Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM TOURISM MEDICAL LABORATORY II

ANALISIS Fe (III) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS


PADA SAMPEL AIR

OLEH :
TINGKAT III A
KELOMPOK 8

Kadek Ika Surya Cahyani P07134017006

Firdaus Langi Karaeng P07134017011

Ni Luh Made Andriyani P07134017015

Ni Kadek Sri Damayanti P07134017038

I Gusti Ayu Manik Diantari P.P07134017039


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2019

I. Judul praktikum : Analisis Fe (III) Secara Spektrofotometri UV-VIS pada Sampel


Air
II. Hari/tanggal praktikum : Rabu, 4 September 2019
III.Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa mampu melakukan sampling air pada kawasan pariwisata
b. Mahasiswa mampu melakukan analisis kualitas air di kawaasan pariwisata
berdasarkan parameter fisika dan kimia
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa mampu mengoperasikan spektrofotometri UV-Vis
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode dan prinsip analisis Fe (III)
pada sampel air dan air limbah secara spektrofotometri
c. Mahasiswa mampu melakukan prosedur analisis Fe (III) pada sampel air dan air
limbah secara spektrofotometri
d. Mahasiswa mampu melakukan penentuan konsentrasi Fe (III) dalam air limbah
dengan metode kurva kalibrasi.

IV. Metode

Metode yang digunakan dalam analisis Fe(III) pada sampel air sumur dan air
limbah adalah O-Fenantrolina secara spektrofotometri
V. Prinsip
Pengukuran kadar Fe (III) dalam sampel air dilakukan dengan metode
OFenantrolina secara spektrofotometri. Prinsip pengukurannya adalah sebagai berikut
Ion besi (III) dalam suasana asam dan panas akan direduksi oleh hidroksilamin
hidroklorida menjadi ion besi (II). Selanjutnya, ion besi (II) akan dikomplekskan oleh
1-10-ortofenantrolin pada pH 3,2-3,3, membentu senyawa kompleks khelat ferro-
fenantrolin yang berwarna oranye, dan diukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 480 – 550 nm.

VI. Dasar Teori

Air merupakan unsur yang sangat esensial bagi kehidupan semua makhluk termasuk
manusia. Hampir semua organisme hidup hanya dapat bertahan dalam periode yang
pendek tanpa air. Pemenuhan kebutuhan akan air haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas.
Kuantitas air yang diperlukan untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat adalah
berbeda-beda tergantung kepada tingkat sosial budaya, suhu atau iklim dan
ketersediaannya yang ditentukan berbagai faktor. Syarat kualitas meliputi persyaratan
fisik, kimiawi, bakteriologis dan radio aktif. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu
kesatuan, jadi jika ada satu parameter saja yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi baku kualitas
air tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan antara lain kesehatan, estetika dan
ekonomis. Besi merupakan unsur esensial bagi konsumsi gizi manusia dengan kisaran
kadar sekitar 10-50 mg/hari untuk zat besi. (Depkes RI,2001)
Tabel 1. Parameter Kimia Dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Untuk
Media Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi
Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita
anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam
sediaan penambah darah adalah besi (II) sulfat, yaitu besi bervalensi dua atau fero. Hal ini
berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua daripada
besi bervalensi tiga (Setiawan, 2012).
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk, biasanya di
alamdidapat sebagai hematit. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi
hampir di semua tempat di muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua
badan air. Pada air permukaan, jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/L, tetapi
didalam air, kadar tanah Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi dapat
dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur, selain itu juga menimbulkan
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, kekeruhan karena adanya
koloidal yang terbentuk.
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam
tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur
metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin,
pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Karena itulah masukan besi setiap
hari sangat diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing,
dan kulit. Namun masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor
yaitu kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang
disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita
anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam
sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau ferro.
Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua
daripada besi bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang sangat dikenal adalah mudah
teroksidasi oleh oksigen dari udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya
dijumpai sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan
udara, besi berada sebagai besi bervalensi dua.
Dalam bidang kesehatan, besi (Fe2+) dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik
karena, konsumsi Fe2+ berlebih be-rakibat pada meningkatnya feritrin dan he-mosiderin
dalam sel parenkim hati, aki-batnya hemosiderin akan masuk ke dalam sel parenkim
organ – organ lain, misalnya pankreas, otot jantung dan ginjal sehingga dalam jangka
panjang, hemosiderin akan tertimbun dalam organ – organ dan merusak kerja organ
tersebut. Rusaknya jaringan ini disebut penyakit hemokromatosis. Kerusa-kan sel juga
meluas pada hati, jantung dan organ lain, bahkan bisa berakhir dengan ke-matian.
(Widowati, 2008).
Secara Fisik, kelebihan Fe pada air dapat menimbulkan bau dan warna pada air
minum, seperti menyebabkan air menjadi kemerah – merahan dan memberi rasa yang
tidak enak pada minuman. (Sutrisno, 2004).
Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar
tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis
kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-
fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat
membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana
intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak.
Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk kompleks
berwarna dengan besi(II) secara selektif (Kartasasmita, et al. 2009).
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak
instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu
banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila
dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani, 2008). Persyaratan yang harus
dipenuhi untuk absorbsi sinar tampak adalah larutan harus berwarna. Spektroskopi UV-
Vis digunakan untuk cairan berwarna (Sastrohamidjojo,1991).

VII. Alat dan Bahan

a. Alat : Ukur, Pipet UKur, Ball Pipet, Gelas beker, Spektometer Specord 210
b. Bahan : Hidroksilamin Hidroksida 10%, buffer amonium asetat, fenantrolin 1000
ppm, HCl pekat, Sampel Air (Air sumur gali, air sumur bor, air cubang, air beji, air
limbah industri logam

VIII. Cara Kerja


1. Pembuatan Larutan standar besi (iii) 100 ppm
a. Timbang 0,0484 g padatan FeCl36H2O
b. Larutkan dalam ± 50 mL aquades
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL , tepatkan dengan aquades hingga
tanda batas
d. Simpan dalam botol gelap, beri label

2. Pembuatan larutan buffer amonium asetat


a. Timbang 25 g amonium asetat
b. Larutkan dalam 15 mL aquades
c. Tambahkan 70 mL asam asetat glasial
d. Simpan dalam botol reagen, beri label

3. Pembuatan larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm


a. Timbang 1,10-orto fenantrolin
b. Larutkan dalam ± 50 mL aquades
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Tambahkan 2 tetes HCl pekat
e. Simpan dalam botol gelap, beri label

4. Pembuatan larutan hidroksilamin hidroksida 10%


a. Timbang 10 g hidroksilamin hidroksida
b. Larutkan dalam ± 50 mL aquades
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL , tepatkan dengan aquades hingga
tanda batas
d. Simpan dalam botol reagen, beri label

5. Penentuan panjang gelombang maksimum


a. Buat deret larutan standar besi (III) dengan konsentrasi 2 dan 6 ppm
b. Pipet 2 mL dan 6 mL larutan standar besi (III) 100 ppm
c. Masukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%
e. Tambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
f. Tambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat
g. Encerkan dengan auades hingga tanda batas
h. Diamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar
i. Ukur absorbansi larutan standar pada rentang panjang gelombang 450-580 nm,
dengan interval 10 nm
j. Catat absorbansi yang terukur oleh alat

