Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

TOURISM MEDICAL LABORATORY II

ANALISIS Fe (III) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PADA SAMPEL AIR

Oleh:
Kelompok 1
Semester V Kelas III-A

Ni Putu Puspayanti (P07134017 001)

Ni Luh Putu Tania Sentana Sanjiwani (P07134017 009)

I Gusti Ayu Agung Mas Indrayani (P07134017 018)

Ni Luh Putu Ayu Widiasih (P07134017 026)

Gusti Ayu Made Dwi Wahyu Ningrat (P07134017 034)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
I. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa mampu melakukan sampling air pada kawasan pariwisata
b. Mahasiswa mampu melakukan analisis kualitas air di kawasan pariwista
berdasarkan parameter fisika dan kimia
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa mampu mengoperasikan spektrofotometri UV-Vis
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode dan prinsip analisis Fe
(III) pada sampel air dan air limbah secara spektrofotometri
c. Mahasiswa mampu melakukan prosedur analisis Fe (III) pada sampel air dan
air limbah secara spektrofotometri
d. Mahasiswa mampu melakukan penentuan konsentrasi Fe (III) dalam air limbah
dengan metode kurva kalibrasi

II. PRINSIP
Pengukuran kadar Fe (III) dalam sampel air dilakukan dengan metode O-
Fenantrolina secara spektrofotometri. Prinsip pengukurannya adalah sebagai berikut
Ion besi (III) dalam suasana asam dan panas akan direduksi oleh hidroksilamin
hidroklorida menjadi ion besi (II). Selanjutnya, ion besi (II) akan dikomplekskan oleh
1-10-ortofennantrolin pada ph 3,2-3,3, membentuk senyawa kompleks khelat ferro-
fenantrolin yang berwarna oranye, dan diukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 480-550 nm.

III. METODE
Metode yang digunakan dalam analisis Fe (III) pada sampel air sumur dan air
limbah adalah O-Fenantrolina secara spektrofotometri.

IV. DASAR TEORI


Air merupakan bagian dari ekosistem secara keseluruhan. Keberadaan air di suatu
tempat yang berbeda membuat air bisa berlebih dan bisa berkurang sehingga dapat
menimbulkan berbagai persoalan. Untuk itu, air harus dikelola dengan bijak dengan
pendekatan terpadu secara menyeluruh. Terpadu berarti keterikatan dengan berbagai
aspek. Untuk sumber daya air yang terpadu membutuhkan keterlibatan dari berbagai
pihak (Ramdyasari, 2014).
Menurut ilmu kimia, air adalah substansi kimia yang memiliki rumus H2O yang
merupakan satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen (H) dan oksigen (O). Pada
kondisi standar, air memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Zat
kimia di dalam air merupakan suatu pelarut, memiliki kemampuan melarutkan banyak
zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik. (Ramdyasari, 2014).
Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan
segala kegiatan sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi
kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari
manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi,
diantaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kualitas kimia yang
terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta kualitas biologi dimana air terbebas
dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat
berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai
dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu. (Ramdyasari,
2014).
Air sumur adalah air yang berasal dari dalam tanah, air tersebut didapatkan dengan
cara menggali tanah sehingga akan terbentuk sumur. Air sumur merupakan salah satu
sumber air yang bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat dan biasanya
mengandung bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. (Ramdyasari,
2014).
Pencemaran air selalu berarti turunnya kualitas air sampai ke tingkat Tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai denganperuntukannya. Hal ini
berarti bahwa perlu ditetapkan baku mutu air yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk
menentukan telah terjadinya pencemaran, dan peruntukan air itu sendiri. Dalam
pengertian pencemaran air, baku mutu air akan selalu terkait dengan pengertian
pencemaran air. Baku mutu air di satu pihak merupakan suatu tingkat mutu air yang
dikehendaki bagi suatu peruntukan, dan di lain pihak merupakan arahan dan pedoman
bagi pengendalian pencemaran air. Dengan ditetapkannya baku mutu air untuk setiap
peruntukan dan memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa beban zat
pencemaran yang dapat ditenggang adanya oleh air penerimasehingga air dapat tetap
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Beban pencemaran ini merupakan daya
tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah ditetapkan peruntukannya.
Air memiliki peranan penting dalam aktivitas biologis mahluk hidup. Selainitu, air
berperan juga dalam berbagai sector usaha, contohnya pertanian, perikanan,
perkebunan, industri, pertambangan, dan sebagainya. Namun, tidak semua jenis air
dapat dikonsumsi secara langsung karena pencemaran air secara kimiawi maupun fisis
akibat peningkatan aktivitas manusia yang menghasilkan limbah yang berbahaya baik
dari indstri maupun rumah tangga. Air yang layak konsumsi memiliki ciri tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak ada endapan padat terlarut. Salah satu
logam berat yang berbahaya bagi kesehatan jika terkandung dalam air adalah Besi (III)
(Ary Andini, 2018).
Besi merupakan salah satu logam berat dalam kadar rendah yang sering ditemukan
di air. Standar konsentrasi maksimum besi di dalam air minum sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI tahun 2010 yaitu <0.3 mg/L. Jika Kadar Fe melebihi batas dari
yang ditetapkan pemerintah dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu lama,
maka dapat mengakibatkan sirosis pada hati, hemochromatosis, diare, lethargy, coma,
irritability, seizures, dan sakit perut2. Selain itu, Fe yang terakumulasi di dalam alveoli
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru hingga menyebabkan kematian.
Kandungan besi dalam kandungan air tanah, umumnya berupa Fe (II) karena belum
tercampur dengan oksigen dari atmosfer. Air tanah yang mengandung Fe (II) murni
(tanpa ada oksigen) bersifat jernih. Namun, jika Fe (II) mengalami oksidasi oleh
oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dan
menyebabkan air menjadi keruh dan pembentukan besi (III) oksidasi terhidrat yang
tidak larut menyebabkan air berubah menjadi abu-abu. Besi (III) berbahaya bagi
kesehatan jika dikonsumsi setiap hari. (Ary Andini, 2018)
Penentuan kadar suatu logam biasanya menggunakan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) yang merupakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI). Meskipun
menggunakan metode SNI dengan SSA sudah tervalidasi tetapi ketersediaan alat
tersebuthingga saat ini masih minim dikarenakan alat tersebut yang mahal. Metode lain
yang dapat digunakan untuk menentukan kadar logam adalah dengan menggunakan
spektrofotometer Ultra Violet-Visible. Beberapa pengompleks yang dapat digunakan
untuk menentukan kadar besi adalah molybdenum, selenit, difenilkarbazon, fenantrolin
dan alizarin red s (ARS). Dari beberapa jenis reagen tersebut yang paling banyak
digunakan adalah fenantrolin karena kompleks Besi (II) fenantrolin dapat membentuk
kompleks dengan warna yang stabil dalam waktu yang lama. Sedangkan untuk
pengompleks ARS, belum ada penelitian mengenai penentuan kadar besi yang
menggunakan pengompleks tersebut, karena saat ini pengompleks ARS hanya
digunakan untuk menentukan kadar logam seperti Pb, Ni, Cu, Zn dan Cd. (Tri Morti.
2018)
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek pada panjang
gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya.
Suatu daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar gamma
gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang mikro Spektrum
absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak umumnya terdiri dari satu
atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul dapat menyerap radiasi dalam
daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka mengandung electron, baik yang dipakai
bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang
gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung pada bagaimana erat elektron terikat
di dalam molekul. Elektron dalam satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan
radiasi dengan energy tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya.
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan
cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang
diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan
tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan. (Mustika
Ningrum . 2015)

