Anda di halaman 1dari 7

Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisis

kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai,yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar.

Pada percobaan ini menggunakan larutan standar primer kalium bikromat


untuk menstandarisasikan larutan Na2S2O3.Standarisasi ini dilakukan karena
konsentrasi natrium tiosulfat belum diketahui.Dalam pembuatan larutan Na2S2O3 tidak
stabil untuk waktu yang lama.

Indikator yang digunkan adalah indicator kanji.Pemilihan indicator kanji ini


karna kanji dapat membentuk senyawa absorbs dengan iodium yang dititrasi dengan
natrium tiosulfat.Sedangkan fungsi dari penambahan KI adalah garam pengoksida
iodide secara kuantitatif menjadi iodium dalam larutan berasam.Setelah KI bereaksi
dengan larutan asam ,larutan tidak dibiarkan untuk waktu yang cukup lama untuk
berhubungan dengan udara,KI ini harus bebas dari iodat karena zat ini akan bereaksi
dengan larutan berasam untuk membebaskan iodium.Untuk itu larutan tersebut harus
di diamkan di tempat yang gelap.

Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku natrium


tiosulfat.Setelah dititrasi sampai larutan berwarna kuning mudah,kemudian larutan
ditambahkan indicator kanji sebanyak 2 mL sehingga larutan berubah menjadi warna
biru.

Maksud penambahan idikator kanji pada saat larutan berwarna kuning mudah
adalah pada saat itu konsentrasi I2 sudah dalam keadaan seminimal mungkin.Setelah
penambahan indicator kanji sebanyak 2 ml titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada
larutan hilang sehingga didapatkan normalitas Na2S2O3 0,0940 ek/L.

Sedangkan pada penentuan kadar CuSO4 , CuSO4 yang telah dilarutkan dengan
aquadest ditambahkan dengan asam asetat dan KI sehingga dihasilkan larutan
berwarna kuning kecoklatan ,dan ada endapan berwarna kuning keruh.

Penambahan KI bertujuan agar KI mampu mereduksi tembaga II menjadi


tembaga I sedangkan tembaga II tersebut teroksidasi menjadi I2 dalam larutan
berasam,sehingga membentuk iodide.Selanjutnya dititrasi sampai berwarna
kuning,dan kemudian ditambahkan indicator kanji sehingga larutan berubah warna
menjadi abu-abu.Kemudian dititrasi kembali sampai berwarna putih susu,sehingga
didapatkan kadar kemurnian CuSO4 29,81%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar CuSO4 yang didapatkan pada


percobaan yaitu 29,81% tidak memenuhi persyaratan kadar CuSO4 menurut
Farmakope Indonesia edisi III.Hal tersebut disebabkan karna kurangnya ketelitian
praktikan pada saat melakukan penimbangan sampel,melakukan titrasi melewati titik
akhir titrasi (TAT),serta indkator yang digunakan sudah tidak segar.

a larutan berubah warna menjadi abu-abu.Kemudian dititrasi kembali sampai


berwarna putih susu,sehingga didapatkan kadar kemurnian CuSO4 29,81%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar CuSO4 yang didapatkan pada


percobaan yaitu 29,81% tidak memenuhi persyaratan kadar CuSO4 menurut
Farmakope Indonesia edisi III.Hal tersebut disebabkan karna kurangnya ketelitian
praktikan pada saat melakukan penimbangan sampel,melakukan titrasi melewati titik
akhir titrasi (TAT),serta indkator yang digunakan sudah tidak segar.
Titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator
yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion Iodida berlebih dalam
keadaan yang sesuai yang selanjutnya Iodium dibebaskan secara kuantatif
dan dititrasi dengan larutan standar atau asam. Titrasi Iodometri ini
termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu pada transfer electron.

I2+ 2e- --> 2I-

(Day & Underwood,2001).

Disini Iod merupakan oksidator lemah sedangkan ion Iodida sering


bertindak sebagai reduktor . Oleh karena itu iodium dapat digunakan
sebagai reduktor dan oksidator.
Pada percobaan ini akan menentukan konsentrasi larutan kalium iodat
dengan larutan natrium tiosulfat menggunakan sebuah indikator kanji yang
tentunya menggunakan metode titrasi iodometri yang berprinsipkan
berdasarkan reaksi redoks yaitu serah terima elektron dimana elektron
diberikan oleh pereduksi dan diterima oleh pengoksidasi. Dalam
prosedurnya akan melakukan dua titrasi yaitu standarisasi larutan natrium
tiosulfat oleh larutan kalium iodat dan penentuan kadar sampel kalium
iodat oleh larutan natrium tiosulfat.

Sebelum melakukan percobaan, semua alat gelas yang akan digunakan dalam
percobaan harus dicuci terlebih dahulu dan setelah itu dikeringkan. Alat
gelas yang digunakan dalam percobaan harus dalam keadaan bersih dan kering
agar kuantitatif, bebas dari zat-zat pengotor yang dapat mengganggu
percobaan sehingga hasilnya tidak akurat.

