Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

MODEL SATU KOMPARTEMEN INTRAVENA BOLUS

Disusun oleh:
Kelompok 4
Prak. Farmakokinetika B
Jumat - Pagi

Amira Aulia Musnadi 1606924524


Bevinna Belanisa 1606924505
Eugene Clarance 1606878820
Iskandar Adiputra 1606885731
Putri Nadila Amalia 1606874910
Siti Fachrunnisa Malik 1606830013
Zahiyah Rania Fachri 1606924575

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
Nama Praktikum : Model Satu Kompartemen Intravena Bolus
Tanggal Praktikum : Jumat, 21 September 2018
Responser : Atika Wahyu Puspitasari S.Farm., Apt., M.Farm.

I. TUJUAN
Tujuan dilakukkannnya percobaan ini adalah memahami proses eliminasi obat dalam
plasma dan ekstraksi urin setelah pemberian dosis tunggal IV bolus mengikuti model
satu kompartemen dengan cara simulasi.
II. DASAR TEORI
Injeksi intavena (I.V bolus) adalah metode pemberian obat yang diberikan langsung ke
dalam intravena menggunakan syringe. Obat yang diberikan secara injeksi intravena
akan segera masuk ke saluran sistemik dan dapat langsung di distribusikan ke seluruh
jaringan tubuh secara cepat dan berkesetimbangan. Maka dalam perhitungan injeksi
intravena laju absorbsi obat dapat diabaikan. Model farmokinetika injeksi intravena
adalah sebagai berikut:

IV DB . Vd K

Keterangan:
DB : Obat dalam tubuh
Vd : Volume distribusi
K : Tetapan laju eliminasi

Model farmakokinetika tersebut merupakan model kompartemen satu terbuka yang


menganggap bahwa perubahan kadar obat dalam plasma sama dengan perubahan kadar
obat dalam jaringan kompartemen, dimana kadar obat dalam tiap jaringan tidak sama
pada berbagai waktu. DB dapat diketahui dengan menggunakan konsentrasi obat yang
terdapat pada cuplikan cairan tubuh, seperti darah. Jumlah obat dalam tubuh di
dapatkan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengambil cuplikan darah pada
jarak waktu secara berkala dan dianalisis konsentrasi obat di dalam darah tersebut dan
dapat dikaitkan dengan volume distribusi.

DB = Vd ∙ Cp

Dalam model kompartemen satu intravena, Vd = DB0 /Cp0, Cp0 merupakan konsentrasi
obat mula-mula saat t = 0, yang diperoleh dengan ekstrapolasi garis regresi ke sumbu
y pada grafik plot log Cp dengan waktu sehingga dDB= -KVd. Cp dt.

Setelah itu, obat akan mengalami proses eliminasi di dalam tubuh. Laju eliminasi
kebanyakan obat merupakan proses order ke satu yang bergantung pada tetapan laju e
(K) dari jumlah obat yang tertinggal. Dapat dituliskan dengan rumus

DB = DB0 ∙ e−kt
atau
Kt
log DB = log DB0 −
2,303
Keterangan :
DB = Jumlah obat pada waktu t
DB0 = Jumlah obat saat t = 0

Laju eliminasi dapat juga di dapatkan dari data eksresi urin. Di mana laju ekskresi obat
dianggap orde 1.

dDu Kt
log = log (Ke. DB0 ) −
dt 2,303
Keterangan :
Du : jumlah obat yang diekskresi dalam urin
Ke : tetapan laju ekskresi ginjal

Dengan menggambar log dDu/dt terhadap waktu akan diperoleh garis lurus sehingga
DB0 (dosis, D0) dapat diketahui dengan ekstrapolasi, dan slop= -K/2,303 serta intersep
Y = log Ke DB0 , sehingga Ke dapat diperoleh.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Alat simulasi model satu kompartemen
2. Pengaduk magnet (magnetic stirrer)
3. Buret 50 ml
4. Standard dan statif
5. Stopwatch
6. Tabung reaksi
7. Pipet volume 1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 5,0 ml; 7,0 ml
8. Labu ukur 10,0 ml dan 100,0 ml
9. Beaker glass 50,0 ml; 600,0 ml
10. Spektrofotometer
11. Gelas ukur
b. Bahan
1. KMnO4
2. Aquadest

IV. CARA KERJA


a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Pipet 2,0 mL larutan induk KMnO4 (5006 ppm). Masukkan ke dalam labu ukur
100,0 mL. Tambahkan aquades, lalu kocok dan cukupkan hingga 100,0 mL.
2. Lakukan pengenceran hingga didapat 6 konsentrasi yang berbeda, yaitu 10, 20,
30, 50, 60, 70 ppm
3. Ukur segera serapannya pada panjang gelombang maksimum 525 nm
menggunakan spektrofotometer UV-VIS.
4. Buat kurva kalibrasi.
b. Simulasi model satu kompartemen IV bolus
1. Alat simulasi disiapkan, terdiri dari buret 50 ml sebagai reservoir, beaker glass
600 ml sebagai tempat volume distribusi, yang dilengkapi dengan dua kran
sebagai klirens renal dan non renal dan pengaduk magnet (magnetic stirrer).
2. Kedalam buret dan gelas piala dimasukan aquades dan pengaduk magnet dalam
plasma diputar. Kemudian kran buret dan kran-kran gelas piala dibuka,
kecepatan alir masing-masing diatur hingga terjadi keseimbangan antara air
yang masuk dan keluar. Total klirens diusahakan 10 mL/menit.
3. Sebanyak 0,25 g KMnO4 ditimbang secara seksama kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur, dan diencerkan dengan aquades sampai 50,0 ml. Larutan
tersebut diambil dengan pipet volume sebanyak 2,0 ml kemudian dimasukkan
ke dalam gelas piala.
4. Tabung reaksi sebanyak 14 buah disiapkan (8 buah untuk sampel plasma dan 6
buah untuk sampel urin). Tabung-tabung reaksi tersebut diberi tanda sesuai
menit masing-masing.
5. Cairan plasma dari gelas piala sebanyak 5,0 ml pada saat 2,5; 5; 7,5; 12,5; 17,5;
25; 35; dan 45 menit.
6. Untuk urin sampel dari cairan kran gelas piala diambil pada saat 0-5; 5-15; 15-
30; dan 30-45 menit, masing-masing sebanyak 5,0 ml.
7. Kadar KMnO4 ditentukan dengan cara mengukur serapannya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 525 nm. Sebagai
blanko digunakan aquadest.
8. Buat kurva plot C p vs t (sample plasma) dan plot laju ekskresi vs t mid pada
kertas semilog.
9. Tentukan k eliminasi, waktu paruh, k ekskresi dan % obat dimetabolisme.
Kemudian dihitung pada menit ke berapa kadar obat dalam gelas piala (plasma)
tinggal 50% dari semula.
V. HASIL PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
a. Pembuatan kurva Kalibrasi

Data Kurva Kalibrasi arutan standar 𝐾𝑀𝑛𝑂4 pada 𝜆 = 525 nm


Konsentrasi
(ppm) Serapan (A)
20 0.247
30 0.356
40 0.47
50 0.66
60 0.712

a = - 0.0046
b = 0,0123
r = 0.9787
y = a + bx
Jadi, persamaan garis kurva kalibrasi adalah y = - 0.0046+ 0.0123x

Kurva Kalibrasi KMNO4


0.8

0.7

0.6
Serapan (A)

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi (ppn)
b. Data Plasma

Tabel serapan sampel plasma setelah waktu tertentu yang diukur pada 𝜆 = 525 nm

t (Menit ke-) Serapan (A)


7.5 0,145
12.5 0,066
17.5 0,048
25 0,027
35 0,014
45 0,011
60 0,008

c. Data Urin

Tabel serapan sampel urin setelah waktu tertentu yang diukur pada λ = 525 nm

t (waktu) Serapan (A)


0-5 0,296
5-15 0,098
15-30 0,069
30-60 0,014

B. Perhitungan Hasil Pengamatan


a. Larutan induk KMnO4
Konsentrasi KMnO4 yang disuntikkan = 5.000 ppm = 5.000 µg/mL
Volume yang disuntikkan adalah 2 mL, maka
5000 µg/mL x 2 mL
Dosis yang disuntikkan = 1000 µg/mg

= 10 mg
Jadi, DBo = 10 mg, dimana DBo adalah dosis awal yang diberikan.
b. Simulasi Model Satu Kompartemen Intra Vena Bolus Sampel Plasma
Tabel 1. Tabel harga konsentrasi plasma berdasarkan harga serapan sampel
plasma pada waktu tertentu dengan pengambilan sampel 5,0 mL.
*Cp
t (menit ke-) Serapan (A)
(µg/mL)
2,5 0,188 15,658
5 0,157 13,138
7,5 0,145 12,162
12,5 0,066 5,739
17,5 0,048 4,276
25 0,027 2,569
35 0,014 1,512
45 0,011 1,268
60 0,008 1,024
*)Harga Cp didapat dengan memasukkan harga serapan A (y) ke dalam
persamaan kurva:y = -0,0046+ 0,0123x. Maka, didapat harga Cp (x) dalam
μg/ml.
= sumbu y
= sumbu x
i. Perhitungan Analisis
ln 𝐶1 −ln 𝐶2 ln 15,658−ln 1,268
 k = 𝑡2 − 𝑡1
= 45−2,5
= 0,059/menit

 t1/2 = 0,693/k = 0,693 / (0,059/menit) = 11,74 menit


Gambar 1. Grafik hubungan antara konsentrasi plasma dan waktu pada sampel plasma
Dari gambar 1, diperoleh harga Cpo, yaitu ekstrapolasi pada sumbu y.
 Cpo = 19 μg/mL
𝐷 10,×103 𝜇𝑔
 Vd = 𝐶0 = = 526,315 𝑚𝐿
0 19 𝜇𝑔/𝑚𝐿
𝑚𝑔
𝐶0 19×10−3 𝑚𝑔
 AUC = 𝑚𝐿
= 0,059/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,322 𝑚𝑙.𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘
 Klirens = k.Vd
= (0,059/menit) x (526,315 mL)
= 31,05 mL/menit

ii. Perhitungan Teoritis


 Vd = 300 mL
 Cl = 10 mL/menit
𝐶𝑙 10 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 K = 𝑉𝑑 = = 0,033/ menit
300 𝑚𝐿
0,693 0,693
 t½ = = 0,033/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 20,79 menit
k
Do 10,050 𝑚𝑔
 Cpo = 𝑉𝑑 = = 0,0335 mg/mL = 33,5 µg/mL
300 𝑚𝐿
Cpo 0,035 mg/mL
 AUC = = = 1,015 mg menit/mL
𝑘 0,033/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

iii. Perbandingan hasil perhitungan data plasma secara analisis dan teoritis
Tabel 2. Tabel perbandingan hasil perhitungan parameter farmakokinetika data
plasma secara analitis dan teoritis
Parameter Farmakokinetika Teoritis Analisis
ke (menit -1) 0,033 0,059
t½ (menit) 20,79 11,74
Cpo (µg/mL) 33,5 19
AUC (mg menit/mL) 1,015 0,322
Vd (mL) 300 526,315
Cl (mL/menit) 10 31,05
c. Simulasi Model Satu Kompartemen Intravena Bolus Sampel Urin
Tabel 3. Data serapan dan konsentrasi obat dalam sampel urin
t (menit ke-) Serapan (A) *Cu (µg/mL)
0-5 0,296 24,439
5-15 0,098 8,341
15-30 0,069 5,983
30-60 0,014 1,512
*)Harga Cu didapat dengan menginterpolasikan harga A (serapan) ke persamaan
kurva kalibrasi.
y= -0,0046+ 0,0123x
A = -0,0046+ 0,0123 (Cu)
Cu = (A + 0,0046) / 0,0123

Tabel 4. Data Untuk Perhitungan k, ke, dan t1/2 menggunakan Metode t mid
t (menit Cu Volume dDu / dt
Du (Cu x Vu) dDu / dt t mid
ke-) (µg/mL) urin(ml) (mg/jam)
0–5 24,439 17,5 427,6825 427,6825/5 85,5365 2,5
5 – 15 8,341 50,8 423,7228 423,7228/10 42,37278 10
15 – 30 5,983 62,5 373,9375 373,9375/15 24,929166 22,5
30 – 60 1,512 80,2 121,2624 121,2624/30 4,04208 45
Gambar 2. Grafik hubungan antara dDu/dt vs tmid sampel urin
Dari kurva dDu/dt vs tmid (gambar 3) diperoleh harga ln KeDBo yaitu 80 µg/menit
i. Perhitungan Analisis
𝑑𝐷𝑢
ln = ln KeksDBo – kt
𝑑𝑡
dDu dDu
ln( )1−ln( )2 ln 42,37278−ln 4,04208
 ke = dt dt
= = 0,067/menit
tmid2 – tmid1 45−10