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
- Labu ukur
- Pipet ukur
- Ball pipet
- Gelas beaker
- Spektrofotometer
b. Bahan
- Hidroksilamin
- Hidroksida 10%
- Buffer amonium asetat
- Fenantrolin 1000 ppm
- HCl pekat
- Sampel air

VI. PROSEDUR KERJA


1. Pembuatan Larutan Standar Besi (III) 100 ppm
a. Timbang 0,484 gr padatan FeCl36H2O
b. Larutkan dalam 50 ml aquades
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL, tepatkan dengan aquades
hingga tanda batas
d. Simpan dalam botol gelap, beri label
2. Pembuatan Larutan Buffer Amonium Asetat
a. Timbang 25 gr amonium asetat
b. Larutkan dalam 15 ml aquades
c. Tambahkan 70 ml asam asetat glasial
d. Simpan dalam botol reagen, beri label
3. Pembuatan Larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
a. Timbang 1,10-orto fenantrolin
b. Larutkan dalam 50 ml aquades
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 ml
d. Tambahkan 2 tetes HCl pekat
e. Simpan dalam botol gelap, beri label
4. Pembuatan Larutan Hiidroksilamin Hidroksida 10%
a. Timbang 10 g hidroksilamin hidroksida
b. Larutkan dalam ± 50 mL aquades
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL , tepatkan dengan aquades
hingga tanda batas
d. Simpan dalam botol reagen, beri label
5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
a. Buat deret larutan standar besi (III) dengan konsentrasi 2 dan 6 ppm
b. Pipet 2 mL dan 6 mL larutan standar besi (III) 100 ppm
c. Masukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%
e. Tambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
f. Tambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat
g. Encerkan dengan auades hingga tanda batas
h. Diamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar
i. Ukur abosrbansi larutan standar pada rentang panjang gelombang 450-580
nm, dengan interval 10 nm
j. Catat absorbansi yang terukur oleh alat
6. Pembuatan Kurva Standar
a. Buat deret larutan standar besi (III) dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10
ppm
b. Pipet 2, 4, 6, 8 dan 10 mL larutan standar besi (III) 100 ppm
c. Masukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%
e. Tambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
f. Tambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat
g. Encerkan dengan aquades hingga tanda batas
h. Diamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar
i. Ukur abosrbansi larutan standar pada maks
j. Catat absorbansi yang terukur oleh alat
7. Pengukuran Kadar Fe dalam Sampel Air
a. Pipet 50 mL sampel air
b. Masukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL
c. Tambahkan 2mL HCl pekat
d. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%
e. Tambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
f. Tambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat
g. Encerkan dengan aquades hingga tanda batas
h. Diamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar
i. Ukur abosrbansi larutan standar pada maks
j. Catat absorbansi yang terukur oleh alat

VII. HASIL PENGAMATAN


PENENTUAN DATA LAMDA MAXIMAL

Konsentrasi FeCl3 Lamda Absorbansi


Blanko 510 -0,0001
Standar 0 510 0,0001
Standar 2 510 0,0586
Standar 4 510 0,1194
Standar 6 510 0,2034
Standar 8 510 0,2552
Standar 10 510 0,3234
DATA KURVA STANDAR

KADAR Fe PADA SAMPEL UJI

Absorbansi Kadar
Rata- Kadar Fe
Sampel air Kelompok
I II rata Fe sampel
(mg/L)
Air sumur I 0,0055 0,0060 0,00575 0,35
0,354
bor I I 0,0059 0,0061 0,006 0,36
Air limbah II 0,0571 0,0573 0,0572 2,03
2,785
pisau II 0,1041 0,1035 0,1038 3,54
Air sumur III 0,0033 0,0034 0,00335 0,27
0,283
bor II III 0,0040 0,0040 0,004 0,29
IV 0,0109 0,0109 0,0109 0,52
Air beji I 0,397
IV 0,0037 0,0032 0,00345 0,28
sumur gali V 0,0541 0,0541 0,0541 1,93
1,237
I V 0,0115 0,0122 0,01185 0,55
Air sumur VI 0,0263 0,0263 0,0263 1,02
0,87
gali II VI 0,0172 0,017 0,0171 0,72
VII 0,0063 0,00625 0,00625 0,37
Air beji II 0,375
VII 0,0068 0,00675 0,00675 0,38
VIII 0,0282 0,0282 0,0282 1,08
Air limbah 1,125
VIII 0,0307 0,0311 0,0309 1,17

Kadar Fe sampel
ϒ = A + Bx → x = (ϒ-A) : B
A = -0,0050
B = 0,0307

1. Air Sumur Bor X1 = (0,00575 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,35
X2 = (0,006 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,36
0,35+0,36
Kadar fe = = 0,354 mg/L
2

2. Air Limbah Pisau X1 = (0,0572 – (-0,0050)): 0,0307


= 2,03
X2 = (0,1038 – (-0,0050)) : 0,0307
= 3,54
2,03 +3,54
Kadar fe = = 2,785 mg/L
2

3. Air Sumur Bor X1 = (0,00335 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,27
X2 = (0,004 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,29
0,27+0,29
Kadar fe = = 0,283 mg/L
2

4. Air beji X1 = (0,0109 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,52
X2 = (0,00345 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,28
0,52+0,28
Kadar fe = = 0,397 mg/L
2

5. Air Sumur Gali X1 = (0,0541 – (-0,0050)): 0,0307


= 1,93
X2 = (0,01185 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,55
1,93+0,55
Kadar fe = = 1,237 mg/L
2

6. Air Sumur Gali X1 = (0,0263 – (-0,0050)): 0,0307


= 1,02
X2 = (0,0171 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,72
1,02+0,72
Kadar fe = = 0,870 mg/L
2

7. Air Beji X1 = (0,00625 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,37
X2 = (0,00675 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,38
0,37+0,38
Kadar fe = 2
= 0,375 mg/L

8. Air Limbah X1 = (0,0282 – (-0,0050)): 0,0307


= 1,08
X2 = (0,0309 – (-0,0050)) : 0,0307
= 1,17
1,08 + 1,17
Kadar fe = = 1,125 mg/L
2

VIII. PEMBAHASAN

Air merupakan kebutuhan dasar dan bagian dari kehidupan yang fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain, dengan demikian layak untuk diketahui
kandungan air tersebut. Air tanah memiliki beberapa kerugian atau kelemahan
dibanding sumber air lainnya karena air tanah mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi tinggi. Zat-zat mineral tersebut antara lain magnesium, kalsium dan besi
yang menyebabkan kesadahan. Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat
menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat
berupa penyakit menular maupun tidak menular. Penyakit menular yang disebarkan
oleh air secara langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne disease). Penyakit
tidak menular akibat penggunaan air terjadi karena air telah terkontaminasi zat-zat
berbahaya atau beracun (Munfiah, dkk. 2013).

Pada dasarnya air terdapat pada berbagai lokasi seperti di udara, permukaan
bumi dan di dalam tanah. Air adalah materi di dalam kehidupan.Sekitar tiga per empat
bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih
dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak,
mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga
digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadaman kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga
ditularkan dan disebarkan melalui air. Air yang terdapat dalam tanah seperti air yang
berasal dari sumur bor sangat beragam kualitasnya tergantung pada kondisi lapisan
tanah disekitar sumber air tersebut. Secara umum air yang terdapat dalam tanah dapat
mengandung bahan-bahan mineral dan bahan-bahan organik. Mineral anorganik yang
terkandung dalam air tanah antara lain berupa kalsiumkarbonat(CaCO3), besi (Fe),
mangan (Mn), seng (Zn), timbal (Pb), aluminium (Al), merkuri (Hg), atau bahanbahan
kimia lainnya yang meresap ke dalam tanah. Air tanah juga termasuk air artesis.
Kualitas air tanah relatif konstan dan kualitasnya ada yang memenuhi dan ada yang
yang tidak memenuhi standar kualitas air bersih. Selain mengandung mineral air tanah
kadang-kadang mengandung berbagai macam gas terlarut seperti karbon dioksida, CO2
agresif, gas metana, CH4 dan di-hidrogen sulifida H2S. Salah satu ion logam yang
penting bagi manusia adalah ion besi(II) merupakan nutrien dan dibutuhkan tubuh
dengan kebutuhan 1 mg yang dapat diperoleh dari makanan dan air minum (TN Edwina.
2013).

Besi (Fe) adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Senyawa besi
dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah
merah, dimana tubuh memerlukan 7–35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air.
Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan
masalah kesehatan, yaitu warna kulit menjadi hitam akibat akumulasi Fe, air minum
yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi, kadar
Fe yang besar dapat merusak dinding usus, iritasi pada mata dan kulit, kelarutan besi
dalam air yang melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk, dan
dapat terjadi hemokromatesis. Kadar besi (Fe) yang melebihi batas maksimal yang
diperbolehkan pada air minum berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010
adalah 0.3 mg/l.
Di dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah
warna. Konsentrasi Fe yang lebih besar dari 0,5 mg/liter dapat menyebabkan rasa yang
aneh pada minuman dan meninggalkan noda-noda atau warna coklat pada pakaian
cucian. susunan unsur-unsur kimia air tanah tergantung pada lapis-lapis tanah yang
dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah karena mengandung
Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Jika melalui batuan granit maka air itu lunak dan agresif
karena mengandung gas CO2 dan Mn(HCO3)2. Dalam segi operasioan keberadaan
besi dalam air dapat juga menyebabkan pemborosan energi, karena diperlukan energi
ekstra untuk memompa melalui pipa yang mengecil akibat pengendapan besi atau
mangan. Air sumur yang mengandung FeO akan bereaksi dengan H2O dan CO2 dalam
tanah dan membentuk Fe (HCO3)2 dimana semakin dalam air yang meresap ke dalam
tanah semakin tinggi juga kelarutan besi karbonat dalam air tersebut (H Zaini. 2019).

Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri


sinar tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah.
Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode
orto-fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga
dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks
dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar
tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk
kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif (Putri & Yudhastuti, 2006)

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada


pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak
berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut
juga spektrofotometri adsorpsi atomic (Putri & Yudhastuti, 2006)

Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang


dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada
fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh
dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun
dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk
larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
sampel dan blanko ataupun pembanding (Putri & Yudhastuti, 2006).

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan cara pengukuran


serapan larutan standar Fe. Pada pengukuran panjang gelombang larutan standar Fe
memberikan serapan tertinggi pada panjang gelombang maksimum 248,3 nm.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mendapatkan serapan
maksimum. Untuk memilih panjang gelombang maksimum dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan standar pada konentrasi tertentu (Hasni Mufida, Dkk, 2016).

Berdasarkan hasil praktikum dilakukan penentuan panjang gelombang


maksimum terlebih dahulu. Panjang gelombang maksimum kompleks trisfenantrolin
besi(II) ditentukan secara spektrosfotometri UV-vis pada panjang gelompang 510 nm.
Kompleks ini menghasilakan warna jingga. Penentuan panjang gelombang maksimum
karena pada panjang gelombang maksimum memiliki sensitivitas tertinggi. Selain itu
pada panjang gelombang maksimum data yang didapat juga lebih akurat sehingga dapat
mengurangi terjadinya resiko kesalahan pada analisa selanjutnya (Nina Anjarsari dan
R. Djarot Sugiarso K. S. 2015).

