Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

P1. EKSTRAKSI

KELAS A/GOLONGAN 2/KELOMPOK 4

1. Yunizar Lusida Putri (I1C021083)


2. Tiara Azizah Firdaus (1IC021085)
3. Rizka Noviana Tuzada (I1C021093)
4. Aisy Prita Syafina (I1C021097)

Asisten Praktikum: Atika Setyawati & Nafisa Wafiqoh Aeni, S.Farm

Dosen Pembimbing Jaga: Dr. rer. nat. apt. Harwoko, M.Sc.

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2023
A. Judul Percobaan
Percobaan 1 Ekstraksi
B. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami prinsip ekstraksi dan melakukan ekstraksi
simplisia dengan berbagai metode ekstraksi.
C. Pendahuluan
Tanaman obat tersebar luas di seluruh Indonesia dan sudah sejak
zaman dahulu digunakan pemanfaatannya. Tanaman obat memiliki banyak
aktivitas farmakologis yang berguna untuk tubuh, salah satunya tanaman
kunyit, sambiloto, dan secang. Zat aktif yang berguna bisa diambil dengan
metode ekstraksi.
Ekstraksi adalah metode pengambilan zat aktif yang ingin
digunakan dengan prinsip perpindahan massa zat ke dalam suatu pelarut.
Perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka lalu berdifusi masuk ke
pelarut. Hasilnya adalah cairan kental yang disebut ekstrak. Ekstrak
diperoleh setelah mengekstraksi simplisia dari tanaman obat yang
digunakan. Simplisia dilarutkan dengan pelarut yang sesuai untuk
memisahkan zat aktif dengan zat yang lain yang tidak digunakan.
Kemudian, semua pelarut yang digunakan diuapkan sehingga didapat
massa yang diolah untuk memenuhi mutu dan syarat sediaan ekstraksi
yang baik (Saputra et al., 2020).
Metode ekstraksi berdasarkan penggunaan suhunya dibagi menjadi
dua, yaitu metode maserasi dan metode perkolasi. Metode maserasi adalah
ekstraksi yang paling sederhana. Sementara metode perkolasi
menggunakan alat khusus, yaitu perkolator. (Putri et al., 2022).
Selanjutnya, ada metode ekstraksi cara panas. Cara ini menggunakan
panas secara otomatis dalam prosesnya. Beberapa metode cara panas
adalah refluks, soklet, dan infusa. Refluks digunakan ketika ekstraksi
menggunakan senyawa volatile. Soklet digunakan pada pelarut organik
tertentu dengan penyaringan berulang. Sementara infusa atau dekoktasi
adalah metode ekstraksi dengan pelarut air yang harus mencapai suhu
90oC selama 30 menit (Sudarwati & Fernanda, 2019).
D. Bahan dan Alat
1. Bahan
Serbuk simplisia kunyit (Curcuma domestica), sambiloto
(Androgaphis paniculata), secang (Caesalpina sappan), pelarut etanol
96%, dan akuades.
2. Alat
Sepeangkat alat maserasi (erlenyemeyer 250 mL), thermometer,
seperangkat alat soklett, seperangkat alat infusa/dekok, waterbath,
kompor listrik, cawan porselen, batu didih, kain flannel, kertas saring,
jarum, benang, batang pengaduk, corong, gelas ukur, deksikator, dan
vial.
E. Cara Kerja
1. Sokletasi
Simplisia
 Ditimbang masing-masing 50 gram.
 Dibungkus dengan ketas saring
 Dijahit rapat sekelililing kertas
 Disisakan benang +/- 20 cm
 Dirangkai alat dengan dipasang labu alas bulat pada heating mantle dan
alat penyari soklet di atas labu alas bulat

Serbuk simplisia terbungkus
 Dimasukan ke dalam alat penyari soklet
 Ditambahkan etanol 96% sebanyak 200 ml (untuk 2x sirkulasi)
 Ditambahkan batu didih agar pemanasan lebih merata
 Dipasang kondensor pada alat sokletasi
 Diatur aliran air yang masuk dan keluar
 Dinyalakan hating mantle
 Dilakukan penyarian selama 2 jam dan dicatat sirkulasinya per jam
 Ditunggu hingga dingin
 Dipisahkan antara sari dengan bagian yang tidak terlarut dengan
penyaringan melalui kertas saring
Filtrat
 Ditimbang bobot awal cawan sebelum digunakan untuk pemekatan
ekstrak
 Dipekatkan diatas penangas air (waterbath) hingga diperoleh ekstrak
kental
Ekstrak kental
 Dihitung rendemen