6. Pembuatan kurva standar


a. Buat deret larutan standar besi (III) dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm
b. Pipet 2, 4, 6, 8 dan 10 mL larutan standar besi (III) 100 ppm
c. Masukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%
e. Tambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
f. Tambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat
g. Encerkan dengan aquades hingga tanda batas
h. Diamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar
i. Ukur absorbansi larutan standar pada maks (510 nm)
j. Catat absorbansi yang terukur oleh alat

7. Pengukuran kadar Fe dalam sampel air


a. Pipet 50 mL sampel air
b. Masukan masing-masing larutan ke dalam labu takar volume 100 mL
c. Tambahkan 2mL HCl pekat
d. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin hidroksida 10%
e. Tambahkan 10 mL larutan 1,10-orto fenantrolin 1000 ppm
f. Tambahkan 10 mL larutan buffer ammonium asetat
g. Encerkan dengan aquades hingga tanda batas
h. Diamkan selama 10-15 menit di tempat gelap/terhindar dari sinar
i. Ukur absorbansi larutan standar padaa panjang gelombang maksimum (510 nm)
j. Catat absorbansi yang terukur oleh alat
k. Pemeriksaan Fe pada sampel dilakukan secara duplo

Catatan : Buat larutan blangko dengan mengganti sampel dengan akuades

IX. Hasil Pengamatan

A. Penentuan Data Lamda Maks

Konsentrasi FeCl3 Lamda Absorbansi

Blanko 510 -0,0001

Standar 0 510 0,0001

Standar 2 510 0,0586


Standar 4 510 0,1194

Standar 6 510 0,2034

Standar 8 510 0,2552

Standar 10 510 0,3234

B. Kurva lamda (‫)ג‬

Lamda (‫ )ג‬maks diperoleh pada panjang gelombang 510 nm

C. Data Kurva Standar


D. Kadar Fe pada Sampel Uji

Absorbansi Kadar
Rata- Kadar Fe
Sampel air Kelompok
I II rata Fe sampel
(mg/L)

Air sumur 0,0055 0,0060 0,00575 0,35


I 0,354
bor I 0,0059 0,0061 0,006 0,36

Air limbah 0,0571 0,0573 0,0572 2,03


II 2,785
pisau 0,1041 0,1035 0,1038 3,54

Air sumur 0,0033 0,0034 0,00335 0,27


III 0,283
bor II 0,0040 0,0040 0,004 0,29

0,0109 0,0109 0,0109 0,52


Air beji I IV 0,397
0,0037 0,0032 0,00345 0,28

sumur gali 0,0541 0,0541 0,0541 1,93


V 1,237
I 0,0115 0,0122 0,01185 0,55

Air sumur 0,0263 0,0263 0,0263 1,02


VI 0,87
gali II 0,0172 0,017 0,0171 0,72

Air beji II VII 0,0063 0,00625 0,00625 0,37 0,375


0,0068 0,00675 0,00675 0,38

0,0282 0,0282 0,0282 1,08


Air limbah VIII 1,125
0,0307 0,0311 0,0309 1,17

Kadar Fe sampel
ϒ = A + Bx → x = (ϒ-A) : B
A = -0,0050
B= 0,0307

1. Air Sumur Bor X1 = (0,00575 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,35
X2 = (0,006 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,36

Kadar fe = = 0,354 mg/L

2. Air Limbah Pisau X1 = (0,0572 – (-0,0050)): 0,0307


= 2,03
X2 = (0,1038 – (-0,0050)) : 0,0307
= 3,54

Kadar fe = = 2,785 mg/L

3. Air Sumur Bor X1 = (0,00335 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,27
X2 = (0,004 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,29

Kadar fe = = 0,283 mg/L

4. Air beji X1 = (0,0109 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,52
X2 = (0,00345 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,28

