Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini tentang “ Formulasi dan Uji Aktivitas Bunga Kamboja

Merah Sebagai Antioksidan pada sediaan krim “ bertujuan untuk mengetahui

adanya pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak bunga kamboja merah terhadap

hasil sifat fisik sediaan krim.

Bunga kamboja merah di dapatkan dari Desa Kebandingan kecamatan

Kedungbanteng, kabupaten Tegal seberat 100gram. Bunga kamboja merah

diperoleh dalam keadaan segar. Sebelum dilakukan proses isolasi flavonoid bunga

kamboja merah tersebut, bunga kamboja merah di cuci sampai bersih kemudian

dirajang terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah proses

perajangan, hasilnya dimasukkan kedalam labu alas bulat yang bertujuan untuk

mengisolasi flavonoid dalam bunga kamboja merah. Proses isolasi flavonoid

bunga kamboja merah dilakukan dengan metode refluks. Keuntungan dari metode

ini yaitu alat yang digunakan sederhana, dan dapat digunakan untuk bahan– bahan

yang tahan terhadap pemanasan tinggi.

Proses isolasi flavonoid dilakukan menggunakan bunga kamboja merah

sebanyak 100 g dengan pelarut aquades sebanyak 300 ml, kemudian mengisolasi

dengan metode refluks dengan suhu 50-60º C selama 2 jam. Setelah itu menyaring

dalam keadaan panas menggunakan kain flanel untuk mendapatkan filtrate

senyawa flavonoid dalam jumlah maksimal. Lakukan isolasi kandungan flavonoid

dengan uji warna.

42
43

Hasil isolasi bunga kamboja merah dengan menggunakan metode refluks

ditampung kedalam beaker gelas, kemudian di pindahkan dalam corong pisah dan

ditambah 15 ml n-heksana yang berfungsi untuk memisahkan fase non polar dan

fase polar. Fase polar yang didapat setelah proses pemisahan dimasukan kedalam

beaker glass yang sudah ditimbang dahulu. Setelah proses isolasi bunga kamboja

merah dilanjutkan dengan identifikasi kandungan flavonoid bunga kamboja merah

dengan menggunakan uji reaksi warna. Identifikasi bertujuan untuk memastikan

kebenaran dari flavonoid hasil isolasi. Pada uji reaksi identifikasi flavonoid

dengan cara memasukkan 2 tetes sampel kedalam tabung reaksi 2-4 tetes larutan

H2SO4 pekat. Perubahan warna yang terjadi menjadi merah tua (Asih, 2009).

Setelah diuji identifikasi ekstrak dipanaskan pada api kecil untuk mendapatkan

ekstrak kental.

Tabel 1. Hasil Identifikasi Flavonoid

NO Uji identifikasi Pustaka Hasil penelitian

1 Reaksi Sesuai dengan Identifikasi flavonoid dengan


identifikasi pustaka yang ada pereakI H2SO4 pekat
flavonoid uji identifikasi menghasilkan warna merah.
Sampel + 2-4 flavonoid dengan Hal ini sesuai dengan pustaka
tetes H2SO4 pereaksi H2SO4 yang berlaku
pekat pekat akan
menghasilkan
warna merah.
44

Berdasarkan hasil percobaan identifikasi flavonoid bunga kamboja merah

dengan menggunakan larutan H2SO4 menghasilkan warna merah. Hal ini

menunjukkan bahwa flavonoid yang diidentifikasi benar flavonoid yang

terkandung dalam bunga kamboja merah , karena dalam bunga kamboja merah

terdapat senyawa flavonoid.

Aktivitas antioksidan pada ekstrak bunga kamboja merah dengan metode

perendaman DPPH (Difenil pikrilhidrazil), yaitu mengukur kemampuan suatu

senyawa antioksidan dalam menangkap radikal bebas dan dengan mengukur

absorbsansinya pada ekstrak bunga kamboja merah. Pada tahap spektrofotometri

UV-Vis terlebih dahulu menyiapkan larutan blanko. Larutan blanko yang

digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel yaitu

metanol, karena metode perendaman DPPH merupakan pengukuran penangkal

radikal bebas sintetik dalam pelarut organik pada suhu kamar oleh suatu senyawa

yang mempunyai aktivitas antioksidan. Proses penangkalan radikal bebas ini

melalui mekanisme pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh

radikal bebas sehingga radikal bebas menangkap satu electron dari antioksidan.

