Anda di halaman 1dari 3

39

PENENTUAN KONSENTRASI Mg DAN Ca

9
DENGAN TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS

PENDAHULUAN

Kompleksometri atau kelatometri didasarkan pada pembentukan senyawa


kompleks/kelat antara bahan yang dianalisis dan titran. Terdapat dua cara yang terkenal
di dalam titrasi kompleksometri (kelatometri) yaitu: cara Liebig dan Schwarzenbach.
Dalam praktikum ini khusus melakukan cara yang kedua. Pada cara Schwazenbach,
EDTA digunakan sebagai titran & digunakan untuk penentuan ion-ion logam.EDTA
(Ethylene Diamine Tetraacetic Acid) ialah suatu asam organik berbasa 4. Jika direaksikan
dengan ion logam, maka terbentuk suatu persenyawaan kompleks yang merupakan
lingkaran yang terjadi dari ion logam dan atom-atom dalam EDTA yang dinamakan "kelat"
(Chelate). Tiap ion logam dapat mengkompleks satu molekul EDTA. Umumya kompleks
ini kuat sekali terutama jika ion logamnya bervalensi 2 atau 3. Titran dalam titrasi jenis ini
dapat berupa larutan EDTA atau larutan suatu ion logam. Indikator yang digunakan
umumnya suatu zat organik yang juga mengkelat ion logam dengan warnanya sebagai
ion/molekul yang bebas berbeda daripada bila berbentuk kelat. Contohnya ialah
Eriochrome Black-T yang merupakanzat organik asam berbasa 3 (H3In) dengan warnanya
sebagai berikut: (1) sebagai ion H2In- (pada pH 6.3) warnanya merah, (2) sebagai ion
Hin2-(pada pH antara 6.3 dan 11.5) warnanya biru, dan sebagai ion In3- (pada pH 11,5)
warnanya jingga. Dalam bentuk kompleks MgIn- (pada pH antara 6.3 dan 11.5) warnanya
merah.
Pada titrasi kompleksometri/kelotometri umumnya EDTA dipakai dalam bentuk
garam natriumnya dan untuk singkatnya diberi tanda Na 2H2Y. Reaksinya dengan logam
adalah Na2H2Y + Mn+→ MYn-4 + 2Na+ + 2H+. Karena terjadi ion H+, maka kesempurnaan
reaksi titrasi ini juga tergantung pada pH larutan, umumnya lebih sempurna pada pH yang
lebih tinggi dan hanya ion logam yang membentuk kelat yang sangat kuat dapat dititrasi
dengan baik pada pH rendah. Keuntungan titrasi-titrasi EDTA ialah dapat mentitrasi ion
logam dalam konsentrasi yang rendah (0.01 atau 0.001 M) dan digunakan untuk ion
logam yang bermacam-macam sekali.
EDTA dapat dipakai sebagai bahan baku primer, kalau air untuk melarutkannya
sama sekali tidak mengandung ion-ion logam polivalen, sekalipun dalam jumlah sangat
kecil. Karena hal ini sulit dicapai, maka larutan EDTA umumnya perlu distandardisasi,
yaitu dengan mentitrasinya memakai larutan baku primer CaCO3. Reaksi-reaksi yang
terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut:
1. Sebelum titrasi: Larutan Ca 2+ ditambah beberapa tetes H3In jadi berisi Ca2+& CaIn-
(merah).
2. Selama titrasi-titrasi sebelum Ca2+ habis:
H2Y2- + Ca2+→ CaY2- + 2H+
MgY- + CaIn- → CaY2- + MgIn- (tetes merah)
Terdapat MgY2-, sebab larutan EDTA diberi sedikit Mg 2+ untuk membuat titik akhir lebih
tajam. MgY2- dan CaIn- bereaksi, sebab CaY2- lebih kuat dari MgY2-, sedang MgIn-
lebih kuat dari CaIn-.
3. Pada titik akhir, Ca2+ habis, maka tetes akhir EDTA bereaksi dengan MgIn- :
H2Y2- + MgIn- → MgY2- + H2In-
H2In- (pada pH 10) → Hin2- (biru)
Aplikasi titrasi kelatometri dapat menggunakan beberapa cara yaitu titrasi langsung
seperti penentuan kadar Mg, titrasi kembali, dan titrasi berganti seperti penentuan kadar
Ca. Cara titrasi langsung digunakan bila kompleks logam-EDTA lebih kuat dibandingkan
dengan kompleks logam-indikator. Pada cara titrasi kembali, kation yang tidak dapat
dititrasi langsung oleh EDTA, tetapi memiliki kompleks yang sangat stabil dengan EDTA
40

dapat ditentukan yaitu dengan menambahkan EDTA berlebih dengan jumlah diketahui
dengan pasti dan sisanya dititrasi dengan larutan standar lainnya. Untuk cara titrasi
berganti dapat dilakukan bila ketidaktersediaan indikator yang sesuai tidak ada atau
kompleks antara logam-EDTA sangat kuat sehingga tidak dapat memberikan TA yang
tajam.