 Sedangkan tetapan laju ekskresi urin oleh ginjal (k eks)

keksDBo = 80g /menit  intersep sumbu y


keks.10.000 g = 80 g /menit
keks = 0,008/menit
0,693 0,693
 t1/2 = = = 10,34 menit
𝐾𝑒 0,067/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

 ke = keks + km
0,067/menit = 0,008/menit + km
km = 0,067/menit – 0,008/menit
km = 0,059/menit
𝐾𝑚 0,059/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 100%
 % Obat yang dimetabolisme = 𝑥 100% = = 88,05%
𝐾𝑒 0,067/menit
𝐾𝑒𝑘𝑠 0,008/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 100%
 % Obat yang diekskresi = 𝑥 100% = = 11,94%
𝐾𝑒 0,067/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

ii. Perhitungan Teoritis


 𝐶𝑙 𝑇 = 𝐶𝑙𝑟 + 𝐶𝑙𝑟𝑛 = 8ml/menit + 2ml/menit = 10ml/menit
 𝑉𝑑 = 300𝑚𝑙
𝐶𝑙𝑇 10 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 ke = = = 0,0333/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑉𝑑 300 𝑚𝐿
𝐶𝑙 8 𝑚𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 keks = 𝑉𝑑𝑟 = = 0,0267/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
300 𝑚𝐿

 km = ke - keks = 0,0333/ menit - 0,0267/ menit = 0,0066/ menit


0,693 0,693
 t½= = = 20,8108 menit = 0,3468 jam
𝑘 0,0333/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐾𝑚 0,066/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 % Obat yang dimetabolisme = 𝑥 100% = 0,0333/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 100% = 19,81%
𝐾𝑒
𝐾𝑒𝑘𝑠 0,0267/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 % Obat yang diekskresi = 𝑥 100% = 0,0333/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 100% = 80,18%
𝐾𝑒
iii. Perbandingan hasil perhitungan data urin secara analisis dan teoritis
Tabel 5. Tabel perbandingan hasil perhitungan parameter farmakokinetika data urin
secara analitis dan teoritis
Parameter Farmakokinetika Teoritis Analisis
ke (menit -1) 0,0333 0,067
t1/2 (menit) 0,3468 10,34
keks (menit -1) 0,0267 0,008
km (menit -1) 0,0066 0,059
Persentase obat yang diekskresi di urin
80,18 11,94
(%)
Persentase obat yang dimetabolisme (%) 19,81 88,05

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan simulasi kinetika obat didalam tubuh
dengan model injeksi intravena bolus satu kompartemen. Model ini menganggap
bahwa obat dapat masuk dan meninggalkan tubuh seperti suatu kompartemen tunggal
yang seragam. Model ini adalah penyederhanaan dari posisi obat dalam tubuh, dimana
suatu kompartemen tunggal lebih kompleks. Seluruh dosis obat masuk ke aliran darah
dan proses absropsi dianggap terjadi.
Sebagian obat dieliminasi dari tubuh melalui ginjal atau metabolism first pass.
Karena kestimabngan obat antara darah dan jaringan terjadi dengan cepat, eliminasi
obat terjadi jika semua dosis terlarut dalam cairan secara merata dari mana obat
tereliminasi. Praktikum ini digunakan beaker dengan 2 keran sebagai model dari tubuh.
Beaker tersebut berisi aquadest yang diumpamakan sebagai volume tubuh. Dua keran
yang terdapat pada beaker dianggap sebagai clearance renal dan clearance non-renal
Pertama-tama beaker diisi dengan aquades sebanyak 30 ml, kemudian keran yang
terdapat pada beaker disetel sehingga laju alirnya konstan, yaitu 8ml/menit untuk
clearance renal dan 2ml/menit untuk clearance non-renal. Volume pada beaker
diusahakan tetap sehingga selalu dialiri aquades melalui buret. Clearance renal
menggambarkan volume darah yang dibersihkan per-menit melalui saluran kemih.
Ditambahkan KMnO₄ sebanyak 2ml, beaker diberikan magnetic stirrer untuk
mendistribusikan KMnO₄. Penambahan aquades yang berasal dari buret akan
mempengaruhi konsentrasi KMnO₄ yang terdapat dalam beaker. Semakin lama
waktunya, semakin berkurang konsentrasinya. KMnO₄ dianggap sebagai obat yang
masuk ke dalam tubuh (Dᵦ) dan terlarut dalam sirkulasi sistemik karena disuntikkan
secara intravena. Waktu ketika KMnO₄ dimasukkan akan diperhitungkan sebagai t₀
yang dihitung menggunakan stopwatch.
Praktikum ini juga melakukan pengukuran konsentrasi KMnO₄ di dalam darah dan
urin selama waktu yang sudah ditentukan. Pengukuran konsentrasi KMnO₄ didalam
darah dapat diperoleh dari data plasma yang diambil dari larutan KMnO₄ yang ada
dalam beaker, di sampling dengan pipet 5 ml pada menit ke 2,5; 5; 7,5; 12,5; 17,5; 25;
35; 45 dan 60. Masing-masing sampling diukur serapannya pada λ maksimum sekitar
525 nm dengan spektrofotometer. Dari harga serapan yang didapat, dapat ditentukan
harga konsentrasi dalam tiap sampel dengan memasukkan ke dalam persamaan kurva
kalibrasi, yakni diperoleh y = -0.0046 + 0.0123x.
Hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan konsentrasi KMnO₄ semakin
lama semakin menurun karena jumlah cairan yang keluar melalui keran digantikan
dengan aquades dari buret. Hal ini memperlihatkan bahwa konsentrasi obat di dalam
darah akan berkurang seiring dengan waktu karena adanya metabolisme obat di dalam
tubuh. Sesuai dengan model yang digunakan, kurva Cp vs t yang didapatkan praktikan
menggambarkan model satu kompartemen antara hasil analisis data dan perhitungan
teoritis tidak jauh berbeda. Model satu kompartemen digambarkan dengan hasil kurva
Cp vs t yang lurus pada kertas semilog. Melalui pengukuran konsentrasi obat dalam
plasma ini, terdapat beberapa parameter farmakokinetika yang penting, seperti waktu
paruh, konstanta eliminasi, AUC (Area under curve), volume distribusi,
clearance, dan konsentrasi obat sebelum mengalami eliminasi dan distribusi.
Praktikum juga melakukan percobaan data urin supaya mengetahui perentase
ekskresi dan metabolisme obat oleh ginjal dan hati. Data urin didapat dari aliran
aquades yang keluar dari clearance renal. Data sampling diambil selama 0-5; 5-15;
15-30; dan 30-60 menit. Volume dari 4 waktu tersebut diukur. Dari hasil praktikum
yang telah dilakukan, kurva grafik semilog dari Du/dt vs t menghasilkan garis yang
lurus, menunjukkan bahwa sesuai dengan model satu kompartemen. Pengukuran kadar
obat dalam urin lebih sulit jika dibandingkan pengukuran kadar obat dalam plasma,
karena fraksi obat yang tereliminasi melalui urin harus >40%.
Penurunan konsentrasi obat di plasma dan urin dapat terjadi karena kecepatan aliran
aquades melalui keran tidak konstan sehingga menghasilkan volume yang kurang tepat
walaupun konsentrasi obat tetap mengalami penurunan. Juga, penurunan konsentrasi
yang tidak konstan dapat terjadi saat penambahan aquades dari buret tidak sesuai
dengan volume seharusnya (30 ml).
Dalam praktiknya hasil kadar obat yang dilakukan praktikan kurang tepat disebabkan
oleh faktor-faktor berikut:
1. Volume kompartemen berubah-ubah
2. Kecepatan pengeluaran, baik clearance renal maupun non-renal tidak konstan
3. Sampling dilakukan tidak sesuai dengan waktu yang dianjurkan
4. Pengaruh pH dan suhu ruangan maupun KMnO₄
VII. KESIMPULAN
Sampel Plasma
Parameter Farmakokinetika Teoritis Analisis
ke (menit -1) 0,033 0,059
t½ (menit) 20,79 11,74
Cpo (µg/mL) 33,5 19
AUC (mg menit/mL) 1,015 0,322
Vd (mL) 300 526,315
Cl (mL/menit) 10 31,05