Hasil

2. Dekoksi
Simplisia
 Ditimbang 50 gram
 Dimasukkan dalam panic infusa (bagian atas)
 Ditambahkan akuades 250 ml

Panci infusa

 Diisi dengan air biasa


 Ditunggu sampai mendidih atau sampai 900C
 Dibiarkan 30 menit untuk menghasilkan dekokta
 Disaring campuran sehingga diperoleh filtrat jernih
 Dipindahkan ke Erlenmeyer 250 mL yang bersih
 Dimasukkan ke dalam lemari es
 Dipekatkan di atas waterbath
Ekstrak
 Dihitung rendemen

Hasil

F. Hasil dan Diskusi


Data Hasil Praktikum :
Nama simplisia Bobot Bobot ekstrak Rendemen
simplisia ekstrak
Sambiloto 50 gram 2,344 gram 4,688%
Secang 50 gram 2,299 gram 4,598%
Tabel 1. Data praktikum yang didapat
Pada praktikum kali ini digunakan simplisia sambiloto
(Andrographidis paniculate) sebagai tanaman obat yang akan diambil
ekstraknya dengan metode ekstraksi sokletasi. Sambiloto adalah
tanaman dari divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas
dikotiledon, ordo solanaceae, family acanthaceae, genus andrographis,
dan spesies Andrographis paniculata Ness (Ratnani et al., 2012). Lalu,
pada metode ekstraksi dekoksi, digunakan tanaman obat secang
dengan divisi spermatophyta, kelas dicotyledone, ordo rosales, familia
leguminosae, genus caesalpinia sappan, dan spesies Caesalpinia
sappan L (Heyne, 1987).
Pada percobaan kali ini digunakan dua pelarut yaitu pelarut etanol
96% untuk metode sokletasi dan akuades untuk metode dekoksi.
Pelarut etanol 96% digunakan pada metode sokletasi karena
merupakan pelarut universal yang selektif. Pelarut etanol 96% hanya
menarik zat aktif berkhasiat yang diinginkan. Kapang, jamur, dan
mikroorganisme sulit untuk tumbuh pada etanol sehingga risiko
kerusakan sediaan kecil. Lalu, etanol mudah menguap karena memiliki
titik didih rendah, sekitar 78,370C sehingga lebih mudah untuk
mendapatkan ekstrak kental dibandingkan dengan menggunakan
pelarut etanol 70% (Misna & Diana, 2016). Kemudian, pada dekoksi
digunakan akuades sebagai pelarut karena merupakan pelarut utama
dan bekerja lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum
digunakan. Senyawa banyak yang melraut dalam akuades, baik
senyawa organik maupun anorganik. Sehingga, untuk ekstraksi ini
dapat dengan mudah memisahkan senyawa yang dikehendaki dengan
akuades sebagai pelarutnya (Adani & Pujiastuti, 2017).
Metode ekstraksi pertama yang dilakukan adalah metode sokletasi.
Metode ini digunakan untuk mengekstraksi simplisia sambiloto.
Sokletasi merupakan salah satu metode dari ekstraksi simplisia untuk
mendapatkan ekstrak kental yang nantinya akan digunakan untuk
menghitung hasil rendemen dari ekstrak. Nilai rendemen adalah
perbandingan antara produk akhir yang diperoleh terhadap bahan baku
yang digunakan. Metode ekstraksi sokletasi adalah suatu metode
pemisahan zat dari campurannya dengan pemanasan dan pelarut yang
digunakan akan mengalami sirkulasi (Irianty & Yenti, 2014). Metode
ini disebut dengan metode panas-dingin, karena cara kerjanya
menggunakan pemanasan dan melibatkan kondensor (pendingin).
Cara kerja sokletasi yaitu dengan menggunakan pemanas (heating
mantle) untuk memanaskan labu alas bulat yang berisi pelarut organik
hingga menguap. Kemudian, uap pelarut akan naik melalui pipa
pengalir uap (sifon) untuk naik menuju kondensor (pendingin).
Selanjutnya, dihasilkan tetesan embun yang akan jatuh pada sampel
yang diekstraksi. Ketinggian cairan pada sampel sama tingginya