Metode ini juga merupakan pengujian aktivitas antioksidan yang paling cocok

bagi pelarut etanol dan metanol.


45

Sebelum dispektrofotometri membuat larutan induk terlebih dahulu yaitu

1000 ppm dan membuat larutan uji seri pada ekstrak bunga kamboja merah.

Setelah selesai membuat larutan induk dan seri, langkah selanjutnya yaitu

penentuan panjang gelombang maksimum yang dilakukan untuk mengetahui

absorbansi maksimum yang dapat meningkatkan proses absorbansi larutan

terhadap sinar. Panjang gelombang yang digunakan yaitu range 450-550 nm.

Hasil penentuan panjang gelombang maksimum tertera pada tabel berikut :

Tabel 2. Data absorbansi Panjang Gelombang Maksimum

No Panjang Gelombang Absorbansi


1 450 0,075
2 455 0,076
3 460 0,074
4 465 0,075
5 470 0,076
6 475 0,077
7 480 0,078
8 485 0,080
9 490 0,082
10 495 0,084
11 500 0,086
12 505 0,087
13 510 0,088
14 515 0,087
15 520 0,086
16 525 0,083
17 530 0,080
`18 535 0,076
19 540 0,070
20 545 0,067
21 550 0,063

Hasil orientasi diperoleh data panjang gelombang maksimal sampel adalah

510 nm. Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur serapan pada panjang
46

gelombang maksimum (puncak kurva), agar dapat memberikan serapan tertinggi

untuk setiap konsentrasi. Dari hasil absorbansi yang telah diperoleh, maka dapat

dibuat kurva panjang gelombang maksimal sebagai berikut:

Hubungan panjang gelombang


0.09 dengan absorbansi
absorbansi

0.08

0.07

0.06
450 460 470 480 490 500 510 520 530 540 550 560
panjang gelombang

Gambar 2. Kurva hubungan panjang gelombang dengan absorbansi

Hasil yang diperoleh pada penentuan panjang gelombang makssium yang

diperoleh yaitu 510 nm yang mempunyai nilai absorbansi yaitu 0,088. Setelah

mengetahui panjang gelombang maksimum kemudian mengukur absorbansi

larutan seri ekstrak bunga kamboja merah untuk memperoleh kurva linier dengan

menggunakan panjang gelombang maksimal yang diperoleh yaitu 510 nm.

Setelah absorbansi larutan seri ekstrak bunga kamboja merah dihitung

untuk memperoleh % inhibisi yang digunakan untuk penentuan nilai IC50. Data %

inhibisi selanjutnya diplotkan ke tabel probit untuk memperoleh nilai probit,

kemudian dibuat grafik antara log konsentrasi (x) dan probit (y) sehingga

diperoleh persamaan regresi linier y= ax + b. Dengan memasukkan nilai y = 5

(probit dari 50%), maka nilai IC50 merupakan konsentrasi dari antioksidan yang
47

dapat menghambat 50% radikal bebas dan % inhibisi adalah perbandingan antara

selisih dari absorbansi blanko dan absorbansi sampel dengan absorbansi blanko.

Perhitungan % Inhibisi menggunakan rumus :

% inhibisi = Absorbansi kontrol – absorbansi sampel x 100%


Absorbansi kontrol

Tabel 3. Data Hasil Absorbansi Konsentrasi Larutan Ekstrak Bunga


Kamboja Merah

No Konsentrasi Absorbansi % inhibisi

1. 10 ppm 0,201 29,72

2. 20 ppm 0,197 31,11

3. 40 ppm 0,194 32,16

4. 60 ppm 0,189 33,91

5. 80 ppm 0,186 34,96

Tabel 4. Data Hasil Absorbansi Konsentrasi Larutan Ekstrak Bunga


Kamboja Merah Dalam Bentuk Probit

No Log Probit % Persamaan Regresi IC 50(ppm)


konsentrasi inhibisi Linier
1 1 4,45
2 1,3 4,50
3 1,6 4,53 y = 0,034x + 4,424 87 ppm
2
4 1,7 4,56 R = 0,9863
5 1,9 4,59
48

y = 0.034x + 4.424
4.62 R² = 0.986
4.6
4.58
Probit % inhibisi

4.56
absorbansi
4.54
Linear (absorbansi)
4.52
4.5
4.48
4.46
4.44
0 2 4 6
Log konsentrasi (ppm)

Gambar 3. Kurva konsentrasi vs absorbansi ekstrak bunga kamboja merah


Hasil kurva linier y = ax + b pada ekstrak bunga kamboja merah

menghasilkan y = 0,034 x + 4, 424 dan menghasilkan nilai R2= 0,986.3. Sehingga

diperoleh nilai IC50 dari ekstrak bunga kamboja merah 87 ppm, dari hasil tersebut

aktivitas antioksidan yang diperoleh yaitu aktif dengan nilai IC50 (50-100).

Tabel 5. Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH

Kekuatan Nilai IC50


Sangat aktif <50
Aktif 50-100
Sedang 101-250
Lemah 250-500
Tidak aktif >50
( Sumber : Sandhiutami dwi,dkk,2014)

Hasil ekstrak bunga kamboja merah digunakan sebagai bahan aktif dalam

pembuatan sediaan krim untuk 3 formulasi. Dimana masing-masing formulasi


49

menggunakan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 6%, 12%, 24% yang dibuat 10

gram. Berikut formula pembuatan sediaan krim :

Tabel 6. Formula Krim

Bahan I II III Standa Literatur


r
Ekstrak bunga 6% 12% 24% 6-24% Sandhiutami
kamboja dwi,dkk,2014
merah
Asam stearat 10% 10% 10% 1-20% Rowe,et.al,2009 :
9
TEA 2% 2% 2% 2-4% Weller,1994
Metil paraben 0,18% 0,18% 0,18% 0,12 - Rowe,et.al,2009:
0,18% 441
Gliserin 10% 10% 10% ≤ 30% Rowe,et.al,2009
:283
Propil 0,02% 0,02% 0,02% 0,01- Weller,1994
paraben 0,02%
Setil alkohol 5% 5% 5% 1-20% Rowe,et.al,2009:
155
Aquades Ad 10% 10% 10% - -
Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12%
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24%

Kemudian dari hasil setelah sediaan krim yang telah dibuat dilakukan

pengujian sifat fisik meliputi uji organoleptis , uji pH, uji homogenitas, uji

dayaproteksi, uji daya sebar, dan uji daya lekat. Berikut uji sifat fisik dari sediaan

krim yang dibuat :


50

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati adanya perubahan

bentuk, warna, dan bau dari sediaan krim ekstrak bunga kamboja merah.

Pada penelitian hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Uji organoleptis

Formula Bentuk Warna Bau

Formula I Semi padat Kekuningan Khas kamboja

Formula II Semi padat Kuning tua Khas kamboja

Formula III Semi padat Kuning Khas kamboja


Kecoklatan
Keterangan :

Formulasi I : ekstrak bunga kamboja merah 6%

Formulasi II : ekstrak bunga kamboja merah 12%

Formulasi III : ekstrak bunga kamboja merah 24 %

Berdasarkan data diatas uji organoleptis diatas dapat di lihat bahwa

pada uji bentuk setiap formula memiliki hasil yang sama. Semua krim

ekstrak bunga kamboja merah memiliki warna yang berbeda pada formula

I mempunyai warna kekuningan karena konsentrasi yang digunakan

sedikit yaitu 6 % dibandingkan dengan formula II dan III, formula II

memiliki warna kuning tua dan formula III memiliki warna kuning

kecoklatan karena konsentrasi ekstrak yang digunakan paling banyak.

Pada uji bau menghasilkan bau khas bunga kamboja merah, sehingga pada

sediaan krim ekstrak bunga kamboja merah tidak perlu ditambahkan

pewangi karena pada sediaan krim yang dibuat menghasilkan bau khas
51

bunga kamboja merah. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak terhadap uji

organoleptis krim ekstrak bunga kamboja merah.

2. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan yang

dibuat untuk menjamin sediaan krim tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5-6,5.

(Tranggono,2007:20). Data yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Tabel 8. Uji pH

Replikasi Formula
I II III
1 6 6 6
2 6 6 6
3 6 6 6
Rata–rata 6 6 6
Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12%
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24%
Berdasarkan tabel hasil pH, menunjukkan bahwa pH pada masing-

masing formula masih dalam range pH topikal. Hal ini ditujukkan bahwa

sediaan krim ekstrak bunga kamboja merah semua formula sesuai dengan

persyaratan pH untuk sediaan topikal yaitu berkisar 4,5-

6,5(Tranggono,2007:20).
52

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang

digunakan tercampur secara merata dan tidak mengandung partikel-

partikel padat. Hal ini agar dapat memenuhi syarat ideal krim pada uji

homogenitas sehingga apabila dioleskan pada kulit terasa lembut. data

yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

Tabel 9. Uji Homogenitas

Replikasi Formula
I II III
1 Homogen Homogen Homogen
2 Homogen Homogen Homogen
3 Homogen Homogen Homogen
Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12%
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24%
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa sediaan krim

ekstrak bunga kamboja merah pada semua formula memenuhi syarat

homogen. Hal ini ditunjukkan tidak adanya partikel pada setiap masing-

masing formula.

4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kualitas krim ekstrak

bunga kamboja merah yang dapat menyebar pada kulit dan dengan cepat

pula memberikan efek terapi. Sediaan yang dibuat harus mempunyai daya

sebar yang luas karena semakin luas daya sebarnya maka semakin cepat
53

pula efek terapinya. Data yang diperoleh dari penelitian yaitu sebagai

berikut :

Tabel 10. Uji Daya Sebar


Satuan Beban Formula I Formula II Formula III

3,4 4,3 5,5


50 gram
3,9 4,1 5

Diameter 3,6 3,9 4,5


(cm)
Rata-rata 3,6 4,1 5

3,63 4,1 5
100 gram
3,3 3,4 6,2

3,53 3,5 6,4

Rata-rata 3,48 3,6 5,8

Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12%
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24%
Krim formula III memiliki kandungan ekstrak bunga kamboja

merah terbesar yaitu 24% yang mempengaruhi tingkat kekentalan.

Semakin besar konsentasi ekstrak bunga kamboja merah dalam krim maka

konsistensi krim juga semakin kental (viskositasnya besar). Hal ini

mengakibatkan daya sebar krim juga semakin luas. Berbeda dengan krim

formula I dan formula II yang konsentrasi ekstrak bunga kamboja merah


54

lebih sedikit yaitu 6% dan 12%, viskositasnya juga akan semakin kecil

sehingga daya sebar semakin kecil.

Maka dari ketiga krim ini, yang memberikan efek daya sebar yang

baik adalah krim formula III. Krim yang dapat menyebar pada kulit secara

lebih luas dengan cepat pula memberikan efek terapinya dengan asumsi

bahwa semakin luas daya sebar suatu formula krim maka dengan cepat

melepaskan efek terapi yang diingikan di kulit. Daya sebar yang baik dapat

menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voight, 1989).

Data yang diperoleh dilakukan analisis data dengan menggunakan

SPSS yaitu dengan One Way Anova untuk memperkuat data sehingga

menjadi akurat. One Way Anova terdiri dari analisis Anova dan analisis

descriptives, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 11. Analisis Anova Uji Daya Sebar 50 gram

ANOVA

hasil_uji_daya_sebar_50g
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,896 2 1,448 12,292 ,008
Within Groups ,707 6 ,118
Total 3,602 8

Pada tabel perhitungan One way Anova uji daya sebar 50 g

penelitian diatas memiliki dimana nilai F hitung (12,292)> F tabel(5,145).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga kamboja merah


55

(Plumeria acuminta L.). Dengan demikian perhitungan analisa ANOVA

yang dihasilkan sesuai dengan SPSS.

Tabel 12. Analisa Anova Uji Daya Sebar 100 gram

ANOVA

hasil_uji_daya_sebar100g
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10,537 2 5,268 21,206 ,002
Within Groups 1,491 6 ,248
Total 12,027 8

Pada tabel perhitungan One way Anova uji daya sebar 100 g

penelitian diatas memiliki nilai F hitung (21,206)> F tabel (5,145). Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya

ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak bunga kamboja merah.

5. Uji daya lekat

Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui daya lekat krim

antioksidan ekstrak bunga kamboja merah terhadap kulit. Uji daya lekat

penting untuk mengevaluasi krim antioksidan ekstrak bunga kamboja

merah dengan kelengketan dapat diketahui sejauh mana krim antioksidan

ekstrak bunga kamboja merah dapat menempel pada kulit sehingga zat

aktif dapat diabsorbansi secara merata.


56

Tabel 13. Uji Daya Lekat

Replikasi Formula

I II III
1 1,34 1,25 1,20

2 1,36 1,27 1,17

3 1,33 1,29 1,15


Rata-rata 1,34 1,27 1,17
Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12 %
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24 %
Daya lekat suatu krim berhubungan dengan lamanya kontak antara

krim dengan kulit, dan kenyamanan pengguna. Krim yang baik mampu

menjamin waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga tujuan

penggunaannya tercapai, namun tidak terlalu lengket ketika digunakan.

Waktu lekat juga mempengaruhi efektivitas kerja zat aktif di lokasi

pemberiannya. Semakin lama krim ekstrak bunga kamboja merah melekat

pada kulit maka diharapkan semakin efektif pula dalam memberikan efek

antioksidan.

Formula mengalami perubahan waktu lekat akibat perubahan

konsentrasi ekstrak bunga kamboja merah, hal ini dapat disebabkan karena

terjadinya perubahan kekentalan. menunjukkan bahwa semakin besar

kekentalan krim maka semakin lama waktu lekat suatu krim.

Dari hasil uji daya lekat diatas kemudian dianalisis menggunakan

SPSS yaitu dengan One Way Anova untuk memperkuat data sehingga
57

menjadi akurat. One Way Anova terdiri dari analisis Anova dan analisis

descriptives, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 14. Analisis Anova Uji Daya Lekat

ANOVA

hasil_uji_daya_lekat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,044 2 ,022 51,658 ,000
Within Groups ,003 6 ,000
Total ,046 8

Berdasarkan tabel analisis One Way Anova daya lekat diatas

memiliki nilai dimana nilai F hitung (51,658) > F tabel (5,145). Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya

ada pengaruh konsentrasi ekstrak bunga kamboja merah terhadap sifat

fisik krim antioksidan ekstrak bunga kamboja merah.

6. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi dilakukan dengan tujuan melihat kemampuan

proteksi atau perlindungan kulit. Kriteria sediaan krim yang baik yaitu

pada saat mengamati ada tidaknya noda pada waktu 15 detik – 5 menit,

jika tidak ada noda berarti krim memberikan proteksi. Hasil penelitian uji

daya proteksi dapat dilihat pada tabel berikut :


58

Tabel 15. Uji daya proteksi


Waktu ( Detik)
Replikasi
Formulasi I Formulasi II Formulasi III
1 35,10 39,42 42,11
2 25,21 35,31 40,24
3 30,36 29,20 41,26
Rata – rata 30,2 34,6 41,2
Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12 %
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24 %

Dari hasil data uji proteksi diatas, dapat disimpulkan bahwa

formula III memiliki waktu yang lebih lama dari formulasi yang lain, hal

ini dapat disimpulkan bahwa formulasi III merupakan formulasi yang

paling baik dibandingkan dengan formulasi I dan II. Pada formulasi III

memiliki daya proteksi dalam waktu 41,2 Detik.

Dari hasil uji daya proteksi diatas kemudian dianalisis

menggunakan SPSS yaitu dengan One Way Anova untuk memperkuat data

sehingga menjadi akurat. One Way Anova terdiri dari analisis Anova dan

analisis descriptives, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 16. Analisis Anova Uji Proteksi

ANOVA

Hasil_Uji_Daya_Proteksi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 183,130 2 91,565 5,304 ,047
Berdasarkan tabel perhitungan analisis Anova uji daya proteksi
Within Groups 103,578 6 17,263
Total 286,709 8
memiliki dimana nilai F hitung > F tabel atau 5,304 > 5,143. Oleh karena
59

itu dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa

ada pengaruh konsentrasi ekstrak pada uji daya sebar krim ekstrak bunga

kamboja merah.

7. Uji Tipe Krim

Uji tipe krim bertujuan untuk mengetahui krim yang dihasilkan

memiliki tipe M/A atau A/M. Dilakukan dengan mengguankan metode

cincin dilakukan dengan mengamati pada kertas saring yang telah

dioleskan krim, jika krim nampak berkas air maka krim tersebut bertipe

M/A jika tidak nampak berkas air krim bertipe A/M (Hendra Widodo.

2013). Pada hasil penelitian uji tipe krim dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Uji Tipe Krim


Formula Pustaka Hasil Gambar

1 Dengan metode Terbentuk air di


cincin terbentuk air sekeliling kertas
di sekeliling kertas saring (M/A)
2 saring yang lebih Terbentuk air di
dahulu telah diolesi sekeliling kertas
krim, sehingga krim air (M/A)
3 dikatakan memiliki Terbentuk air di
tipe krim M/A sekeliling kertas
air (M/A)

Keterangan :
Formula I : ekstrak bunga kamboja merah 6%
Formula II : ekstrak bunga kamboja merah 12%
Formula III : ekstrak bunga kamboja merah 24%
60

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sediaan krim dengan

ketiga formula termasuk sediaan krim minyak dalam air (M/A), karena

pada metode cincin terbentuk air di sekeliling kertas saring.

Aktivitas antioksidan pada krim ekstrak bunga kamboja dengan metode

perendaman DPPH (Difenil pikrilhidrazil), yaitu mengukur kemampuan suatu

senyawa antioksidan dalam menangkap radikal bebas dan dengan mengukur

absorbsansinya pada krim ekstrak bunga kamboja merah.

Pada tahap spektrofotometri UV-Vis terlebih dahulu menyiapkan larutan

blanko. Larutan blanko yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk

melarutkan sampel yaitu metanol, karena metode perendaman DPPH merupakan

pengukuran penangkal radikal bebas sintetik dalam pelarut organik pada suhu

kamar oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan.

Proses penangkalan radikal bebas ini melalui mekanisme pengambilan atom

hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas

menangkap satu electron dari antioksidan. Metode ini juga merupakan pengujian

aktivitas antioksidan yang paling cocok bagi pelarut etanol dan metanol. Sebelum

dispektrofotometri membuat larutan induk terlebih dahulu yaitu 1000 ppm dan

membuat larutan uji seri pada sediaan krim ekstrak bunga kamboja merah.

Setelah selesai membuat larutan induk dan seri, langkah selanjutnya yaitu

penentuan panjang gelombang maksimum yang dilakukan untuk mengetahui

absorbansi maksimum yang dapat meningkatkan proses absorbansi larutan

terhadap sinar. Panjang gelombang yang digunakan yaitu range 450-550 nm.

Hasil penentuan panjang gelombang maksimum tertera pada tabel berikut :


61

Tabel 18. Data absorbansi 20 deret panjang gelombang larutan


sampel

No Panjang Gelombang Absorbansi


1 450 0,075
2 455 0,076
3 460 0,074
4 465 0,075
5 470 0,076
6 475 0,077
7 480 0,078
8 485 0,080
9 490 0,082
10 495 0,084
11 500 0,086
12 505 0,087
13 510 0,088
14 515 0,087
15 520 0,086
16 525 0,083
17 530 0,080
`18 535 0,076
19 540 0,070
20 545 0,067
21 550 0,063

Hasil orientasi diperoleh data panjang gelombang maksimal sampel adalah

510 nm. Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur serapan pada panjang

gelombang maksimum (puncak kurva), agar dapat memberikan serapan tertinggi

untuk setiap konsentrasi. Dari hasil absorbansi yang telah diperoleh, maka dapat

dibuat kurva panjang gelombang maksimal sebagai berikut:


62

Hubungan panjang gelombang


dengan absorbansi
absorbansi 0.09

0.08

0.07
Series1

0.06
450 460 470 480 490 500 510 520 530 540 550 560
panjang gelombang

Gambar 3. Kurva hubungan panjang gelombang dengan absorbansi

Hasil yang diperoleh pada penentuan panjang gelombang maksimum yang

diperoleh yaitu 510 nm yang mempunyai nilai absorbansi yaitu 0,088. Setelah

mengetahui panjang gelombang maksimum kemudian mengukur absorbansi

larutan seri krim ekstrak bunga kamboja merah untuk memperoleh kurva linier

dengan menggunakan panjang gelombang maksimal yang diperoleh yaitu 510 nm.

Setelah absorbansi larutan seri ekstrak bunga kamboja merah dihitung

untuk memperoleh % inhibisi yang digunakan untuk penentuan nilai IC50. Data %

inhibisi selanjutnya diplotkan ke tabel probit untuk memperoleh nilai probit,

kemudian dibuat grafik antara log konsentrasi (x) dan probit (y) sehingga

diperoleh persamaan regresi linier y= ax + b. Dengan memasukkan nilai y = 5

(probit dari 50%), maka nilai IC50 merupakan konsentrasi dari antioksidan yang

dapat menghambat 50% radikal bebas dan % inhibisi adalah perbandingan antara

selisih dari absorbansi blanko dan absorbansi sampel dengan absorbansi blanko.

Perhitungan % Inhibisi menggunakan rumus :


63

% inhibisi = Absorbansi kontrol – absorbansi sampel x 100%


Absorbansi kontrol

Tabel 19. Absorbansi Pada Sediaan Krim Ekstrak Bunga Kamboja


Merah
No Absorbansi

Konsentrasi Formula I Formula II Formula III

(ppm)

1. 10 ppm 0,183 0,187 0,176

2. 20 ppm 0,163 0,181 0,165

3. 40 ppm 0,157 0,176 0,158

4. 60 ppm 0,149 0,165 0,143

5. 80 ppm 0,135 0,156 0,132


64

Tabel 20. Data Hasil Absorbansi Konsentrasi Larutan Ekstrak Bunga


Kamboja Merah Dalam Bentuk Probit

Formula Log Probit % Persamaan regresi IC50(ppm)

konsentrasi inhibisi linier

1 4,23

1,3 4,48

Formula I 1,6 4,56 y = 0,13+4,152 331

1,7 4,64 R2= 0,9511

1,9 4,80

1 4,16

1,3 4,26

Formula II 1,6 4,33 y = 0,102+4,052 194

1,7 4,48 R2 = 0,9882

1,9 4,56

1 4,33

1,3 4,48

Formula III 1,6 4,56 y = 0,128+ 4,204 162

1,7 4,72 R2= 0,9925

1,9 4,85
65

Hasil dari inhibisi ketiga formulasi kemudian dibikin kurva linear, berikut

ini kurva liner dari ketiga formula krim ekstrak bunga kamboja merah :

4.9
4.8 y = 0.13x + 4.152
Probit % inhibisi

4.7 R² = 0.951
4.6
absorbansi
4.5
Linear (absorbansi)
4.4
4.3
4.2
0 2 4 6
Log konsentrasi (ppm)

Gambar 4. Kurva konsentrasi vs absorbansi formula I

4.6
4.55 y = 0.102x + 4.052
4.5 R² = 0.988
Probit % inhibisi

4.45
4.4
4.35 Absorbansi
4.3
Linear
4.25
(Absorbansi )
4.2
4.15
4.1
0 2 4 6
Log konsentrasi (ppm)

Gambar 5. Kurva konstrasi vs absorbansi formula II


66

4.9
y = 0.128x + 4.204
Probit % inhibisi 4.8 R² = 0.992

4.7

4.6 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
4.5

4.4

4.3
0 2 4 6
Log konsentrasi (ppm)

Gambar 6. Kurva konsentrasi vs absorbansi formula III

Hasil aktivitas antioksidan pada krim formula II dan formula III

menunjukkan nilai tertinggi yaitu 194 ppm dan 162 ppm dibanding dengan hasil

dari ekstrak bunga kamboja merah yang sebelumnya telah diuji dengan metode

perendaman DPPH yang sama yaitu menghasilkan nilai 87 ppm. Faktor yang

mungkin terjadi adalah adanya reaksi penghambatan oksidasi lemak oleh senyawa

antioksidan yang terdapat dalam ekstrak bunga kamboja merah.

Dalam formulasi krim terdapat asam stearat yang merupakan asam lemak

jenuh. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi

lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi, dan

terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu

senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat

dari hilangnya satu atom hidrogen (RH—-R* + H*).


67

Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi

dengan oksigen membentuk radikal peroksi (R* + O2 —–ROO*). Radikal peroksi

lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan

radikal asam lemak baru (ROO* + RH —–ROOH +R*). Hidroperoksida yang

terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan

senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton. Tanpa

adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui

reaksi antar radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal (ROO* +ROO* —

- non radikal ) (Miryanti dkk., 2011).

Tabel 20. Tingkat Kekuatan Antioksidan Dengan Metode DPPH

Kekuatan Nilai IC50

Sangat aktif <50

Aktif 50-100

Sedang 101-250

Lemah 250-500

Tidak aktif >50

( Sumber : Sandhiutami dwi,dkk,2014)

Anda mungkin juga menyukai