Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas A1 (Senin 13.00 – 15.50)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
I. JUDUL PRAKTIKUM
Pemberian Intravena Dosis Ganda
II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui data yang diperlukan untuk
perhitungan pemberian dosis ganda dan dapat menganalisis data yang diperoleh
menggunakan persamaan farmakokinetika untuk pemberian IV dosis berganda.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Pada pemberian obat dengan dosis tunggal, kadar obat dalam darah akan naik lalu
seiring dengan dieliminasinya obat dalam tubuh, kadar dalam tubuh akan turun di bawah
konsentrasi efektif minmum (MEC) sehingga efek terapeutik akan berkurang. Pada
pengobatan penyakit kronis, dosis ganda diberikan untuk mempertahankan kadar obat
dalam plasma berada dalam jendela terapeutik untuk mencapai efek farmakologi yang
optimal. Salah satu rute yang dapat dipakai untuk pemberian dosis ganda adalah
intravena.
Kadar obat dalam plasma t jam setelah dosis ke-n diberikan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut
V. CARA KERJA
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Larutan induk KMnO4 100 ppm diencerkan hingga diperoleh 6 konsentrasi
yang berbeda yaitu 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm, dan 60 ppm.
2. Larutan induk 100 ppm dipipet sebanyak 1,0 ml kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml dan diperoleh larutan KMnO4 konsentrasi 10 ppm.
3. Larutan induk 100 ppm dipipet sebanyak 2,0 ml kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml dan diperoleh larutan KMnO4 konsentrasi 20 ppm.
4. Larutan induk 100 ppm dipipet sebanyak 3,0 ml kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml dan diperoleh larutan KMnO4 konsentrasi 30 ppm.
5. Larutan induk 100 ppm dipipet sebanyak 4,0 ml kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml dan diperoleh larutan KMnO4 konsentrasi 40 ppm.
6. Larutan induk 100 ppm dipipet sebanyak 5,0 ml kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml dan diperoleh larutan KMnO4 konsentrasi 50 ppm.
7. Larutan induk 100 ppm dipipet sebanyak 6,0 ml kemudian diencerkan dengan
aquadest hingga 10 ml dan diperoleh larutan KMnO4 konsentrasi 60 ppm.
8. Masing-masing konsentrasi diukur serapannya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum 525 nm.
9. Membuat kurva kalibrasi.
b. Percobaan Pemberian Obat Infus IV
1. Aquadest dimasukkan ke dalam buret reservoir. Pada gelas piala dimasukkan
300 ml aquadest sebagai volume distribusi dan putar magnetic stirrer dalam
plasma. Buka kran buret dan kran gelas piala sehingga tercapai kesetimbangan
kecepatan aliran sebesar ± 20 ml/menit.
2. KMnO4 ditimbang secara seksama sebanyak 250 mg, dilarutkan dalam
aquadest dan encerkan hingga 50,0 ml sehingga diperoleh konsentrasi 5000
ppm. Larutan ini dimasukkan ke dalam buret yang berfungsi sebagai reservoir
larutan infus.
3. Larutan tersebut diinjeksikan sebanyak 2,0 ml ke dalam gelas piala (menit ke-
0) dan diulangi pada menit ke-15, 30, dan 45 setelah injeksi KMnO4 pertama.
4. Kran buret larutan infus dibuka, kecepatan aliran larutan dijaga pada 10
tetes/menit, dan laju aliran buret diatur yang berfungsi sebagai reservoir berisi
aquadest. Jumlah cairan yang masuk dari kedua buret diusahakan sama dengan
jumlah cairan yang keluar dari keran gelas piala.
5. Sampel plasma dari gelas piala dipipet sebanyak 5,0 ml pada menit ke-2,5; 5;
7,5; 10; 15; 17,5; 30; 32,5; 45; 47,5; dan 60 menit setelah pemberian infus.