dengan tinggi cairan yang ada pada sifon. Apabila tinggi cairan di
sifon lebih tinggi, maka akan keluar dan mengalir ke dalam labu
penampung ekstrak. Proses tersebut dihitung satu kali sirkulasi
(Melwita et al., 2014).
Ekstraksi menggunakan sokletasi merupakan salah satu metode
yang paling baik digunakan dalam memisahkan senyawa bioaktif dari
bahan alam. Kelebihan metode sokletasi adalah ekstrak yang
dihasilkan lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi
bahan), waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi lebih cepat, dan
sampel diekstraksi secara sempurna karena dilakukan penyaringan
berulang-ulang sehingga didapatkan senyawa bioaktif yang tinggi
(Puspitasari & Proyogo, 2017). Selain itu, pemanasan tidak
mengakibatkan aktivitas senyawa biologinya hilang, sehingga teknik
ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat (Heinrich et al., 2004).
Sedangkan kekurangan metode sokletasi adalah tidak disarankan untuk
mengekstraksi bahan tumbuhan yang senyawa aktifnya mudah rusak,
harus diidentifikasi setelah penyarian, serta pelarut yang digunakan
harus sesuai dan memiliki titik didih rendah sehingga mudah untuk
menguap (Bernad et al., 2014)
Selanjutnya, untuk simplisia kayu secang digunakan metode
ekstraksi dekoksi. Dekoksi adalah suatu metode pembuatan ekstrak
dengan cara bagian tanaman direbus dalam air mendidih dengan
volume dan waktu tertentu kemudian didinginkan dan ditekan atau
disaring untuk memisahkan cairan ekstrak dari ampasnya. Proses ini
sesuai untuk mengekstrak bahan bioaktif yang dapat larut dalam air
dan tahan terhadap panas. Rasio antara massa bagian tanaman dengan
volume air biasanya 1:4 atau 1:16. Selama proses perebusan terjadi
penguapan air perebus secara terus menerus, sehingga volume cairan
ekstrak yang diperoleh biasanya hanya seperempat dari volume
semula. Ekstrak yang pekat ini selanjutnya disaring dan segera
digunakan atau diproses lebih lanjut (Endriani, 2016). Prinsip metode
ekstraksi dekoksi adalah menyari senyawa simplisia dengan pelarut air
dengan suhu 100 derajat celcius pada waktu yang lama kurang lebih
mencapai 30 menit (Rahmatika, 2015). Keuntungan dari metode ini
adalah mudah dalam penggunaannya, sedangkan kekurangannya
adalah produk ekstraksinya tidak dapat bertahan lama (Yulinar &
Profiyanti, 2022).
Adapun alat-alat yang digunakan pada metode ekstraksi dekoksi :
1. Wadah untuk merebus: Panci atau wadah reaksi digunakan
untuk merebus bahan tanaman dalam air atau pelarut lainnya.
2. Pengaduk: Pengaduk digunakan untuk mengaduk bahan
tanaman dalam air atau pelarut lainnya saat direbus.
3. Kain flanel: kain flanel digunakan untuk menyaring campuran
bahan tanaman dan air atau pelarut lainnya setelah direbus
untuk memisahkan senyawa aktif dari bahan tanaman yang
tidak digunakan.
4. Corong: Sebagai penyangga kertas saring ketika ekstrak akan
di saring.
5. Cawan porselen: Sebagai wadah untuk ekstrak yang sudah di
saring.
6. Waterbath: Untuk mengurangi kadar air hingga ekstrak
berbentuk pasta.
(Sudrajat et al., 2018)
Setelah didapat ekstrak kental, kemudian dilakukan perhitungan
rendemen ekstrak. Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak
yang dihasilkan dengan berat simplisia sebagai bahan baku. Semakin
tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan
semakin banyak.
Perhitungan rendemen ekstrak menggunakan rumus sebagai
berikut:

