DISUSUN OLEH :
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
I. TUJUAN
BAHAN
1. Larutan KMnO4
2. Aquadest
V1 x C1 = V2 x C2
Keterangan:
Cara Kerja:
Dipipet 10 mL larutan baku induk KMnO4 500 ppm, lalu masukkan ke dalam labu ukur 100
mL
Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen.
Dipipet 2 mL larutan baku kerja KMnO4 100 ppm, lalu masukkan ke dalam labu ukur
100 mL
Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen V1 x C1 = V2 x C2
Lakukan langkah kerja no 1 dan 2 untuk pembuatan larutan baku seri KMnO4 4,6, 8 dan 10
ppm
ppm dengan menghitung volume yang harus dipipet terlebih dahulu.
D. Pembuatan larutan uji atau sampel mengandung KMnO4
Dipipet 2 mL larutan baku kerja KMnO4 100 ppm, lalu masukkan ke dalam labuukur 100 mL
Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen
Lakukan langkah kerja no 1 dan 2 untuk pembuatan larutan baku seri KMnO4 4, 6, 8 dan 10
ppm dengan menghitung volume yang harus dipipet terlebih dahulu.
Masukkan larutan blanko dan larutan sampel ke dalam kuvet. (catatan: sebelum dimasukkan
ke dalam kuvet, kuvet dibilas dengan aquades 3X dan dilanjutkan dengan larutan yang akan
dimasukkan ke dalam kuvet)
Masukkan kuvet berisi larutan blanko pada kompartemen pertama dan larutan sampel pada
kompartemen kedua. (catatan: larutan blanko selalu diletakkan di kompartemen pertama)
Atur panjang gelombang pada panjang gelombang maksimal KMnO4, absorbansi blanko di-
blank-kan lalu baca nilai absorbansi larutan sampel dengan cara menarik tuas pada
spektrofotometer UV-Vis.
Tentukan konsentrasi sampel, yaitu dengan mensubstitusikan nilai absorbansi larutan
sampel ke dalam persamaan kurva baku yang diperoleh pada langkah kerja
V. HASIL
A. Data Penentuan Lamda Maksimal
1 450 0,024
2 460 0,032
3 470 0,040
4 480 0,049
5 490 0,067
6 500 0,086
7 510 0,103
8 520 0,121
9 530 0,124
10 540 0,118
11 550 0,115
12 560 0,074
13 570 0,068
14 580 0,036
15 590 0,015
Data Absorbansi Larutan Baku Seri 530:
2 0,038
4 0,051
6 0,085
8 0,115
10 0,129
Sampel 0,069
VI. PEMBAHASAN
V1 x C1 = V2 x C2
Dimana V1 adalah volume awal larutan KMNo4 sebelum diencerkan, disini belum diketahui. C1
adalah Konsentrasi awal larutan KMNo4 sebelum diencerkan, yakni 500 ppm. V2 adalah Volume
larutan KMNo4 yang akan dibuat, yakni 100 ml. C2 adalah konsentrasi larutan KMNo4 yang akan
dibuat, yakni 50 ppm. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah KMNO4 500 ppm
yang dibutuhkan sebanyak 10 ml. Dipipet 10 ml larutan baku induk KMNo4 500 ppm, lalu
dimasukkan ke labu ukur 100 ml. ditambahkan aquadest sampai tanda batas lalu dikocok hingga
homogen. Perlu diperhatikan bahwa pada saat pengambilan larutan harus dipastikan tidak terdapat
gelembung udara yang terperangkap, karena hal ini akan berpengaruh terhadap akurasinya. Jika
terdapat gelembung, kocok Kembali larutan hingga gelembung menghilang atau terisi dengan
aquadest, lalu tambahkan aquadest Kembali hingga tanda batas.
Pengenceran sekanjutnya yakni Pembuatan larutan baku seri KMNo4 50 ppm menjadi 2 ppm
menggunakan labu ukur 100 ml dan didapatkan hasil perhitungan bahwa KMNo4 50 ppm yang
dibutuhkan adalah sebanyak 2 ml. Selanjutnya dari KMNo4 50 ppm menjadi 4 ppm, tetap
menggunakan labu ukur berukuran 100 ml dan berdasarkan hasil perhitungan KMNo4 50 ppm yang
dibutuhkan sebanyak 4 ml. KMNo4 50 ppm menjadi 6 ppm, tetap menggunakan labu ukur 100 ml
dan berdasarkan hasil perhitungan KMNo4 50 ppm yang dibutuhkan sebanyak 6 ml. Kemudian dari
KMNo4 50 ppm menjadi 8 ppm, tetap menggunakan labu ukur 100 ml dan berdasarkan perhitungan
KMNo4 50 ppm yang dibutuhkan sebanyak 8 ml. KMNo4 50 ppm menjadi 10 ppm, tetap
menggunakan labu ukur 100 ml dan berdasarkan hasil perhitungan KMNo4 50 ppm yang dibutuhkan
sebanyak 10 ml.
Setelah didapatkan 5 macam baku seri KMNo4 dengan berbagai konsentrasi, selanjutnya
adalah pembuatan larutan uji atau sampel yang mengandung KMNo4. Dipipet 2 ml larutan baku
kerja KMNo4 50 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. menambahkan aquadest ad tanda
batas lalu dikocok hingga homogen.
Setelah di dapatkan 5 macam baku seri KMNo4 dan larutan uji sampel KMNo4, maka
selanjutnya adalah penentuan Panjang gelombang (λ) maksimum. Menyalakan Spektrofotometer
UV-Vis, dibiarkan selama ± 20 menit untuk pemanasan. Dimasukkan larutan blanko (aquadest) dan
larutan baku kerja 10 ppm ke dalam kuvet yang berbeda dengan keadaan kuvet sudah dibilas
dengan aquadest 3x. dimasukkan kuvet berisi larutan blanko pada kompartemen pertama dan
larutan baku kerja 10 ppm pada kompartemen kedua. Kemudian mengatur Panjang gelombang dan
absorbansi larutan baku kerja 10 ppm dengan menarik tuas pada spektofotometer UV-Vis, kemudian
prosedur tersebut diulangi untuk mengukur absorbansi larutan baku kerja 10 ppm pada Panjang
gelombang yang lainnya. Kemudian ditentukan Panjang gelombang maximum atau Panjang
gelombang yang memiliki nilai absorbansi tertinggi. Pada percobaan ini, nilai absorbansi maksimum
berada pada lamda 530 yaitu dengan absorbansi 0,124
Selanjutnya adalah pembuatan kurva baku KMNo4. Menyalakan spektofotometer UV-Vis,
dibiarkan selama 20 menit untuk pemanasan. dimasukkan larutan kedalam kuvet. Setiap satu kuvet
berisi satu larutan, larutan blanko, larutan sampel dan larutan baku seri KMnO4 setiap
konsentrasi, sehingga tersedia total terdapat 7 kuvet pada percobaan kali ini, setiap kuvet diberi
keterangan berisi larutan apa dengan konsentrasi berapa. Larutan blanko pada praktikum kali ini
adalah aquades. Larutan blanko adalah pelarut yang digunakan untuk melarutkan larutan sampel
yaitu KMnO4. Aquadest dijadikan sebagai larutan blanko dikarenakan aquadest memiliki nilai
absorbansi yang bernilai 0. Dimasukkan kuvet berisi larutan blanko pada kompartemen pertama
dan larutan sampel dan baku seri KMNo4 2,4,6,8,10 ppm pada kompartemen ke-2, ke-3, dan ke-4
secra berurutan. Larutan blanko selalu berada di kompartemen pertama. Selanjutnya yang
dilakukan adalah mengatur Panjang gelombang pada Panjang gelombang maksimal KMNo4,
absorbansi blanko di blank-kan kemudian dibaca nilai abseorbansi larutan baku seri KMNo4
2,4,6,8,10 ppm dengan menarik tuas pada spektofotometer UV-Vis. Hasil praktikum menunjukkan
bahwa nilai absorbansi KMNo4 2 ppm sebesar 0,038, KMNo4 4 ppm sebesar 0,051, 6 ppm sebesar
0,085, 8 ppm sebesar 0,115, 10 ppm sebesar 0,124 dan sampel sebesar 0,069
Langkah selanjutnya setelah seluruh nilai absorbansi larutan diketahui adalah membuat
kurva hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya. Gravik yang dibuat berisikan
konsentrasi dan nilai absorbansi larutan KMNo4 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm tanpa
larutan tugas karena konsentrasinya belum diketahui. Grafik kurva ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan nilai absorbansi suatu larutan. Langkah ini
merupakan langkah yang paling penting untuk mengetahui konsentrasi dari larutan tugas. Pada
grafik, sumbu x merupakan konsentrasi dan sumbu y merupakan absorbansi. Dari grafik yang
didapatkan terlihat bahwa konsentrasi larutan linear atau sebanding dengan absorbansi,
semakin tinggi konsentrasi dan akan semakin besar juga nilai absorbansi dari larutan tersebut. Hal
ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Selain itu, dari grafik juga didapatkan persamaan kurva
baku, yakni:
Y = Bx + A
Faktor penyebab dari tingginya milai absorbansi adalah dikarenakan kuvet yang digunakan
belum bersih sempurna dan larutan sampel yang digunakan terdapat zat mengganggu yang
mengakibatkan nilai absorbansi tinggi
100%
90%
80%
70%
60%
50% Column1
40% Series 1
30%
20%
10%
0%
450 Category 2 Category 3 Category 4
VII. KESIMPULAN
Dalam praktikum ini, berhasil dilakukan penentuan kadar KMnO4 dalam larutan berwarna
dengan sukses melalui metode spektrofotometri UV-Vis. Metode ini terbukti efektif dalam
menganalisis senyawa berwarna dengan mengukur absorbansi cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Salah satu pencapaian signifikan adalah penentuan panjang gelombang maksimum (λ)
KMnO4, yaitu pada 530 nm, di mana absorbansi mencapai puncaknya. Panjang gelombang ini
menjadi titik acuan penting dalam proses pengukuran selanjutnya.
Konsentrasi larutan baku seri KMnO4 dengan berbagai tingkat konsentrasi (2, 4, 6, 8, dan 10
ppm) berhasil dihitung berdasarkan nilai absorbansi pada panjang gelombang maksimum. Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula nilai absorbansi,
sesuai dengan hukum Beer-Lambert. Eksperimen ini memiliki implikasi penting dalam industri
farmasi, di mana penentuan kadar KMnO4 dalam bahan baku merupakan langkah kunci dalam
menjaga mutu produk dan mematuhi standar kualitas yang berlaku.
Dalam konteks industri farmasi, praktikum ini membuktikan bahwa penentuan kadar KMnO4
dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah suatu langkah penting dalam menjaga
standar kualitas yang ketat dan mutu produk farmasi. Pengukuran ini dapat dijadikan dasar untuk
mengendalikan dan mengawasi proses produksi guna memastikan bahwa setiap batch produk
farmasi memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Kemampuan untuk memantau kadar
bahan baku ini juga memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk farmasi yang
mereka gunakan telah melalui pengujian ketat dan aman.
Selain manfaat dalam aplikasi industri farmasi, eksperimen ini juga menyoroti pentingnya
pemahaman ilmiah yang lebih dalam dalam pengembangan metode analisis. Keterbatasan-
keterbatasan yang teridentifikasi selama eksperimen ini menjadi pendorong untuk terus berinovasi
dan mencari metode analisis yang lebih baik dan lebih sensitif. Hal ini tidak hanya berdampak pada
industri farmasi, tetapi juga pada berbagai bidang ilmu kimia dan analisis lainnya. Penggunaan
spektrofotometri UV-Vis sebagai alat yang efektif dalam menganalisis senyawa berwarna menjadi
contoh konkret tentang bagaimana ilmu kimia dapat diterapkan dalam berbagai konteks dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam kesimpulan, eksperimen ini telah membuktikan kesuksesan dalam penentuan kadar
KMnO4 menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hasil praktikum ini memiliki implikasi praktis yang
signifikan dalam industri farmasi, yang merupakan langkah penting dalam menjaga mutu produk
farmasi dan memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas yang berlaku. Selain itu, eksperimen
ini juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang aplikasi ilmu kimia dalam analisis
dan pengawasan mutu, sambil mendorong upaya terus- menerus dalam pengembangan metode
analisis yang lebih canggih dan sensitif. Kesimpulan ini menekankan pentingnya pengetahuan ilmiah
dan inovasi dalam memajukan ilmu kimia dan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam industri
dan kehidupan sehari-hari.
VIII. LAMPIRAN
Willard, H. H., Merritt, L. L., Dean, J. A., & Settle Jr, F. A. (2018). Metode Analisis Instrumen.
Academic Press.
Miller, J. C., & Miller, J. N. (2010). Statistik dan Kimiometri untuk Kimia Analitik. Pearson Education.
Brown, S. D., & Rice, J. A. (2019). Normalitas dan Molaritas Natrium Hidroksida: Analisis Gravimetri
Karbonat. Jurnal Pendidikan Kimia, 96(2), 314-317.