tersebut pada kenyataannya dapat bercampur tidak dapat bercampur dan
sedikit bercampur. Perbandingan fraksi mol dari zat terlarut pada keadaan setimbang dalam
kedua pelarut berharga tetap pada temperatur tetap. Pernyataan ini dikenal dengan “hukum
distribusi”. Hukum ini hanya berlaku bila larutannya encer dan zat terlarut mempunyai
struktur molekul yang sama dalam dua pelarut (Khopkar, 2012).
Menurut hukum distribusi Nerst, apabila dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute (zat terlarut) yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Hukum Distribusi Nerst ini menyatakan bahwa
solute akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu tersebut disebut
koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun.
Solut di dalam kedua fasa pelarut mengalami reaksi-reaksi tertentu seperti asosiasi dan
disosiasi. Hal tersebut akan lebih berguna untuk merumuskan besaran yang menyangkut
konsentrasi total komponen senyawa yang ada dalam tiap-tiap fasa, yang dinamakan angka
banding distribusi (D). Berikut persamaan hukum distribusi Nerst :
Konsentrasi zat terlarut dalam pelarut a [ A ] a
= =K ............................... ……………..(1)
Konsentrasi zat terlarut dalam pelarut b [ B ] b
Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Zat terlarut akan terdistribusi
dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus :
CA/CB = Konstan = K………………………………………………………… (2)
Ca dan Cb adalah konsentrasi solut pada pelarut A dan pelarut B, maka koefisien (K) menjadi
konstan(Soebagio, 2002).
Hukum partisi menyatakan bahwa “ suatu senyawa pada suhu tertentu, akan
memisahkan dirinya sendiri diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur dengan
perbandingan konsentarsi yang tetap”. Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa senyawa
atau zat tertentu akan larut pada senyawa atau zat tertentu juga atau yang memiliki sifat yang
sama. Salah satu contohnya adalah air dan minyak. Air merupakan senyawa yang miliki
ikatan polar sedangkan minyak memiliki ikatan non polar, perbedaan sifat tersebut
mengakibatkan air dan minyak tersebut tidak dapat bercampur, sehingga membutuhkan
bantuan senyawa lain yaitu sabun untuk menyatukan minyak dan air. Prinsip kerja dari
peristiwa ini adalah zat terlarut yaitu sabun akan terdistribusi secara merata diantara dua
pelarut tersebut .Perbandingan yang tetap ini dikenal dengan koefisien partisi senyawa
tersebut dan dapat dinyatakan secara matematis, sebagai berikut:
[organik ]
P= ……………………………..
[ berair]
(3)
(Cairns, 2004)
Senyawa organik yang beragam jenisnya perlu dilakukan identifikasi. Identifikasi
yang dilakukan dalam membedakan senyawa organik adalah dengan cara pemisahan
berdasarkan sifat fisik yang ada. Identifikasi pada senyawa organik juga bisa dilakukan
dengan melakukan pemurniaan yang menunjukkan komponen penyusun suatu senyawa
organik. Teknik pemisahan seperti ekstraksi yang didasarkan pada perbedaan kepolaran,
kelarutan dari suatu zat, destilasi fraksinasi, dan destilasi uap yang didasarkan pada
perbedaan uap. Senyawa organik pada dasarnya dapat didapatkan dari suatu reaksi maupun
isolasi bahan-bahan alami (Siswoyo, 2009).
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai
separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen–komponen dalam campuran. Alat yang digunakan dalam pemisahan campuran
salah satunya adalah alat corong pisah (vogel,1985).
Ekstraksi campuran merupakan salah satu teknik yang digunakan dimana suatu
larutan pada umumnya (dalam pelarut air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
yaitu (senyawa organik) yang pada hakikatnya tidak dapat bersatu dan hasil akhirnya
didapati perpindahan satu zat atau lebih zat terlarut (solut) kedalam pelarut kedua. Ekstraksi
meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur. Pelarut yang
umum digunakan ialah pelarut air. Pelarut organik yang sering digunakan ialah eter,
kloroform (CHCl3), atau pentana. garam anorganik, asam-asam dan basa yang dapat larut
dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi kedalam air dari pelarut yang kurang
polar (Purwani et al, 2013).
Metode pemisahan dalam ekstraksi yang sering dilakukan adalah ekstraksi pelarut
atau ekstraksi air karena pemisahan ini dapat dilakukan dengan baik dalam tingkat mikro
ataupun makro. Prinsip dari metode ini didasarkan pada distribuusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Batasan yang
digunakan adalah pentransferan zat terlarut dalam jumlah yang berbeda pada kedua fase
(Khopkar, 1990).
Ekstraksi cair-cair pada senyawa organik melibatkan dua palarut yang terdiri yang
sedikit atau bahkan tidak terlarut. Kedua pelarut yang digunakan tidak tercampur dan sedikit
tercampur maka dapat dilihat mana bagian yang berisi lapisan organik dan mana bagian yang
berisi lapisan air, sebelum dilakukannya pemisahan data berat jenis masing-masing pelarut
harus diketahui. Data berat jenis pelarut dapat membantu untuk mengidentifikasi setiap
pelarut dari dua lapisan larutan yang terbentuk. Ekstraksi cair-cair suatu senyawa organik
menggunakan dua pelarut yang sedikit larut bahkan tidak larut akan mematuhi distribution
law atau partition law. Senyawa organik (solute) akan terdistribusi dengan sendirinya pada
temperatur yang konstan. Konsentrasi senyawa organik yang larut pada pelarut satu terhadap
yang lainnya akan tetap (Yazid, 2005).
Ektraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dalam dari
padatan inert ke dalam oelarutnya. Ekstraksi padat – cair memisahkan satu atau beberapa
komponen bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ektraksi dari bahan padat dapat dilakukan apabila bahan
yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan
apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut (vogel, 1985).
Prinsip Kerja
Pengidentifikasian dua lapisan pelarut dan distribusi solut diantara dua pelarut secara
umum menggunakan dasar sifat kepolaran dan kelarutan. Senyawa organik ada yang bersifat
polar dan non polar, namun sebagian besar senyawa organik adalah non polar lapisan pelarut
organik tentu dapat dibedakan dengan pelarut air karena pelarut organik tidak larut dalam air.
Penentuan koefisien distribusi asam benzoat dan kafein ditentukan oleh kemampuan melarut
dari kedua senyawa dalam pelarutnya.
Alat
Tabung reaksi, pipet tetes, neraca, penangas air.
Bahan
Diklorometana, Heksana, Air, Kloroform, etanol, asam benzoat, kafein.
Prosedur Kerja
a. Identifikasi Dua Lapisan Pelarut
Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi tersebut
masing-masing diisi dengan campuran dua pelarut A, B, dan C. Campuran dua pelarut A, B,
dan C dikocok terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tabung reaksi sesuai dengan
petunjuk asisten praktikum. Diamkan tabung reaksi hingga terdapat dua lapisan pelarut.
Masing-masing lapisan pelarut dalam campuran dua pelarut tersebut diidentifikasi yang mana
lapisan organik dan lapisan berair.
b. Distribusi Solut diantara Dua Pelarut.
Ditimbang asam benzoat sebanyak 0,125 g kemudian masukkan ke dalam tabung
reaksi. Diklorometana dan air ditambahkan masing-masing 5 mL kedalam tabung reaksi.
Tabung reaksi tersebut dikocok sampai padatan asam benzoat larut sempurna dan diamkan
sampai terbentuk dua lapisan pelarut. Lapisan bagian bawah dipindahkan ke dalam tabung
reaksi yang lain menggunakan pipet tetes. Padatan MgSO4 anhidrat dtambahkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi pelarut hasil pemindahan campuran pelarut. MgSO4 anhidrat
dipisahkan dengan cara menuangkan cairannya ke dalam tabung reaksi yang baru. Pelarutnya
diuapkan menggunakan penangas sampai terbentuk padatan asam benzoat kembali. Asam
benzoat yang terbentuk dikerok dan ditimbang. Harga koefisien distribusi dari asam benzoat
pada air dan diklorometana dihitung. Prosedur diatas diulangi dengan menggunakan sampel
kafein sebagai ganti dari asam benzoat.
Waktu yang dibutuhkan
No Jam Perlakuan Waktu
1. 07.00 – 07.15 Persiapan praktikum 5 menit
2. 07.15 – 07.25 Mengecek kelengkapan praktikum dan 10 menit
pengarahan sebelum melakukan
percobaan
3. 07.25 – 08.10 Praktikum mengindentifikasi dua 20 menit
lapisan pelarut
4 08.10 – 09.10 Praktikum distribusi solut diantara dua 75 menit
pelarut
5. 09.10 – 09.20 Post test 20 menit

Total waktu 130 menit

Data dan Perhitungan


A. Data hasil pengamatan
1. Identifikasi Lapisan Organik
No
Bahan Perlakuan Hasil

1 Kloroform + akuades Dicampurkan dan Lapisan atas : lapisan


dikocok air (akuades)

Lapisan bawah :
lapisan organik
(kloroform)

2 Heksana + akuades Dicampurkan dan Lapisan atas : lapisan


dikocok organik (heksana)

Lapisan bawah :
lapisan air (akuades)

3. Diklorometil + akuades Dicampurkan dan Lapisan atas : lapisan


dikocok air (akuades)

Lapisan bawah :
lapisan organik
(Diklorometil)

4. Etanol + akuades Dicampur dan Tidak terbentul


dikocok lapisan, Etanol larut
dalam akuades

2. Distribusi solut dianatara dua pelarut


No
Bahan Perlakuan Hasil

1 Asam benzoat + Dicampurkan, cairan diambil dan Massa endapan asam


kloroform + akuades dipisah kemudian diuapkan hingga benzoat yaitu
membentuk endapan sebesar 0 gram

2 Kafein + kloroform + Dicampurkan, cairan diambil dan Massa endapan


akuades dipisah kemudian diuapkan hingga kafein yaitu sebesar
membentuk endapan 0,035 gram
Perhitungan
1. Asam benzoat + diklorometana
Massa awal asam benzoat = 0,1252 gram
Ca = 0 gram
Cb = 0,1252 gram – 0 gram
= 0,1252 gram
Ca
K =
Cb
0 gram
=
0,1252 gram−0 gram
0 gram
=
0,1252 gram
= 0 gram
2. Kafein + diklorometana
Massa awal kafein = 0,125 gram
Ca = 0,09 gram
Cb = 0,125 gram – 0,09 gram
= 0,035 gram
Ca
K =
Cb
0,09 g ram
=
0,125 gram−0,09 gram
0,09 gram
=
0,035 gram
= 2,57 gram

Hasil
1. Identifikasi dua lapisan pelarut
No Perlakuan Hasil Gambar
1 Dua pelarut yaitu Lapisan atas : lapisan
kloroform dan akuades air (akuades)
dicampurkan, kemudian Lapisan bawah :
dikocok dan lapisan organik
diidentifikasi antara dua (kloroform)
lapisan cairan tersebut

2 Dua pelarut yaitu Lapisan atas : lapisan


heksana dan akuades organik (heksana)
dicampurkan, kemudian Lapisan bawah :
dikocok dan lapisan air (akuades)
diidentifikasi antara dua
lapisan cairan tersebut
3 Dua pelarut yaitu Lapisan atas : lapisan
diklorometana dan air (akuades)
akuades dicampurkan, Lapisan bawah :
kemudian dikocok dan lapisan organik
diidentifikasi antara dua (diklorometana)
lapisan cairan tersebut
4 Dua pelarut yaitu etanol Tidak terbentuk
dan akuades lapisan, etanol larut
dicampurkan, kemudian dalam akuades
dikocok dan
diidentifikasi antara dua
lapisan cairan tersebut

2. Distribusi Solut Diantara Dua Pelarut


No Perlakuan Hasil Gambar
1 Diklorometana + asam -Massa awal asam
benzoat benzoat = 0,1252 gram
-Massa akhir = 0 gram

2 Diklorometana + kafein - Massa awal kafein =


0,125 gram
- Massa akhir = 0,09
gram

Pembahasan hasil
Percobaan pada praktikum kali ini membahas tentang distribusi solut diantara dua
pelarut dan identifikasi lapisan organik. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari distribusi
senyawa organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur dan mengidentifikasi lapisan
organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur. Percobaan ini juga bertujuan untuk
memperoleh koefisien distribusi atau partisi yang dilambangkan dengan K (partisi). Koefisien
distribusi merupakan suatu perbandingan kelarutan suatu zat (sampel) di dalam dua pelarut
yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta mempunyai harga tetap pada suhu tertentu
(Yazid,2005).
Percobaan pertama yaitu mengidentifikasi dua lapisan pelarut. Percobaan ini
menggunakan larutan kloroform, diklorometana, heksana, dan etanol. Keempat larutan
tersebut di campurkan dengan air untuk mengetahui dua lapisan pelarut yang tidak tercampur.
Tabung reaksi pertama yaitu diisi dengan kloroform dan air. Hasil yang diperoleh bahwa dua
cairan pelarut kloroform dengan air tidak bercampur, sehingga terdapat dua lapisan yaitu air
berada di lapisan bagian atas dan kloroform berada di lapisan bagian bawah. Hal ini
disebabkan karena air dan kloroform memiliki massa jenis yang berbeda. Air memiliki massa
jenis sebesar 1 gr/cm3 dan massa jenis kloroform sebesar 1,484 gr/cm3. Massa jenis yang
lebih besar yaitu kloroform akan berada di lapisan bagian bawah dan massa jenis yang lebih
kecil yaitu air akan berada di lapisan bagian atas. Selain itu, kedua pelarut tidak tercampur
disebabkan oleh adanya beda kepolaran. Kloroform jika dilihat dari strukturnya menunjukkan
bahwa kloroform merupakan pelarut non-polar dan air merupakan pelarut polar.

Gambar 1. Struktur molekul kloroform dan struktur molekul air


Tabung reaksi selanjutnya yaitu diisi dengan larutan heksana dan air. Hasil yang
diperoleh yaitu heksana berada pada lapisan bagian atas dan air berada pada lapisan bagian
bawah. Hal ini disebabkan karena air dan heksana memiliki berat jenis yang berbeda. Air
memiliki berat jenis sebesar 1 gr/cm3 dan berat jenis heksana sebesar 0,66gr/cm3. Berat jenis
yang lebih besar berada di lapisan bawah dan berat jenis yang lebih kecil berada di lapisan
atas. Selain itu, dua pelarut tidak bercampur disebabkan oleh adanya beda kepolaran.
Heksana jika dilihat dari strukturnya menunjukkan bahwa heksana merupakan pelarut non-
polar dan air merupakan pelarut polar.

Gambar 2. Struktur molekul heksana dan struktur molekul air


Tabung reaksi ketiga yaitu diisi dengan diklorometana dan air. Hasil yang diperoleh
bahwa dua cairan pelarut diklorometana dengan air tidak bercampur, sehingga terdapat dua
lapisan yaitu air berada di lapisan bagian atas dan diklorometana berada di lapisan bagian
bawah. Hal ini disebabkan karena diklorometana memiliki berat jenis yang lebih tinggi
daripada air. Air memiliki berat jenis sebesar 1 gr/cm3 dan berat jenis diklorometana sebesar
1,33 gr/cm3. Berat jenis yang lebih besar yaitu diklorometana akan berada di lapisan bagian
bawah dan berat jenis yang lebih kecil yaitu air akan berada di lapisan bagian atas.

Gambar 2. Struktur molekul diklorometana dan struktur molekul air

Tabung reaksi ke-empat diisi dengan air ditambah dengan etanol. Pencampuran pada
identifikasi larutan etanol tidak membentuk lapisan. Hasil tersebut terjadi karena etanol larut
dalam air. Etanol mempunyai gugus OH, (C2H5OH ) sehingga jika dimasukkan kedalam air
maka akan terlarut. Etanol juga merupakan suatu senyawa polar yang akan larut dalam
senyawa polar yaitu air.

Gambar 4. Struktur molekul etanol dan struktur molekul air


Percobaan selanjutnya yaitu distribusi solut diantara dua pelarut. Percobaan ini
menggunakan asam benzoat dan kafein sebagai zat terlarut dan pelarut yang digunakan yaitu
diklorometana dan air. Pertama, asam benzoat 0,125 gram dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan dengan diklorometana dan air masing-masing 5 mL lalu dikocok.
Penambahan diklorometana dan air yaitu digunakan sebagai pelarut. Serbuk asam benzoat
bertindak sebagai solut yang akan terdistribusi secara merata dalam dua pelarut yang tidak
dapat bercampur tersebut. Pengocokoan berfungsi untuk melarutkan padatan asam benzoat,
yang awalnya larutan berwarna putih sampai larutan tersebut tidak berwarna. Persamaan
reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
C7H6O2(s) + CH2Cl2(aq)  + H2O(l) = C7H5O2Cl(aq) + CH3Cl(aq) + H2O(l)…………………….(1)
Hasil yang diperoleh yaitu pengocokan tersebut menyebabkan terbentuknya dua
lapisan yaitu lapisan senyawa organik diklorometana dengan akuades. Diklorometana dan
akuades merupakan dua larutan yang tidak dapat bercampur. Lapisan bagian bawah adalah
lapisan diklorometana dengan asam benzoat yang terlarut dan lapisan bagian atas adalah
lapisan dari akuades. Lapisan bagian bawah yaitu diklorometana dengan asam benzoat
kemudian dipipet dengan hati–hati dan teliti untuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang
baru. Tabung reaksi ditimbang terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menentukan massa
endapan asam benzoat yang nantinya terbentuk. Tabung reaksi ini kemudian diuapkan
dengan penangas air sampai diperoleh padatan asam benzoat, larutan deklorometana habis
diuapkan. Massa asam benzoat yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung harga
koefisien distribusi. Massa benzoat yang diperoleh setelah diuapkan yaitu sebesar 0 gram,
sehingga nilai harga K (Partisi) dapat ditentukan yaitu senilai 0 gram. Hasil ini kurang sesuai,
karena saat praktikum berlangsung terdapat endapan asam benzoat yang menempel pada
dinding-dinding tabung reaksi. Kesalahan bias terjadi dikarenakan pada saat penimbangan
hanya ditulis 3 angka penting, sehingga data ang diperoleh tidak akurat.
Percobaan selanjutnya yaitu mengganti asam benzoat dengan kafein. Pertama,
kafein 0,0125 gram dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan
diklorometana dan air masing-masing 5 mL. Penambahan diklorometana dan air yaitu
digunakan sebagai pelarut. Serbuk kafein bertindak sebagai solut yang akan terdistribusi
secara merata dalam dua pelarut yang tidak dapat bercampur tersebut. Pengocokoan berfungsi
untuk melarutkan padatan kafein, kafein lebih cepat terlarut daripada asam benzoat pada
pelarut air dan diklorometana ini. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
C8H10N4O2(s) + CH2Cl2(aq)  + H2O(l) = C8H10N4O2Cl(aq) + CH3Cl(aq) + H2O(l)……………...(2)
Hasil yang diperoleh yaitu pengocokan tersebut menyebabkan terbentuknya dua
lapisan yaitu lapisan senyawa organik diklorometana dengan akuades. Diklorometana dan
akuades merupakan dua larutan yang tidak dapat bercampur. Lapisan bagian bawah adalah
lapisan diklorometana dengan asam kafein yang terlarut dan lapisan bagian atas adalah
lapisan dari akuades. Lapisan bagian bawah yaitu diklorometana dengan kafein kemudian
dipipet dengan hati–hati dan teliti untuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang baru.
Tabung reaksi ditimbang terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menentukan massa endapan
kafein yang nantinya terbentuk. Tabung reaksi ini kemudian diuapkan dengan penangas air
sampai diperoleh padatan kafein, larutan deklorometana habis diuapkan. Massa kafein yang
diperoleh dapat digunakan untuk menghitung harga koefisien distribusi. Massa benzoat yang
diperoleh setelah diuapkan yaitu sebesar 0,09 gram, sehingga nilai harga K (Partisi) dapat
ditentukan yaitu senilai2,57 gram.
Menurut hukum distribusi Nerst, apabila dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute (zat terlarut) yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa
solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga
setelah kesetimbangan distribusi tercapai. Massa endapan pada asam benzoat yaitu sebesar
0,0 gram dengan harga K (partisi) yaitu sebesar 0,0 gram, sedangkan massa endapan pada
kafein yaitu sebesar 0,009 gram dengan harga K (Partisi) yaitu sebesar 2,7 gram. Hasil dari
percobaan ini sesuai denngan literatur Cairns (2004) bahwa semakin banyak atau semakin
besar massa endapan, maka semakin besar nilai harga koefisiennya atau harga K (partisi).

Referensi
Cairns, D. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta : EGC
Khopkar. 2012. Basic Concepts of Analytical Chemistry. New Delhi : New Age International
Ltd.
Purwani dan Prayitno. 2013. Ekstraksi konsentrat neodymium memakai trioktilamin.
Jurnal Iptek Nuklir Ganendra. Vol 17(01).
Siswoyo, Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Soebagio. 2002. Kimia Analitik II (JICA). Malang : Universitas Negeri Malang.
Tim penyusun. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember : Universitas Jember.
Vogel. 1986. Buku Teks Analisis secara Makro dan Semimikro. Jakarta : P.T Kalman Media
Pustaka
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi.

Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu agar memahami prosedur kerja dengan baik
agar tidak melakukan kesalahan saat melakukan percobaan. Praktikan saat melakukan
percobaan harus dengan teliti, sehingga tidak terjadi pengulangan. Praktikan agar selalu
berhati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium.

Nama Praktikan
Reza Apriliana (181810301052)

Anda mungkin juga menyukai