Anda di halaman 1dari 8

H.

Data Pengamatan
1. Absorbansi asam askorbat dalam beberapa komposisi larutan standar
Konsentrasi Absorbansi
No. Larutan (ppm) (nm)
1 Blanko 0 0,001
2 Standar 1 8 0,369
3 Standar 2 12 0,579
4 Standar 3 16 0,777
5 Standar 4 20 0,99

2. Absorbansi asam askorbat dalam sampel


Konsentrasi Absorbansi
No. Sampel (ppm) (nm)
1 ABC Jeruk 9,393 0,454
Hevit-C plus
2 (8ppm) 7,207 0,345
Hevit-C plus
3 (20ppm) 20,31 0,994

3. Grafik konsentrasi vs absorbansi asam askorbat dalam beberapa komposisi larutan


standar

Standard Curve
1.090
Abs.

0.500

0.000
-0.111
0.000 5.000 10.000 15.000 20.000
Conc. (mg/l)
Konsentrasi vs Absorbansi Asam Askorbat dalam
Bebebrapa Komposisi Larutan Standar
1,2
1

Absorbansi (nm)
0,8 y = 0,0495x - 0,0108
0,6 R² = 0,999
0,4
0,2
0
-0,2 0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)

I. Pengolahan Data
1. Menghitung Volume Larutan Standar
𝑴𝟏 × 𝑽𝟏 = 𝑴𝟐 × 𝑽𝟐
▪ Larutan Standar 1 (8 ppm)
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
100 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 8 𝑝𝑝𝑚 × 25 𝑚𝑙
𝑉1 = 2𝑚𝐿
▪ Larutan Standar 2 (12 ppm)
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
100 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 12 𝑝𝑝𝑚 × 25𝑚𝐿
𝑉1 = 3𝑚𝐿
▪ Larutan Standar 3 (16 ppm)
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
100 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 16 𝑝𝑝𝑚 × 25 𝑚𝐿
𝑉1 = 4𝑚𝐿
▪ Larutan Standar 4 (20 ppm)
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
100 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 20 𝑝𝑝𝑚 × 25𝑚𝐿
𝑉1 = 5𝑚𝐿
2. Pembuatan Larutan Sampel
▪ Sampel Padat (Hevit-C)
𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉𝑖𝑡. 𝐶 (𝑚𝑔) 100𝑚𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝑒𝑣𝑖𝑡 − 𝐶 = × × 50𝑚𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑚𝑔) 1000 𝑚𝑙
1109,3𝑚𝑔 100𝑚𝑔
= × × 50𝑚𝑙 = 11,093𝑚𝑙
500𝑚𝑔 1000𝑚𝑙
▪ Sampel Cair (ABC Jeruk)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 1 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 (𝑚𝑙) 100𝑚𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝐵𝐶 𝐽𝑒𝑟𝑢𝑘 = × × 50𝑚𝑙
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉𝑖𝑡. 𝐶 (𝑚𝑔) 1000 𝑚𝑙
1000𝑚𝐿 100𝑚𝑔
= × × 50𝑚𝑙 = 0,005𝑚𝑙
1000000𝑚𝑔 1000𝑚𝑙

Masing-masing sampel kemudian diencerkan. Volume sampel yang dibutuhkan


dicari dengan menggunakan rumus berikut:
8 𝑝𝑝𝑚 × 25𝑚𝑙
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = = 2𝑚𝑙
100 𝑝𝑝𝑚
Sehingga, volume larutan sampel yang dibutuhkan masing-masing yaitu 2 ml.

4. Menghitung Kadar Asam Askorbat dalam Sampel


Persamaan larutan standar yang diperoleh dari grafik:
𝒚 = 𝟎, 𝟎𝟒𝟗𝟓𝒙 − 𝟎, 𝟎𝟏𝟎𝟖
Dengan y = absorbansi dan x = konsentrasi sampel, maka:
𝑨 + 𝟎, 𝟎𝟏𝟎𝟖
𝑲𝒐𝒏𝒔𝒆𝒏𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 = 𝒑𝒑𝒎
𝟎, 𝟎𝟒𝟗𝟓
▪ Sampel padat (Hevit-C, menggunakan 20 ppm)
A = 0,994
𝐴 + 0,0108 0,994 + 0,0108
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = = = 20,298
0,0495 0,0495

▪ Sampel Cair (ABC Jeruk)


A = 0,454
𝐴 + 0,0108 0,454 + 0,0108
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = = = 9,389
0,0495 0,0495

5. Menghitung Persentasi Kesalahan Relatif (%KR)


𝑝𝑝𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑒𝑡𝑖𝑠 − 𝑝𝑝𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
%𝐾𝑅 = | | × 100%
𝑝𝑝𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑒𝑡𝑖𝑠
▪ Sampel Padat (Hevit-C)
20𝑝𝑝𝑚 − 20,298𝑝𝑝𝑚
%𝐾𝑅 = | | × 100% = 1,49%
20𝑝𝑝𝑚

▪ Sampel Cair (ABC Jeruk)


8𝑝𝑝𝑚 − 9,389𝑝𝑝𝑚
%𝐾𝑅 = | | × 100% = 17,3625%
8𝑝𝑝𝑚

J. Pembahasan
Spektrofotometer ultra violet (UV) merupakan salah satu instrumen yang prinsip
kerjanya berdasarkan radiasi ultraviolet dari lampu deuterium. Sinar monokromatis dari
sumber sinar berinteraksi dengan materi berupa molekul energi yang diserap materi sehingga
menyebabkan terekksitasinya electron dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi. Gelombang
ultraviolet berada pada rentang panjang gelombang 190-380 nm yang absorbansinya
bergantung pada electron valensi. Elektron yang dilibatkan berupa electron σ, π, dan n.
Adapun transisi electron yang terjadi pada daerah UV adalah transisi σ → σ*, transisi
elektron n ke π, transisi π ke π*, pita B, dan pita E.
Komponen-komponen dalam spektrofotometer ultraviolet sama dengan
spektrofotometer visible, yang meliputi sumber cahaya, monokromator, sel sampel, detektor,
dan read out. Sumber cahaya yang digunakan merupakan lampu deuterium. Lampu deuterium
digunakan sebagai sumber cahaya polikromatis dengan panjang gelombang 200 - 400 nm.
Monokromator digunakan sebagai penyeleksi panjang gelombang dan pengubah cahaya
polikromatis menjadi monokromatis. Sel sampel digunakan untuk meletakkan sampel dalam
kuvet. Detektor berfungsi sebagai penangkap cahaya yang ditransmisikan sampel untuk
diubah menjadi arus listrik. Sedangkan read out yang berfungsi sebagai pengubah sinyal
listrik detektor menjadi data yang dapat dibaca dan ditampilkannya dalam bentuk grafik.

Gambar 1. Komponen pada Spektrofotometer UV-Vis

Prinsip dasar dari spektrofotometer ultra violet adalah hukum Lambert-Beer, dimana
absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Rumus Lambert-Beer dinyatakan dalam
bentuk sebagai berikut:
𝑨=𝜺×𝒃×𝒄
A = absorbansi
b = tebal kuvet
C = konsentrasi
Ꜫ = absorptivitas molar.
Komponen senyawa yang menyerap sinar ultra violet memiliki gugus kromofor.
Gugus kromofor merupakan gugus tak jenuh kovalen yang menyebabkan serapan elektronik
seperti, C=C; C=O, dan NO2. Selain gugus kromofor, terdapat gugus auksokrom yang juga
mempengaruhi serapan elektronik. Gugus auksokrom adalah gugus jenuh yang ketika
berikatan dengan gugus kromofor akan mempengaruih panjang gelombang dan intensitas
serapan maksimal dari larutan seperti, OH; NH2; dan Cl. Pada serapan elektronik juga dapat
terjadi pergeseran batokromik ataupun hipsokromik. Pergeseran batokromik adalah
pergeseran serapan atom ke arah panjang gelombang lebih besar dari akibat gugus substitusi
dan pelarut, sedangkan pergeseran hipsokromik adalah pergeseran serapan atom ke arah
panjang gelombang yang lebih kecil dari akibat gugus substitusi dan pelarut. Terdapat juga
efek hiperkromik dan efek hipokromik. Efek hiperkromik adalah pergeseran kenaikan
intensitas serapan, sedangkan efek hipokromik adalah pergeseran penurunan intensitas
serapan.
Percobaan ini bertujuan untuk menganalisis secara kuantitatif dengan metode base-
line, menganalisis secara kualitatif sikloheksana dan pemakaian sel pembanding untuk
mengkompensasi serapan pelarut, serta menganalisis sistem campuran komposisi asam
askorbat dan alfa tocopherol secara berkesinambungan dalam daerah spectra UV. Pada
percobaan ini, dilakukan uji kuantitatif dan tidak dilakukan uji kualitatif. Pada dasarnya uji
kualitatif dilakukan dengan menggunakan larutan benzena, toluena, dan fenol terhadap suatu
pembanding (sikoheksana) yang masing-masing diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer ultraviolet. Sebelum dilakukan analisis, dilakukan metode base-line terlebih
dahulu agar serapan terstandarisasi pada daerah UV. Didapatkan bahwa sikloheksana adalah
pelarut untuk pengukuran benzene, toulena, dan fenol karena tidak memberikan respon pada
daerah UV. Hal in disebabkan oleh tidak terdapat gugus kromofor atau ikatan rangkap
terkonjugasi pada sikloheksana. Gugus kromofor ini dapat menjadi penyerap radiasi daerah
UV-Vis sehingga serapannya tidak memiliki warna, Berdasarkan diagram transisi elektronik,
energi eksitasi elektron π lebih rendah sehingga λ maksimumnya lebih besar. Benzene
mengalami kenaikan λmaks akibat eksitasi elektron π. Jika terdapat pelarut, λ maksimum
akan menurun karena sinar UV tidak langsung mengenai benzena. Pada fenol, terdapat gugus
-OH yang merupakan gugus pendorong yang akan mengaktifkan cincin benzena sehingga
mudah tereksitasi. Pada toluene, gugus alkilnya berupa metil yang tergolong gugus
pendorong yang merupakan aktivator yang lebih lemah dari OH. Fenol memiliki gugus
auksokrom (OH) yang berpengaruh terhadap nilai λ maksimumnya. Gugus auksokrom ini
menyebabkan pergeseran batokromik, yaitu pergeseran ke arah λmaks yang lebih besar.
Pada uji kuantitatif, sampel vitamin C padatan berupa Hevit-C Plus dan cairan berupa
ABC Jeruk disiapkan. Asam askorbat diencerkan terlebih dahulu dengan etanol yang
selanjutnya dipipet sesuai volume pembuatan standar. Larutan standar asam askorbat dibuat
dengan konsentrasi 8 ppm, 12 ppm, 16 ppm, dan 20 ppm agar pengamatan lebih akurat dan
presisi. Hasil pengukuran larutan standar adalah metode least square sehingga konsentrasi
sampel dapat diketahui. Sampel dilarutkan dan diencerkan dengan etanol absolut ke dalam
labu 25 mL dengan konsentrasi 8 ppm. Disiapkan juga sampel dengan konsentrasi 12 ppm,
16 ppm, dan 20 ppm sebagai cadangan apabila pengamatan read-out tidak sesuai yang
diinginkan, yaitu saat pengukuran sampel tidak melebihi absorbansi dari larutan standarnya.
Keempat larutan standar dan kedua larutan sampel tersebut diukur dengan
spektrofotometer. Mula-mula, dilakukan pengukuran untuk blanko pada base-line sehingga
pengotor-pengotor dalam sampel dapat ter-nol-kan. Kemudian, larutan standar dan sampel
diukur serapannya. Dari hasil pengukuran, diperoleh bahwa Didapatkan bahwa pengukuran
sampel ABC Jeruk cukup pada konsentrasi 8 ppm, sedangkan pengukuran sampel Hevit-C
Plus menggunakan konsentrasi 8 ppm dan 20 ppm karena pengukuran pada konsentrasi 8
ppm tidak melebihi absorbansi dari larutan standarnya.
Dari hasil analisis, diperoleh absorbansi masing-masing larutan standar yang
digunakan untuk membuat grafik absorbansi asam askorbat terhadap konsentrasinya dalam
beberapa komposisi larutan standar. Dari data yang ada dibuat plot konsentrasi terhadap
absorbansi larutan standar. Diperoleh persamaan regresi linear y = 0,0495x – 0,0108 dengan
R² = 0,999. Kadar sampel cairan (ABC Jeruk) yang diuji pada 8 ppm didapatkan
konsentrasinya sebesar 9,389 ppm dengan kesalahan relative sebesar 17,3625%, sedangkan
untuk sampel padatan (Hevit-C Plus) yang diuji pada 20 ppm didapatkan konsentasinya
sebesar 20,298 dengan kesalahan relative sebesar 1,49%.
K. Analisis Kesalahan
1. Ketidaktelitian pengamat saat pembuatan larutan standar dan sampel dalam hal
pembacaan miniskus, pengenceran, dsb.
2. Terdapat kontaminan pada reagen yang digunakan (etanol) sehingga saat diukur
dengan spektrofotometer, nilai absorbansi dan kurva yang diperoleh tidak sesuai
dengan hasil yang diharapkan.
L. Kesimpulan
1. Spektrofotometer ultra violet (UV) merupakan salah satu instrumen yang prinsip
kerjanya berdasarkan radiasi ultraviolet.
2. Gelombang ultraviolet berada pada rentang panjang gelombang 190-380 nm
3. Komponen-komponen dalam spektrofotometer ultraviolet sama dengan
spektrofotometer visible, yang meliputi sumber cahaya, monokromator, sel sampel,
detektor, dan read out.
4. Prinsip dasar dari spektrofotometer ultra violet adalah hukum Lambert-Beer, dimana
absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
5. Gugus kromofor merupakan gugus tak jenuh kovalen yang menyebabkan serapan
elektronik seperti, C=C; C=O, dan NO2.
6. Pada pengukuran kualitatif, didapatkan bahwa sikloheksana adalah pelarut untuk
pengukuran benzene, toulena, dan fenol karena tidak memberikan respon pada daerah
UV.
7. Plot konsentrasi terhadap absorbansi larutan standar pada uji kuantitatif menghasilkan
persamaan regresi y = 0,0495x – 0,0108 dengan R² = 0,999.
8. Kadar sampel cairan (ABC Jeruk) yang diuji pada 8 ppm didapatkan konsentrasinya
sebesar 9,389 ppm dengan kesalahan relative sebesar 17,3625%.
9. Kadar sampel padatan (Hevit-C Plus) yang diuji pada 20 ppm didapatkan
konsentasinya sebesar 20,298 dengan kesalahan relative sebesar 1,49%

M. Daftar Pustaka
Day, Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: Erlangga Kristianingrum,
Susila. (2020). Handout Spektroskopi Ultra Violet dan Sinar Tampak. Yogyakarta:
FMIPA UNY
Skoog, West. (2004). Fundametals of Analytical Chemistry 8th Ed. US: Thomson
Learning
Tim KBI Kimia Analisis. (2022). Modul Praktikum Kimia Instrumen. Depok: Departemen
Kimia FMIPA UI
L. Lampiran
1.300

Abs.

0.650

0.000
200.00 260.00 320.00
nm.

Tabel. Pengukuran lambda max

Penimbangan sampel padatan Larutan sampel

Larutan standar

Anda mungkin juga menyukai