Kadar fe = = 0,397 mg/L

5. Air Sumur Gali X1 = (0,0541 – (-0,0050)): 0,0307


= 1,93
X2 = (0,01185 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,55

Kadar fe = = 1,237 mg/L

6. Air Sumur Gali X1 = (0,0263 – (-0,0050)): 0,0307


= 1,02
X2 = (0,0171 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,72

Kadar fe = = 0,870 mg/L

7. Air Beji X1 = (0,00625 – (-0,0050)): 0,0307


= 0,37
X2 = (0,00675 – (-0,0050)) : 0,0307
= 0,38

Kadar fe = = 0,375 mg/L

8. Air Limbah X1 = (0,0282 – (-0,0050)): 0,0307


= 1,08
X2 = (0,0309 – (-0,0050)) : 0,0307
= 1,17

Kadar fe = = 1,125 mg/L

X. Pembahasan

Air merupakan unsur yang sangat esensial bagi kehidupan semua makhluk termasuk
manusia. Hampir semua organisme hidup hanya dapat bertahan dalam periode yang
pendek tanpa air. Pemenuhan kebutuhan akan air haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas. Air memiliki peranan penting dalam dalam aktivitas biologis
mahluk hidup. Selain itu, air berperan juga dalam berbagai sektor usaha, contohnya
pertanian, perikanan, perkebunan, industri, pertambangan, dan sebagainya. Namun, tidak
semua jenis air dapat dikonsumsi secara langsung karena pencemaran air secara kimiawi
maupun fisis akibat peningkatan aktivitas manusia yang menghasilkan limbah yang
berbahaya baik dari indstri maupun rumah tangga. Air yang layak konsumsi memiliki ciri
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak ada endapan padat terlarut. (Andini,
Kesehatan, Nahdlatul, & Surabaya, 2018)
Air memiliki banyak fungsi, sebagai pelarut umum, air digunakan oleh organisme
untuk reaksi-reaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media transportasi
nutrisi dan hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki peranan yang sangat besar
bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup. Air tawar diperlukan
manusia untuk keperluan masak dan minum, mencuci, mengairi tanaman, untuk
keperluan industri dan lain sebagainya sehingga tidak terpungkiri terkadang keterbatasan
persediaan air untuk pemenuhan kebutuhan menjadi pemicu timbulnya konflik sosial di
masyarakat (Wiryono, 2013).Tidak dapat dipungkiri bahwa penurunan kualitas air dewasa
ini merupakan dampak dari aktivitas manusia yang mengeksploitasi lingkungan secara
berlebihan. Pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan seperti
membuang sampah tidak pada tempatnya, membuang limbah berbahaya, serta alih fungsi
kawasan hutan yang dapat meningktakan potensi erosi dan seringkali menyebabkan
sedimentasi pada dasar perairan memberikan dampak negatif baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap lingkungan alami terutama sumber air. Tingginya
degradasi dan deforestrasi hutan berdampak signifikan terhadap perubahan dan
penurunan kualitas air.(Sulistyorini, Edwin, & Arung, 2016)
Kuantitas air yang diperlukan untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat adalah
berbeda-beda tergantung kepada tingkat sosial budaya, suhu atau iklim dan
ketersediaannya yang ditentukan berbagai faktor. Syarat kualitas meliputi persyaratan
fisik, kimiawi, bakteriologis dan radio aktif. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu
kesatuan, jadi jika ada satu parameter saja yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi. (Depkes RI,2001)
Besi merupakan salah satu logam berat dalam kadar rendah yang sering ditemukan di
air. Standar konsentrasi maksimum besi di dalam air minum sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI tahun 2010 yaitu <0.3 mg/L. Jika Kadar Fe melebihi batas dari
yang ditetapkan pemerintah dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu lama,
maka dapat mengakibatkan sirosis pada hati, hemochromatosis, diare, lethargy, coma,
irritability, seizures, dan sakit perut. Selain itu, Fe yang terakumulasi di dalam alveoli
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru hingga menyebabkan kematian. (Sasongko,
Widyastuti, & Priyono, 2014)
Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita
anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam
sediaan penambah darah adalah besi (II) sulfat, yaitu besi bervalensi dua atau fero. Hal ini
berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua daripada
besi bervalensi tiga (Setiawan, 2012).
Dalam bidang kesehatan, besi (Fe2+) dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik
karena, konsumsi Fe2+ berlebih be-rakibat pada meningkatnya feritrin dan he-mosiderin
dalam sel parenkim hati, aki-batnya hemosiderin akan masuk ke dalam sel parenkim
organ – organ lain, misalnya pankreas, otot jantung dan ginjal sehingga dalam jangka
panjang, hemosiderin akan tertimbun dalam organ – organ dan merusak kerja organ
tersebut. Rusaknya jaringan ini disebut penyakit hemokromatosis. Kerusakan sel juga
meluas pada hati, jantung dan organ lain, bahkan bisa berakhir dengan ke-matian.
(Widowati, 2008).
Secara fisik, kelebihan Fe pada air dapat menimbulkan bau dan warna pada air
minum, seperti menyebabkan air menjadi kemerah – merahan dan memberi rasa yang
tidak enak pada minuman. (Sutrisno, 2004).
Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri Uv-Vis,
karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif
besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin dan
metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk
kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna
yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Karena orto
fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan
besi(II) secara selektif (Kartasasmita, et al. 2009).
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak
instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu
banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila
dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani, 2008).
Digunakan spektrofotometri Vis karena logam besi memiliki panjang gelombang
diatas 400 nm yang hanya dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer Vis.
Spektrofotometer Vis ini menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor
mata. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat penyerap yang
dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.
(Trianjaya et al., 2009)
Tahap pengujian kadar Fe (III) dalam air secara spektrofotometri dilakukan dalam
beberapa tahapan, yaitu pembuatan larutan standard Fe (III) 100 ppm, Pembuatan larutan
blanko, pembuatan kurva standard yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang
480 nm dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis dan Penentuan kadar Fe (III)
dalam sampel. (Sulistyorini et al., 2016)
Kurva kalibrasi dibuat terlebih dahulu untuk menghitung konsentrasi Fe dalam sampel
air. Larutan FeCl36H2O digunakan untuk larutan standar karena bersifat Besi(III) klorida
bereaksi dengan cepat terhadap oksalat . Asam sulfat kemudian ditambahkan kedalam
larutan standar agar Fe3+ dapat direduksi menjadi Fe2+ yang agar tidak mudah
terhidrolisis. Seperti reaksi dibawah ini:

4 Fe3+ + 2NH2OH.HCl
4Fe2+ + N2O + 4H+ +H2O

Kemudian fenantrolin dapat membentuk kompleks warna merah dari Fe2+. Adapun
reaksinya adalah :

Fe2+(aq) + 3 C12H2N2 (aq) → [(C12H2N2)3Fe]2+(aq) (kompleks merah jingga)

Fe2+ yang terbentuk akan membentuk kompleks dengan fenantrolin menghasilkan


kompleks larutan berwarna besi (II) fenantrolin yang stabil. Penggunaan fenantrolin
reagen tersebut dapat membentuk kompleks tris yang sangat kuat dengan Fe (II) sehingga
penggunaan reagen tersebut sering digunakan dalam metode kolorimetri untuk penentuan
kadar Fe. Penggunaan fenantrolin memerlukan beberapa kondisi yang dapat membantu
reagen tersebut dalam menjalankan fungsinya, diantaranya adalah pH yang optimal untuk
mengembangkan warna, buffer yang sesuai untuk mempertahankan pH, reduktan yang
sesuai, urutan dalam penambahan reagen, persamaan waktu setelah penambahan larutan
buffer dan sebelum analisis, dan intereferensi dari logam dan ligan lain. Range pH yang
sesuai untuk penggunaan fenantrolin dalam metode ini adalah antara pH 2 hingga pH 9
dengan menggunakan sitrat sebagai buffer. Larutan sodium asetat ditambahkan untuk
menetralisasi kehadiran asam dan mempertahanakan pH pembentukan kompleks besi (II)
fenatrolin.
Setiap pengukuran panjang gelombang selalu diukur terlebih dahulu,larutan blanko
dimana larutan blanko persen transmitansinya harus 100%. Larutan blanko hanya berisi
aquades, hidroksiammonium sulfat, fenantrolin, natrium asetat. Fungsi dari blanko adalah
mengukur serapan pereaksi yang digunakan untuk analisis kadar Fe sehingga jumlah
serapan Fe sendiri adalah nilai absorbansi larutan standar atau sampel (mengandung pe-
reaksi dan Fe) dikurangi serapan pe-reaksinya. Kemudian dibuat pula pembuatan kurva
baku standar untuk memudahkan perhitungan kadar Fe dalam sampel menggunakan
perbandingan regresi linier. Larutan baku ini dengan pengenceran konsentrasi
0.1,0.2,0.5,1, dan 2.5 ppm. Pengukuran absorbansi untuk larutan standar besi(III) dan
absorbansi sampel air diukur pada λ max = 510 nm.

