Anda di halaman 1dari 13

Laporan Resmi Titrasi Kompleksometri

Praktikum Kimia I

Disusun Oleh :
Bella Permatasari (4311420043)
Anggota Kelompok G :
1. Puan Haliza Lintang Putri (4311420035)
2. Bella Permatasari (4311420043)
3. Rd. Andrianne Artamevia W (4311420051)
4. Diki Nugraha (4311420061)

K2B
KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020/2021
Penentuan Kadar Kalsium dengan Metode Titrasi Kompleksometri

I. Latar Belakang
Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan valensi adalah
reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang berdasarkan reaksi komlpeks disebut
kompleksometri. Kompleksometri disebut juga dengan kelatometri. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang
cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat peka terhadap pH.
Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+ maka (H+) didalam larutan akan
meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang sedikit ini akan berakibat menurunnya stabilitas
kompleks pada suasana tersebut (reaksi ini dapat berjalan pada suasana asam, netral dan
alkalis). Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan (buffer). Sebagai
larutan buffer yang dapat langsung digunakan dengan campuran NH 4Cl dan NH4OH. Indikator
untuk menetukan titik akhir titrasi adalah EBT (Erichrom Black T). Satuan yang digunakan
molaritas.

EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan kadar dari logam
Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan kompleks antara logam
tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan kedalam larutan ZnSO 4 yang telah
ditambahkan buffer menghasilkan ZnEBT yang berwarna merah anggur. Raeaksi dengan EDTA
yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke biru.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya adalah ligan seksidentat yang dapat
berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya
atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui penetuan
kalsium secara kompleksometri pada sebuah sampel.
II. Tujuan

 Mengetahui prinsip kerja penentuan kadar Ca dalam sampel secara komplesometri


 Mengetahui fungsi penambahan EBT
 Mengetahui metode-metode dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA

III. Dasar Teori :


Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh
reaksi titrasi kompleksometri : Ag+ + 2CN- → Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- → HgCl2

(Khopkar, 2002). Salah satu tipe reaksi yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud disini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion
logam, sebuah kation dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks


antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang
banyak diguunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina
tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan
perbandingan 1:1, berapapun valensinya. Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk
tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH
tertentu. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah
besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan
tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba
dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan
indikator yang juga bertindak sebagai pengkompleks dan tentu saja kompleks logamnya
mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T, pyrocatechol
violet, xylenol orange, calmagit, 1-(2-piridilazonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein
dan calcein blue (Khopkar, 2002).

IV. Alat dan Bahan :

A. Alat-alat :
- Corong kaca
- Buret 50 mL
- Klem dan statif
- Pipet tetes
- Erlenmayer 250 mL
- Gelas ukur
- Spatula
- Pipet gondok 25 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Pipet volume
- Beaker gelas

B. Bahan-bahan :
- Sampel (air parit)
- Larutan buffer pH 10
- MgCl2
- Indikator EBT
- Larutan EDTA
- Aquadest
- Tissu gulung
V. Prosedur Kerja

1. Pembakuan larutan EDTA dengan MgCl2 :

Diambil 10 mL MgCl2

Dimasukkan kedalam
erlenmayer

Ditambahkan 30 mL aquadest

Ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10

Ditambahkan sedikit indikator EBT


Dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna,
dari merah anggur ke biru, dilakukan triplo

Dicatat volume EDTA dan dihitung kadar EDTA

2. Penentuan kadar Ca dalam sampel :

Diambil 10 mL air sampel (air parit)

Dimasukkan kedalam erlenmayer

Ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10

Ditambahkan 30 mL aquadest
Ditambahkan sedikit indikator EBT

Dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna,


dari merah anggur kebiru

Dicatat volume EDTA dan dihitung kadar Ca dalam


sampel
VI. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan
1. Pembakuan larutan EDTA
dengan MgCl2
 Diambil 10 mL MgCl2 -  MgCl2 berwarna bening
 Dimasukkan ke dalam -  Warna larutan tetap bening
erlenmayer -
 Ditambahkan 30 mL   Warna larutan tetap bening
aquadest -
 Ditambahkan 2 mL larutan  Warna larutan tetap bening
buffer pH 10
 Ditanbahkan sedikit indikator-  Warna larutan menjadi merah
EBT anggur
 Dititrasi dengan EDTA -  Warna larutan menjadi biru
 Dicatat volume EDTA dan -  Setelah dititrasi dengan EDTA,
dihitung kadar EDTA larutan berubah warna menjadi
biru, pada:
V1= 4,5 mL
V2= 4,4 mL
V3= 5,1 mL

2. Penentuan kadar Ca dalam


sampel
 Diambil 10 mL air sampel -  Larutan berwarna kuning
keruh
 Dimasukkam ke dalam -  Warna larutan tetap kuning
erlenmayer keruh
 Ditambahkan 2 mL larutan -  Warna larutan menjadi
buffer pH 10 bening
 Ditambahkan 30 ml aquadest-  Warna larutan tetap bening
 Ditanbahkan sedikit indikator-  Warna larutan menjadi merah
EBT anggur
 Dititrasi dengan EDTA -  Warna larutan menjadi biru
 Dicatat volume EDTA dan -  Setelah dititrasi dengan EDTA,
dihitung kadar Ca dalam sampel arutan berubah warna menjadi
biru pada:
V1= 0,1 mL
V2= 1 mL
V3= 0,1 mL

VII. Perhitungan
1. Pembakuan larutan EDTA dengan larutan MgCl2
Diketahui : MMgCl2 = 0,005 M
VMgCl2 = 10 mL
Vrata-rata EDTA = (4,5 + 4,4 + 5,1) ml / 3
= 4, 67 mL
Valensi EDTA = 4

Ditanya : M EDTA ?
Dijawab : MMgCl2 x VMgCl2 = MEDTA x VEDTA
0,05 M x 10 mL = MEDTA x 4,67 mL
MEDTA = 0,1070 M
NEDTA = valensi x MEDTA
NEDTA = 4 x 0,1070 M
NEDTA = 0,428 N

2. Penentuan kadar Ca2+


Diketahui : MEDTA = 0, 1070 M
Vsampel = 10 mL = 0,01 L
Vrata-rata EDTA = (0,1 + 1 + 0,1) ml / 3
= 0,4 mL
= 4 x 10-4 L
Be Ca2+ = = = 20
Ditanya : Kadar Ca2+ ?
Dijawab : Kadar Ca2+ = x 100 %

Kadar Ca2+ = x 100 % = 34,24 %

Jadi, kadar Ca2+ dalam sampel adalah 34,24 %

VIII. Pembahasan

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks


(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–
reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup
luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi
kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Kompleksometri
termasuk salah satu analisis kimia kuantitatif, yang tujuannya untuk menentukan kadar
ataupun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip kerjanya yaitu berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan
indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan,
yaitu dari merah anggur menjadi biru.

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai
tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan
pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga
sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan
berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena
disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam
itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir,
EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA
harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator
logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion
logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik
ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi
adalah 10 dengan indikator eriochrome Black T.

Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak


sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator
jenis ini contohnya Erichrome Black T (EBT). EBT adalah sejenis indikator yang berwarna merah
muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH
10,0 + 0,1.

Pada percobaan pembakuan larutan EDTA dengan larutan MgCl 2. Pertama-tama yang
dilakukan adalah mengambil 10 ml MgCl2, lalu dimasukkan kedalam erlenmayer.
MgCl2 merupakan larutan yang digunakan untuk menstandarisasi EDTA. Lalu ditambahkan 30
ml aquades. MgCl2 berwarna bening, setelah ditambahkan aquades warna larutan tetap bening.
Lalu ditambahkan 2 ml larutan buffer pH 10. Tujuan ditambahkan larutan dapar amilum pH 10
untuk menjaga ion tetap dalam larutan. Setelah ditambahkan buffer pH 10 warna larutan tetap
bening. Selanjutnya ditambahkan sedikit EBT. Diberi indikator EBT sehingga titikakhir titrasinya
pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA. Setelah dititrasi dengan EDTA larutan berubah
warna menjadi biru, pada V1 = 4,5 ml, V2 = 4,4 ml, V3 = 5,1 ml. Pada proses penitrasian terjadi
kesalahan pada penentuan volume, saat perubahan warna menjadi biru. Karena kurang
terbiasa menitrasi sehingga hasil yang didapat memiliki perbedaan yang cukup jauh.
Seharusnya jarak yang didapat dari V1=V2=V3 tidak boleh terlalu jauh. Tetapi karena adanya
kesalahan penitrasian jarak yang didapat dari V1 ke V2 = 0,1 dan V2 ke V3 = 0,7.

Penentuan kadar Ca dalam sampel, pertama yang dilakukan adalah mengambil 10 ml air
sampel (air parit) dimasukkan ke dalam erlenmayer. Warna larutan kuning keruh. Lalu
ditambahkan sedikit EBT. Tujuan ditambahkan indikator EBT karena indikator tersebut peka
terhadap kadar logam dan pH larutan sehingga titik akhir titrasinya pun diketahui. Lalu dititrasi
dengan EDTA, dan dicatat volume EDTA, dan dihitung kadar Ca. Larutan berubah warna menjadi
birusetelah dititrasi dengan EDTA pada V1=1 ml, V2= 1 ml, dan V3= 0,1 ml. Pada saat penitrasian
larutan sampel megalami perubahan warna menjadi biru. Hal itu membuktikan bahwa terdapat
kesadahan didalam sampel air yang digunakan dan juga membuktikan bahwa larutan sampel
mengandung ion Ca2+. Dalam proses penitrasian didapat hasil yang kurang memuaskan itu
dikarenakan adanya faktor kesalahan yang terjadi, dikarenakan karena kurang terbiasanya
menitrasi suatu larutan. Seharusnya jarak yang didapat dari V 1=V2=V3, tidak boleh terlalu jauh.
Tetapi karena adanya kesalahan penitrasian jarak yang didapat menjadi V 1 ke V2 = 1 ml, V2 ke
V3 = 0,1 ml.

Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi
sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-
ion lain dari logam bervalensi banyak seperti Al, Fe, Mi, Sr dan Zr dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Kesadahan sementara adalah kesadahan yang
disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan ini
dapat mudah dikurangi dengan pemanasan (pendidihan), sehingga tebentuk endapan
CaCO3 atau MgCO3. Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-
garam klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan tetap dapat
dikurangi dengan penambahan larutan soda-kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan
magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalsium karbonat (padatan/ endapan) dan
magnesium hidroksida (padatan/ endapan) dalam air.

IX. Kesimpulan

 Adapun prinsip kerja dalam penentuan kadar Ca secara kompleksometri yaitu berdasarkan
reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan
indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditujukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan,
yaitu merah anggur menjadi biru.

 EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada
dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan
diberi indikator ini adalah karena indikator tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan,
sehingga titik akhir titrasinya pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA.

 Metode yang dapat dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA, yaitu titrasi
langsung dengan EDTA untuk kesadahan total air, kalsium, dan magnesium, titrasi kembali
untuk reduksi antara kation dengan EDTA, titrasi penggantian bila tidak ada indikator yang
sesuai, dan titrasi tidak langsung untuk penentuan sulfat dengan mengendapkannya sebagai
BaSO4.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku kedokteran EGC :
Jakarta

Harjadi, w. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia : Jakarta

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta

“Titrasi Kompleksometri”. Wikipedia The Free Encylopedia Wikipedia The Free Encylopedia. 17
Mei 2021.

http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi_kompleksometri. Diakses pada tanggal 10 Ju ri. Diakses


pada tanggal 16 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai