1. Jelaskan prinsip penetapan kadar NaCl dalam bahan pangan! (maksimal 100
kata)
Penetapan kadar NaCl dapat berprinsip pada penggunaan analisis cepat
metode Mohr. Metode ini mengaplikasikan pemindahan abu yang sudah dicuci
menggunakan akuades ke dalam erlenmayer dan sudah melalui penambahan
larutan K2CrO4 5%. Abu dititrasi menggunakan larutan AgNO 3 0.1 M hingga warna
jingga pertama terbentuk.
3. Jelaskan prinsip penetapan kadar besi dengan metode AAS! (maksimal 100 kata)
Penetapan kadar besi menggunakan metode AAS berprinsip pada perlakuan
kadar besi di sampel bebas pada komponen organic dan sampel yang harus diubah
menjadi larutan abu. Metode pengabuan terbagi menjadi dua cara, yaitu pengabuan
basah dan kering. Nilai absorbansi akan diukur menggunakan larutan besi yang
telah dibuat sebelumnya. Ketika nilai absorbansi dan konsentrasi larutan telah
diketahui, kurva standar dibuat untuk mendapatkan persamaan kurva dan
mendapatkan konsentrasi besi dalam sampel.
Paraf Asisten
1. Tuliskan persamaan regresi linier dan plot kurva standar Fe hasil pengukuran
dengan AAS! (20)
0.078
f(x) = 0.0840999999999992 x + 0.000900000000000733
0.077 R² = 1
0.076
Absorbansi
0.075
0.074
0.073
0.072
0.8700 0.8750 0.8800 0.8850 0.8900 0.8950 0.9000 0.9050 0.9100 0.9150
Nilai C (mg/1000 mL)
2. Tuliskan data kadar besi (g/100 g) dalam contoh (metode AAS)! (20)
3. Tuliskan satu contoh perhitungan kadar Fe, standar deviasi dan RSD-nya! (10)
Contoh perhitungan:
Nilai C
absorbansi−0.0009 0.0747−0.000 9
Nilai C = = = 0.8775 mg/1000 mL
0.0841 0. 0841
Total Cu
Nilai C x V x FP 0.8775 x 100 x 1
Total Cu = = = 170.9912 mg/1000 mL
W sampel 0.5132
x̅
170.9912+178.0225+173.1013+172.1254 +170.7865+174.3708+169.4042
x̅ =
7
= 172.6860 mg/1000 mL
SD
SD =
√
2 2 2 2
( 170.9912−172.6860 ) + ( 178.0225−172.6860 ) + ( 173.1013−172.6860 ) +¿ ( 172.1254−172.6860 ) + ( 170
7−1
= 2.8593
RSDA
SD 2.8593
RSDA = x 100% = x 100 %=1.66 %
x̅ 172.6860
4. Bahas data-data hasil analisis penetapan Fe yang diperoleh ! (40) (maksimal 250
kata)
Penetapan kadar mineral menggunakan metode Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS) berprinsip pada perlakuan kadar mineral di sampel bebas pada komponen
organic dan sampel yang harus diubah menjadi larutan abu. Nilai absorbansi akan
diukur menggunakan larutan mineral yang telah dibuat sebelumnya. Ketika nilai
absorbansi dan konsentrasi larutan telah diketahui, kurva standar dibuat untuk
mendapatkan persamaan kurva dan mendapatkan konsentrasi besi dalam sampel
(Yilmaz dan Soylak 2014). AAS digunakan untuk analisis kuantitatif unsur logam
dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Instrumen AAS akan
menganalisis konsentrasi suatu elemen dalam sampel cair berdasarkan energi yang
diserap oleh gelombang cahaya tertentu (190-900 nm) (Tohidifar et al. 2013).
Pembuatan larutan abu yang dihasilkan dari campuran sampel abu dan asam
molibdat & asam vanadat dilakukan agar ortofosfat bereaksi dengan pereaksi dan
membentuk kompleks asam vanadimolibdifosfat yang memiliki warna kuning
jingga. Intensitas warna ini akan dipakai untuk diukur nilai absorbansinya pada
panjang gelombang 400 nm dan dibandingkan dengan standar fosfor (Astuti dan
Sugiarto 2015).
Tabel 1 menunjukkan data kadar besi dalam percobaan menggunakan total
tujuh sampel dengan bobot berkisar antara 0.5112–0.5166 g. Nilai absorbansi berkisar
antara 0.0743–0.0758 dengan nilai C berkisar antara 0.8728–0.9120 mg/1000 mL. Plot
kurva standar kadar besi ditampilkan pada Gambar 1 dengan persamaan regresi
linier y = 0.0841x + 0.0009. Nilai total Cu yang didapatkan berkisar pada 169.4042–
178.0225 mg/1000 mL. Rata-rata total Cu dan standar deviasi yang didapatkan
adalah 172.6860 ± 2.8593 mg/1000 mL. Hasil yang diperoleh sesuai dengan
pernyataan Astuti dan Sugiarso (2015) bahwa nilai absorbansi yang semakin tinggi
menciptakan konsentrasi larutan logam yang semakin tinggi. Nilai RSD A dan RSDH
yang diperoleh adalah 1.66% dengan nilai RSD H 7.37%. Hasil percobaan tidak teliti
karena nilai RSDA kurang dari 2/3 nilai RSDH (Hazra et al. 2014). Ketidaktelitian
percobaan dapat diakibatkan beberapa faktor kesalahan, yaitu ketidaktepatan dalam
mengkalibrasi alat, kelelahan alat, dan kesalahan pembacaan ketika penimbangan
atau pengukuran absorbansi.
Daftar Pustaka
Astuti RD, Sugiarso DKS. 2015. Penentuan kadar mineral seng (Zn) dan fosfor (P)
dalam nugget ikan gabus (Channa striata) – rumput laut merah (Eucheuma
spinosum). Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2): 2337–3520. ISSN 2301–928X.
Hazra F, Purnama SP, Sari SM. 2014. Verifikasi metode uji arsen dalam contoh
mainan anak dengan spektrofotometer serapan atom generator uap hidrida.
Jurnal Sains Terapan Edisi IV. 4(2): 36–45.
1. Mengapa titik akhir titrasi terjadi pada warna orange yang pertama pada
penetapan garam dengan metode Mohr? (20) (maksimal 100 kata)
Titik akhir titrasi terjadi pada warna jingga pertama terjadi karena metode
Mohr memanfaatkan pembentukan endapan titran (Ag+) berwarna merah/jingga
menggunakan indicator CrO42- yang bereaksi bersama. Warna jingga yang terbentuk
pertama kali menunjukkan bahwa klorida telah diendapkan oleh Ag + pada titik
ekuialen sehingga percobaan sudah memasuki titik akhir (Shukla dan Arya 2018).
Shukla M, Arya S. 2018. Determination of chloride ion (Cl-) concentration in ganga
river water by Mohr method at Kanpur, India. Green Chemistry & Technology
Letters. 4(1): 6–8.
2. Dapatkan kita memperoleh konsentrasi fosfor saja (tidak dalam bentuk P 2O5) pada
perhitungan fosfor? Bila ya, bagaimana cara menghitung %P? Tuliskan cara perhi-
tungannnya! (30) (maksimal 100 kata)
Percobaan dapat menggunakan metode spektrofotometri untuk mendapatkan
konsentrasi fosfor yang terhitung dalam kadar P2O5. Bentuk fosfor ini akan
dikonversi dengan penghitungan lanjutan sebagai berikut (Sitorus 2017).
C x Fp x Ts
Kadar P2O5 (%) =
W xT
Keterangan:
C = Konsentrasi fosfor dari kurva standar (mg)
Fp = Faktor pengenceran
Ts = Total volume persiapan sampel (mL)
W = Bobot sampel pengabuan (mg)
T = Volume sampel titrasi (mL)
Ba = Massa atom fosfor
Bb = Bobot molekul P2O5