Titrasi pertama yaitu stadarisasi disini menggunakan larutan


kalium iodat sebagai larutan standar atau larutan baku primer karena sudah
diketahui konsentrasinya dan sifat-sifatnya sesuai dengan syarat larutan
baku primer yaitu tidak higrokopis( stabil terhadap udara) dan
kemurniannya yang baik. Larutan kalium iodat dipipet dan dimasukan
kedalam labu titrasi, setelah itu ditambahkan padatan kalium iodida.
Padatan kalium iodida ini sangat bersifat higrokopis oleh karena itu
setelah penimbangan padatan kalium iodida harus ditutup dengan plastik
karena berkurangnya iodium akibat penguapan dan oksidasi udara dapat
menyebabkan banyak kesalahan untuk analisis selanjutnya. Fungsi
penambahan padatan kalium iodida ini untuk memperbesar kelarutan iodium
yang sukar larut dalam air dan kalium iodida ini untuk mereduksi analit
sehingga bisa dijadikan standarisasi. Kemudian ditambahkan larutan asam
sulfat karena titrasi ini dilakukan di suasana asam (pH < 8,0), bila pada
pH > 8,0 maka akan bereaksi dengan hidroksida, dengan reaksi :
- -
I2 + 2OH --> I + IO- + H2O
3IO- --> 2I- + IO3-

(Day & Underwood,2001).

Larutan kalium iodat asam mulai dititrasi dengan larutan baku sekunder
natrium tiosulfat. Larutan natrium tiosulfat perlu distandarisasikan
karena sifatnya belum stabil dalam waktu yang lama dan larutan ini
bersifat reduktor didalam air dengan adanya CO2 terjadi reaksi:

S2O3 + H+ --> HSO3- + S (endapan koloid yang dapat membuat larutan keruh)

(Svehla, 1990).

Penguraian ini dapat juga ditimbulkan oleh mikroba Thiobacillus thioparus


bila larutan dibiarkan lama, selain itu kestabilan larutan natrium
tiosulfat dipengaruhi oleh pH rendah dan lamanya terkena sinar matahari
oleh karena itu pada penyimpanan natrium tiosulfat ditempat dengan pH 7-10
karena pada pH yang berkisar sekitar itu aktivitas bakteri minimal.
Sehingga pada saat pembuatannya, natrium tiosulfat ditambahkan dengan
natrium karbonat untuk menjadikan pH larutan berkisar antara 7-10.

Titrasi iodometri dilakukan pada suasana asam. Pereaksi yang digunakan


untuk membuat suasana larutan menjadi asam adalah asam sulfat 2N yang
dibuat dari pengenceran asam sulfat pekat. Pengenceran harus dilakukan
dalam ruang asam, karena asam sulfat bersifat eksotermis. Penambahan
sedikit demi sedikit asam sulfat pekat ke dalam air akan menyebabkan
pelepasan kalor dan gas sulfide yang berbahaya bila terhirup manusia, maka
pengenceran asam sulfat dilakukan dalam ruang asam. Penambahan asam
sulfat dalam pelarut air dilakukan melalui dinding gelas kimia dan sedikit
demi sedikit. Karena bila ditambahkan langsung pada pelarut tanpa melalui
dinding dikhawatirkan akan terjadi percikan karena sifat eksotermis tadi.
Asam sulfat yang ditambahkan air bukan sebaliknya. Air memiliki massa
jenis yang lebih rendah dari asam sulfat dan cenderung mengapung di
atasnya, sehingga apabila air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, akan
mendidih dan bereaksi dengan keras. Asam sulfat adalah zat penhidrasi yang
sangat baik, afinitas asam sulfat terhadap air cukuplah kuat sedemikian
hingga atom hydrogen dan oksigen dari suatu senyawa dapat terpisah.

Proses titrasi harus cepat dilakukan karena kalium iodida dalam larutan
masih bisa menguap yang dapat mengakibatkan warna titik akhir akan hilang
sebelum waktunya. Warna awal yaitu cokelat menuju jingga yang setelah
dititrasi menjadi warna kuning. Pada kondisi ini ditambahkan indikator
kanji. Indikator kanji ini digunakan karena sensitivitas warna biru-tua
yang mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhit titrasi selain itu
kompleks antara iodium dan amilum memiliki kelarutan yang amat kecil dalam
air apalagi dalam larutan asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi
iod bebas dengan sejumlah zat pengoksid, sehingga iod bebas ini mudah
diidentifikasi dengan larutan indikator sebagai uji kepekaan terhadap iod
dari pewarnaan biru-tua yang dihasilkan oleh indikator kanji. Indikator
kanji ditambahkan pada saat akan menjelang titik akhir agar amilum tidak
mengikat atau membungkus Iodida yang dapat menyebabkan sulit untuk lepas
kembali sehingga warna biru sulit untuk lenyap atau hilang sehingga dapat
menganggu pengamatan perubahan warna pada titik akhir yaitu larutan yang
tak berwarna. Perubahan warna itu terjadi dari warna biru karena masih
ada iodium, dimana larutan sampel kalium iodat dipipet dan dimasukan
kedalam labu titrasi kemudian diencerkan dengan air suling jangan terlalu
banyak kemudian ditambahkan padatan kalium iodida agar iodium larut dalam
air dan tambahkan juga asam sulfat agar media bersifat asam sehingga
iodida dapat dioksidasikan menjadi iod-iod bebas yang mudah untuk
diidentifikasi nantinya kemudian mulai dititrasi cepat-cepat dengan
larutan natrium tiosulfat sebagai peniter, titrasi cepat-cepat agar
kalium iodida tidak habis menguap, pada titik akhir berubah menjadi warna
kuning kemudian ditambahkan indikator kanji sehingga kanji dengan adanya
iodida, ioidum dapat bereaksi membentuk kompleks berwarna biru tua
disebabkan iodium diadsorpsi oleh larutan kanji kemudian dititrasi lagi
sehingga warna dari biru menjadi tak berwarna menandakan iodium hasil
reaksi habis semua dititrasi oleh larutan natrium tiosulfat.

Larutan I2 dalam larutan KI encer bewarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan
I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquades akan memberikan warna kuninng
muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak
berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indicator. Namun demikian, warna
terjadi dalam larutan terszebut akan lebih sensitive dengan menggunakan
larutan kanji sebagai katalisatornya, karena kanji dengan I2 dalam larutan
KI bereaksi menjadi suatu kompleks Iodium yang berwarna biru.

Amilum dengan iodium dapat membentuk kompleks biru. Hal ini disebabkan
karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai
heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Betuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium
yang dapat masuk kedalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua
pada kompleks tersebut(Sumardjo,2009).

Kalium iodide merupakan yang higroskopis, mudah dioksidasi oksigen dari


udara dengan reaksi berikut :

4H+ + 4I- + O2 --> 2I- + 2H2O


(Sumardjo, 2009).

Reaksi berjalan cepat dalam suasana asam. Sehingga saat kalium iodide
dimasukkan kedalam larutan kalium iodat dalam suasana asam, harus
terhindar dari kontak dengan udara, karena akan mengakibatkan iodium yang
terbentuk akan lebih banyak dari yang seharusnya, yaitu iodium hasil dari
reaksi redoks antara kalium iodat dan kalium iodide, juga iodium dari
hasil reaksi oksidasi kalium iodide oleh udara.

Pada titrasi iodometri ini, standarisasi natrium tiosulfat dapat juga


digunakan kalium dikromat yang berwarna jingga sebagai larutan baku
primer. Pada titik akhir terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau.
Warna hijau ini berasal dari ion Cr3+ hasil dari oksidasi dikromat. Sebelum
ditambah amilum pada saat mendekati titik ekivalen, warna larutan adalah
kuning kehijauan, karena masih terkandung iodium didalam larutan yang
akan membentuk kompleks amilum-iod yang berwarna biru dengan penambahan
amilum pada saat mendekati titik ekivalen. Pada saat dititrasi kembali
dengan natrium tiosulfat maka akan terjadi reaksi redoks antara iodium
dan tiosulfat sehingga yang tersisa hanya larutan Cr3+ yang berwarna hijau
saat titik akhir.

Perbedaan antara titrasi standarisasi natrium tiosulfat oleh kalium iodat


dan kalium dikromat adalah pereaksi pembuat suasana asamnya. Pada kalium
iodat digunakan asam sulfat, sedangkan pada kalium dikromat digunakan
asam klorida pekat. Pada reaksi redoks antara kalium dikromat dengan
kalium iodide, reaksi berjalan pada suasana asam, dibutuhkan 14H+.

Cr2O72- + 14H+ + 5e- --> 2Cr3+ + 7H2O

(Day & Underwood, 2001).

Ion klorida tidak akan mempengaruhi reaksi redoks antara dikromat dengan
iodide, karena kalium dikromat merupakan oksidator kuat, dan energy
potensial reduksi iodide lebih kecil dari klorida, sehingga iodide lebih
mudah mengalami oksidasi dibandingkan dengan klorida. Selain itu ion
3+
klorida juga membantu dalam penentuan titik akhir. Ion Cr akan bereaksi
dengan ion klorida membentuk kompleks berwarna hijau, yang akan terlihat
jelas bila iodium yag terikat oleh amilum tepat bereaksi (redoks) dengan
tiosulfat.

Kekurangan kanji sebagai indicator adalah :

1. kanji tidak larut dalam air dingin


2. suspensinya dalam air tidak stabil
3. bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan
membentuk kompleks Iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan indicator
kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati ttitik ekivalen.

Karena hal-hal diatas maka, dalam proses titrasi iodo dan iodimetri
sebaiknya menggunakan indicator larutan Natrium Amylumglikolat.
Indicator ini dengan I2 tidsk akan membentuk kompleks Iod-amilum sehingga
dapt ditambahkan pada awal titrasi.

Anda mungkin juga menyukai