Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN KESADAHAN Ca

2
dan Mg
2

I. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat melakukan analisis secara Iisika dan kimia terhadap air, memahami
prinsip pengolahan air dan dapat menginterprestasi hasil analisis.

Tujuan Khusus
1. Dapat memahami metode titimetri secara kompleksometri.
2. Dapat melakukan titrasi secara kompleksometri.
3. Dapat melakukan analisis kesadahan Ca
2
dan Mg
2
sampel secara
titimetri kompleksometri.
4. Dapat mengetahui kesadahan Ca
2
dan Mg
2
sampel.

II. Metode
Metode yang dipakai yaitu titrasi kompleksometri.

III. Reaksi
Ca
2
murexid Ca- murexid
Ca- murexid EDTA Ca- EDTA murexid
Mg
2
pB = Mg(OH)


IV. Prinsip
Bila EDTA ditambahkan ke dalam suatu larutan dari kation logam tertentu, maka
akan membentuk kompleks khelat yang mudah larut. Bila sejumlah kecil zat warna,
seperti murexid ditambahkan pada larutan menjadi merah anggur. Apabila EDTA
ditambahkan dalam larutan tersebut, kalsium dan magnesium akan dikomplekskan,
maka Ca
2
akan dikomplekskan dan larutan berubah menjadi merah anggur menjadi
biru, menandakan titik akhir titrasi. Untuk menghasilkan titik titrasi yang baik
diperlukan adanya ion magnesium. Ketajaman titik akhir titrasi meningkat dengan
bertambahnya pH 10,0 0,1 adalah pH yang memberikan hasil yang memuaskan.
Batas waktu 5 menit dimasukkan untuk mengatur lamanya titrasi guna memperkecil
kemungkunan pengendapan CaCO
3
. Pada pH basa (12-15) Mg
2
diendapkan, Ca-
murexid lepas, Ca membentuk kompleks dengan EDTA, murexid bebas dan warna
menjadi merah anggur.

V. Dasar teori
Kesadahan air adalah kandungan-kandungan mineral-mineral tertentu di dalam
air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat.
Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi,
sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium
dan magnesium, penyebab kesdahan juga bisa merupakan ion logam lain maupaun
garam-garam bikarbonat dan sulIat. Metode yang paling sederhana untuk menentukan
kesdahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilakan busa
yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan
sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi.
Air sdah tidak baik untuk mencuci karewna ion-ion Ca
2
dan Mg
2
akan
berikatan dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga
sabun tidak berbuih. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatiI sukar larut
dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan
dalam bentuk endapan (precipitation) yang kemudian melekat pada logam (wadah)
dan menjadi keras sehingga mengakibatkan timbulnya korak.
EDTA merupakan suatu kompleks khelat yang larut ketika ditambahkan ke dalam
suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu, seperti Ca
2
dan Mg
2
, dimana
akan membentuk kompleks dengan logam-logam tersebut. Ketika ditambahkan suatu
indikator EBT ke dalam larutan yang mengandung kompleks tersebut, maka akan
menghasilkan perubahan warna pada pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini
kesadahan air dapat dianalisis.
Kesadahadan ada 2 macam, yaitu : Kesadahan sementara, ion Ca dan Mg berada
sebagai HCO
3
-
dan dapat dihilangkan dengan pemanasan dan Kesadahan tetap, ion Ca
dan Mg berada sebagai CO
3
dan dapat dihilangkan dengan dilunakkan.

VI. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. StatiI
2. Buret
3. Neraca
4. Spatel / sendok
5. Beaker glass
6. Pipet volume
7. Ball pipet
8. Labu erlenmeyer
9. Corong
10.Tissue

b. Bahan :
1. Larutan baku primer CaCO
3
0,005 N
2. Larutan baku sekunder Na
2
EDTA 0,005 N
3. Indikator murexid
4. NaOH 3 N
5. Kristal NaCl
6. Larutan buIIer pH 10
7. Aquadest
8. Sampel air kolam Poltekkes Kemenkes Denpasar
9. HCl encer
10.NH
4
OH 3 N


VII. Cara kerja :
Persiapan Bahan
1. Pembuatan larutan baku primer CaCO
3
0,005 N
Perhitungan :
G
L X BS X N
valensi


X 1 X


0,0625 gram

0,0625 gram ditambahkan HCl encer sampai CaCO
3
larut
sempurna, ditambahkan aquadest 50 mL.

Dididihkan dan ditunggu beberapa menit.

Didinginkan, lalu ditambahakan indikator
MM sampai menjadi warna merah.

Ditambah NH
4
OH sampai menjadi orange

Dipindahakan ke labu erlenmeyer ukuran 250 mL dan
diadd dengan aquadest sampai tanda
batasnya.

2. Pembuatan larutan baku sekunder Na
2
EDTA 0,005 N
Perhitungan :
G
X N X BS
VaIcnsI


X X 373
1

0,93 gram
Ditimbang 0,93 gram Na
2
EDTA, dilarutkan dengan aquadest
hingga batas 500 mL dan dikocok hingga larut homogen.
3. Pembuatan larutan NaOH 3 N
Perhitungan :
N

X V
X Valensi
3N

X
X 1
gr 6 gram

Ditimbang 6 gram NaOH, dilarutkan dengan aquadest hingga tanda
batas 50 mL dikocok hingga larut homogen.

4. Indikator murexid
Dicampur dan dihaluskan 200 mg murexid dan 100 mg NaCl.

5. Larutan buIIer pH 10
Diambil 57 mL NH
4
OH 5 N, ditambahkan 7 gram NH
4
Cl, lalu
dilarutkan hingga 100 mL aquadest.

Standarisasi Na
2
EDTA dengan CaCO
3
0,005 N
1. Disiapkan alt dan bahan yang dibutuhkan.
2. Dibilas bagian dalam buret dengan aquadest.
3. Dibilas kembali bagian dalam buret dengan larutan baku sekunder
Na
2
EDTA.
4. Diisi buret dengan larutan baku sekunder Na
2
EDTA hingga batas
tanda nol.
5. Diambil 10 mL larutan primer CaCO
3
0,005 N dengan pipet volume,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
6. Ditambahkan 1 2 mL larutan buIIer pH 10.
7. Ditambahkan indikatoe EBT.
8. Dititrasi dalam larutn baku sekunder Na
2
EDTA hingga terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru keunguan konstan.
9. Dihitung normalitas Na
2
EDTA.

Penentuan Kesadahan Total Sampel
1. Diambil 50 mL sampel dengan pipet volume, dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer.
2. Ditambahkan NaOH 3 N hingga pH larutan mencapai 12 13.
3. Ditambahkan indikator murexid.
4. Dititrasi dengan larutan Na
2
EDTA hingga terjadi perubahan
warna dari merah muda menjadi merah ungu konstan.

VIII. Data Hasil Praktikum
Standarisasi Na
2
EDTA dengan CaCO
3
0,005 N
Perhitungan :
Volume titrasi 1 : 5 mL
Volume titrasi 2 : 5 mL
Volume titrasi 3 : 5,1 mL
Volume titrasi rata-rata : 5,03 mL
Kadar Na
2
EDTA V
1
X N
1
V
2
X N
2

10 X 0,005 Vol titrasi X N
2
0,05 5,03 X N
2

N
2

3

0,0099 N
0,01 N

Kesadahan Sampel
Perhitungan :
Volume titrasi 1 : 0,6 mL
Volume titrasi 2 : 0,7 mL
Volume titrasi 3 : 0,8 mL
Volume titrasi rata-rata : 0,7 mL
Kesadahan Ca
2

1
V.sampcI
X T
2
X Na
2
EDTA X BM Ca X 1 mg / L

1

X 0,7 X 0,01 X 40 X 1 mg / L
5,6 mg / L

Kesadahan Mg
2
|
1
V.SampcI
x T
1
| |
1
V.SampcI
x T
2
|}x N.EDTA x BM Mg
|
1

x 4,6 | |
1

x 0,7 |} x 0,01 x 24
( 92 14 ) x 0,24
18,72 mg / L

IX. Pembahasan
Pada hasil praktikum didapatkan normalitas Na
2
EDTA yaitu 0,01 N yang tidak
sesuai dengan normalitas sebenarnya yaitu 0,005 N. Hal ini dapat terjadi karena ada
kesalahan dalam pembuatan CaCO
3
yang kurang tepat sehingga didapatkan hasil yang
valid.
EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu.
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH. Suatu titik ekuivalen
akan tercapai dalam titrasi dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk
penentuan beberapa logam pada skala operasi semimikro.
Pada percobaan yang mencoba menentukan tingkat kesadahan Ca
2
dan Mg
2

pada suatu sampel air dengan menggunakan reaksi pembentukan ion kompleks. Pada
sampel air kolam Poltekkes Kemenkes Denpasar didapatkan tingkat kesadahan Ca
2

sebesar 5,6 mg / L dan kesadahan Mg
2
sebesar 18,72 mg / L. Dalam hal ini, air
kolam tersebut layak sebagai bahan baku air minum dan air bersih karena memiliki
kesadahan Ca
2
dan Mg
2
yang rendah.
Dalam air kolam selalu terlarut sejunlah garam kalsium dan atau magnesium
baikl dalam bentuk garam klorida maupun garam sulIat. Adanya garam-garam ini
menyebabkan air menjadi sadah, yaitu tidak dapat menghasilkan busa jika dicampur
dengan sabun. Bila ion kalsium dititrasi dengan EDTA terbentuk suatu kompleks
kalsium yang relatiI stabil.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator EBT. Pada pH lebih tinggi 12, Mg(OH)
2
akan
mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca
2
dengan indikator
murexid. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat dimasking
dengan H
2
S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan
sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaItol. Seharusnya Ca tidak
ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu direkomendasikan.
EDTA pertama kali akan membentuk kompleks dengan Ca
2
dan kemudian
dengan Mg
2
. Seperti pada titrasi apapun perlu satu indikator untuk menentukan
ketika semua Ca
2
dan Mg
2
telah membentuk kompleks dengan EDTA (titik akhir
titrasi). Indikator yang digunakan adalah murexid. Di pH 12 indikator akan berada
dalam bentuk Hind
2-
dan menghasilkan kompleks berwarna biru. Selanjutnya pada
indikator saat bereaksi dengan Mg
2
akan memberikan suatu kompleks merah.

X. Kesimpulan
Pada hasil praktikum dapat disimpulkan :
1. Kesadahan merupakan siIat kimia yang dimiliki air dimana terdapat ion-ion yang
menyebabkan sabun sulit menghasilkan busa, terutama ion Ca
2
dan Mg
2
.
2. Kesadahan Ca
2
dari sampel air kolam yaitu 5,6 mg / L dan kesadahan Mg
2
yaitu
18,72 mg / L.
3. Salah satu metode yang dipakai untuk mengukur kesadahan pada air yaitu dengan
metode kompleksometri ( titrasi EDTA ).

XI. DaItar Pustaka
- Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
- Harjadi, W. 1993. lmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
- http : // id. Wikipedia.org / wiki/ Kesadahan Air.















Denpasar, 18 Oktober 2010
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok





( Nur Habibbah, S.Si ) ( Putu Agus Arya Pradhipta )

Penanggung Jawab Mata Kuliah





( Dra. Iryanti Eka Suprihatin, M.Sc.,Ph.D )

Anda mungkin juga menyukai