Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan


Jurusan Farmasi
Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA DASAR

Kelas/Golongan/Kelompok : Farmasi A/2/4


Tanggal Praktikum : 6 September 2022
Dosen Pembimbing : Apt. Masita Wulandari S. M.sc.
Nama Anggota Kelompok :
1. Qori Humaira Muslich (I1C021081)
2. Yunizar Lusida Putri (I1C021083)
3. Tiara Azizah Firdaus (I1C021085)
4. Arkhana Setiawan (I1C021087)
5. Aisy Prita Syafina (I1C021097)

P1. SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIKA (RUTE INTRAVASKULER)


1. Tahapan/skema kerja
• Pembuatan larutan baku metilen red

Metilen red

o Dibuat larutan baku induk 10 mg


o Dilarutkan dalam 50 ml air suling

Larutan baku induk

o Diencerkan dengan air suling hingga kadar 10 ppm ; 20 ppm ; 40 ppm ; 60


ppm ; 80 ppm ; 100 ppm

Larutan baku kerja metilen red

• Pemisahan panjang gelombang maksimum


Larutan baku induk
o Diamati nilai serapan pada panjang gelombang antara 530 – 570 nm
o Dibuat kurva serapan terhdap panjang gelombang dan tentukan 𝜆 maksimum

Hasil
• Pembuatan kurva baku
Larutan baku
o Dilakukan pengamatan serapan pada panjang gelombang maksimum yang didapat
o Dibuat tabel hasil pengamatan dan buat kurva kadar larutan baku kerja terhadap
serapan pada kertas grafik berskala sama
o Dihitung koefisien korelasinya dan buat persamaan garisnya
o Dibuat persamaan regresi linier y = a + bx; dengan x = kadar dari y = absorbansi

Hasil

• Simulasi model farmakokinetika invitro


Air suling
o Diisi gelas beker dengan air suling sesuai dengan nilai volume distribusi.
Jalankan stirrer
o Ditambhan metilen merah sesuai dosis yang telah ditentukan sebelumnya
o (metilen merah diambil dari larutan baku induk)
o Diambil sampel dari gelas beker larutan metilen merah berkali – kali sebesar
nilai C1 dan segera gantikan volume yang diambil dengan air suling
o Diukur serapan samepl pada panjang gelombang maksimum yang telah
diperoleh, gunakan air suling sebagai blanko
o Dihitung parameter farmakokinetika
Hasil

2. Perhitungan (Data)
a. Penimbangan Metilen Merah

Berat wadah dan metilen merah 0 mg + 50 mg = 50 mg

Berat wadah 0 mg

Berat metilen merah 50 mg

b. Data Serapan Larutan Baku


- Data Golongan A2

Kadar (ppm) Serapan (absorbsi)

10 0,113

20 0,229
40 0,258

60 0,818

80 1,026

100 1,088

λ maksimum = 530 nm

● regresi linear
A = -0,035
B= 0,012
r = 0,962
y = a + bx
y = -0,035 +0,012x
- Data Asisten Praktikum

Kadar (ppm) Serapan (absorbsi)

10 0,070

20 0,154

40 0,306

60 0,479

80 0,768

100 0,947

λ maksimum = 530 nm

● mencari regresi linear


A = -0,569
B = 9,889 x 10-3 = 0,009
r = 0,994 (r yang baik adalah r yang mendekati nilai 0,999)
y = a + bx (y : absorbansi dan x : kadar/C)
y = -0,569 + 0,009x
c. Data Sampel Metilen Merah tiap Waktu

Kelompok Waktu Absorbansi Kadar Log C T vs Log C K dan t ½


Sampling metilen
(menit) red (C)

IV 0 0,474 115,888 2,064 A : 2,058 K = 0,007


(empat) B : -3,39 x / menit
10 0,378 105,222 2,022 10-3
r : -0,996 T ½ = 99
menit
20 0,303 96,888 1,986 y = 2,058-
0,003x
30 0,243 90,222 1,955

40 0,195 84,888 1,928

(perhitungan nilai C menggunakan regresi linear dari data larutan baku asisten
praktikum)
● t=0
y = -0,569 + 0,009x
0,474 = -0,569 + 0,009x
0,474 + 0,569 = 0,009x
1,043= 0,009x
x = 115,888
● t = 10
y = -0,569 + 0,009x
0,378 = -0,569 + 0,009x
0,378 + 0,569 = 0,009x
0,947 = 0,009x
x = 105,222
● t = 20
y = -0,569 + 0,009x
0,303 = -0,569 + 0,009x
0,303 + 0,569 = 0,009x
0,872 = 0,009x
x = 96,888
● t = 30
y = -0,569 + 0,009x
0,243 = -0,569 + 0,009x
0,243 + 0,569 = 0,009x
0,812 = 0,009x
x = 90,222
● t = 40
y = -0,569 + 0,009x
0,195 = -0,569 + 0,009x
0,195 + 0,569 = 0,009x
0,764 = 0,009x
x = 84,888
● mencari regresi linear (T vs Log C)
A = 2,058
B = - 3,39 x 10-3
r = -0,996
y = a + bx
y = 2,058-0,003x
● menghitung K
K = -b x 2,303
K = - (-3,39 x 10-3) x 2,303
K = 3,39 x 10-3 x 2,303
K = 0,007 / menit
● menghitung T ½
0,693 0,693
T ½ eliminasi = = 0,007 = 99 menit
𝐾
Kurva log kadar metilen merah vs t (log C vs log t) dari rute intravaskuler

d. Perhitungan Grafik AUC

Kelompok AUC Total

I 85,22 mg.ml/menit

II 81,12 mg.ml/menit

III 81,26 mg.ml/menit

IV 79,59 mg.ml/menit

Perhitungan grafik AUC kelompok IV


1
AUC I : 2 × 2,064 + 2,022 × 10 = 20,430 mg.ml/menit
1
AUC II : 2 × 2,022 + 1,986 × 10 = 20,040 mg.ml/menit
1
AUC III : 2 × 1,986 + 1,955 × 10 =19,705 mg.ml/menit
1
AUC IV : 2 × 1,955 + 1,928 × 10 =19,415 mg.ml/menit

AUC Total : 79,59 mg.ml/menit


3. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, digunakan simulasi invitro model farmakokinetika dengan
pemberian obat melalui rute intravaskuler. Metilen red disimulasikan sebagai darah yang
mengandung suatu senyawa obat, sedangkan air suling dalam gelas beker digambarkan
sebagai volume bak satu kompartemen terbuka pada tubuh manusia. Model terbuka satu
kompartemen mengasumsikan bahwa tubuh dapat digambarkan sebagai kompartemen
tunggal yang seragam (yaitu, satu kompartemen), dan obat dapat masuk dan keluar dari
tubuh (yaitu, model terbuka) (Shargel & Yu, 2016). Parameter farmakokinetik yang
digunakan pada praktikum meliputi volume distribusi (Vd), klirens (CL), konsentrasi (k),
waktu paruh eliminasi (T½), dan nilai AUC (Area Under Curve). Parameter primer yang
digunakan pada praktikum telah tersaji dalam data, yaitu volume distribusi (Vd) sebesar 1
L dan klirens (CL) sebesar 200 L/15 menit. Sedangkan parameter sekunder, seperti waktu
paruh eliminasi (T½), konsentrasi (k), dan AUC dicari dengan menggunakan rumus.
Berat wadah yang digunakan dalam praktikum adalah 0 mg dan metilen merah
sebesar 50 mg. Berdasarkan data sampel, diperoleh nilai regresi linier y = -0,569 + 0,009x;
nilai r = 0,994; nilai K = 0,007 / menit; T ½ eliminasi = 99 menit; dan AUC =79,59
mg.ml/menit. Data sampel metilen red per-satuan waktu (menit) yang didapatkan pada
praktikum kali ini, yaitu: menit ke-0 sebesar 115,888; menit ke-10 sebesar 105,222; menit
ke-20 sebesar 96,888; menit ke-30 sebesar 90,222; dan menit ke-40 sebesar 84,888. Dari
data menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar metilen red dari menit ke-0 hingga menit
ke-40. Hal tersebut terjadi karena metilen red beberapa kali diambil dan digantikan dengan
air suling. Pemberian air suling ini menggambarkan pergantian cairan dari obat yang sudah
tereliminasi. Oleh sebab itu, konsentrasi obat menjadi lebih kecil karena senyawa obat
sudah banyak tereliminasi. Konsentrasi obat yang lebih kecil juga mempengaruhi daya
absorbansi. Semakin kecil konsentrasi suatu obat maka semakin kecil pula daya absorbansi
senyawa obat. Hal ini dikarenakan, pada prinsipnya, konsentrasi zat berbanding lurus
dengan nilai absorbansi suatu sampel (Neldawati et al, 2013).
Pada praktikum tidak digunakan data larutan baku dari hasil percobaan kelompok,
melainkan menggunakan data larutan baku yang telah ditentukan oleh asisten praktikum.
Hal ini dikarenakan pada percobaan kelompok diperoleh data larutan baku >0,8, sedangkan
standar absorbansi yang baik adalah di angka 0,2-0,8. Data absorbansi yang diperoleh pada
praktikum kali ini, yaitu: 0,113 pada kadar 10 ppm; 0,229 pada kadar 20 ppm; 0,258 pada
kadar 40 ppm; 0,818 pada kadar 60 ppm; 1,026 pada kadar 80 ppm; dan 1,088 pada kadar
100 ppm. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa absorbansi yang baik ada pada kadar
20, 40, dan 60 ppm.
Setelah praktikum mendapatkan data kadar dan log C, dibuat kurva yang menggambarkan
grafik waktu sampling (t) terhadap log C. Grafik tersebut yang akan dihitung dan mendapat
AUC. AUC akan menggambarkan kadar plasma yang menurun terhadap fungsi waktu.
Penurunan ini menunjukkan bahwa pemberian melalui metode intravaskuler menyebabkan
obat langsung terdistribusi ke jaringan tanpa melalui proses absorbsi, sehingga konsentrasi
obat dalam plasma menurun secara progresif karena proses eliminasi (Wahyono, 2013).
Pada dasarnya, peristiwa farmakokinetika mencakup proses ADME (absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi) yang cukup panjang dan kompleks. Untuk
mempermudah dalam mengetahui proses dan konsentrasi obat dalam tubuh, atau dengan
kata lain untuk menyederhanakan proses ADME yang kompleks, dibutuhkan model
farmakokinetika. Model farmakokinetika merupakan penyederhanaan proses ADME yang
mengacu pada metode kuantitatif (berisi perhitungan yang dapat dicari dengan
menggunakan rumus matematika) untuk menggambarkan perubahan konsentrasi obat
dalam tubuh per-satuan waktu.
Model farmakokinetika dapat digunakan untuk :
- Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan, urin pada berbagai pengaturan dosis
- Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara individual
