Anda di halaman 1dari 8

3.

2 Perhitungan
Dengan menggunakan spektrofotometer, langkah awal kita menentukan
terlebih dahulu panjang gelombang maksimum untuk digunakan dalam mencari
absorbansi dari masing-masing larutan deret standar yang telah dibuat sebelumnya.
Lalu dilanjutkan dengan penentuan konsentrasi dari air sampel cucian dengan rumus
persamaan (1.1) dan (1.2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 , 3.6 , dan
3.7.

Tabel 3.5 Panjang gelombang maksimum


No Panjang Gelombang Absorbansi
1 600 nm 0.3463
2 601 nm 0.3031
3 602 nm 0.3048
4 603 nm 0.3046

Tabel 3.6 Penentuan absorbansi larutan standar


N Konsentrasi Absorbansi
o
1 0.5 ppm 0.2597
2 2.5 ppm 0.2736
3 4.5 ppm 0.3048
4 6.5 ppm 0.2732
5 8.5 ppm 0.4859
6 Sampel 6.5 ppm 0.3952

Tabel 3.7 Perhitungan Persamaan Linier


N Xi (Xi) 2 Yi Xi . Yi
o (Konsentrasi) (Absorbansi
)
1 0.5 ppm 0,25 0,2597 0,12985
2 2.5 ppm 6,25 0,2736 0,684
3 4.5 ppm 20,25 0,3048 1,3716
4 8.5 ppm 72.25 0,4859 4,13015
16 ppm 99 1,324 6,3156
Regresi Linier y = a + bx

( y i ) ( x i2 )( x i)( x i y i )
a= 2 2
n x i ( xi )

( 1,324 )( 99 )( 16 ) ( 6,3156 )

(4 )(99)( 16 )2

131,076101,0496

396256
30,0264

140
0,2144

( n xi y i ) ( x i )( y i )
b= 2 2
n x i ( xi )

( 4 ) ( 6,3156)( 16 ) (1,324 )
2
(4 )( 99)( 16 )

25,262421,184

396256
4,0784

140
0,0291

Persamaan linier
y=a+bx

0,3952=0,2144 +0,0291 x

Perhitungan Pembuatan Larutan Induk LAS


Untuk 1000 ppm digunakan 100 ml pelarut dan 0,025 gr LAS karena terlalu
besar konsentrasinya maka dibuat dalam konsentrasi 100 ppm.
1 gr 0,1 gr 0,025 gr
=1000 ppm =100 ppm =100 ppm
1000 ml 1000 ml 250 ml

Jadi 0,025 gr LAS digunakan 250 ml pelarut dalam konsentrasi 100 ppm.
Tabel 3.8 Pengenceran pada pembuatan larutan standar

Konsentras Volume Volume


Konsentras
i Larutan Larutan yang
No. i Larutan
Standar Standar Dibutuhkan
Induk (N1)
(N2) (V2) (V1)
1 0.5 ppm 100 ml 100 ppm 0.5 ml
2 2.5 ppm 100 ml 100 ppm 2.5 ml
3 4.5 ppm 100 ml 100 ppm 4.5 ml
4 6.5 ppm 100 ml 100 ppm 6.5 ml
5 8.5 ppm 100 ml 100 ppm 8.5 ml

Menentukan Konsentrasi Sampel

602 nm = 0,3952
Y = a + bx
0,3952=0,2144 +0,0291 x

0,0291 x =0,39520,2144

0,0291 x =0,1808

0.1808
x= =6,21 ppm
0.0291

Dengan absorbansi dari sampel adalah 0,3952

Konversi satuan dari ppm ke mg/l

0,1 gr 1000 mg
=
100 ml 1L
6,21 ppm=6,21 mg /l

0.6

0.5

0.4 f(x) = 0.03x + 0.21


R = 0.9
Absorbansi 0.3
0.2

0.1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Konsentrasi (ppm)

Grafik 3.2.1 Kurva kalibrasi


Pada percobaan ini didapatkan absorbansi larutan standar diperoleh kurva
kalibrasi dengan regresi sebesar 0.021 dan memenuhi persamaan linier y = 0.029x +
0.214. Nilai R2 kurva kalibrasi yang diperoleh dari analis larutan standar pada
percobaan ini adalah dianggap masih layak untuk digunakan karena masih berada
dalam kisaran 0,9 R2 1. Pada persamaan linear y = 0.029x + 0.214, variabel y
merupakan absorbansi dan x merupakan konsentrasi. Nilai 0,029 menyatakan
kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0.214 menunjukkan intersep atau titik potong
antara kurva dengan sumbu x.