Gambar 1. Hasil Pengukuran Kurva Standar


Dari grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi.
Hal ini menyebabkan pada konsentrasi yang tinggi, jarak antar partikel zat menjadi sangat
rapat, yang akan mempengaruhi distribusi muatan, dan mengubah cara molekul
melakukan serapan. Oleh karena itu terkadang pada konsentrasi terlalu tinggi kurva tidak
linier. Nilai regresi yang didapatkan 0,9970 menunjukkan bahwa data absorbansi yang
diperoleh mendekati satu (1) yang berati telah memenuhi persamaan regresi linier dari
Hukum Lambert – Beer.
Persyaratan hukum LambertBeer antara lain : Radiasi yang digunakan harus
monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi
kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi flouresensi atau
phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan
harus pekat (tidak encer). Adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana
salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati
larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut,
spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena
nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi
blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti
perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.(Desrina & Bu, 2013)
Pada praktikum yang dilaksanakan hari rabu 03 September 2019 di Laboratorium
Kimia dasar dan Kimia terapan Tenaga Laboratorium Medik Poltekkes Denpasar
menggunakan jenis Air yang berbeda yaitu Air sumur bor, Air Limbah Pengerajin pisau,
Air Beji, Air sumur gali Air limbah industry logam (perak). Pada pengukuran sampel
digunakan sampel sebanyak 50ml, sampel ditambahkandengan larutan HCL pekat dan
Hidroksilamin. Besi (II) terkomplekskan dengan kuantitatif pada pH 3-9. pH 3,5 biasa
direkomendasikan untuk mencegah terjadinya endapan dari garam garam besi, misalnya
fosfat. Kelebihan zat pereduksi, seperti hidroksilamin diperlukan untuk menjamin ion besi
berada pada keadaan tingkat oksidasi 2+. Kemudian dilakukan penambahan fenantrolin.
Konsentrasi besi secara spektrofotometri UV-Vis ditentukan berdasarkan kurva kalibrasi
yang dibuat dengan mengukur absorbansi larutan standar besi dengan variasi konsentrasi
1-5 ppm. Pada penambahan besi dengan konsentrasi 1 ppm nampak warna kompleks dari
Fe2+ dengan fenantrolin berwarna jingga pucat. Seiring dengan peningkatan konsentrasi
dari besi yang diberikan, warna kompleks besi semakin meningkat intensitasnya menjadi
merah-orange pada kompleks Fe2+-fenantrolin untuk konsentrasi yang semakin tinggi .
Penambahan fenantrolin sebagai ligan bidentat akan menghasilkan kompleks dengan
Fe2+ yang berikatan secara kovalen koordinasi dan menghasilkan warna merah-jingga.
Senyawa fenantrolin sangat mudah membentuk kompleks dengan logam yang
mempunyai orbital kosong pada orbital d. Besi merupakan salah satu logam yang
memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam bentuk ionnya. Sedangkan fenantrolin
merupakan nitrogen heterosiklik trisiklik yang memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
yang berasal dari nitrogennya. Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah
perpindahan satu atau lebih pasangan elektron bebas dari ligan ke ion logam. Ligan
bertindak sebagai pemberi elektron bebas (basa Lewis) adalah fenantrolin dan ion logam
sebagai penerima elektron bebas (asam Lewis) pada penelitian ini adalah besi(II).
Pengukuran ini dilakukan dua kali atau duplo agar pengukuran yang didapatkan stabil.
(S, 2018)

1. Sampel Air Sumur Bor


Sumur yang dibuat dengan membor batuan. Sumur ialah lubang atau liang yang
dibuat ke dalam tanah untuk memperoleh air, minyak, air garam, gas, maupun informasi
mengenai keadaan tanah. Sumur dapat berupa sumur galian yang kemudian dilengkapi
dengan timba, terowongan miring, atau sumur bor yang kemudian dilengkapi dengan
pompa penyedot. Sumur bor yang tidak perlu dilengkapi dengan pompa karena airnya
akan menyembur keluar disebut sumber artesis buatan (Sutandi, 2012).
Penetapan konsentrasi Besi (Fe) dalam sampel dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan garis regresi y = a + bx ; y = -0,0050 + 0,0307x. Dimana y adalah absorbansi
dari sampel. Dengan mensubstitusikan nilai absorbansi (y) dari masing – masing sampel
akan diperoleh nilai x yaitu konsentrasi besi (Fe) di dalam masing0masing sampel. Besi
(Fe) dalam air dapat diketahui kadarnya dengan melakukan analisis kuantitatif secara
spektrofotometri menggunakan reafen 1,10 fenantrolin. Sampel air yang ditambahkan
dengan reagen fenantrolin akan mengubah semua zat besi menjadi Fe2+ yang terlarut.
Tiga molekul fenantrolin bergabung dengan satu molekul Fe2+ membentuk senyawa
kompleks berwarna oranye merah. Dari warna larutan kompleks yang dihasilkan maka
absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometri Uv-Vis. Warna yang diukur oleh
spektrofotometri UV-Vis adalah warna komplementer dari senyawa kompleks yang
dihasilkan. Warna merah jingga yang dihasilkan mempunyai warna komplementer hijau-
biru. Warna komplementer terbentuk ketika cahaya putih yang berisi seluruh spektrum
panjang gelombang melewati suatu medium (larutan warna kimia) panjang gelombang
yang digunakan yaitu 510 nm (Kuntum Khaira. 2013).
Berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan secara duplo diketahui pada sampel
air sumur bor di dapat adalah 0,35 mg/L dan 0,36 mg/L dengan rerata 0,35 mg/L. Hasil
tersebut melebihi batas yang di tetapkan. Standar baku mutu yang telah ditetapkan dalam
PERMENKES No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat kualitas air yaitu 0,3
mg/l. (Khimayah, 2015). Sehingga dapat dinyatakan kadar besi air sumur bor tersebut
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya
pengolahan air untuk menurunkan kadar besi (Fe) sehingga aman untuk dikonsumsi.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pencemaran besi (Fe) pada air sumur, antara lain:
karakteristik tanah, kecepatan aliran air tanah, arah aliran tanah, dan berbagai faktor
lainnya. (Putri & Yudhastuti, 2006)

2. Sampel Air Limbah Pengerajin Pisau


Air limbah Industri merupakan sumber pencemaran air yang sangat potensial. Pada
konsentrasi yang tinggi, limbah tersebut menyebabkan kontaminasi bakteriologis serta
beban nutrien yang berlebihan (euthrophication). Limbah industri anoganik lebih sulit
untuk dikontrol dan mempunyai potensi bahaya yang lebih besar. Industri kimia
berbahaya mengeluarkan limbah berbahaya yang mengadung senyawa yang bersifat
racun (toxic material) serta logam berat yang bersifat toksik. Air limbah yang berasal dari
industri sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Industri tersebut selain
menghasilkan produk yang bermanfaat, juga menghasilkan produk samping berupa
limbah yang berbahaya dan beracun. Limbah beracun yang dihasilkan industri antara lain
dapat berupa logam berat. Menurut beberapa literatur terdapat 80 jenis dari 109 unsur
kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan
sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama
adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain
sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di
mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat
bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (5). Logam berat ini dapat
menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang
kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini
akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi
manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan. Beberapa
jenis industri yang banyak mengandung logam berat adalah industri yang berhubungan
dengan pekerjaan permesinan, metalurgi, pelapisan logam, cat, kulit, serta industri
pertambangan. Beberapa logam berat serta senyawa beracun yang banyak dijumpai di
dalam air limbah industri adalah khrom (Cr), Nikel (Ni), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng
(Zn), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd), Perak (Ag), Timbal (Pb) dan Senyawa Cianida. Air
limbah yang mengandung logam berat termasuk golongan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3). Air limbah yang mengandung logam berat telah menjadi isu lingkungan
yang telah menyita perhatian banyak pihak mengingat dampak yang ditimbulkannya
dapat berakibat buruk bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Makalah ini
membahas tentang metoda penghilangan logam berat Arsen (As), Kadmium (Cd), Khrom
valensi 6 (Cr6+), Perak (Ag), Tembaga (Cu), Timbal (Pb) Nikel (Ni) dan Seng (Zn) yang
ada di dalam air limbah industri. Pisau memang terbuat dari logam. Tapi logam yang
banyak mengandung karbon akan mudah mengalami pengaratan. Dan jika menggunakan
pisau dengan jenis logam ini, selain karatnya berbahaya makanan yang dipotong juga
menjadi kurang sehat. (Said, 2010)
Sampel air limbah logam yang diambil di pengerajin pisau di Desa Gubung, Kec.
Tabanan, Kab. Tabanan. Absorbansi rata – rata yang didapatkan dari percobaan pertama
sebesar 0.0572 dan absrobansi rata – rata pada percobaan kedua sebesar 0.1038.
Selanjutnya kadar Fe dalam sampel dihitung dengan menggunakan persamaan kurva
standar y = A + Bx diamana nilai A = -0.005 dan nilai B = 0.0307. Setelah dihitung
didapatkan kadar Fe pada percobaan pertama sebesar 2.03 mg/L dan kadar Fe pada
percobaan kedua sebesar 3.54 mg/L. Rata – rata kadar Fe dalam sampel air limbah I
sebesar 2.785 mg/L. Adapun penyebab perbedaan absorbansi yang cukup signifikan pada
percobaan pertama dan kedua pada beberapa sampel disebabkan kurangnya homogenisasi
pada saat pemipetan sampel serta kemungkinan adanya kontaminan yang bersumber dari
alat – alat laboratorium yang belum dibilas sebelum digunakan sehingga mengganggu
intensitas warna yang diukur oleh spektrofotometer.

3. Sampel Air Sumur Bor


Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih
dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga
sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi
dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil
dengan pompa tangan maupun pompa mesin . Air sumur bor merupakan salah satu jalan
yang ditempuh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih, namun tingginya kadar
ion Fe (antara 1–7 mg/l) mengakibatkan harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dipergunakan. Kadar besi yang standar untuk air bersih menurut Departemen
kesehatan di dalam Permenkes No. 492 /Per/Menkes/IV/ 2010 tentang air bersih yaitu
sebesar 0,3 mg/l dan memiliki syarat yaitu tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau, dan
setiap komponen yang terkandung dalam air harus sesuai dengan yang ditetapkan. (H
Zaini. 2019)
Didalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna.
Konsentrasi Fe yang lebih besar dari 0,5 mg/liter dapat menyebabkan rasa yang aneh pada
minuman dan meninggalkan noda-noda atau warna coklat pada pakaian cucian. susunan
unsur-unsur kimia air tanah tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui
tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2. Jika melalui batuan granit maka air itu lunak dan agresif karena
mengandung gas CO2 dan Mn(HCO3)2. Dalam segi operasioan keberadaan besi dalam
air dapat juga menyebabkan pemborosan energi, karena diperlukan energi ekstra untuk
memompa melalui pipa yang mengecil akibat pengendapan besi atau mangan. Air sumur
yang mengandung FeO akan bereaksi dengan H2O dan CO2 dalam tanah dan membentuk
Fe (HCO3)2 dimana semakin dalam air yang meresap ke dalam tanah semakin tinggi juga
kelarutan besi karbonat dalam air tersebut. (H Zaini. 2019)
Berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan secara duplo diketahui pada sampel
air sumur bor di dapat adalah 0,27 mg/L dan 0,29 mg/L dengan rerata 0,28 mg/L. Hasil
tersebut tmelebihi batas yang di tetapkan. Standar baku mutu yang telah ditetapkan
PERMENKES No 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0,3 mg/l. Sehingga dapat dinyatakan
kadar besi air sumur bor tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

4. Sampel Air Beji I


Air beji merupakan salah satu sumber air berasal dari mata air. Mata air merupakan
air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Kualitas air dari mata air
sangat tergantung dari lapisan mineral serta kandungankandungan yang terdapat pada
tanah yang dilalui. Pada umumnya air yang berasal dari mata air memiliki kualitas yang
baik, sehingga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air minum. Untuk dapat
dimanfaatkan sebagai air minum, sumber air harus memenuhi beberapa aspek, salah
satunya aspek dari segi kualitas. Kualitas air ditentukan oleh kandungan-kandungan di
dalamnya yang meliputi kandungan fisik, kimia dan biologi. Baik buruknya kualitas air
dapat dianalisis menggunakan metode yang disebut dengan Indeks Kualitas Air atau
National Sanitation Foundation Water Quality Index (NSF WQI). (Gde, Gargitha, Restu,
Hermawati, & Sari, 2016)
Berdasarkan hasil analisis sampel yang dilakukan secara duplo diketahui pada sampel
air beji yang diambil di desa Kekeran, Mengwi, Badung di dapat hasil rerata pengukuran
0,40 mg/L. Hasil tersebut melebihi batas yang di tetapkan. Standar baku mutu yang telah
ditetapkan PERMENKES No 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0,3 mg/l. Sehingga dapat
dinyatakan kadar besi air beji tersebut tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan
5. Sampel Air Sumur Gali I
Berdasarkan hasil praktikum, konsentrasi Fe pada air sumur gali I yaitu pada
pengukuran I didapatkan absorbansi dengan rata-rata 0,0541 dan pada pengukuran II
didapatkan 0,01185. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan persamaan garis regresi linier sehingga didapatkan kadar Fe masing-
masing 1,93 dan 0,55, sehingga rata-rata kadar Fe pada air sumur gali tersebut yaitu 1,24
mg/L. Berdasarkan hasil tersebut jika dibandingkan dengan kadar Fe maksimum dalam
air bersih menurut Permenkes yaitu 0,5 mg/L, kadar Fe pada air sumur gali berada standar
diatas sehingga tidak aman digunakan. Namun pada hasil pengukuran tersebut hasil yang
didapatkan pada pengukuran pertama dengan kedua sangat jauh, hal ini kemungkinan
dikarenakan pada saat pemipetan sampel air tidak sama sehingga saat dilakukan
pengukuran hasil yang didapatkan tersebut tinggi. Sebaiknya air sumur gali kadar Fe
harusnya berada dibawah standar karena air sumur gali biasa digunakan oleh masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tingginya kandungan logam besi (Fe) diduga disebabkan oleh kandungan Fe yang
berasal dari beberapa sumber, yaitu selain dari tanah juga berasal dariaktivitas manusia
yang terjadi di daratan yakni adanya buangan limbah rumah tangga yang mengandung
besi, reservoir air dari besi, endapan-endapan buangan industri dan korosi dari pipa-pipa
air yang mengandung logam besi yang dibawa oleh aliran.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang
selama hidupnya selalu memerlukan air. Air digunakan oleh manusia untuk keperluan
sehari-hari seperti untuk minum, mandi, mencuci, dan sebagainya, oleh sebab itu air
merupakan benda mutlak bagi manusia. Bahkan air memainkan peranan penting dalam
social ekonom, budaya dan peradaban manusia, sebab air dimanfaatkan untuk pertanian,
pembangkit tenaga listrik, transportasi, rekreasi dan lain-lain.
Air yang secara terus menerus mengalami proses daur ulang telah memberi peluang
bagi manusia untuk dapat memanfaatkan 3 jenis sumber air yang ada di bumi yaitu : air
hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari tiga jenis sumber air tersebut air tanah dan air
permukaan paling banyak dipergunakan sebagai sumber air untuk minum, mandi dan
mencuci sehari-hari baik di desa maupun di perkotaan, hal ini dapat dipahami karena air
tanah dan air permukaan keberadaannya mudah di dapat. Namun dalam banyak hal, air
yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat.
Berdasarkan keluarnya (muncul kepermukaan tanah) mata air, dapat dibedakan
menjadi: mata air rembesan, yaitu mata air yang keluar dari lereng-lereng dan mata air
umbul, yaitu mata air keluar dari suatu daratan. Upaya konservasi ekosistem mata air
sangat diperlukan untuk menjamin keberlanjutan pendayagunaan mata air serta mencegah
dan menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan eksploitasi mata
air. Dengan pemanfaatan secara bijaksana diharapkan ketersediaan debit mata air maupun
kualitasnya dapat terjamin, baik untuk masa kini maupun untuk masa mendatang.
Kualitas air dari mata air akan sangat tergantung dari lapisan mineral tanah yang
dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut.
Kebanyakan air yang bersumber dari mata air kualitasnya baik sehingga umumnya
digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat sekitarnya.

6. Sampel Air Sumur Gali II


Berdasarkan hasil praktikum, konsentrasi Fe pada air sumur gali II yaitu pada
pengukuran I didapatkan absorbansi dengan rata-rata 0,0263 dan pada pengukuran II
didapatkan 0,0171. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan persamaan garis regresi linier sehingga didapatkan kadar Fe masing-
masing 1,02 dan 0,72, sehingga rata-rata kadar Fe pada air sumur gali tersebut yaitu 0,870
mg/L. Berdasarkan hasil tersebut jika dibandingkan dengan kadar Fe maksimum dalam
air bersih menurut Permenkes yaitu 0,5 mg/L, kadar Fe pada air sumur gali berada diatas
standar sehingga tidak aman digunakan. Namun pada hasil pengukuran tersebut hasil
yang didapatkan pada pengukuran pertama dengan kedua sangat jauh, hal ini
kemungkinan dikarenakan pada saat pemipetan sampel air tidak sama sehingga saat
dilakukan pengukuran hasil yang didapatkan tersebut tinggi. Sebaiknya air sumur gali
kadar Fe harusnya berada dibawah standar karena air sumur gali biasa digunakan oleh
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tingginya kandungan logam besi (Fe) diduga disebabkan oleh kandungan Fe yang
berasal dari beberapa sumber, yaitu selain dari tanah juga berasal dariaktivitas manusia
yang terjadi di daratan yakni adanya buangan limbah rumah tangga yang mengandung
besi, reservoir air dari besi, endapan-endapan buangan industri dan korosi dari pipa-pipa
air yang mengandung logam besi yang dibawa oleh aliran.

7. Sampel Air Beji II


Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Mata air oleh masyarakat di Bali sering disebut
dengan beji. Dalam pemanfaatannya air beji sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari baik mencuci, mandi, bahkan untuk air minum. Pada praktikum kali ini dilakukan uji
terhadap parameter kimia air khususnya kadar besi (Fe) pada sampel air beji. Sampel air
beji yang digunakan diambil dari Beji yang berlokasi di Desa Kekeran, kecamatan
Mengwi, Kabupaten Badung. Setelah dilakukan pengujian dengan metode
spektrofotometri diperoleh hasil absorbansi rata-rata yaitu air beji sebesar 0,0065 dan
diperoleh kadar besi pada sampel adalah 0,375 mg/L jika dibandingkan dengan standar
kualitas air minum dan hygiene sanitasi yang diatur oleh Permenkes maka air beji ini
tidak layak untuk dijadikan air minum karena kadar besi yang terkandung melampaui
batas yang ditentukan yaitu 0,3 mg/L.

8. Sampel Air Limbah Perak


Pada praktikum kali ini, kami menggunakan air limbah perak sebagai sampel yang
akan diperiksa. Perak adalah jenis logam mulia yang banyak dimanfaatkan oleh manusia
untuk perhiasan, antara lain cicin, kalung, bross dan banyak juga dipergunakan untuk
keperluan dekorasi, serta keperluan asesoris. Logam mulia adalah logam yang tahan
terhadap korosi maupun oksidasi. Air limbah perak merupakan air sisa produksi dari
suatu proses pembuatan perhiasan perak dalam suatu industri. Jenis air ini tergolong
memiliki kualitas yang kurang baik karena kontaminan yang terkandung didalamnya.
Kontaminan yang terkandung didalam air industri bermacam-macam tergantung dari
proses terkait yang menghasilkan air tersebut (Mahesti Dwi, 2014).
Pengambilan sampel air limbah perak dilakukan dengan cara menampungnya
langsung pada botol plastik steril. Air limbah perak diambil langsung dari wadah
penampungan limbah. Air limbah perak yang kami dapatkan berwarna keruh keabu-
abuan, berbusa, dan berbau. Kemudian di laboratorium dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kertas saring untuk menghilangkan kotoran yang terdapat dalam air
limbah.
Pengukuran konsentrasi logam besi (Fe) dengan sampel air limbah perak yaitu sebesar
1,125 mg/L. Berdasarkan pengukuran larutan standar diperoleh y = 0,0307x – 0,0050.
Nilai y adalah serapan dan nilai x adalah konsentrasi baku. Nilai koefesien korelasi ( r )
sebesar 0,9970. Selanjutnya dari hasil pengukuran dibuat grafik linier yang dapat diamati
bahwa serapan dan konsentrasi sampel berbanding lurus yaitu semakin tinggi konsentrasi
maka serapannya pun makin tinggi yang hasilnya dibuat kurva kalibrasi (Hasni Mufida,
Dkk, 2016).
Hasil penetapan kadar sampel air limbah perak yaitu sebesar 1,125 mg/L. Kadar
logam Besi (Fe) tersebut masih memenuhi standar SNI 6989.5:2009. Kadar maksimum
logam yang diperbolehkan pada air dan air limbah menurut SNI 6989.5:2009 dimana
kadar maksimum logam besi pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L sampai dengan 10 mg/L
(Puspita, Cahya, 2018). Hal ini dikarenakan sampel yang diambil merupakan air limbah
perak sehingga kemungkinan kandungan logam besi yang terdapat dalam air limbah
perak sedikit.
Dalam pengukuran kadar besi (Fe) terdapat faktor – faktor lain yang mempengaruhi
besi pada air limbah yatiu pH juga berkaitan dengan alkalinitas. Pada pH <5 alkalinitas
dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalintas dan
semakin rendah kadar karbondioksida bebas. pH rendah bersifat korosif. Selain itu ada
juga kekeruhan, kekeruhan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya bahan yang
tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik atau inorganik, dan mikroorganisme
air. Disini berakibat air limbah menjadi kotor dan tidak jernih. Selain itu baketeri patogen
dapat berlindung di dalam atau di sekitar bahan penyedap turbidity (Situmorang FA,
2017).