- Memperkirakan akumulasi obat dan metabolit
- Menghubungkan kadar obat dengan aktivitas farmakologi dan toksikologi
- Menilai perbedaan laju atau tingkat availabilitas antar-formula
- Menggambarkan perubahan pada fisiologis atau penyakit yang memengaruhi proses
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi
- Menjelaskan interaksi obat (Shargel & Yu, 2016)
Macam-macam model farmakokinetika :
1. Model Kompartemen
2. Model Mammillary
3. Model Catenary
4. Model Fisiologik
Volume distribusi (Vd) merupakan parameter yang menerangkan seberapa luas
suatu obat terdistribusi dalam tubuh. Parameternya menunjukkan volume penyebaran, dan
volume distribusi biasanya tidak bermakna faal. Besarnya volume distribusi ditentukan
oleh ukuran dan komposisi tubuh, komposisi kardiovaskuler, tinggi-rendahnya perfusi
darah (kecepatan aliran keluar-masuk darah dalam tubuh), kemampuan molekuler obat
masuk ke kompartemen tubuh, lipofilisitas obat (kemampuan larut dalam fase air dan fase
lemak), serta seberapa kuat obat terikat oleh protein darah ataupun protein jaringan.
Klirens (CL) merupakan pembersihan obat dari volume darah (plasma atau serum) per-
satuan waktu. Jumlahnya tidak sama dengan jumlah obat yang dibersihkan, tetapi volume
darah yang dibersihkan dari kandungan obat dalam satu periode waktu.
Parameter farmakokinetika dibagi menjadi dua, yaitu parameter primer dan parameter
sekunder. Parameter primer yang dapat dikaitkan dengan pengukuran kadar obat dalam
plasma meliputi bioavailabilitas (F), volume distribusi (Vd), kecepatan absorbsi (ka), dan
klirens (CL). Sedangkan parameter sekundernya adalah konsentrasi (k) dan waktu paruh
eliminasi (T½). Volume distribusi (Vd) merupakan salah satu komponen penting untuk
menghitung kadar obat dalam plasma dan jaringan, karena dapat menghubungkan jumlah
obat dalam tubuh dengan konsentrasi (k) dalam plasma.
Faktor yang dapat memengaruhi kadar obat dalam plasma darah :
- Faktor genetik, perbedaan kemampuan organ setiap pasien dalam melakukan metabolisme
dan eliminasi obat
- Berat badan, saat pasien mengalami kenaikan berat badan, maka akan memengaruhi
peningkatan volume distribusi pada obat yang bersifat lipofilik, sehingga kadar obat dalam
darah sedikit. Sedangkan obat yang bersifat hidrofilik tidak terpengaruh oleh kenaikan
berat badan pasien
- Aliran darah, kecepatan absorbs akan meningkat saat perfusi darah tinggi. Hal ini
menyebabkan obat dapat dimetabolisme lebih cepat dalam plasma dan jaringan
- Protein plasma, obat yang berkaitan dengan protein plasma akan menimbulkan volume
distribusi menurun, sehingga kadar obat dalam darah menjadi tinggi
- Pasien yang mengalami penyakit lain yang dapat memengaruhi proses ADME
- Interaksi antara obat dengan obat lain atau makanan
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa simulasi model invitro
farmakokinetika diaplikasikan untuk mengetahui perubahan konsentrasi obat dalam tubuh
per-satuan waktu. Pada praktikum kali ini, dilakukan perhitungan parameter
farmakokinetika melalui metode intravaskuler. Pemberian obat melalui metode
intravaskuler menyebabkan obat langsung terdistribusi ke jaringan tanpa melalui proses
absorbsi sehingga konsentrasi obat dalam plasma menurun secara progresif karena proses
eliminasi.
Parameter farmakokinetika yang dihitung pada praktikum kali ini adalah volume
distribusi (Vd), klirens (CL), waktu paruh eliminasi (T½), konsentrasi (k), dan luas kurva
pada plasma (AUC). Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini pada parameter primer
yaitu volume distribusi sebesar 1 L dan klirens sebesar 200 ml/15 menit. Sedangkan untuk
parameter sekunder diperoleh hasil waktu paruh eliminasi sebesar 99 menit dan K sebesar
0,007/menit. Kemudian, diperoleh hasil luas kurva pada plasma total (AUC) sebesar 79,59
mg.ml/menit.
5. Daftar Pustaka
Neldawati, Ratnawulan, & Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan
Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of Physics, vol.
2, pp. 76-83.
Shargel, L., Yu. A., B., 2016. Applied Biopharmaseutic and Pharmacokinetics 7th Edition.
MC Graw Hill Education: New York.
Wahyono, D. 2013. Farmakokinetika Klinik. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai