kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai,yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar.
Maksud penambahan idikator kanji pada saat larutan berwarna kuning mudah
adalah pada saat itu konsentrasi I2 sudah dalam keadaan seminimal mungkin.Setelah
penambahan indicator kanji sebanyak 2 ml titrasi dilanjutkan sampai warna biru pada
larutan hilang sehingga didapatkan normalitas Na2S2O3 0,0940 ek/L.
Sedangkan pada penentuan kadar CuSO4 , CuSO4 yang telah dilarutkan dengan
aquadest ditambahkan dengan asam asetat dan KI sehingga dihasilkan larutan
berwarna kuning kecoklatan ,dan ada endapan berwarna kuning keruh.
Sebelum melakukan percobaan, semua alat gelas yang akan digunakan dalam
percobaan harus dicuci terlebih dahulu dan setelah itu dikeringkan. Alat
gelas yang digunakan dalam percobaan harus dalam keadaan bersih dan kering
agar kuantitatif, bebas dari zat-zat pengotor yang dapat mengganggu
percobaan sehingga hasilnya tidak akurat.
Larutan kalium iodat asam mulai dititrasi dengan larutan baku sekunder
natrium tiosulfat. Larutan natrium tiosulfat perlu distandarisasikan
karena sifatnya belum stabil dalam waktu yang lama dan larutan ini
bersifat reduktor didalam air dengan adanya CO2 terjadi reaksi:
S2O3 + H+ --> HSO3- + S (endapan koloid yang dapat membuat larutan keruh)
(Svehla, 1990).
Proses titrasi harus cepat dilakukan karena kalium iodida dalam larutan
masih bisa menguap yang dapat mengakibatkan warna titik akhir akan hilang
sebelum waktunya. Warna awal yaitu cokelat menuju jingga yang setelah
dititrasi menjadi warna kuning. Pada kondisi ini ditambahkan indikator
kanji. Indikator kanji ini digunakan karena sensitivitas warna biru-tua
yang mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhit titrasi selain itu
kompleks antara iodium dan amilum memiliki kelarutan yang amat kecil dalam
air apalagi dalam larutan asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi
iod bebas dengan sejumlah zat pengoksid, sehingga iod bebas ini mudah
diidentifikasi dengan larutan indikator sebagai uji kepekaan terhadap iod
dari pewarnaan biru-tua yang dihasilkan oleh indikator kanji. Indikator
kanji ditambahkan pada saat akan menjelang titik akhir agar amilum tidak
mengikat atau membungkus Iodida yang dapat menyebabkan sulit untuk lepas
kembali sehingga warna biru sulit untuk lenyap atau hilang sehingga dapat
menganggu pengamatan perubahan warna pada titik akhir yaitu larutan yang
tak berwarna. Perubahan warna itu terjadi dari warna biru karena masih
ada iodium, dimana larutan sampel kalium iodat dipipet dan dimasukan
kedalam labu titrasi kemudian diencerkan dengan air suling jangan terlalu
banyak kemudian ditambahkan padatan kalium iodida agar iodium larut dalam
air dan tambahkan juga asam sulfat agar media bersifat asam sehingga
iodida dapat dioksidasikan menjadi iod-iod bebas yang mudah untuk
diidentifikasi nantinya kemudian mulai dititrasi cepat-cepat dengan
larutan natrium tiosulfat sebagai peniter, titrasi cepat-cepat agar
kalium iodida tidak habis menguap, pada titik akhir berubah menjadi warna
kuning kemudian ditambahkan indikator kanji sehingga kanji dengan adanya
iodida, ioidum dapat bereaksi membentuk kompleks berwarna biru tua
disebabkan iodium diadsorpsi oleh larutan kanji kemudian dititrasi lagi
sehingga warna dari biru menjadi tak berwarna menandakan iodium hasil
reaksi habis semua dititrasi oleh larutan natrium tiosulfat.
Larutan I2 dalam larutan KI encer bewarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan
I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquades akan memberikan warna kuninng
muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak
berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indicator. Namun demikian, warna
terjadi dalam larutan terszebut akan lebih sensitive dengan menggunakan
larutan kanji sebagai katalisatornya, karena kanji dengan I2 dalam larutan
KI bereaksi menjadi suatu kompleks Iodium yang berwarna biru.
Amilum dengan iodium dapat membentuk kompleks biru. Hal ini disebabkan
karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai
heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Betuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium
yang dapat masuk kedalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua
pada kompleks tersebut(Sumardjo,2009).
Reaksi berjalan cepat dalam suasana asam. Sehingga saat kalium iodide
dimasukkan kedalam larutan kalium iodat dalam suasana asam, harus
terhindar dari kontak dengan udara, karena akan mengakibatkan iodium yang
terbentuk akan lebih banyak dari yang seharusnya, yaitu iodium hasil dari
reaksi redoks antara kalium iodat dan kalium iodide, juga iodium dari
hasil reaksi oksidasi kalium iodide oleh udara.
Ion klorida tidak akan mempengaruhi reaksi redoks antara dikromat dengan
iodide, karena kalium dikromat merupakan oksidator kuat, dan energy
potensial reduksi iodide lebih kecil dari klorida, sehingga iodide lebih
mudah mengalami oksidasi dibandingkan dengan klorida. Selain itu ion
3+
klorida juga membantu dalam penentuan titik akhir. Ion Cr akan bereaksi
dengan ion klorida membentuk kompleks berwarna hijau, yang akan terlihat
jelas bila iodium yag terikat oleh amilum tepat bereaksi (redoks) dengan
tiosulfat.
Karena hal-hal diatas maka, dalam proses titrasi iodo dan iodimetri
sebaiknya menggunakan indicator larutan Natrium Amylumglikolat.
Indicator ini dengan I2 tidsk akan membentuk kompleks Iod-amilum sehingga
dapt ditambahkan pada awal titrasi.