3.3 Pembahasan
Prercobaan kali ini dilakukan untuk menentukan senyawa aktif surfaktan
anionik pada detergen yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan metode
spektrofotometri, sampel yang digunakan diambil dari limbah air detergen dari cucian
motor di Jalan Balam Sakti, Kelurahan Bina Widya, Kecamatan Tampan, Kota
Pekanbaru.
Larutan induk yang digunakan untuk menganalisa senyawa aktif surfaktan
pada detergen ini yaitu Linier Alkil Benzenene Sulfunat (LAS). LAS adalah jenis
surfaktan yang lebih murah diuraikan oleh bakteri. Detergen LAS mempunyai
kemampuan berbusa 10-30 % bahan organik aktif. LAS juga dapat menghilangkan
busa yang dapat hilang berangsur-angsur sehingga tidak mengganggu lingkungan
(Udyani, 2013).
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan sampel diawali dengan
memasukkan 100 ml sampel kedalam corong pisah. Setelah itu ditambahkan 3 tetes
indikator fenolftalein pada sampel air tersebut sehingga terjadi perubahan warna abu-
abu keruh dari sampel menjadi warna ungu keruh namun hanya sebentar lalu kembali
pada warna awal. Setelah itu dilanjutkan dengan penambahan 3 tetes NaOH 1 N
hingga larutan tersebut berubah lagi menjadi warna merah muda. Selanjutnya warna
merah muda menjadi hilang pada saat penambahan 12 tetes H 2SO4. Kemudian
dilanjutkan dengan penambahan 20 ml Metilen Blue sehingga warna larutan berubah
menjadi warna biru pekat. Menurut Arnelli (2010) bahwa pereaksi Metilen Biru
digunakan untuk membentuk membentuk pasangan ion biru yang larut dalam pelarut
organik.
Setelah itu larutan diekstraksi dengan penambahan 30 ml n-Hexana secara
bertahap, setelah itu diaduk dan didiamkan lebih kurang 1 sampai 2 menit. Emulsi
yang terbentuk akibat penambahan n-Hexana sebagai akibat dari pencampuran zat
cair dengan zat cair. Setelah penambahan n-Hexana, terdapat dua lapisan yaitu lapisan
organik dan lapisan air. Lapisan organik berada pada bagian bawah sedangkan lapisan
air berada dalam bagian atas. Lapisan organik inilah yang diambil karena lapisan ini
mengandung surfaktan yang larut dalam pelarut organik. (Arnelli, 2010).
Diwaktu bersamaan dibuat pula larutan deret standar dengan konsentrasi
sebesar 0,5 , 2,5 , 4,5 , 6,5 dan 8,5 ppm menggunakan larutan induk yang telah
dicairkan sebelumnya. Setelah itu dilanjutkan dengan penambahan zat yang sama saat
pembuatan sampel namun dengan takaran penambahan yang berbeda. Dan setelah itu
dibuat pula larutan blanko yang terdiri dari 3 tetes n-Heksana dan 100 ml aquades.
Larutan deret standar dan larutan blanko yang telah dibuat tesebut digunakan saat
menganalisis menggunakan alat spektrofotometer.
Analisa menggunakan spektrofotomenter kali ini, panjang gelombang
maksimum yang digunakan adalah 602 nm dengan menggunakan konsentrasi deret
standar yang dianggap paling baik yaitu konsentrasi 4,5 ppm. Penentuan panjang
gelombang awal yaitu 600 nm dalam percobaan tersebut adalah untuk mengetahui panjang
gelombang maksimum absorbansi senyawa yang dihasilkan. Panjang gelombang maksimum
ini kemudian digunakan untuk mengukur nilai absorbansi dalam pembuatan kurva standar
maupun dalam sampel. Setelah dilakukan analisa, hingga didapat absorbansi sampel
dari air cucian yaitu 0,3952.
Metode spektrofotometri ini dilakukan untuk mencari persamaan kurva
standar yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel berdasarkan atas
persamaan kurva standar dan nilai absorbansi yang terdapat dalam sampel. Nilai X
merupakan konsentrasi sedangkan Y merupakan nilai absorbansi yang diperoleh dari
pengukuran panjang gelombang maksimum. Konsentrasi yang terdapat dalam sampel
dapat ditentukan berdasarkan atas hasil absorbansi sampel yang dimasukkan kedalam
persamaan kurva standar yang diperoleh dari pengukuran absorbansi larutan standar.
(Silalahi, 2010)
Kelebihan dari metode spektrofotometri UV-Vis ini adalah metode ini
memiliki ketelitian yang tinggi, kesalahan dalam metode ini biasanya cenderung
kepada human error yaitu kesalahan dalam pembuatan larutan standar sehingga kurva
standar yang didapat kurang begitu valid, selain itu kesalahan dari metode ini
kemungkinan terjadi pada saat penentuan panjang gelombang maksimum sehingga
dapat mempengaruhi nilai konsentrasi sampel yang didapat. Selain itu metode ini
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pada metode yang lainnya karena
metode ini membutuhkan proses ekstraksi terlebih dahulu (Silalahi, 2010).
Menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, batas kandungan detergen sebagai
MBAS (Methylene Blue Active Subtances) detergen pada air cucian adalah sebesar
200 g/l atau setara dengan 0,2 mg/l. Sedangkan hasil kali air sampel yang didapat
pada percobaan ini adalah sebesar 6,21 ppm atau setara dengan 6,21 mg/l. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa kandungan detergen sebagai MBAS pada sampel
air cucian motor tersebut telah melewati baku mutu yang ditetapkan. Sehingga perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air.