Perhitungan rendemen ekstrak sambiloto:

Perhitungan rendemen ekstrak kulit secang:

Dalam praktikum ini diperoleh rendemen ekstrak sambiloto


sebesar 4,688%. Hal ini tidak sesuai menurut syarat rendemen ekstrak
sambiloto pada Farmakope Herbal Indonesia (2017) yang menyatakan
rendemen tidak kurang dari 9,6%. Kemudian, rendemen ekstrak secang
sebesar 4,598%. Hasil ini juga tidak memenuhi literatur Farmakope
Herbal Indonesia (2017) yang menyatakan rendemen ekstrak kayu
secang tidak kurang dari 8,1%. Hal ini bisa disebabkan berbagai hal
salah satunya kurangnya jumlah pelarut atau ketidakseimbangan antara
banyaknya pelarut dan simplisia yang digunakan sehingga hanya
menghasilkan sedikit ekstrak.
Selanjutnya, dilakukan evaluasi organoleptis. Organoleptis dari
simplisia sambiloto (Androgaphis paniculata) berupa serbuk kering
berwarna hijau kecoklatan, berbau tajam, dan memiliki rasa pahit.
Sedangkan organoleptis dari ekstrak sambiloto berupa cairan kental
berwarna hijau sangat gelap (kecoklatan), berbau khas pahit, dan rasa
yang sangat pahit (Depkes RI, 2017). Kemudian, organoleptis dari
secang (Caesalpinia sappan L.) berupa serbuk kasar, berwarna merah
kecoklatan, rasa agak khelat, dan bau khas aromatik (Latirah, 2021).
Serta, organoleptis dari ekstrak kayu secang berupa cairan kental
berwarna jingga kemerahan, berbau khas aromatik, dan memiliki rasa
kelat (Depkes RI, 2017).
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum didapat rendemen hasil ekstraksi simplisia
sambiloto dengan metode sokletasi sebesar 4,688% dan rendemen hasil
ekstraksi simplisia secang dengan metode dekoksi sebesar 4,598%.
H. Daftar Pustaka
Adani, S. I. & Pujiastuti, Y. A. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi
pada Proses Destilasi Untuk Pengolahan Aquades di Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman. Jurnal Chemurgy, 01(1), pp. 31-
35.
Depkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Jilid II. Jakarta:
Departemen Kesehatan Indonesia.
Endriani, L.H. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Modul Cetak Bahan
Ajar Farmasi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
PPSDMK. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom. 2004. Fundamental of
Pharmacognocy and Phytotherapy. Philadelpia: Elsevier.
Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan
Sarana Wana Jaya : Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan
Litbang Kehutanan, Jakarta.
Irianty, R. S & Yenti S. R. 2014. Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-
Air Terhadap Kadar Tanin Pada Sokletasi Daun Gambir (Uncaria
gambir Roxb.)
Latirah. 2021. Color Test Exstract oOf Secang (Caesalpinia sSappan L.),
Gambier (Uncaria gGambir Robx.) aAnd Pinang Seeds (Arecha
cCatechu L.). Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan. 12(1): 53-61.
Melwita, E., Fatmawati, & Oktaviani, S. 2014. Ekstraksi Minyak Biji
Kapuk dengan Metode Ekstraksi Soxhlet. Jurnal Teknik Kimia, 20(
192), pp. 20–27.
Misna & Diana, K., 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrat Kulit Bawang
Merah (Allium cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus.
GALENIKA Journal of Pharmacy, 2(2), pp. 138-144.
Puspitasari, A. D. & Prayogo, L. S. 2017. Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak
Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura). Jurnal Ilmiah Cendekia
Eksakta. 2(1)
Putri, D. V., Marcellia, S. & Chusniasih, D. 2022. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Mahoni (Swietenia Mahagoni (L.)
Jacq) dengan Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Perkolasi Terhadap Bakteri Escherichia Coli. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan, 9(1), pp. 524-531.
Rahmatika, P. 2015. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Antioksidan Krokot
(Portulaca oleracea L.) sebagai Penangkap Radikal Bebas,
terdapat di: http://eprints.umm.ac.id/35837/ [Diakses pada, 2 April
2023]
Ratnani, R. D., Hartati, I. & Kurniasari, I. 2012. Potensi Produksi
Andrigraholide dari Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
Melalui proses Ekstraksi Hidrotropi. Momentum, 8(1), pp. 6-10.
Saputra, A., Arfi, F. & Yulian, M. 2020. Literature Review: Analisis
Fitokimia dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera).
Amina, 2(3), pp. 114-119.
Sudarwati, T.P. L. & Fernanda, M.A. H. F. 2019. Aplikasi Pemanfaatan
Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Biolarvasida Terhdap
Larva Aedes aegypti. Gresik: Graniti.
Sudrajat, D. U., Widyawati, P. S., & Kusumawati, I. (2018). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
dengan Metode DPPH (1, 1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl). Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 11(1), pp. 9-14.
Yulinar, F., Profiyanti HS. 2022. Seleksi Proses Ekstraksi Daun Sirih Pada
Pra Rancangan Pabrik Hand Sanitizer Daun Sirih dengan Kapasitas
Produksi 480 Ton/Tahun. Jurnal Teknologi Separasi,. 8(1), pp.:
146-153.
I. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai