dan menentukan kesadahan total dalam sampel air. Air sadah merupakan air yang di
dalamnya terlarut garam-garam kalium dan magnesium atau mengandung ion-ion
Ca2+ dan Mg2+ (Ginoest,2010). Pada praktikum ini, kami melakukan proses titrasi
kompleksometri.Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion
logam dengan zat pengompleks atau zat ligand. Dimana zat pengompleks yang
digunakan pada praktikum ini yaitu EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) dan ion
logamnya yaitu Ca2+.. Sampel diambil di 10 jenis sumur yang berada di otak desa
mantang.
Percobaan ke dua yaitu penentuan kesadahan total air. Kesadahan total yaitu
ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan
menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut (Abert dan Santika,
1984). Percobaan ini dilakukan dengan melakukan titrasi sebanyak 2 kali pada setiap
sampel air sumur (10 sampel) yang di ambil di otak desa mantang yang ditambahkan
larutan buffer dan indikator EBT yang kemudian dititrasi dengan EDTA yang
terstandarisasi. Kualitas air di daerah dataran rendah, dataran tinggi dan daerah kapur
berbeda-beda.Tingkat kesadahan air di daerah kapur lebih tinggi daripada di daerah
dataran rendah dan tinggi hal ini disebabkan karena kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ di
daerah tersebut banyak atau kandungan sulfatnya tinggi. Tempat pengambilan sampel
ini termasuk tempat dataran tinggi. Sebelum melakukan titrasi masing-masing sampel
ditambahkan larutan buffer dan indikator. Penambahan buffer agar pH tetap konstan.
Indikator EBT dapat menjadi indikator logam, dapat juga menjadi indiaktor Ph.
Setelah penambahan indikator Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh larutan
berwarna merah muda, selanjutnya dititrasi dengan EDTA. Seperti diketahui air sadah
berarti mengandung ion Ca2+ dan Mg2+. Ion Ca2+ akan lebih dahulu bereaksi dan
kemudian disusul dengan ion Mg2+ sehingga menimbulkan perubahan warna dari
merah kebiru. Pada titik akhir titrasi diperoleh volume titran pada setiap sampel
berbeda-beda baikitu pada titrasi pertama dan titrasi ke 2. Setelah melakukan 2 kali
titrasi pada ke sepuluh sampel air sumur diperoleh volume rata-rata sehingga dapat
diperoleh kesadahan total dari masing-masing sampel. Karena terjadi kesalahan pada
saat standarisasi larutan Na-EDTA menyebabkan kesadahan total dari masing-masing
sampel air sumur tersebut di atas ambang batas. Nilai Ambang Batas (NAB) baku
mutu air minum berdasarkan World Health Organization (WHO), kadar padatan
terlarut sebesar 1000 ppm (Anonymous3, 1994). sehingga berdasarkan data yang
kami peroleh setelah melaukan perhitungan berdasarkan hasil titrasi mengasumsikan
bahwa air sumur di otak desa mantang tidak layak di konsumsi karena memiliki
kesadahan di atas batas ambang. Akan tetapi nyatanya daerah tersebut termasuk
daerah dataran tinggi sehingga apabila tidak terjadi kesalahan pada saat standarisasi
larutan Na-EDTA maka sampel air sumur tersebut layak untuk dikonsumsi. Jika
kesadaahn di atas batas ambang maksimum maka harus diturunkan atau pelunakan.
Adapun beberapa cara untuk menurunkan kesadahan air yaitu :
Dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion
yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada
resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan
sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena. Resin penukar ion yang direaksikan
dengan gugus ion yang dapat melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion.
Resin penukar anion dibuat dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation
tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya –N
(CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer styren
divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk
memperoleh resin penukar kation. Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus
yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion – ion yang
dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh
molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat dengan ikatan silang (cross
linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah sangat mirip
dengan pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada
keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada efek permukaan.
Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika
penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah
ukuran kapasitas total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin
penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang
dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion
– ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding. Material penukar
ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur dari molekul yang
panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional dari asam
sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti
Na+, OH− atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini
merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit
yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar
anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible” (dapat balik), artinya material penukar ion
dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi material penukar kationik
bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl pekat, bentuk H+ diregenerasi
dengan larutan HCl sedangkan material penukar anionik bentuk OH− dapat
diregenerasi dengan larutan NaOH Regenerasi adalah suatu peremajaan,
penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang telah habis saat
kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan
dengan mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang
perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang
berkebalikan dari pertukaran ion.
DAFTAR PUSTAKA
Albert dan Santika, Sri Sumestri, 1984, Metode Penelitian Air, ITS Press, Surabaya
Gionest. 2010. Penentuan kesadahan air dengan metode titrasi.EDT.Jakarta: PT Citra Adia
Bakti.
Anonymous3, 1994, Nilai Ambang Batas (NAB) Air Minum Sesuai Standard WHO,
http://helmutinfo.com/?p=158, diakses tanggal 22 Mei 2010
http://lifeshooting.blogspot.co.id/2013/05/standarisasi-larutan-na2edta-analisis.html
http://chemistry06-lieva.blogspot.co.id/2009/11/kesadahan-air_18.html