Apabila suatu badan air mengandung kadar surfaktan yang tinggi, maka upaya
yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran air ini dapat dimulai
dari hal kecil seperti mengubah pola hidup atau kebiasaan masyarakat yang sering
membuang air sisa pencucian ke badan air. Selain itu perlu adanya pembaharuan dari
segi bahan pembuat detergen, dimana bahan tersebut harus ramah lingkungan,
sehingga dapat meminimalisir potensi terjadinya pencemaran air akibat
terkontaminasi oleh limbah yang disebabkan detergen.

Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) mini di setiap beberapa rumah, dimana saat ini
metode tersebut sudah banyak digunakan pada beberapa perumahan ataupun
apartemen yang berada didaerah perkotaan. Tujuan dari adanya IPAL tersebut untuk
menyaring dan membersihkan air yang sudah tecemar dari limbah domestik maupun
limbah bahan kimia industri. Dengan adanya IPAL tersebut air limbah detergen yang
dihasilkan dari cucian motor akan diolah sehingga kandungan bahan aktif pencemar
yang ada didalam limbah detergen tersebut dapat diminimalisir, sehingga dapat
digunakan kembali sesuai kebutuhan masing-masing dan tidak mencemari
lingkungan saat dibuang kebadan air atau drainase. (Rochman, 2009)

TAMBAHKAN DI DAFTAR PUSTAKANYA

Rochman, F. 2009. Pembuatan Ipal Mini Untuk Limbah detergen Domestik, Jurnal
Penelitian Penelitian, 2 (8). 135
DAFTAR PUSTAKA

Arnelli, A. 2010.Sublasi Surfaktan dari Larutan Detergen DanLarutan Detergen


Sisa CucianSerta Penggunaannya Kembali Sebagai Detergen.Jurnal Kimia
Sains & Aplikasi, Vol. 8 (2): 1-11.
Dwipayani, N.W.U. 2001. Studi Penyisihan Gas Ammonia (NH3) Menggunakan
Teknik Biofiltrasi dibawah Kondisi Anaerob. Bandung. Bandung : Fakultas
Teknik Lingkungan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010,
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Pexod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standart For
Tropical Countries. Environmental Engineering Division. Bangkok : Asian
Institute Technology Press 148.
Silalahi RJ. 2010. Penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet secara
spektrofotometri ultraviolet [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera
Utara.
Udyani, Kartika. 2013. Adsorpsi Deterjen Dalam Air Menggunakan Adsorben
Karbon Aktif pada Kolom Fluidisasi.Jurnal Atomik, vol. 1 (1): 36-41.
Welch, 1952. Limnology. Mal Graw Hill Inc. New York : US. 318.

Anda mungkin juga menyukai