Penentuan kurva standar sebagai salah satu metode validasi yang berguna
sebagai pembuktian untuk mengetahui keabsahan, kualitas dan kesesuaian data yang
diperoleh dari proses analisisa. Metode validasi untuk spektrofotometer UV-Vis
menggunakan beberapa parameter seperti: linearitas, akurasi, presisi. Variasi
konsentrasi mempengaruhi warna kompleks yang dihasilkan, dimana semakin besar
konsentrasi intensitas warna kompleks yang terlihat semakin tinggi. Variasi konsentrasi
dari 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm terbukti bahwa larutan dengan konsentrasi 10 ppm
mempunyai intensitas warna lebih tinggi. Kurva kalibrasi dapat dikatakan baik apabila
kurva tersebut telah memenuhi syarat, yakni konsentrasi dan absorbansi berada pada 1
garis linieritas dan memiliki regresi linear (R2) dimana nilai tersebut dikatakan baik
apabila berada pada kisaran 0,9 ≤ R2 ≤ 1 (Nina Anjarsari dan R. Djarot Sugiarso K. S.
2015).

Sebelum melakukan pengukuran sampel air terlebih dahulu sampel air


dilakukan perlakuan khusus sebelum dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer.
Untuk pengukuran sampel terlenih dahulu sampel dipipet 50 mL kemudian dimasukkan
dala labu takar 100mL. Kemudian ditambahkan 2 mL HCl pekat. Kemudian
ditambahkan 1mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%. Ditambahkan 10 mL larutan
1,10-orto fenantroline 1000 ppm. Penambahan ammonium asetat dilakukan sebanyak
10 mL. Setelah itu diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas dan dihomogenkan.
Selanjutnya diinkubasi dalam selama 10-15 menit dalam tempat gelap atau terhindar
dai sinar matahari. Perlakuan terhadap sampel berlaku juga pada pembuatan standar.
Pembuatan sampel dilakukan secara duplo dan dikur sebanyak 2 kali.

Dalam penetapan kadar besi dengan pereaksi o-fenantrolin, besi harus berada
dalam bentuk Fe2+, sehingga Fe3+ harus direduksi terlebih dulu menggunakan
hidrokuinon atau hidroksilamin hidroklorida, reduktor ini dibutuhkan untuk menjaga
Fe tetap dalam bentuk Fe2+. Kompleks Fe(fenantrolin) mempunyai absorbansi molar
sebesar 11.100 L/mol-cm pada panjang gelombang serapan maksimum. Nilai yang
sangat besar ini menandakan bahwa kompleks menyerap sangat kuat, kompleks ini
sangat stabil dan intensitas warnanya tidak berubah dalam waktu yang lama. Kompleks
yang berwarna merah-orange ini terbentuk secara optimal pada pH 3,5-4,5 sehingga
harus ditambahkan buffer asetat atau natrium asetat untuk mempertahankan pH tetap
pada rentang tersebut. Kemudian, ditambahkan dengan pereaksi 1,10-fenantrolin yang
dapat membentuk kompleks [Fe(1,10-fenantrolin)3]2+ dapat menyerap sinar tampak
yaitu pada panjang gelombang 510 nm (Budiarto, 2010).

Penetapan konsentrasi Besi (Fe) dalam sampel dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan garis regresi y = a + bx ; y = -0,0050 + 0,0307x. Dimana y
adalah absorbansi dari sampel. Dengan mensubstitusikan nilai absorbansi (y) dari
masing – masing sampel akan diperoleh nilai x yaitu konsentrasi besi (Fe) di dalam
masing0masing sampel. Besi (Fe) dalam air dapat diketahui kadarnya dengan
melakukan analisis kuantitatif secara spektrofotometri menggunakan reafen 1,10
fenantrolin. Sampel air yang ditambahkan dengan reagen fenantrolin akan mengubah
semua zat besi menjadi Fe2+ yang terlarut. Tiga molekul fenantrolin bergabung dengan
satu molekul Fe2+ membentuk senyawa kompleks berwarna oranye merah. Dari warna
larutan kompleks yang dihasilkan maka absorbansinya dapat diukur dengan
spektrofotometri Uv-Vis. Warna yang diukur oleh spektrofotometri UV-Vis adalah
warna komplementer dari senyawa kompleks yang dihasilkan. Warna merah jingga
yang dihasilkan mempunyai warna komplementer hijau-biru. Warna komplementer
terbentuk ketika cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang
melewati suatu medium (larutan warna kimia) panjang gelombang yang digunakan
yaitu 510 nm (Kuntum Khaira. 2013).

1. Air Sumur Bor I

Sumur yang dibuat dengan membor batuan. Sumur ialah lubang atau
liang yang dibuat ke dalam tanah untuk memperoleh air, minyak, air garam,
gas, maupun informasi mengenai keadaan tanah. Sumur dapat berupa sumur
galian yang kemudian dilengkapi dengan timba, terowongan miring, atau
sumur bor yang kemudian dilengkapi dengan pompa penyedot. Sumur bor
yang tidak perlu dilengkapi dengan pompa karena airnya akan menyembur
keluar disebut sumber artesis buatan (Sutandi, 2012).

Berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan secara duplo


diketahui pada sampel air sumur bor di dapat adalah 0,35 mg/L dan 0,36
mg/L dengan rerata 0,35 mg/L. Hasil tersebut melebihi batas yang di
tetapkan. Standar baku mutu yang telah ditetapkan dalam PERMENKES
No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat kualitas air yaitu 0,3
mg/l. (Khimayah, 2015). Sehingga dapat dinyatakan kadar besi air sumur
bor tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
perlu dilakukan upaya pengolahan air untuk menurunkan kadar besi (Fe)
sehingga aman untuk dikonsumsi. Faktor lain yang berpengaruh terhadap
pencemaran besi (Fe) pada air sumur, antara lain: karakteristik tanah,
kecepatan aliran air tanah, arah aliran tanah, dan berbagai faktor lainnya
(Putri & Yudhastuti, 2006).

2. Air Limbah Logam

Sampel selanjutnya yang diukur kadar besinya adalah sampel air


limbah logam yang diambil di pengerajin pisau di Desa Gubung, Kec.
Tabanan, Kab. Tabanan. Absorbansi rata – rata yang didapatkan dari
percobaan pertama sebesar 0.0572 dan absrobansi rata – rata pada
percobaan ke dua sebesar 0.1038. Selanjutnya kadar Fe dalam sampel
dihitung dengan menggunakan persamaan kurva standar y = A + Bx
diamana nilai A = -0.005 dan nilai B = 0.0307. Setelah dihitung didapatkan
kadar Fe pada percobaan pertama sebesar 2.03 mg/L dan kadar Fe pada
percobaan kedua sebesar 3.54 mg/L. Rata – rata kadar Fe dalam sampel air
limbah I sebesar 2.785 mg/L. Adapun penyebab perbedaan absorbansi yang
cukup signifikan pada percobaan pertama dan kedua pada beberapa sampel
disebabkan kurangnya homogenisasi pada saat pemipetan sampel serta
kemungkinan adanya kontaminan yang bersumber dari alat – alat
laboratorium yang belum dibilas sebelum digunakan sehingga mengganggu
intensitas warna yang diukur oleh spektrofotometer.

3. Air Sumur Bor II

Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air
tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah
permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi.
Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung
dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan
pompa tangan maupun pompa mesin . Air sumur bor merupakan salah satu
jalan yang ditempuh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih,
namun tingginya kadar ion Fe (antara 1–7 mg/l) mengakibatkan harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Kadar besi
yang standar untuk air bersih menurut Departemen kesehatan di dalam
Permenkes No. 492 /Per/Menkes/IV/ 2010 tentang air bersih yaitu sebesar
0,3 mg/l dan memiliki syarat yaitu tidak berasa, tidak berwarna, tidak
berbau, dan setiap komponen yang terkandung dalam air harus sesuai
dengan yang ditetapkan (H Zaini. 2019).

Dalam praktikum ini, konsentrasi besi (Fe) dalam sampel air sumur
bor di Gang Baja, Sidakarya diperiksa dengan menggunakan
Spektofotometri panjang gelombang maksimum kompleks trisfenantrolin
besi(II) ditentukan secara spektrosfotometri UV-vis pada panjang
gelompang 510 nm. Kompleks ini menghasilakan warna jingga. Penentuan
panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum
memiliki sensitivitas tertinggi. Selain itu pada panjang gelombang
maksimum data yang didapat juga lebih akurat sehingga dapat mengurangi
terjadinya resiko kesalahan pada analisa (N Anjarsari. 2016).

Berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan secara duplo


diketahui pada sampel air sumur bor di dapat adalah 0,27 mg/L dan 0,29
mg/L dengan rerata 0,28 mg/L. Hasil tersebut tidak melebihi batas yang di
tetapkan. Standar baku mutu yang telah ditetapkan PERMENKES No
492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0,3 mg/l. Sehingga dapat dinyatakan kadar
besi air sumur bor tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan.

4. Air Beji I
Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam.
Berdasarkan keluarnya (muncul kepermukaan tanah) mata air, dapat
dibedakan menjadi: mata air rembesan, yaitu mata air yang keluar dari
lereng-lereng dan mata air umbul, yaitu mata air keluar dari suatu daratan.
Air beji biasanya digunakan oleh masyarakat bali khususnya untuk
keperluan sehari-hari.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji terhadap parameter kimia air
khususnya kadar besi (Fe) pada sampel air beji. Setelah dilakukan pengujian
dengan metode spektrofotometri diperoleh hasil pada sampel yang
dilakukan secara duplo adalah 0,52 mg/L dan 0,28 mg/L dengan rerata
0.397 mg/L. Hasil tersebut melebihi batas yang di tetapkan. Standar baku
mutu yang telah ditetapkan dalam PERMENKES No
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat syarat kualitas air yaitu 0,3 mg/l
(Khimayah, 2015).
5. Air Sumur Gali I

Konsentrasi Fe menurut Permenkes RI No. 492 tahun 2010, kadar


Fe maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0,3 mg/L,
sedangkan air bersih adalah 0,5 mg/L. Berdasarkan hasil pengamatan,
konsentrasi Fe pada air sumur gali yaitu pada pengukuran I didapatkan
absorbansi dengan rata-rata 0,0541 dan pada pengukuran II didapatkan
0,01185. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan persamaan garis regresi linier sehingga didapatkan kadar Fe
masing-masing 1,93 dan 0,55, sehingga rata-rata kadar Fe pada air sumur
gali tersebut yaitu 1,24 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut jika dibandingkan
dengan kadar Fe maksimum dalam air bersih menurut Permenkes yaitu 0,5
mg/L, kadar Fe pada air sumur gali berada diatas standar sehingga tidak
aman digunakan. Namun pada hasil pengukuran tersebut hasil yang
didapatkan pada pengukuran pertama dengan kedua sangat jauh, hal ini
kemungkinan dikarenakan pada saat pemipetan sampel air tidak sama
sehingga saat dilakukan pengukuran hasil yang didapatkan tersebut tinggi.
Sebaiknya air sumur gali kadar Fe harusnya berada dibawah standar karena
air sumur gali biasa digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Tingginya kandungan logam besi (Fe) diduga disebabkan oleh
kandungan Fe yang berasal dari beberapa sumber, yaitu selain dari tanah
juga berasal dariaktivitas manusia yang terjadi di daratan yakni adanya
buangan limbah rumah tangga yang mengandung besi, reservoir air dari
besi, endapan-endapan buangan industri dan korosi dari pipa-pipa air yang
mengandung logam besi yang dibawa oleh aliran.

6. Air Sumur Gali II

Ferrum ( Fe ) merupakan salah satu parameter kimiawi air tanah


yang mempunyai nilai esensial bagi manusia tetapi sekaligus juga
memberikan efek toksik. Adanya kandungan besi dalam air menyebabkan
warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa lama
kontak dengan udara. Selain dapat mengganggu kesehatan, juga
menimbulkan bau yang kurang enak dan menyebabkan warna kuning pada
dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian (Khimayah, 2015).

Berdasarkan hasil praktikum, pada sampel dilakukan secara duplo


hasil yang di dapat adalah 1,93 mg/L dan 0,55 mg/L dengan rerata 1,24
mg/L. Hasil tersebut melebihi batas yang di tetapkan. Standar baku mutu
yang telah ditetapkan dalam PERMENKES No 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang syaratsyarat kualitas air yaitu 0,3 mg/l. (Khimayah, 2015) Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya pengolahan air untuk menurunkan kadar
besi (Fe) sehingga aman untuk dikonsumsi. Faktor lain yang berpengaruh
terhadap pencemaran besi (Fe) pada air sumur, antara lain: karakteristik
tanah, kecepatan aliran air tanah, arah aliran tanah, dan berbagai faktor
lainnya (Putri & Yudhastuti, 2006).

7. Air Beji II

Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke


permukaan tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam.
Berdasarkan keluarnya (muncul kepermukaan tanah) mata air, dapat
dibedakan menjadi: mata air rembesan, yaitu mata air yang keluar dari
lereng-lereng dan mata air umbul, yaitu mata air keluar dari suatu daratan.
Upaya konservasi ekosistem mata air sangat diperlukan untuk menjamin
keberlanjutan pendayagunaan mata air serta mencegah dan menanggulangi
dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan eksploitasi mata air.
Dengan pemanfaatan secara bijaksana diharapkan ketersediaan debit mata
air maupun kualitasnya dapat terjamin, baik untuk masa kini maupun untuk
masa mendatang. Kualitas air dari mata air akan sangat tergantung dari
lapisan mineral tanah yang dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-
karakter khusus dari mata air tersebut. Kebanyakan air yang bersumber dari
mata air kualitasnya baik sehingga umumnya digunakan sebagai sumber air
minum oleh masyarakat sekitarnya.

Mata air oleh masyarakat di Bali sering disebut dengan beji. Dalam
pemanfaatannya air beji sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik
mencuci, mandi, bahkan untuk air minum. Pada praktikum kali ini
dilakukan uji terhadap parameter kimia air khususnya kadar besi (Fe) pada
sampel air beji. Sampel air beji yang digunakan diambil dari Beji yang
berlokasi di Desa Kekeran, kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Setelah dilakukan pengujian dengan metode spektrofotometri diperoleh
hasil absorbansi rata-rata sampel 7 yaitu air beji sebesar 0,0065 dan
diperoleh kadar besi pada sampel adalah 0,375 mg/L jika dibandingkan
dengan standar kualitas air minum dan hygiene sanitasi yang diatur oleh
Permenkes maka air beji ini tidak layak untuk dijadikan air minum karena
kadar besi yang terkandung melampaui batas yang ditentukan yaitu 0,3
mg/L.

8. Air Limbah Perak

Besi merupakan logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah


aluminium pada kulit bumi dan ditemukan dalam bentuk divalen dan
trivalen dimana dalam bentuk divalent berperan sebagai mikronutrisi
esensial. Besi banyak terkandung dalam peraiaran, termasuk air sumur.
Kandungan besi dalam air sumur menimbulkan warna kekuningan
(Dinanarum & Sugiarso, 2013).

Pada praktikum kali ini, kami menggunakan air limbah perak


sebagai sampel yang akan diperiksa. Perak adalah jenis logam mulia yang
banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk perhiasan, antara lain cicin,
kalung, bross dan banyak juga dipergunakan untuk keperluan dekorasi,
serta keperluan asesoris. Logam mulia adalah logam yang tahan terhadap
korosi maupun oksidasi. Air limbah perak merupakan air sisa produksi dari
suatu proses pembuatan perhiasan perak dalam suatu industri. Jenis air ini
tergolong memiliki kualitas yang kurang baik karena kontaminan yang
terkandung didalamnya. Kontaminan yang terkandung didalam air industri
bermacam-macam tergantung dari proses terkait yang menghasilkan air
tersebut (Mahesti Dwi, 2014).

Pengambilan sampel air limbah perak dilakukan dengan cara


menampungnya langsung pada botol plastik steril. Air limbah perak diambil
langsung dari wadah penampungan limbah. Air limbah perak yang kami
dapatkan berwarna keruh keabu-abuan, berbusa, dan berbau. Kemudian di
laboratorium dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring
untuk menghilangkan kotoran yang terdapat dalam air limbah.

Pengukuran konsentrasi logam besi (Fe) dengan sampel air limbah


perak yaitu sebesar 1,125 mg/L. Berdasarkan pengukuran larutan standar
diperoleh y = 0,0307x – 0,0050. Nilai y adalah serapan dan nilai x adalah
konsentrasi baku. Nilai koefesien korelasi ( r ) sebesar 0,9970. Selanjutnya
dari hasil pengukuran dibuat grafik linier yang dapat diamati bahwa serapan
dan konsentrasi sampel berbanding lurus yaitu semakin tinggi konsentrasi
maka serapannya pun makin tinggi yang hasilnya dibuat kurva kalibrasi
(Hasni Mufida, Dkk, 2016).

Hasil penetapan kadar sampel air limbah perak yaitu sebesar 1,125
mg/L. Kadar logam Besi (Fe) tersebut masih memenuhi standar SNI
6989.5:2009. Kadar maksimum logam yang diperbolehkan pada air dan air
limbah menurut SNI 6989.5:2009 dimana kadar maksimum logam besi
pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L sampai dengan 10 mg/L (Puspita, Cahya,
2018). Hal ini dikarenakan sampel yang diambil merupakan air limbah
perak sehingga kemungkinan kandungan logam besi yang terdapat dalam
air limbah perak sedikit.

Faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi besi pada air limbah
yatiu pH juga berkaitan dengan alkalinitas. Pada pH <5 alkalinitas dapat
mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalintas
dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. pH rendah bersifat korosif.
Selain itu ada juga kekeruhan, kekeruhan disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan
organik atau inorganik, dan mikroorganisme air. Disini berakibat air limbah
menjadi kotor dan tidak jernih. Selain itu baketeri patogen dapat berlindung
di dalam atau di sekitar bahan penyedap turbidity (Situmorang FA, 2017).

IX. SIMPULAN
Berdasarkan praktikum analisis Fe (III) Secara Spektrofotometri UV VIS pada
sampel air didapatkan pada masing-masing sampel yaitu air sumur bor I, air limnah
pisau I, air sumur bor II, air beji I, air sumur gali I, sumur gali II, air beji II, air limbah
II, kadar Fe rerata berurutan sebagai berikut : 0,35 ; 0,79 ; 0,28 ; 0,40 ; 1,24 ; 0,87 ;
0,37 dengan satuan mg/L.

X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan bagaimana terjadinya peningkatan kadar besi pada suatu sampel air?
Peningkatan zat besi di dalam air dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu pH, gas yang ikut terlarut, air yang mengandung bakteri, dan suhu.
a. pH
pH akan membuat kadar zat besi menjadi tinggi di dalam air
dikarenakan jika pH normal maka zat besi di dalam air akan terlarut,
tetapi ketika pH semakin rendah maka akan meningkatkan derajat
korosif. Kadar kesadahan (pH) air normal yang tidak menyebabkan
masalah adalah 7 (6,8 – 7,2). Air yang berkadar kesadahan normal (pH
7 atau antara 6,8 – 7,2) dapat melarutkan semua jenis mineral termasuk
zat besi.
b. Gas Terlarut
Jika terdapat gas CO2 dan H2S di dalam air tersebut, maka akan
bersifat korosif terhadap ion besi.
c. Suhu
Suhu tinggi akan meningkatkan derajat korosif besi di dalam air.
Semakin tinggi derajat korosif maka kadar besi di dalam air juga akan
tinggi.
d. Bakteri
Ketika air mengandung bakteri-bakteri zat besi yang membutuhkan
besi dan oksigen untuk tetap hidup. Bakteri-bakteri zat besi (crenotrik,
leptotrik, callitonella, siderocapsa dan Iain-Iain) yang membutuhkan
makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut dalam air, secara
biologis amat mempengaruhi tinggi-rendahnya kadar zat besi pada air.
Ia akan mengoksidasi zat besi yang terlarut di dalam air, tetapi jika air
tersebut tidak mengandung bakteri ini, maka zat besi tidak akan terlarut
dan justru menjadi endapan yang mana akan menyebabkan kadar zat
besi di dalam air tersebut akan menjadi tinggi.
2. Jelaskan factor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar besi pada suatu
sampel air?

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar besi (Fe)


pada air, diantaranya meliputi :

a. Kadar kesadahan (pH) yang rendah


Kadar kesadahan (pH) air normal yang tidak menyebabkan masalah
adalah 7 (6,8 – 7,2). Air yang berkadar kesadahan normal (pH 7 atau antara
6,8 – 7,2) dapat melarutkan semua jenis mineral termasuk zat besi.
b. Ada gas yang ikut terlarut.
Jenis-jenis gas dimaksud adalah CO2 dan H2S. Beberapa gas
terlarut dalam air tersebut akan bersifat korosif.

c. Mengandung bakteri.
Bakteri-bakteri zat besi (crenotrik, leptotrik, callitonella,
siderocapsa dan Iain-Iain) yang membutuhkan makanan dengan
mengoksidasi besi sehingga larut dalam air, secara biologis amat
mempengaruhi tinggi-rendahnya kadar zat besi pada air. Bakteri-bakteri
tersebut membutuhkan oksigen dan besi untuk mempertahankan hidupnya.
d. Temperatur
Kenaikan temperature akan meningkatkan derajat korosif.
e. Adanya pencemaran
Pencemaran yang dimaksud contohnya sisa buangan air limbah
industri yang dibuang sembarangan dan meresap ke dalam tanah kemudian
jika di dekat sana dibuat sumur, mau tidak mau air tanah yang muncul
adalah yang telah terkontaminasi Fe.
3. Jelaskan metode-metode pemeriksaan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan
ion besi pada sampel air beserta keunggulan dan kelemahannya masing-masing!
Pengujian kadar besi dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya,
spektrofotometri serapan atom, flourometri, metode flow injection serta
spektrofotometri UVVis yang menjadi banyak rujukan karena tingkat akurasi baik,
cepat dan mudah. Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan
spektrofotometri sinar tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi
besi yang rendah.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
Sedangkan metode pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer ini
digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Analisis spektrofotometri campuran Fe2+ dan Fe3+ secara umum
merupakan metode tidak langsung yang dilakukan secara bertahap.
Orthofenantrolin atau o-fenantrolin sebagai agen pengompleks dapat berikatan
dengan Fe2+ dan Fe3+ membentuk kompleks berwarna berbeda, sehingga
diharapkan Fe2+ dan Fe3+ dalam campuran bisa ditentukan secara langsung
sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri. Senyawa kompleks
berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan 1,10-phenantrolin
(ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi dalam air yang
digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa lemah dapat bereaksi membentuk
ion phenanthrolinium, phen H+ dalam medium asam.
Sedangkan untuk metode AAS memiliki prinsip analisis yaitu interaksi
antara energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan
untuk analisis unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi
atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali
ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam
bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur
dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian
mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi
atom). Untuk AAS keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom
pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi
radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini
menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang diberikan.
Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada
tingkat dasar tersebut (Christina, 2006).
4. Jelaskan bagaimana cara penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan
spektrofotometri!

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan beberapa langkah,


yaitu diawali dengan pembuatan larutan standar. Larutan standar untuk penentuan
panjang gelombang ini berisi larutan standar besi (III), senyawa pereduksi, dan
senyawa pengompleks. Kemudian, setelah diinkubasi selama 10-15 menit di tempat
gelap, larutan kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 450-580 nm. Langkah-langkah penentuannya adalah :

a. Membuat deret larutan standar besi (III) dengan konsentrasi 2 dan 6 ppm

b. Memipet 2 mL dan 6 mL larutan standar besi (III) 100 ppm

c. Memasukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL

d. Menambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%

e. Menambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm

f. Menambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat

g. Mengencerkan dengan auades hingga tanda batas

h. Mendiamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar

i. Mengukur abosrbansi larutan standar pada rentang panjang gelombang 450-580


nm, dengan interval 10 nm

j. Mencatat absorbansi yang terukur oleh alat

5. Jelaskan dampak adanya ion besi pada sampel air dalam bidang kesehatan !
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah
keberadaannya. Besi (Fe) adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Ion Fe
atau besi selalu di jumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang rendah, seperti
pada air tanah dan pada daerah danau yang tanpa udara. Fe logam berat esensial, di
mana keberadaannya dalam kadar tertentu sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia,
namun dalam kadar yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Besi yang
dapat dikonsumsi oleh manusia berada dalam bentuk ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+.
Dalam tubuh, besi esensial memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam
mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut elektron dalam sel
dan mensistesis enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan untuk
menggunakan O2 selama memproduksi energi seluler. Tetapi zat Fe yang melebihi
dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang
sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe.
Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual
apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus.
Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang
lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila
kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air
berbau seperti telur busuk.
Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah
timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terfarutnya > 1,0 mg/l.
Pada Hemokromatesis primer besi yang diserap dan disimpan dalam jumlah
yang berlebihan di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi
sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks dengan
mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan
pankreas sehingga menimbulkan diabetes. Hemokromatis sekunder terjadi karena
transfusi yang berulang-ulang. Dalam keadaan ini besi masuk ke dalam tubuh
sebagai hemoglobin dari darah yang ditransfusikan dan kelebihan besi ini tidek
disekresikan. Dalam air minum, kadar besi dan mangan yang diperbolehkan yakni
masing- masing 0,3 mg/L dan 0,4 mg/L (Shyla B, dkk., 2012).

XI. DAFTAR PUSTAKA


Mustika Ningrum . 2015. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spektrofotometri.
Tersedia di : eprints.undip.ac.id › 7.BAB_II_TA.pdf. diakses pada : 6 September
2019
Ary Andini, 2018. Analisa Kadar Fe (Iii) Air Di Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo.
Medical Technology And Public Health Journal (Mtph Journal).
Tri Morti. 2018. Penentuan Kadar Besi (Fe) Pada Air Gambut Menggunakan
Spektrofotometer Ultra Violet-Visible Dengan Perbandingan Pengompleks
Fenantrolin Dan Alizarin Red S. Jurnal Kimia Khatulistiwa, Tahun 2018, 7(3):
109-117. Issn 2303-1077
Ramdyasari, 2014. Tinjauan Pustaka Pengertian Air. Tersedia Di : Eprints.Polsri.Ac.Id
Bab_Ii.

Asmaningrum, H. P. (2016). PENENTUAN KADAR BESI ( Fe ) DAN


KESADAHAN PADA AIR MINUM ISI ULANG DI DISTRIK MERAUKE,
3(2), 95–104.
Kuntum Khaira. 2013. PENENTUAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DAN AIR
PDAM DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI. Tersedia pada :
https://media.neliti.com/media/publications/129733-ID-penentuan-kadar-besi-
fe-air-sumur-dan-ai.pdf

Nina Anjarsari dan R. Djarot Sugiarso K. S. 2015. Analisa Gangguan Ion Merkuri(II)
terhadap Kompleks Besi(II)-Fenantrolin Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Tersedia pada :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad
=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjL35CR6rnkAhVBL48KHR2LBkcQFjAGegQIB
xAC&url=http%3A%2F%2Fejurnal.its.ac.id%2Findex.php%2Fsains_seni%2F
article%2Fdownload%2F14027%2F2414&usg=AOvVaw0M7X-x-OcADl-
9yPYKzW66

Sutandi, Maria Christine. 2012. Air Tanah. Tersedia pada :


https://repository.maranatha.edu/3914/1/Air%20Tanah.pdf

Munfiah, Siti dkk. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di
Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Tersedia pada :
https://media.neliti.com/media/publications/4800-ID-kualitas-fisik-dan-kimia-
air-sumur-gali-dan-sumur-bor-di-wilayah-kerja-puskesmas.pdf

Khimayah. (2015). VARIASI DIAMETER ZEOLIT UNTUK MENURUNKAN


KADAR BESI (Fe) PADA AIR SUMUR GALI. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 3(1), 523–532.

Putri, T. A., & Yudhastuti, R. (2006). Kandungan Besi ( Fe ) Pada Air Sumur Dan
Gangguan Kesehatan Masyarakat Di Sepanjang Sungai Porong Desa Tambak
Kalisogo Kecamatan Jabon Sidoarjo. Kesehatan Lingkungan, 7(1), 64–70.

TN Edwina. 2013. Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor Dikelurahan Gedung
Johor, Medan Johor, Medan.
http://repository.usus.ad.id/handle/123456789/37947

H Zaini. 2019. Penyisihan Ion Fe (II) dalam Air Sumur Bor dengan Metode Kolom
Menggunakan Adsorben dari Ampas Tebu yang Diaktivasi secara Fisika dan
Kimia. http://e-jurnal.pnl.ac.id/index.php/semnaspnl/article/download/758/774

N Anjarsari. 2016. Analisa Gangguan Ion Merkuri(II) terhadap Kompleks Besi(II)-


Fenantrolin Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis.

Khimayah. (2015). VARIASI DIAMETER ZEOLIT UNTUK MENURUNKAN


KADAR BESI (Fe) PADA AIR SUMUR GALI. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 3(1), 523–532.

Putri, T. A., & Yudhastuti, R. (2006). Kandungan Besi ( Fe ) Pada Air Sumur Dan
Gangguan Kesehatan Masyarakat Di Sepanjang Sungai Porong Desa Tambak
Kalisogo Kecamatan Jabon Sidoarjo. Kesehatan Lingkungan, 7(1), 64–70.

Puspita, Cahya. 2018. “VERIFIKASI METODE PENENTUAN BESI


(Fe)TERLARUTPADA SAMPEL AIR FILTER
LAYERMENGGUNAKANSPEKTROFOTOMETRISERAPAN ATOM DI
BALAI KONSERVASI BOROBUDUR”. Tersedia pada
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9673/15231040%20%20IS
MA%20DATIN%20RIRI%20CAHYA%20PUSPITA.pdf?sequence=1.
Diakses pada tanggal 9 September 2019
Budiarto. 2010. “PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEREAL MERK ”X”
MELALUI PROSEDUR PREPARASI DRY ASHING DAN WET
DIGESTION SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DENGAN
PEREAKSI 1,10-FENANTROLIN”. Tersedia pada
https://core.ac.uk/download/pdf/153435736.pdf. Diakes pada tanggal 9
September 2019
Hasni, Mufida. Dkk. 2016. “PENETAPAN KADAR LOGAM BESI (Fe) PADA AIR
SUMUR GALIAN WARGA SEKITAR INDUSTRI “X” KECAMATAN
PANJANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN
ATOM”. Tersedia pada http://malahayati.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/Isi-
Jurnal-Farmasi.pdf. Diakses pada tanggal 9 September 2019
Mahesti, Dwi. 2014. “KAJIAN RECOVERY LOGAM PERAK DARI LIMBAH
FOTOGRAFI MENGGUNAKAN ASAM ORGANIK DARI LIMBAH BUAH
DAN SAYUR SEBAGAI REDUKTOR DAN PENGARUH PENAMBAHAN
GAS N2”. Tersedia pada http://etd.repository.ugm.ac.id/. Diakes pada tanggal 9
September 2019
Situmorang FA. 2017. “ANALISIS KADAR LOGAM BESI (Fe) pH,
danTURBIDITAS PADA LIMBAH DOMESTIK di INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTANADI CEMARA MEDAN”. Tersedia pada
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3326/142401069.pdf?se
quence=1&isAllowed=y. Diakes pada tanggal 9 September 2019

Anda mungkin juga menyukai