Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi.
2. Mahasiswa dapat menentukan kandungan suatu zat melalui pengukuran
ansorbansi.
3. Mahasiswa dapat mengerti cara pengoprasian alat spektrofotometri UV-
Vis.
4. Mahasiswa dapat menentukan gelombang maksimum.
5. Mahasiswa dapatmenentukan konsentrasi cuplikan yang tidak diketahui.

II. DASAR TEORI


Spektrofotometri adalah metode pengukuran yang didasarkan pada
pengetahuan tentang spektroskopi. sedangkan spektroskopi sendiri adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik. atas dasar inilah spektrofotometri dapat dibedakan menjadi
beberapa metode, tergantung pada energi radiasi yang dipakai, yaitu :
1. spektrofotometri sinar dan sinar x.
2. spektrofotometri UV-Vis.
3. spektrofotometri infra merah (IR).
4. spektro resonansi magnetic inti/NMR (gelombang mikro).
5. spektrofotometri raman.

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Spektrofotometri UV-Vis menggunakan 2 buah sumber cahaya yang
berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan Visebel. Meskipun sudah tersedia alat yang
lebih canggih dengan hanya menggunakan satu sumber cahaya, yaitu photodiode
yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk system spektrofotometri UV-Vis
paling banyak tersedia dan paling popular digunakan. Kemudahan ini adalah dapat
digunakan baik untuk sampel yang berwarna maupun tidak berwarna. Itu mengapa
dalam praktikum spektrofotometri, yang digunakan adalah spektrofotometri UV-
Vis.
Komponen dari spektrofotometri UV-Vis adalah
1. Sumber cahaya.
2. Monokromator, yaitu suatu piranti untuk mengecilkan pita sempit panjang
gelombang dari spektrum lebar yang dipanaskan oleh sumber cahaya.
3. Kuvet atau wadah larutan yang akan diuji.
4. Detector, alat yang mengubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik.
5. Amplifier (penggandaan) dan rangkaian yang berkaitan membuat isyarat
listrik itu memadai untuk dibaca.
6. Piranti pembaca yang memprogramkan besarnya isyarat listrik, yang
menyatakan dalam persen (%) maupun adsorbansi (A).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi hukum Lambert
beer yaitu absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi, namun demikian pada
kenyataannya penyimpangan sering terjadi.
A = a.b.C
Keterangan :
A = absorbansi
a = absorsivitas
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi larutan (M)
Hukum beer menyatakan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan tebal kuvet
dan konsentrasi. Jika konsentrasi dinyatakan dalam molar dan tebal kuvet dalam
cm, maka absorsivitas disebut absorsivitas molar () sehingga :
A = .b.c
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisa
menggunakan spektrometer adalah
a). Serapan oleh pelarut (larutaan blangko)
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan larutan blangko yaitu larutan
yang berisi matrik selain komponen yang dianalisis. Larutan blangko
berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel.
b). Serapan oleh kuvet
kuvet yang biasa digunakan adalah kuvet yang berbahan gelas atau
kuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari gelas, kuvet dari kuarsa
memberikan kualitas yang lebih baik. Namun, harganya jauh lebih
mahal. Serapan oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis ukuran
dan bahan kuvet yang samauntuk tempat larutan blangko dan sampel.
Sampel merupakan larutan standar.

METODE KURVA KALIBRASI


Dengan membuat sederet larutan standar dengan konsentrasi yang telah
diketahui secara pasti, diukur absorbansinya, kemudian dibuat kurva antara
absorbansi versus konsentrasi yang akan diperoleh garis linear. Konsentrasi
sampel dapat dihitung dengan cara mengeplotkan absorbansi yang terukur dalam
kurva.
Menurut hukum beer absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi,
namun demikian, pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi. Untuk
menghindarkan hal ini maka kurva kalibrasi harus dibuat setiap kali analisis.

III. PROSEDUR KERJA


1) Alat :
- Spektrofotometer UV-Vis
- Pipet
- Backer glass
- Labu takar
- Pipet volume
2) Bahan :
- Larutan KMnO4
- Aquades
3) Rangkaian alat :

Gambar IV.1 Diagram spektrometer


4) Skema Kerja:

Pengenceran larutan KMnO4 dari


0.05 M menjadi 0.0005 M, 0.0004
M, 0.0003 M, 0.0002 M, 0.0001 M

Diambil sedikit untuk masing-masing


larutan pada kuvet

Uji masing-masing larutan KMnO4


yang berbada konsentrasinya
dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjag gelombang maksimum

Pengenceran kembali KMnO4


dengan konsentrasi 0.0003 M,
0.0002 M, 0.0001 M. dengan
perbandingan KMnO4:aquades 1:5
pada labu takar 50 mL Membuat kurva kalibrasi, dengan
data yang diperoleh dari uji larutan
dengan spektrometer UV-Vis.
Table IV.1 pengenceran
Konsentrasi awal Volume awal Volume akhir setelah Konsentrasi akhir
KMnO4 (M) KMnO4 (mL) ditambahkan aquades KMnO4 (M)
(mL)
0.05 0.5 50 0.0005
0.0005 40 50 0.0004
0.0004 37.5 50 0.0003
0.0003 33.3 50 0.0002
0.0002 25 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel IV.1 Data pengamatan
No Panjang gelombang yang diukur Absorbansi (A) Keterangan
(nm)
1 450 0.071 Semua diuji
2 455 0.087 pada
3 460 0.107 konsentrasi
4 465 0.136 0.0005 M
5 470 0.167
6 475 0.19
7 480 0.232
8 485 0.293
9 490 0.329
10 495 0.356
11 500 0.423
12 505 0.506
13 510 0.522
14 515 0.535
15 520 0.612
16 525 0.684
Maksimum
17 530 0.645
18 535 0.588
19 540 0.628
20 545 0.661
21 550 0.61
22 555 0.475
23 560 0.398
24 565 0.386
25 570 0.368
26 575 0.304
27 580 0.205
28 585 0.134
29 590 0.103
30 595 0.09
31 600 0.083
Dari maksimum yang diperoleh, pada panjang gelombang 525 nm,
dengan absorbansi 0.684. panjang gelombang 525 menjadi acuan untuk
menentukan absorbansi larutan standar yang sudah diencerkan dari 0.0004-0.0001
M.
Tabel IV.2
No konsentrasi (M) absorbansi (A) keterangan
1 0.0004 0.546 Pada 525
2 0.0003 0.411
3 0.0002 0.278
4 0.0001 0.143
Kemudian hasil dari tabel diatas kita bisa dapatkan kurva kalibrasi
Gambar IV.2 kurva kalibrasi

kurva kalibrasi
0.75
0.7 y = 1360.6x + 0.0035
0.65
0.6 R = 0.9999
0.55
0.5
absorbansi

0.45
0.4
0.35 kurva kalibrasi
0.3
0.25
0.2 Linear (kurva kalibrasi)
0.15
0.1
0.05
0
0 0.0002 0.0004 0.0006
konsentrasi

Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan


Y = 1360x + 0.003
Y = absorbansi
x = konsentrasi
dengan persamaan diatas, kita dapat mencari konsentrasi lautan yang belum
diketahui, dengan spektrofotometri UV-Vis.
Tabel IV.3 lautan yang akan dicari konsentrasinya lewat spektrofotometri
UV-Vis
No konsentrasi (M) absorbansi (A) keterangan
sebelum diencerkan setelah diencerkan
1 0.0003 0.411 Uji
2 0.0002 0.278 spectrometer
setelah
3 0.0001 0.143
diencerkan
B. PEMBAHASAN
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel, ditentukan pada pelbagai panjang
galombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum.
Karena absorpsi energi oleh suatu molekul terkuantitasi, maka absorpsi untuk
transisi suatu electron nampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu
spektrum garis atau peak(puncak) tajam. Oleh karena itu, pada percobaan
spektrofotometri UV-Vis dicari panjjang gelombang maksimum. guna, mencari
absorbansi dari larutan yang mempunyai konsentrasi yang berbeda. Yang
kemudian digunakan sebagai data yang diperlukan untuk membuat kurva
kalibrasi.
Pada percobaan, didapatkan panjang gelombang maksimum pada panjang
gelombang 525 yang mempunya absorbansi 0.684. yang kemudian pada panjang
gelombang tersebut sebagai acuan pengukuran panjang gelombang pada larutan
yang mempunyai konsentrasi berbeda. dari hasil percobaan masing-masing
konsentrasi 0.0004, 0.0003, 0.0002, 0.0001 didapatkan absorbansi masing-
masing, 0.546, 0.411, 0.278, 0.143. dan didapatkan pula persamaan y = 1360x +
0.003 pada kurva kalibrasi.

Dengan persamaan yang didapatkan. Maka, kita bisa mencari konsentrasi


larutan yang telah diencerkan dengan perbandingan 1:5.

Secara teoritis konsentrasi 3 larutan yang mempunyai konsentrasi yang berbeda


pada tabel IV.3

- Larutan KMnO4 0.0003 M yang diencerkan dengan perbandingan 1:5


M1.V1 = M2.V2
0.0003.10mL = M2.50mL
0.0003 .10
M2 =
50
M2 = 0.00006 M
- Larutan KMnO4 0.0002 M yang diencerkan dengan perbandingan 1:5
M1.V1 = M2.V2
0.0002.10mL = M2.50mL
0.0002 .10
M2 =
50
M2 = 0.00004 M
- Larutan KMnO4 0.0001 M yang diencerkan dengan perbandingan 1:5
M1.V1 = M2.V2
0.0001.10mL = M2.50mL
0.0001 .10
M2 =
50
M2 = 0.00002 M

Namun dengan persamaan yang didapat dari kurva kalibrasi, didapatkan


konsentrasi masing-masing adalah

- Larutan KMnO4 0.0003 M yang diencerkan dengan perbandingan 1:5

Y = 1360x + 0.003

0.085 = 1360x + 0.003

0.00850.003
X=
1360

X = 0.0000603 M

- Larutan KMnO4 0.0002 M yang diencerkan dengan perbandingan 1:5


Y = 1360x + 0.003

0.057 = 1360x + 0.003

0.0570.003
X=
1360
X = 0.0000397 M
- Larutan KMnO4 0.0001 M yang diencerkan dengan perbandingan 1:5
Y = 1360x + 0.003
0.031 = 1360x + 0.003
0.0310.003
X=
1360
X = 0.0000206 M

Dari data diatas, ada terdapat kesalahan pada praktikum. Kesalahan bisa
dilihat dari hasil yang diperoleh dari perbandingan antara data secara teoritis dan
data praktikum. Kesalahan masing-masing larutan dengan konsentrasi 0.0003 M,
0.0002 M, 0.0001 M adalah + 0.5%, - 0.75% dan + 3%.

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisa


menggunakan spektrometer adalah

a). Serapan oleh pelarut (larutaan blangko)


Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan larutan blangko yaitu larutan
yang berisi matrik selain komponen yang dianalisis. Larutan blangko
berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel.
b). Serapan oleh kuvet
kuvet yang biasa digunakan adalah kuvet yang berbahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari gelas, kuvet dari kuarsa memberikan
kualitas yang lebih baik. Namun, harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh
kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis ukuran dan bahan kuvet yang
samauntuk tempat larutan blangko dan sampel. Sampel merupakan larutan
standar.

Selain larutan blangko dan serapan kuvet, kemungkinan kesalahan terjadi


pada saat pengenceran. Pada saat pengenceran pemberian larutan KMnO4 atau
pemberian aquades tidak pas, bisa kelebihan ataupun kekurangan. Olehkarena itu,
kesalahan pada pengenceran, akan berpengaruh pada perhitungan. Karena, hasil
dari pengenceran menjadi bahan untuk perhitungan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Dengan membuat sederet larutan standar dengan konsentrasi yang telah


diketahui secara pasti, diukur absorbansinya, kemudian dibuat kurva
antara absorbansi versus konsentrasi yang akan diperoleh garis linear.
Konsentrasi sampel dapat dihitung dengan cara mengeplotkan absorbansi
yang terukur dalam kurva. Menurut hukum beer absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi, namun demikian, pada kenyataannya
penyimpangan sering terjadi. Untuk menghindarkan hal ini maka kurva
kalibrasi harus dibuat setiap kali analisis.
2. Gelombang maksimum untuk KMnO4 0.0005 M adalah pada panjang
gelombang 525nm dengan absorbansi 0.684.
3. Pada praktikum ini, konsentrasi larutan 0.0003 M, 0.0002 M dan 0.0001 M
yang di encerkan dengan perbandingan 1:5 adalah 0.0000603 M,
0.0000397, 0.0000206 M dengan kesalahan pada praktikum +0.5%, -
0.75% dan +3%.
B. SARAN

Banyaknya kesalahan dalam praktikum menunnjukan penyusun masih


perlu belajar lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam praktikum.
Sehingga bimbingan dari bapak/ibu dosen pengampu sangat saya harapkan dan
penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari bapak/ibu dosen.

Anda mungkin juga menyukai