Anda di halaman 1dari 9

PENENTUAN KADAR ZAT ORGANIK

Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

DOSEN PENGAMPU : Ir.Martalius, M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

Dinda Syalsa Nabilla (1920038)


Annisa Rizqi Fadhlika (1920039)
Siska Ratna Sari (1920043)
Sherly Oktavia (1920045)
Anisah Dwi Putri (1920046)
Nashrullah Al Aziz (1920050)
Marpigioasep Dwi Soares (1920053)

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA

POLITEKNIK ATI PADANG

2021
I. Tujuan
1. Mengidentifikasi nilai permanganate dalam sampel
2. Pembuatan larutan standar baku atau primer H2C2O4 0,01 N
3. Pembuatan larutan sekunder KMnO4 0,01 N
4. Standarisasi larutan sekunder

II. Prinsip Percobaan


Penentuan Total Zat Organik (Permanganometri) adalah titrasi yang
berdasarkan pada reaksi redoks (reduksi – oksidasi).

III. Teori Dasar


Zat organic di dalam air dapat dioksidasi oleh KMnO₄ berlebihan
dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO₄ dalam penentuan zat
organic direduksi oleh H₂C₂O₄ berlebih yang nantinya akan dititrasi kembali
oleh KMnO₄. Oleh karena itu, zat organic total sering disebut juga sebagai
angka permanganat.
Asam oksalat dapat dipergunakan sebagai bahanbaku primer dalam
penetapan titer KMnO₄. Larutan oksalat yang tertentu molaritasnya dititer
dengan larutan KMnO₄. Tirasi ini berlangsung dalam suasana asam dan
panas. Persamaan reaksi yang terjadi :
2 MnO₄ + 5 H₂C₂O₄ + 6 H⁺ → 2Mn2⁺ + 10 CO₂ + 8H₂O

Kemudian titrasi ini dilakukan dengan penambahan reduktorberlebihan


pada sample dengan tujuan untuk merubah bilangan oksidasi sampel ketingkat
biloks yang terendah. Kelebihan reduktorpada penambahan 1 dapat dihitung
kosentrasinya setelah dititrasi dengan KMnO₄.
Kemudianpada percobaan ini K₂CrO₇ dapat direduksi dengan larutan
FeSO₄ suasana asam. Reaksi yang terjadi :
8 H⁺+ MnO₄ + 5 Fe2⁺ → Mn2⁺ + 5 Fe3⁺ + 4 H₂O

Nilai kalium permanganat (KMnO4 value) didefinisikan sebagai jumlah mg


KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di dalam
satu liter contoh air dengan didihkan selama 10 menit. Dengan proses oksidasi
tersebut di atas mungkin hanya sebagian atau seluruh zat organik tersebut. Proses
oksidasi untuk penetapan nilai kalium permanganat dapat dilakukan dalam
kondisi asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi dalam kondisi asam adalah
lebih kuat, dengan demikian ion-ion klorida yang terdapat pada contoh air akan
ikut teroksidasi. Oleh karena itu oksidasi kalium permanganat dalam kondisi basa
dianjurkan untuk pemeriksaan contoh air yang mengandung kadar klorida lebih
dari 300 mg/L. Zat - zat organik lain yang dapat mengganggu penetapan nilai
kalium permanganat adalah ion – ion reduktor seperti ferro, sulfida dan nitrit.
Gangguan dari reduktor bila terdapat dalam contoh air dapat di cegah
dengan penambahan beberapa tetes larutan KMnO4 sebelum dianalisis sulfida-
sulfida dapat dihilangkan dengan mendidihkan contoh setelah ditambah beberapa
tetes H2SO4, sehingga terdapat bau H2S.bila terdapat nitrit maka dapat dikoreksi
dengan analisis blanko.

Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung
dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang
bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku
FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak


pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam
waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang terkena sinar akan terurai
menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah
rosa.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara
MnO4- dengan Mn2+.

MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+

Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti


H2C2O4.Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan


untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri
yang dilaksanakan.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2sehingga pada titik akhir
titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah
larutan berwarna merah rosa.
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
antara MnO4- dengan Mn2+ .
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+

3. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah


ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2H2O2 + 2CO2↑


H2O2H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan
netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan
melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat
dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan
suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas
penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu
penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau
melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat bereaksi secara cepat dengan
banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi
membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat
reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan
lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan
reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang
cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi
cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2.Tindakan
pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat.Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan
permanganat.Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat.Atau
terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen
produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa
larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat
direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk
menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika
disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak
berubah selama beberapa bulan.  Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana
asam, netral dan alkalis.
Reaksi yang terjadi dalam analisis ini adalah :
2 MnO4- + 5 C2O4 + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

IV. Alat Dan Bahan


A. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Labu ukur 100 mL
3. Gelas ukur
4. Pipet ukur 10 mL
5. Pipet tetes
6. Beaker glass
7. Buret 50 ml
8. Botol semprot
9. Standar dan klem

A. Bahan
1. Sampel air
2. Larutan KMnO4 0,01N
3. Larutan asam oksalat 0,01 N
4. Aquades
5. Larutan H2SO4 4N

V. HASIL PERCOBAAN

No Jenis sampel Volume titrasi Perubahan warna


1 Air kran 6,75 mL Bening ke ungu
2 Air sungai 7,50 mL Bening ke ungu
VI. Pengolahan Data

Air kran

{ ( 10+a ) . b−( 10× c ) × 31,6 ×1000 } { ( 10+6,75 mL ) .0,01 N −( 10 ×0,01 N ) × 31,6 ×10
angka organik = =
d 50 mL

Air sungai

{ ( 10+a ) . b−( 10× c ) × 31,6 ×1000 } { ( 10+7,5 0 mL) .0,01 N −( 10 ×0,01 N ) × 31,6 ×10
angka organik = =
d 50 mL

VII. Pembahasan
Percobaan yang dilakukan adalah menentukan kadar zat organik
pada sampel air sumur dan air kran menggunakan metode titrasi
permanganometri. Penentuan kadar zat organik atau nilai permanganat
berdasarkan prinsip titrasi permanganometri dalam suasana asam yaitu zat
organik dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan
pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.
Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu atau merah muda.
Untuk mengetahui kadar zat organik atau penentuan nilai
permanganat dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan:

{ ( 10+a ) . b−( 10× c ) × 31,6 ×1000 }


angka organik =
d

dimana a merupakan volume titrasi, b merupakan konsentrasi


KMnO4, c merupakan konsentrasi asam oksalat, dan d merupakan volume
sampel yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus persamaan diatas, maka didapatkan kadar zat organik
sebesar 42,66 mg/L untuk air kran dan 47,40 mg/L untuk air sumur.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sampel air kran dan air
sumur mengandung zat organik yang cukup tinggi, berdasarkan kriteria air
yang dapat dijadikan air minum yang telah ditetapkan oleh KEMENKES
RI No.492/MENKES/SK/VI/2010, kadar zat organik yang terkandung
tidak boleh lebih dari 10 mg/L. Kadar zat organik yang tinggi
menunjukkan bahwa air tidak layak digunakan untuk di konsumsi.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, hasil yang didapat
menunjukkan bahwa kadar zat organik pada air kran sebesar 42,66 mg/L
dan air sungai sebesar 47,40 mg/L. Kadar zat organik yang tinggi
menunjukkan bahwa air telah tercemar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan No.492/MENKES/SK/VI/2010


tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta : Menteri Kesehatan
republik indonesia
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. Yogyakarta : Kanisius
Susanti ,I. T. 2012. Evaluasi Kualitas Air Waduk Manggar sebagai Sumber Air
Baku Kota Balikpapan. Semarang : Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai