2402101140111
Kelompok 20
(0.1)(10)
N KMnO4 (16) = = 0.3226 N
(3.1)
(0.1)(10)
N KMnO4 (17,19, dan 20) = = 0.3125 N
(3.2)
(0.1)(10)
N KMnO4 (18) = = 0.3175 N
(3.15)
0.3226+ 0.3125+ 0.3175+0.3125+0.3125
Rata-rata = = 0.3155 N
5
Cara tidak langsung disebut iodometri, oksidator direaksikan dengan ion iodida
berlebih dalam keadaan yang sesuai kemudian iodium dibebaskan secara
kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar (Shevla, 1990).
(0.1)(10)
N Na2S2O3 (11) = = 0.098 N
(10.2)
(0.1)(10)
N Na2S2O3 (12,13, dan 15) = = 0.099 N
(10.1)
(0.1)(10)
N Na2S2O3 (14) = = 0.095 N
(10.5)
0.098+ 0.099+0.099+0.095+0.098
Rata-rata = = 0.098 N
5
Ion Cr6+ pada Cr2O72- mengalami reduksi menjadi Cr3+, sedangkan atom S
pada S2O32- mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +2 menjadi +3 pada
S4O62- . Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada titrasi standarisasi
sehingga disebut titrasi redoks.
Reaksi yang terjadi pada standarisasi Na2S2O3, antara lain:
Reaksi pertama terjadi pada saat penambahan kalium iodida 20% dan
asam sulfat pada larutan kalium dikromat, reaksi kedua terjadi pada saat analit
dititrasi dengan na-tiosulfat, reaksi ketiga terjadi ketika penambahan indikator
amilum 1%, dan reaksi keempat terjadi ketika titrasi dilanjutkan setelah
penambahan amilum 1%.
Penambahan indikator dilakukan di tengah titrasi atau harus menunggu
mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus iodium yang
menyebabkan warna biru sukar (Sukarti, 2008). Kesalahan yang sering terjadi
selama titrasi ini adalah oksigen di udara mengoksidasi ion iodida menjadi iodin,
pemberian amilum yang terlalu awal, dan pH larutan yang terlalu tinggi
(Sukarti,2008).
erlemeyer diganti dengan 10 ml terusi. Kadar terusi pada sampel dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶𝑢+
(𝑉 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3) (𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3) ( ⁄𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐼−) (𝐵𝑀 𝐶𝑢)
Kadar Cu (g/L) = (𝑉 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑖)
Suasana asam yang diciptakan oleh penambahan asam sulfat yakni sebagai
penyedia ion H+ bertindak untuk penyeimbang muatan pada reaksi. Ion Cu2+ tidak
dapat bereaksi secara langsung dengan titran na-tiosulfat, sehingga ion Cu2+
awalnya direaksikan terlebih dahulu dengan kalium iodida sehingga membentuk
salah satu produk berupa iodin. Iodin yang berbentuk aqueous ini kemudian
dititrasi dengan menggunakan na-tiosulfat.
Indikator amilum yang bereaksi dengan iodin membuat kompleks
berwarna biru tua. Amilum ditambahkan di akhir titrasi agar perubahan warna
jelas dan agar amilum tidak membungkus iod yang sukar lepas sehingga warna
biru sulit lenyap. Pada titik akhir titrasi, iod yang terikat pada amilum habis
bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap dan perubahan warna tampak
jelas.
(10.6)(0,1)(1)(63,5)
Kadar Cu (11, 16, 17, 18, dan 19) = = 6.7 g/L
10
(10.5)(0,1)(1)(63,5)
Kadar Cu (12) = = 6.6 g/L
10
(10)(0,1)(1)(63,5)
Kadar Cu (13) = = 6.4 g/L
10
Hanna Felina Monalisa Silalahi
2402101140111
Kelompok 20
(11)(0,1)(1)(63,5)
Kadar Cu (14) = = 7 g/L
10
(10.1)(0,1)(1)(63,5)
Kadar Cu (15) = = 6.4 g/L
10
(10.8)(0,1)(1)(63,5)
Kadar Cu (20) = = 6.8 g/L
10
6.7+6.6+6.4+7+6.4+6.7+6.7+6.7+6.7+6.8
Rata-rata = = 6.67 g/L
10
Reaksi pertama terjadi pada saat penambahan kalium iodida dan asam
sulfat pada larutan kalium dikromat, reaksi kedua terjadi pada saat larutan tersebut
dititrasi dengan na-tiosulfat, reaksi ketiga terjadi ketika penambahan indikator
amilum yang bereaksi dengan iodin berlebih, dan reaksi keempat terjadi ketika
titrasi dilanjutkan setelah penambahan amilum.
Ion Cu2+ mengalami reduksi menjadi Cu+, sedangkan ion I- mengalami
oksidasi menjadi I2, bilangan oksidasinya mengalami kenaikan dari -1 menjadi 0.
Titrasi yang terjadi pada reaksi kedua merupakan titrasi oksidasi-reduksi. Selain
penentuan kadar Cu pada terusi, aplikasi titrasi iodometri juga dapat digunakan
untuk menentukan kadar hidrogen sulfit (Mendham, et. al., 2000).
Hanna Felina Monalisa Silalahi
2402101140111
Kelompok 20
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah:
Normalitas rata-rata hasil standarisasi kalium permanganat adalah
0,3155 N.
Kadar Fe hasil pengujian berada pada kisaran 29 -30.8 g/L dengan
kadar Fe rata-rata adalah 30.14 g/L.
Normalitas rata-rata hasil standarisasi na-tiosulfat adalah 0.098 N.
Kadar Cu hasil pengujian berada pada kisaran 6.4-7 g/L dengan
kadar Cu rata-rata 6.67 g/L.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah:
Dilakukan titrasi secara hati-hati agar titik akhir titrasi dapat
diamati.
Standarisasi dibutuhkan supaya konsentrasi larutan dapat diketahui
secara pasti.
Hanna Felina Monalisa Silalahi
2402101140111
Kelompok 20
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Penerjemah : Ir. L. Setiono dan Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka. PT. Kalman
Media Pustaka: Jakarta.