XI. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum analisi Fe (III) secara spektrofotometri UV-Vis pada
beberapa sampel , didapatkan kadar Fe (III) yang terdapat pada sampel air sumur bor I
adalah 0,354 mg/L, air limbah pisau 2,785 mg/L, air sumur bor II 0,283 mg/L, air beji I
0,397 mg/L, air sumur gali I 1,237 mg/L, air sumur gali II 0,87 mg/L, air beji II 0,375
mg/L, dan air limbah industri logam 1,125 mg/L. Dari keseluruhan sampel yang
diperiksa, diketahui bahwa kadar Fe yang terlarut dalam air terdapat paling banyak pada
samepel air limbah pisau dan kadar Fe terlarut yang paling sedikit adalah pada sampel air
sumur bor dan air beji.

XII. Daftar Pustaka


Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Kartasasmita, E., Tuslinah, L., Fawaz, M. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan
Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin’. Jurnal
Kesehatan Vol (1) No.1. Hal:69-78. Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bakti Tunas Husada. Tasikmalaya.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Trianjaya, Zunaidi. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi pada Soft Water secara Spektrofotometri
di PT. Cocacola Bottling di Indonesia’. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Depkes RI., 2001. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah
Sakit.Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Hal : 1-7.
Herliani, An an. 2008. Spektrofotometri.Pengendalian Mutu Agroindustri.Program D4-
PJJ.
Idowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran.
Penerbit Andi. Yogyakarta
Kartasasmita, E., Tuslinah, L., Fawaz, M. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi(II) dalam
Sediaan Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin’. Jurnal
Kesehatan Vol (1) No.1. Hal:69-78. Tasikmalaya : Jurusan Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada.
Sastroamidjojo H. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty. Hlm 11.
Setiawan, Dana B. 2012. Penentuan Kadar Besi dalam Air Rumah Tangga.
Tersedia di https://www.academia.edu/ 5350214/
PENENTUAN_KADAR_BESI_DAL. AM_AIR (diakses tanggal
18 November 2014).
Sutrisno, T., (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Depkes RI., 2001. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Hal : 1-7.
TN Edwina. 2013. Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor Dikelurahan Gedung
Johor, Medan Johor, Medan.
http://repository.usus.ad.id/handle/123456789/37947
H Zaini. 2019. Penyisihan Ion Fe (II) dalam Air Sumur Bor dengan Metode Kolom
Menggunakan Adsorben dari Ampas Tebu yang Diaktivasi secara Fisika dan
Kimia. http://e-jurnal.pnl.ac.id/index.php/semnaspnl/article/download/758/774
Sutandi, Maria Christine. 2012. Air Tanah. Tersedia pada :
https://repository.maranatha.edu/3914/1/Air%20Tanah.pdf
Munfiah, Siti dkk. 2013. Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur Gali dan Sumur Bor di
Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak. Tersedia pada :
https://media.neliti.com/media/publications/4800-ID-kualitas-fisik-dan-kimia-
air-sumur-gali-dan-sumur-bor-di-wilayah-kerja-puskesmas.pdf
Andini, A., Kesehatan, F., Nahdlatul, U., & Surabaya, U. (2018). ANALISA KADAR Fe (
III ) AIR DI KECAMATAN TANGGULANGIN, 2(1), 19–24.
Desrina, R., & Bu, F. (2013). MENENTUKAN MODEL PERSAMAAN REGRESI
LINIER BERGANDA DENGAN METODE BACKWARD ( Kasus
Penyalahgunaan Narkoba di Tanah Karo ), 1(3), 285–297.
Gde, I. W., Gargitha, S., Restu, I. W., Hermawati, A., & Sari, W. (2016). ANALISIS
KONDISI INDEKS KUALITAS AIR PADA ENAM MATA AIR DI
KABUPATEN GIANYAR , BALI, 10(2), 116–122.
Khimayah. (2015). VARIASI DIAMETER ZEOLIT UNTUK MENURUNKAN KADAR
BESI (Fe) PADA AIR SUMUR GALI. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1),
523–532.
Putri, T. A., & Yudhastuti, R. (2006). Kandungan Besi ( Fe ) Pada Air Sumur Dan
Gangguan Kesehatan Masyarakat Di Sepanjang Sungai Porong Desa Tambak
Kalisogo Kecamatan Jabon Sidoarjo. Kesehatan Lingkungan, 7(1), 64–70.
S, D. A. N. A. R. E. D. (2018). PENENTUAN KADAR BESI ( Fe ) PADA AIR
GAMBUT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET-
VISIBLE DENGAN PERBANDINGAN PENGOMPLEKS FENANTROLIN,
7(3), 109–117.
Said, N. I. (2010). METODA PENGHILANGAN LOGAM BERAT ( As , Cd , Cr , Ag ,
Cu , Pb , Ni dan Zn ) DI DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI, 6(2), 136–148.
Sasongko, E. B., Widyastuti, E., & Priyono, R. E. (2014). KAJIAN KUALITAS AIR
DAN PENGGUNAAN SUMUR GALI OLEH CILACAP, 12(2), 72–82.
Sulistyorini, I. S., Edwin, M., & Arung, A. S. (2016). ANALISIS KUALITAS AIR PADA
SUMBER MATA AIR DI KECAMATAN Quality Analisys of Springs in
Karangan and Kaliorang Districts , East Kutai, 4(1), 64–76.
Trianjaya, Z., Kadar, P., Pada, B., Water, S., Spektrofotometri, S., Pt, D., … Indonesia, B.
(2009). Zunaidi Trianjaya : Penentuan Kadar Besi Pada Soft Water Secara
Spektrofotometri Di PT Coca Cola Bottling Indonesia, 2009.

Asmaningrum, H. P. (2016). PENENTUAN KADAR BESI ( Fe ) DAN KESADAHAN


PADA AIR MINUM ISI ULANG DI DISTRIK MERAUKE, 3(2), 95–104.

XIII. Jawaban Pertanyaan

1) Jelaskan bagaimana terjadinya peningkatan kadar besi pada suatu sampel air?
Jawaban :
Kandungan besi dalam air dapat berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung
senyawa Fe seperti Pyrit. Dalam buangan limbah industri kandungan besi berasal dari
korosi pipa-pipa air mineral logam sebagai hasil elektro kimia yang terjadi pada
perubahan air yang mengandung padatan larut mempunyai sifat menghantarkan listrik
dan ini mempercepat terjadinya korosi. Mangan tidak bersifat toksik tetapi keberadaannya
dapat mengendalikan kadar unsur toksik lainnya di perairan seperti logam. Pada dasarnya
besi dalam air dalam bentuk Ferro (Fe2+) atau Ferri (Fe3+). Hal ini tergantung dari kondisi
pH dan oksigen terlarut dalam air. Pada pH netral dan adanya oksigen terlarut yang
cukup, maka ion ferro yang terlarut dapat teroksidasi menjadi ion ferri dan selanjutnya
membentuk endapan. Ferri hidroksida yang sukar larut, berupa presipitat yang biasanya
berwarna kuning kecoklatan.
Penyebab utama tingginya kadar besi dalam air antara lain:
a. Rendahnya pH air, Air yang mempunyai pH < 7 dapat melarutkan logam termasuk
besi.
b. Temperatur air, Kenaikan temperatur air akan meningkatkan derajat korosif.
c. Adanya gas-gas terlarut dalam air, Yang dimaksud gas-gas tersebut adalah O 2, CO2,
dan H2S. Beberapa gas terlarut tersebut akan bersifat korosif.
d. Bakteri, Secara biologis tingginya kadar besi terlarut dipengaruhi oleh bakteri besi
yaitu bakteri yang dalam hidupnya membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi
sehingga larut. Jenis ini adalah bakteri Crenotrik, Leptotrik, Callitonella, Siderocapsa,
dan lain-lain.

2) Jelaskan factor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar besi pada suatu
sampel air?
Jawaban :
Air tanah mengalami kontak dengan berbagai macam material yang terdapat
didalam bumi sehingga pada umumnya air tanah mengandung kationdan anion
terlarut dan beberapa senyawa anorganik. Ion-ion yang sering ditemui pada air tanah
adalah besi (Fe) dan mangan (Mn) (Sari, 2010).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar air pada suatu sampel
adalah :

- Suhu
Peningkatan suhu ini terjadi karena kadar oksigen yang masuk semakin tinggi
(Asfiana, 2015). Kenaikan suhu semakin meningkat seiring dengan kenaikan kadar
oksigen, karena suhu dalam air dipengaruhi oleh tingkat difusi, tegangan permukaan
dan kekentalan air. Kemampuan difusi oksigen akan meningkat dengan kenaikan
suhu pula. Sedangkan, tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan
kenaikan suhu (Masduqi, 2002)
- Kadar kesadahan (pH) air rendah.
Kadar kesadahan (pH) air normal yang tidak menyebabkan masalah adalah 7 (6,8 –
7,2). Air yang berkadar kesadahan normal (pH 7 atau antara 6,8 – 7,2) dapat
melarutkan semua jenis mineral termasuk zat besi.
- Ada gas yang ikut terlarut.
Jenis-jenis gas dimaksud adalah CO2 dan H2S. Beberapa gas terlarut dalam air
tersebut akan bersifat korosif.
- Mengandung bakteri.
Bakteri-bakteri zat besi (crenotrik, leptotrik, callitonella, siderocapsa dan Iain-Iain)
yang membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut dalam air,
secara biologis amat mempengaruhi tinggi-rendahnya kadar zat besi pada air. Bakteri-
bakteri tersebut membutuhkan oksigen dan besi untuk mempertahankan hidupnya.
- Jenis sedimen
Menurut Sudadi (2003) sebagian besar unsur Besi terdapat pada tanah yang
mengandung batuan sedimen yang mengandung oksida besi, karbonat dan sulfida.
sehingga menjadi faktor penyebab tingginya kandungan besi yang terdapat dalam air
tanah

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pH, jarak dari sumber seperti
pertambangan, dan suhu terhadap peningkatan kadar Fe pada sampel air.

3) Jelaskan metode-metode pemeriksaan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan ion


besi pada sampel air beserta keunggulan dan kelemahannya masing-masing!
Jawaban :
Metode dalam penentuan besi secara analisa kualitatif maupun kuantitatif dapat
dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Penentuan ini secar umum dapat
di urai menjadi tiga yaitu:

a. Metode Tiosianat
Pada metode ini besi diubah menjadi besi (III) menggunakan Kalium permanganta
dan menambahkan tiosianat sehingga menjadi warna merah. diukur menggunakan
panjang gelombang 480 nm
b. Metode 1,10 – ortopenantrolin,
Besi (III) direduksi menjadi besi (II) dengan menambah hidroksilamin klorida dan
ditambah ortofenontrolin sehingga terbentuk warna orange, diukur menggunakan panjang
gelombang 510 nm
c. Metode tioglikoat
Besi (III) dengan penambahan asam tioglikolat, amonium sitrat, dan amonium
hidroksida akan memberi kompleks warna ungu – merah, diukur dengan panjang
gelombang 535 nm (Trianjaya Z, 2009)

Kelebihan Spektrofotometer UV/VIS :


a. Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
b. Caranya sederhana
c. Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil

Kekurangan Spektrofotometer UV/VIS


a. Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kuvet
b. Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang >185 nm
c. Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron valensi dengan
energy eksitasi rendah
d. Sinar yang dipakai harus monokromatis

4) Jelaskan bagaimana cara penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan


spektrofotometri!
Jawaban :
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prismaatau kisi difraksi dan detektor
vakum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer,
yaitu suatu alat yang digunakan untukmenentukan suatu senyawa secara kualitatif
maupun kuantitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu senyawa
sebagai fungsi konsentrasi. Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan
elektron dari tingkatenergi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Metode analisisnya didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh
suatu laju larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik (Setiono dan Dewi 2013).
Serapan dinyatakan dengan nilai intensitas absorbansi pada panjang gelombang
maksimal.
Panjang gelombang maksimum adalah pengukuruan panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi maksimum (Nury Kusumawardhani dkk, 2015).
Menurut Wijang, 2012, menyebutkan bahwa penentuan panjang gelombang
maksimum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Disiapkan larutan dengan konsentrasi tertentu dan satu larutan blanko pada kuvet
untuk pengukuran
2. Ukur nilai % T larutan yang ditentukan pada orange panjang gelombang tertentu
3. Dikonversikan nilai % T pada beberapa panjang gelombang yang diperoleh menjadi
nilai absorbansi, lalu buat kurvanya
4. Ditentukan panjang gelombang maksimum berdasarkan titik yang menunjukkan nilai
serapan tertinggi.

Contoh penentuan panjang gelombang maksimum :

Data variasi panjang gelombang yang digunakan dan hasil absorbansi

Kurva penentuan panjang gelombang maksimal

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang maksimal K2Cr2O7
adalah 415 nm.

5) Jelaskan dampak adanya ion besi pada sampel air dalam bidang kesehatan !
Jawaban :
Sumber besi (Fe) antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Mineral yang
sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan besi (Fe). Apabila besi
(Fe) tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai gangguan
lingkungan. Menurut Wahyu Widowati, Astiana Sastiono dan Raymond Jusuf R., besi
(Fe) memiliki berbagai fungsi esensial dalam tubuh, yaitu :
1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
2. Sebagai alat angkut elektron dalam sel.
3. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.

Kadar besi (Fe) yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan kerusakan seluler akibat
radikal bebas. Dosis yang melebihi 20 mg/kg berat pada manusia menyebabkan toksisitas.
Toksisitas kronis dari besi (Fe) lebih banyak terjadi pada orang dewasa yang biasanya
mengakibatkan idiopatik hemokromatosis dikarenakan tidak normalnya absorbsi besi (Fe)
dari alat pencernaan (Anandi Tri, 2012).

XIV. Lembar Pengesahan

Dosen Pembimbing, Dosen Pembimbing,

IGA. Sri Dhyanaputri, SKM., MPH I Wayan Karta, S.Pd., M.Si.

Dosen Pembimbing,

Jannah Sofi Yanti, S.Si., M.Si.


Nama Mahasiswa NIM Tanda tangan

Kadek Ika Surya Cahyani P07134017006

Firdaus Langi Karaeng P07134017011

Ni Luh Made Andriyani P07134017015

Ni Luh Made Andriyani P07134017038

I Gusti Ayu Manik Diantari P. P07134017039

Anda mungkin juga menyukai