Sampel Urin
Parameter Farmakokinetika Teoritis Analisis
ke (menit -1) 0,0333 0,067
t1/2 (menit) 0,3468 10,34
keks (menit -1) 0,0267 0,008
km (menit -1) 0,0066 0,059
Persentase obat yang diekskresi di urin
80,18 11,94
(%)
Persentase obat yang dimetabolisme (%) 19,81 88,05
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Umar, Syafhan, Nadia farhanah, Santi Purnama Sari. 2018. Penuntun
Praktikum Farmakokinetika. Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Shargel, Leon., et al. 2016. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics Seventh
Edition. United States: McGraw-Hill Education.
IX. LAMPIRAN
1. Apa order reaksi pada farmakokinetika ini?
Jawab :
Pada percobaan kali ini merupakan reaksi orde pertama. Karena konsentrasi obat
berkurang dengan waktu (t) yang berkurang sebanding dengan konsentrasi obat
yang tersisa.
2. Apa ciri-ciri order nol dan apa ciri-ciri order satu?
Jawab :
 Order nol
Ciri-cirinya yaitu bila jumlah zat aktif obat berkurang dengan interval waktu
yang tetap (konstan). Konsentrasi plasma obat tidak mempengaruhi
kecepatan eliminasi. Kecepatan eliminasi bersifat independen.
Konstanta eliminasi :
𝐶 = −𝑘0. 𝑡 + 𝐶0

Waktu paruh dari orde nol berjalan tidak tetap. Harga waktu paruhnya
sebanding dengan jumlah atau konsentrasi awal obat dan berbanding
terbalik dengan tetapan laju reaksi orde nol.
Waktu paruh :
0.5 × C0
t1/2 =
K0
Konstanta dinyatakan dalam satuan massa/waktu.
 Order satu
Ciri-cirinya yaitu apabila jumlah zat aktif obat berkurang sebanding dengan
jumlah zat aktif obat yang tersisa. Jumlah obat dalam tubuh tidak pernah-
benar-benar habis, dan grafiknya memiliki lengkungan (fase distribusi) baru
kemudian linier (fase eliminasi).
Konstanta eliminasi :
ln 𝐶 = −𝑘. 𝑡 + 𝑙𝑛𝐶0
Waktu paruh bersifat konstan dan tidak perlu memperhatikan konsentrasi
obat awal.. Maka waktu yang diperlukan untuk berkurang menjadi
separuhnya adalah konstan.
Waktu paruh :
0.693
t1/2 =
k

3. Dalam pengambilan sampel urin pada pasien di lapangan, masalah apa yang harus
diperhatikan?
Jawab :
 Teknik penetapan kadar obat harus spesifik untuk obat dan tidak
dipengaruhi oleh metabolit obat yang mempunyai struktur metabolit
serupa
 Penampungan sampel urin. Dalam jangka waktu yang ditentukan, pasien
harus dapat mengeluarkan urin hingga tidak dapat mengeluarkan urin lagi,
karena jika tidak dapat menyebabkan obat yang tereliminasi melalui urin
pada interval waktu tertentu tidak benar-benar tercatat sehingga dapat
terjadi kesalahan dalam perhitungan
 Waktu pengambilan urin. Tidak boleh sampai melebihi atau mendahului
waktu yang ditentukan. Karena dapat mempengaruhi data
 Perbedaan pH urin dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju
ekskresi urin yang bermakna
 Pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan kurva yang baik.
 Cuplikan urin hendaknya dikumpulkan secara berkala hingga diperkirakan
semua obat hampir dieskresi sempurna.
 Subjek hendaknya diberitahu pentingnya untuk memberikan cuplikan urin
yang lengkap yakni dengan dengan pengosongan kandung kemih yang
sempurna.

Anda mungkin juga menyukai