TUJUAN PERCOBAAN
Melatih melakukan analisis ion logam dengan titrasi pembentukan kompleks
(kompleksometri/kelatometri).

KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan standardisasi EDTA, menguasai penggunan
indikator Eriochrome black T, menentukan titik akhir standardisasi EDTA, melakukan
penentuan Mg dengan titrasi langsung sertapenentuan Ca dengan titrasi kembali dan
berganti.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan yaitu Buret 50 ml, pipet volumetrik 10 ml, erlenmeyer 125ml,
gelas ukur 10 ml, dan pipet Mohr 5ml. Bahan yang digunakan Larutan EDTA 0,01 M, Mg-
EDTA 0,01 M, pH 10, Erio T, CaCO3 0.01 M, dan sampel yang mengandung Mg serta Ca.

PROSEDUR PERCOBAAN
Preparasi Larutan
1. Larutan bufer pH 10 (untuk 80-100 kali titrasi): larutkan 57 ml NH3 pekat dan 7 g NH4Cl
ke dalam akuades pada labu takar 100 ml
2. Larutan indikator Erio T: larutkan 100 mg Erio T dalam campuran 15 ml etanolamina
dan 5 ml etanol absolut.
3. Larutan EDTA 0,01 M: keringkan 4 g Na-EDTA selama 1 jam dengan suhu 80 0C untuk
menghilangkan lembap superficial lalu didinginkan dalam desikator. Timbang kira-kira
3,8 g lalu larutkan dengan akuades pada labu takar 1 L
4. Larutan kompleks Mg-EDTA 0,01 M: timbang kira-kira 3,722 g Na-EDTA dan larutkan
ke dalam 50 ml air, setelahnya tambahkan 2,465 g MgSO4. 7H2O. Ke dalam larutan
campuran tersebut ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein dan NaOH
hingga larutan berwarna sedikit merah muda. Tambahkan air hingga volume larutan
menjadi 100 ml. Tes larutan ini dengan mengambil beberapa ml dari stok awal dengan
menambahkan bufer pH 10 dan beberapa tetes indikator EBT/kalmagit, warna ungu
pudar akan muncul. Selanjutnya tambahkan satu tetes larutan EDTA 0,01 M maka
warna larutan menjadi berwarna biru, kemudian tambahkan larutan Mg2+ 0,01 M maka
larutan warna berubah menjadi merah.

Standardisasi EDTA(grup 2-3 mahasiswa)


Sebanyak 10ml larutan CaCO3 (jika asam netralkan dengan NaOH) ditambah 0,5ml
larutan penahan (pH 10), 2-3 tetes indikator erio-T, lalu dititrasi dengan EDTA sampai
warna berubah dari merah ke biru (dekat titik akhir, titrasi harus benar-benar berhati-hati,
tetes terakhir harus jelas menunjukkan lenyapnya "shade" ke merah-merahan yang
terakhir. Jika dilakukan baik-baik, titik akhir tajam sekali dan dapat digunakan untuk
mikrotitrasi yang memakai larutan EDTA encer sekali, misalnya 0.001M). Titrasi
dilakukan 3 kali ulangan.

Titrasi langsung penentuan Mg (grup: 2-3 mahasiswa)


Sebanyak 10 ml larutan sampel yang mengandung Mg 2+ ditambahkan 1-2 ml larutan bufer
pH 10 dan 2-3 tetes indikator erio-T. Titrasi larutan tersebut dengan EDTA 0,01 M sampai
warna berubah dari merah ke biru. Titrasi dilakukan 3 kali ulangan

Titrasi berganti (displacement) untuk penentuan Ca (grup: 2-3 mahasiswa)


41

Sebanyak 10 ml larutan sampel yang mengandung Ca2+ ditambahkan 1-2 ml larutan bufer
pH 10, 1 ml larutan Mg-EDTA, dan 2-3 tetes erio-T. Titrasi larutan tersebut dengan EDTA
0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah ke biru. Titrasi dilakukan 3 kali
ulangan.

Titrasi kembali untuk penentuan Ca (grup: 2-3 mahasiswa)


Sebanyak 10 ml larutan sampel yang mengandung Ca 2+ ditambahkan 1-2 ml larutan bufer
pH 10, dan 2-3 tetes erio-T. Tambahkan EDTA berlebih dengan volume yang
diketahui.Titrasi kelebihan EDTA menggunakan larutan Mg2+ yang telah ditentukan
konsentrasinya sampai terjadi perubahan warna dari biru ke merah. Titrasi dilakukan 3
kali ulangan.

Anda mungkin juga menyukai