6. Kadar KMnO4 ditentukan pada setiap sampel dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimm yaitu sekitar 525
nm. Dalam proses ini, digunakan aquadest sebagai blanko.
Perhitungan Cp Teoritis
Do 1 − e−nkt −kt
Cp = [ ]e
Vd 1 − e−kt
• Data konsentrasi menit ke-2,5
10.000 µg 1 − e−1×0,0667×15 −0,0667×2,5
Cp = [ ]e = 28,2137µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-5
10.000 µg 1 − e−1×0,0667×15 −0,0667×5
Cp = [ ]e = 23,8804 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-7,5
10.000 µg 1 − e−1×0,0667×15 −0,0667×7,5
Cp = [ ]e = 20,2126 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-10
10.000 µg 1 − e−1×0,0667×15 −0,0667×10
Cp = [ ]e = 17,1082 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-15
10.000 µg 1 − e−1×0,0667×15 −0,0667×15
Cp = [ ]e = 12,2565 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-17,5
10.000 µg 1 − e−2×0,0667×15 −0,0667×2,5
Cp = [ ]e = 38,5879 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-30
10.000 µg 1 − e−2×0,0667×15 −0,0667×15
Cp = [ ]e = 16,7632 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-32,5
10.000 µg 1 − e−3×0,0667×15 −0,0667×2,5
Cp = [ ]e = 42,4024 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-45
10.000 µg 1 − e−3×0,0667×15 −0,0667×15
Cp = [ ]e = 18,4203 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-47,5
10.000 µg 1 − e−4×0,0667×15 −0,0667×2,5
Cp = [ ]e = 43,8046 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
• Data konsentrasi menit ke-60
10.000 µg 1 − e−4×0,0667×15 −0,0667×15
Cp = [ ]e = 19,0295 µg/mL
300 mL 1 − e−0,0667×15
diketahui dan dapat dilakukan penggambaran kurva yang memperlihatkan kadar obat
dalam darah setelah pemberian dosis berganda, dengan jumlah dosis dan jarak waktu
atau interval pemberian adalah sama.
Tetapan eliminasi (k) dapat diperoleh menggunakan dua cara, yaitu dari kadar
plasma tiap waktu (perhitungan analisis) yang diperoleh nilai k = 0,0737 /menit dan
dengan data klirens total (perhitungan teoritis) yaitu k = 0,0667 /menit, sehingga
didapatkan nilai t½ adalah:
• dengan nilai k = 0,0737 /menit, didapatkan niai t½ yaitu 9,4 menit
• dengan nilai k = 0,0667 /menit, didapatkan nilai t½ yaitu 10,39 menit
Nilai tetapan laju eliminasi yang dihasilkan dari perhitungan teoritis dan
analisis menghasilkan selisih yang tidak begitu jauh, sehinga dapat dianggap
keduanya memiliki nilai yang sama. Oleh karena itu, percobaan IV dosis ganda telah
dilakukan dengan baik. Namun, selisih nilai yang ada kemungkinan dapat disebabkan
oleh:
a) Waktu pengukuran sampel. Jika pengukuran waktu sampel dilakukan tidak
tepat atau adanya perbedaan antara sampel satu dengan sampel yang lain,
maka akan mempengaruhi perbedaan hasil serapan dan nantinya akan
berpengaruh terhadap nilai k.
b) Clearance total, dihitung berdasarkan laju alir dari keran. Kecepatan aliran
keran harus dijaga agar tetap konstan, karena jika terjadi perlambatan aliran
maka data menjadi kurang akurat.
c) Volume distribusi, dipengaruhi oleh kecepatan aliran buret reservoir.
Berikut adalah tabel mengenai konsentrasi obat dalam plasma pada berbagai
waktu tertentu.
Waktu (menit) Cp Teoritis (µg/mL) Cp Analisis (µg/mL)
2,5 28,2137 32,0543
5 23,8804 26,3953
7,5 20,2126 22,1318
10 17,1082 17,1705
15 12,2565 12,7519
17,5 38,5879 44,3798
30 16,7632 19,4961
32,5 42,4024 50,8140
45 18,4203 27,0930
47,5 43,8046 60,7364
60 19,0295 28,1783
Dari tabel di atas, terlihat bahwa konsentrasi obat dalam plasma terus
menurun sebelum pemberian dosis selanjutnya dan konsentrasi obat dalam plasma
mengalami peningkatan setelah dilakukan penginjeksian. Konsentrasi plasma pada
menit ke-2,5 lebih rendah daripada menit ke-17,5 dan begitu pula pada menit-menit
selanjutnya setelah penginjeksian. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
akumulasi obat di dalam tubuh. Sedangkan untuk perbedaan nilai Cp hasil teori dan
Cp hasil analisis dapat terjadi karena volume distribusi yang tidak selalu konstan
karena klirens yang suatu waktu berubah menjadi lebih lambat dan belum diperbaiki
oleh praktikan.
Berikut adalah tabel data Cpmax, Cpmin, Cav:
Parameter Teoritis Analisis
Cmaxss (µg/mL) 52,712 57,553
Cminss (µg/mL) 19,382 19,053
Cavss (µg/mL) 33,317 34,826
Data pada tabel di atas dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu obat yang
diberikan secara intravena dosis berganda. Harga Cav merupakan nilai konsentrasi
obat pada saat keadaan tunak yang berhubungan langsung dengan dosis dan waktu
pemberian dosis. Bila jarak pemberian dosis (τ) diperpendek maka akan
meningkatkan nilai Cav. Nilai Cpmin dapat digunakan untuk melihat fluktuasi kadar
plasma. Perbedaan kadar Cpmax dan Cpmin yang terlalu besar dapat berbahaya,
terutama pada obat yang memiliki indeks terapi yang sempit. Hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi akumulasi obat di dalam tubuh. Adanya sedikit perbedaan dari
hasil perhitungan kadar obat dalam plasma secara teoritis dan analisis dapat terjadi
karena pengaruh volume distribusi dan klirens. Volume distribusi dan klirens saat
melakukan percobaan tidak selalu konstan dikarenakan pengaruh laju alir yang
berubah-ubah.
VIII. KESIMPULAN
1. Perbandingan konsentrasi obat dalam plasma antara perhitungan hasil
analisis data dan perhitungan teoritis
Waktu (menit) Cp Teoritis (µg/mL) Cp Analisis (µg/mL)
2,5 28,2137 32,0543
5 23,8804 26,3953
7,5 20,2126 22,1318
10 17,1082 17,1705
15 12,2565 12,7519
17,5 38,5879 44,3798
30 16,7632 19,4961
32,5 42,4024 50,8140
45 18,4203 27,0930
47,5 43,8046 60,7364
60 19,0295 28,1783
IX. LAMPIRAN
1) Berapa akumulasi maksimum yang tercapai dalam percobaan ini?
a) Berdasarkan Teoritis
k = 0,0667 /menit
τ = 15 menit
1 1
𝑅= = 1−𝑒−(0,0667)(15) = 1,5815 kali
1−𝑒 −𝑘𝜏
2) Berapa waktu yang diperlukan untuk diperoleh kadar 90% dari maksimum yang
dapat dicapai?
Waktu yang diperlukan untuk mencapai 90% dari maksimum dapat diperoleh
dengan mengalikan waktu paruh dengan 3,32.
a. Menurut data analisis
𝑡 = 3,32 𝑥 𝑡1/2 = 3,32 𝑥 9,4 = 31,208 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
b. Menurut data teoritis
𝑡 = 3,32 𝑥 𝑡1/2 = 3,32 𝑥 10,39 = 34,4948 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
X. DAFTAR PUSTAKA
Kusumawardani, L. A., Puspitasari, A. W., & Sari, S. P. (2020). Penuntun Praktikum
Farmakokinetika. Laboratorium Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
Shargel, Leon & Yu, Andrew B. C. 2016. Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Education.