Anda di halaman 1dari 6

IV.

Data Pengamatan

Tabel Deret Standar


Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A) Rata-rata
1.5 0.038 0.037 0.038 0.038
3 0.098 0.099 0.099 0.099
4.5 0.211 0.211 0.211 0.211
6 0.280 0.280 0.281 0.280
7.5 0.372 0.371 0.372 0.372
9 0.476 0.477 0.477 0.477
10.5 0.551 0.551 0.550 0.551
12 0.638 0.638 0.638 0.638
13.5 0.724 0.723 0.725 0.724
15 0.766 0.766 0.766 0.766

Tabel Panjang Gelombang Maksimum


λ(nm) Absorbansi (A) Rata-rata
470 0.261 0.261 0.261 0.261
472 0.335 0.336 0.337 0.336
474 0.381 0.383 0.382 0.382
476 0.403 0.404 0.404 0.404
478 0.428 0.431 0.429 0.429
480 0.442 0.440 0.440 0.441
482 0.456 0.457 0.457 0.457
484 0.463 0.465 0.465 0.464
486 0.478 0.477 0.478 0.478
488 0.482 0.483 0.483 0.483
490 0.485 0.485 0.487 0.486
492 0.489 0.489 0.488 0.489
494 0.488 0.489 0.489 0.489
496 0.480 0.482 0.481 0.481
498 0.477 0.477 0.478 0.477
500 0.467 0.468 0.465 0.467

V. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Teknik Analisis Senyawa Kompleks secara
Spektrofotometri UV-Vis” , percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan
analisis kuantitatif sampel senyawa kompleks dengan konsentrasi yang berbeda.
Prinsip yang digunakan adalah penyerapan sinar monokromatis dalam sampel,
sedangkan metode yang digunakan adalah adisi standar dan spektrofotometer UV-Vis.
Langkah kerja yang dilakukan adalah pertama membuat larutan kreatinin dengan
menimbang kreatinin dan kemudian melakukan pengenceran pada labu ukur 100 ml
dengan variasi konsentrasi 13,5 ppm; 12 ppm; 10,5 ppm; 9 ppm; 7,5 ppm; 6 ppm; 4,5
ppm; 3 ppm; 1,5 ppm. Setelah itu melakukan penggojogan agar larutan homogen.
Variasi konsentrasi ini dilakukan sebagai data untuk pembuatan kurva standar dan
mengetahui hubungan antara konsentrasi dan absorbansinya.

Langkah selanjutnya adalah membuat larutan asam pikrat dalam suasana basa dengan
perbandingan asam pikrat dan NaOH 1:1. Asam pikrat dilakukan pelarutan dengan
aquades hingga homogen lalu diberi penambahan NaOH kemudian dilakukan
pengadukan dengan magnetic stirrer selama 15 menit agar larutan homogen.
Selanjutnya membuat kompleks kreatinin dengan mereaksikan kreatinin dan asam
pikrat 1:1, kemudian melakukan penggojogan agar homogen dan kemudian
pendiaman selama 15 menit. Pendiaman dilakukan selama 15 menit karena 15 menit
adalah waktu mulai bereaksi yang cukup untuk dilakukan pengompleksan dari
kompleks kreatinin dan asam pikrat. Pada tahap ini akan terjadi pengompleksan
dimana kreatinin bertindak sebagai atom pusat dan asam pikrat sebagai ligan. Hasil
dari pendiaman adalah larutan berubah dari kuning keruh menjadi kuning cerah.
Reaksi yang terjadi :

(de Arujo et al., 2012 dan Sergeyeva et al.,2013)


Pada reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dalam suasana alkali, asam pikrat akan
mengalami deprotonasi dan bermuatan negatif yang selanjutnya bereaksi lebih lanjut
dengan kreatinin membentuk senyawa berwarna merah-orange. Namun, jika terjadi
kelebihan asam pikrat dan NaOH maka deprotonasi asam pikrat yang berlebih
(bermuatan negatif) akan bereaksi dengan Na+ membentuk endapan natrium nitrat
(Sabarudin A, dkk., 2012)

Langkah terakhir adalah pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis, dimana


dilakukan pengukuran blanko dengan aquades terlebih dahulu, setelah itu melakukan
pengukuran sampel dengan dimulai dari konsentrasi paling rendah untuk menghindari
terjadinya interferensi (gangguan). Menurut Owen et al, 1954 dalam penelitianya
panjang gelombang maksimum untuk kreatinin dengan metode jaffe sebesar 490 nm.
Dan pada pengukuran yang dilakukan, diperoleh panjang gelombang maksimum
kreatinin pada 492-494 nm.

Kurva Panjang Gelombang Maksimum


0.600
0.500
Absorbansi (A)

f(x) = 0.01 x − 2.24


0.400 R² = 0.67
0.300
0.200
0.100
0.000
465 470 475 480 485 490 495 500 505
max (nm)

Linear ()

Pengukuran absorbansi dilakukan dengan aquades sebagai blanko, larutan blanko


biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis
fotometri. Fungsi lebih jauh lagi adalah untuk membuat titik nol konsentrasi dari
grafik kalibrasi. Pengukuran absorbansi dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali
(triplo) agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Dari ketiga data itu kemudian di rata-
rata. Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh kurva standar sebagai berikut.
Kurva Standar
1.000
0.800

Absorbansi (A)
f(x) = 0.06 x − 0.05
0.600 R² = 1
0.400
0.200
0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi (ppm)

Linear ()

Pada grafik diperoleh persamaan garis y = 0,0565x - 0,0506. Dari persamaan garis
tersebut dapat dihitung konsentrasi sampel unknown. Dalam percobaan ini, sampel
unknown diketahui memiliki absorbansi sebesar 0,498 A, maka konsentrasi sampel
tersebut adalah 9,7108 ppm.
VI. Penutup

6.1 kesimpulan
6.1.1 Pengukuran absorbansi senyawa kompleks dapat dilakukan dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis
6.1.2 Hasil pembuatan kurva standar pada Panjang gelombang 494 nm
diperoleh hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi dengan persamaan
garis y = 0,0565x - 0,0506
6.1.3 Hasil perhitungan untuk sampel unknown adalah diperoleh konsentrasi
sebesar 9,7108 ppm.
6.2 Saran
6.2.1 Dalam melakukan pengukuran absorbansi sebaiknya dilakukan dari
konsentrasi paling tinggi terlebih dahulu untuk menghindari interferensi
Dapus :
de Arujo, W.R., Salles, M.O., and Paixo, T.R.L.C, 2012, Development of An
Enzymeless electroanalytical Method for The Indirect
Detection of Creatinine in Urine Samples, Sensor and
Actuators B 173, 847-851

Sabarudin A, dkk., 2012, Sequential Injection-Flow Reversal M Ix Ing (Si-


Frm ) Untuk Penentuan Kreatinin Dalam Urin, Jurnal MIPA
35 (2): 157-164

Owen, J.A., Iggo, B., Scandrett, F.J.,and Stewart, C.P., 1954, The
determination of creatininein
plasma or serum and in urine: A critica1examination.
Biochem. J. 58, 426

Anda mungkin juga menyukai