Anda di halaman 1dari 7

Makalah Farmakognosi

Simplisia Lengkuas Alpina galanga L.

Disusun Oleh :

Aisy Prita Syafina (I1C021097)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2022
A. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Subfamili : Alpinioideac
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L.
(Chouni & Paul, 2018; Eram et al., 2019; Al Baasiqot et al., 2022)

B. Tanaman dan Bagian Tanaman


Tanaman lengkuas memiliki penyebutan sendiri di berbagai daerah.
Lengkuas juga dikenal dengan nama akar cina, jahe cina, akar kolik, dan akar
india.Umumnya, lengkuas digunakan sebagai obat beberapa penyakit seperti wasir,
bayi yang lemah, sakit perut, radang, kerusakan gigi, sampai haid yang tidak normal
(Abubakar et al., 2018).
Secara spesifik, ada bagian-bagian dari lengkuas dan tanamannya yang dapat
digunakan sebagai bahan baku obat. Akar lengkuas dapat berguna untuk menambah
berat badan. Bagian korteks dan batang apabila direbus dapat digunakan sebagai
infus, atau dibentuk seperti bubuk dan dicampur ke dalam makanan atau minuman
sebagai pengobatan penyakit flu, gangguan pernapasan, dan gangguan pencernaan.
Bagian herba segarnya dapat dijadikan sebagi obat penyakit kulit yaitu kurap.
Kemudian, bagian tanaman lengkuas yang paling berkhasiat terdapat di
rimpangnya. Rimpang lengkuas dapat menjadi antitusif, obat malaria, sakit perut,
batuk pilek, obat kumur dan pengobatan kejang otot. Bahkan ada penelitian yang
melaporkan bahwa rimpang lengkuas dapat dijadikan sebagai obat diabetes dan
epilepsi (Abubakar et al., 2018).

C. Pemanenan
Lengkuas biasa ditemukan di alam liar, namun ada juga yang
dibudidayakan. Pada budidaya tanaman lengkuas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti kondisi tanah, jarak tanam, ketinggian lahan, pupuk, waktu
tumbuh, dan waktu panen. Hal-hal seperti ini perlu diketahui terlebih dahulu
sebelum melakukan budidaya rimpang lengkuas. Tujuannya, agar produksi rimpang
lebih banyak dan kandungan zat aktif rimpang menjadi optimal. Kandungan zat
aktif yang optimal inilah yang akan dijadikan alasan rimpang dijadikan bahan dasar
obat tradisional.
Tanah yang digunakan untuk budidaya rimpang lengkuas haruslah tanah
yang subur, tidak berawa, tidak berpasir, dan kaya akan zat organik. Selain itu, sifat
drainase tanah juga harus baik dan ideal. Di daerah tropis, seperti di Indonsia,
tanaman lengkuas tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl. Sebelum digunakan, tanah
harus digarap terlebih dahulu. Tanah di gali sedalam 35 cm dengan jarak antar
tanaman sekitar 0,5-1 m2. Penanaman rimpang lengkuas mengguakan slip atau
potongan rimpang yang ada tunasnya. Rimpang dimasukan dalam lubang, lalu diisi
pupuk kandang yang dicampur tanah, pupuk anorganik dan kapur. Satu slip ditanam
di satu lubang dan ditutup mulsa (Ravindran, 2012).
Rimpang yang ditanam baru akan muncul tunas setelah satu minggu.
Kemudian, sekitar empat minggu setelah tanam baru akan muncul 3-4 helai daun.
Rimpang akan berkembang dengan cepat dan mencapai kualitas panen yang baik
sekitar tiga bulan setelah tanam. Namun, pemanenan untuk mendapat ekstraksi
minyak atsiri yang baik sekitar tujuh bulan setelah tanam (Ravindran, 2012).

D. Pasca Panen
Lengkuas setelah pemanenan dilakukan perlakuan pasca panen. Salah satu
pasca paen yang dilakukan adalah pembuatan simplisia rimpang lengkuas. Rimpang
pertama terlebih dahulu dibersihkan dari tanah, kotoran, dan benda asing. Kemudian
disortasi untuk mendapatkan kualitas yang bagus. Langkah pertama, rimpang
lengkuas ditimbang, dicuci, lalu ditiriskan. Kemudian, tahap penirisan. Di tahap ini,
rimpang diletakkan pada tampah dan didiamkan di suhu ruang. Setelah ditiriskan,
rimpang melalui tahap perajangan. Tahap ini mengubah ukuran rimpang menjadi
kecil-kecil dengan pemotongan ukuran 3-4 mm. Tahap ini dilakukan untuk
mempercepat waktu pengeringan. Perajangan lengkuas dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara melintang dan membujur. Setelah perajangan, dilakukan tahap
pengeringan. Metode pengeringan yang dapat digunakan adalah metode dengan
penjemuran sinar matahari yang ditutup dengan kain hitam hinga mencapai suhu
50oC. Ada juga metode lain, menggunakan cabinet dryer atau oven menggunakan
suhu 50oC – 55oC. Hasil pengeringan inilah yang akan dibuat bubuk smplisia
menggunakan mesin penggiling ataupun hammer mill (Apriyati et al., 2016).
Parameter yang diamati setelah pembuatan simplisia lengkuas meliputi
kadar air, kadar abu, kadar oleoresin, rendemen simplisia, dan bubuk simplisia
lengkuas. Kadar air bubuk simplisia lengkuas yang ideal maksimal 10%. Simplisia
yang dikeringkan dengan cabinet dryer memiliki kadar air yang lebih kecil.
Kemudian parameter kadar abu. Kadar abu yang baik yang dimiliki oleh suatu
simplisia lengkuas adalah sekitar 5% (maksimal). Lalu, ada parameter oleoresin
lengkuas. Rimpang lengkuas memiliki kandungan oleoresin sebesar 5,42%.
Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri lebih kurang 1 % minyak atsiri
berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metilsinamat 48 %, sineol 20
% - 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin (Apriyati et al.,
2016).

E. Identifikasi Makroskopik
Lengkuas adalah tanaman menahun, memiliki batang basah (herbaceous)
dengan tinggi sekitar satu 1-2meter. Batang tanaman tegak, terususun oleh pelepah-
pelepah daun yang membentuk batang semu berwarna hijau keputihan. Tanaman ini
memilik tunas yang tumuh dari pangkal batang tua. Morfologi daunnya adalah daun
tunggal berwarna hijau dengan tangkai pendek, tersusun berseling. Bentuk daun
adalah lanset memanjang dengan ujung runcing, pangkal daun tumpul, dan tepi
daun rata. Daun lengkuas termasuk dalam jenis tulang daun menyirip dengan
panjang daun sekitar 25-50cm dan lebar daun sekitar 7-15cm (Aidah, 2020).
Tanaman lengkuas juga termasuk tanaman berumbi. Umbi lengkuas berserat
kasar dan memiliki akar panjang seperti tongkat. Warna akar tongkat umumnya
adalah kekuning-kuningan, namun ada juga yang berwarna merah muda. Akar
tongkat yang dimiliki ini tumuh dari pangkal batang tanaman. Lengkuas juga
memiliki bunga berwarna putih kehijauan sampai dengan putih kekuningan yang
tumbuh berangkai pada ujung batang. Ukuran bunga sekitar 10-30cm. Jumlah bunga
bagian bawah tandan lebih banyakk dibandingkan bunga bagian atas sehingga
bunga tampak bebentuk piramida (Aidah, 2020).
Bagian selanjutnya adalah bagian buah. Buah tanaman lengkuas adalah buah
buni berbentuk bulat dan agak keras. Buah berwarna hijau dan akan berubah
menjadi hitam kecoklatan jika sudah tua. Diameter buah lengkuas krang lebih satu
cm. Namun, ada juga buah lengkuas yang berwarna merah dan berbentuk lonjong.
Selanjutnya bagian rimpang. Rimpang lengkuas memilik bentuk padat, bulat, oval,
dan cukup besar. Diameter rimpang biasanya 2-4 cm dan bercabang. Lengkuas
muda berwarna merah dan akan berubah warna menjadi putih kekuningan jika
sudah tua. Bagian luar rimpang terlihat memilik sisik berwarna putih atau
kemerahan yang keras dan mengkilap. Daging rimpang berserat kasar tetapi tidak
terlalu keras. (Aidah, 2020).
Simplisia rimpang lengkuas memilki irisan membujur dengan permukaan
yang tidak rata. Simplisia terdiri atas dua lapisan, dengan lapisan luar kaku dan
kasar sedangkan lapisan dalam tampak berserat kasar. Terdapat pembatas di lapisan
dalam dan patahan rimpang simplisia yang berserat. Warna lapisan luar merah
kecoklatan dan lapisan dalam berwarna putih kekuningn atau putih kecoklatan. Bau
khas yang dimiliki simplisia lengkuas adalah rasa agak pedas (Depkes RI, 2017)
Batang : Daun : Bunga :

(Aidah, 2020) (Aidah, 2020) (Eram et al., 2019)

Buah : Rimpang : Simplisia :

(Aidah, 2020) (Aidah, 2020) (Depkes RI, 2017)

F. Identifikasi Mikroskopik
Simplisia lengkuas Alpinia galanga memiliki fragmen pengenal pada bagian
amilum, parenkim korteks, berkas pengangkut, parenkim dengan idioblas,
sklerenkim, dan parenkim dengan amilum (Depkes RI, 2017).
(Depkes RI, 2017)

G. Kesimpulan
Tanaman lengkuas merupakan tanaman yang rimpangnya dapat digunakan
sebagai bumbu masakan ataupun obat herbal. Tiap bagian dari tanaman lengkuas
pun dapat dijadikan bahan baku obat karena banyaknya khasiat. Pemanenan
tanaman lengkuas yang baik adalah ketika usia tanaman sudah 3 bulan dari waktu
tanam. Saat itu diharapkan kandungan zat aktif dari rimpang lengkuas sudah
optimal dan dapat digali manfaatnya. Rimpang lengkuas yang sudah dipanen, untuk
memperpanjang masa simpan dan mencegah penurunan mutu, dibuat menjadi
simplisia. Pembuatan simplisia rimpang lengkuas dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu tapa sortasi basah, pencucian, penirisa, perajangan, dan pengeringan. Hasil
simplisia yang didapat berbentuk serbuk dengan masih terdapat fragmen-fragmen
pengenalnya. Tanaman lengkuas maupun yang sudah menjadi bentuk simplisia tetap
tidak hilang kandungan zat kimianya apabila dilakukan perlakuan yang benar. Oleh
karena itu, pengetahuan mengenai tumbuhan lengkuas sangat diperlukan dalam
pembuatan simplisia rimpang lengkuas.
H. Daftar Pustaka
Abubakar, I.B., Malami, I., Yahaya, Y. and Sule, S.M., 2018. A Review on the
Ethnomedicinal Uses, Phytochemistry and Pharmacology of Alpinia
Officinarum Hance. Journal of ethnopharmacology, 224, pp.45-62.
Aidah, Siti Nur, 2020. Deskripsi, Filosofi, Manfaat, Budidaya, dan Peluang
Bisnisnya. Yogyakarta: Penerbit KBM Indonesia.
Al Baasiqot, S.N.J., Ramadanti, K. And Uyun, K., 2022. Identifikasi Ciri Morfologi
pada Lengkuas (Alpinia galanga) dan Bangle (Zingiber purpureum) di Desa
Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten. Tropical
Bioscience: Journal of Biological Science, 2(1), pp.27-34.
Apriyanti, E., Utami H, R. and Djaafar, T.F., 2016. Kajian Teknologi Pembuatan
Bubuk Simplisia Lengkuas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, pp.
1429-1433.
Chouni, A. and Paul, S., 2018. A Review on Phytochemical and Pharmacological
Potential of Alpinia Galanga. Pharmacognosy Journal, 10(1).
Depkes RI.2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Depkes RI.
Eram, S.H.I.M.A.I.L.A., Mujahid, M., Bagga, P.A.R.A.M.D.E.E.P., Arif,
M.U.H.A.M.M.A.D., Ahmad, A., Kumar, A.R.U.N., Ahsan, F.A.R.O.G.H.
and Akhter, S., 2019. A Review on Phytopharmacological Activity of
Alpinia Galanga. Int J Pharm Pharmaceut Sci, 11, pp.6-11.
Ravindran, P. N., Pillai, G. S., Balachandran, I., & Divakaran, M., 2012. Handbook
of Herbs and Species (Second Edition). pp. 303-318. India : Woodhead
Publishing Series in Food Science, Technology and Nutrition.

Anda mungkin juga menyukai