Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
ANALISIS BESI DENGAN METODE SPEKTROFOTMETRI
DISUSUN OLEH :

NAMA : Alif Okta S


NIM : 215100900111046
KELOMPOK : Y2
ASISTEN :
Achmad Bayazid Hidayat Ja’far Tsabit Rabbani
Aghits Al Arif Billah M. Wahyu I. Ade P
Amira Nur Fadiyah Mya Rahmi Azizah
Bachtiar Ibnu Syina Nurhayati Angelina
Dimas Saka Tauhid Nurindarlina
Edelweiss Ulima Ardianti Rinanti Putri Rahmawati
Fitriani Darojatul Hikmah Talitha Philofia Sopandi

LABORATORIUM REMEDIASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS UDARA

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan juga
makhluk hidup lainnya. Fungsi air bagi kehidupan ini tidak dapat tergantikan oleh senyawa
lainnya. Komponen- komponen yang terdapat dalam air tentunya berbeda jika sumber dari
air tersebut juga berbeda. Air sungai mengandung padatan yang terbentuk sebagai akibat
dari erosi, air juga mengandung mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber
seperti udara, tanah,sampah, kotoran manusia ataupun hewan. Selain itu air juga
mengandung logam berat yang berbahaya dari hasil buangan industri. Oleh itu suatu
perairan harus terlebih dahulu kadar kandungan didalamnya dengan memperhatikan
standar baku air sebelum dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal.
Apabila dilihat dari segi manfaat tanah dan air, terdapat hubungan yang erat
antara kelangsungan hidup dan aktivitas manusia. Maka perlu dilakukan pemeliharaan dan
pengujian sifat dan kualitas tanah dan air. Selama pengujian harus melalui area sampling
area pengujian dan proses pemeliharaan untuk diuji di laboratorium. Hal ini juga dapat
menguntungkan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan analisis air dengan parameter Besi (Fe) dalam sampel
air secara Spektrofotometri.
2. Mahasiswa dapat memahami metode tiosianat dalam melakukan analisis besi
menggunakan spektrofotometri.
3. Mahasiswa dapat mengetahui penentuan kadar besi dalam air
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sifat Besi dalam Kandungan Air


Besi merupakan zat yang termasuk sebagai logam berat, oleh sebab itu
keberadaannya di perairan akan sulit untuk terdegradasi dan mudah terakumulasi di
lingkungan perairan. Selain itu keberadaan besi dalam perairan ini tidak mudah untuk
dihilangkan. Besi dalam perairan ini sendiri dapat terakumulasi dalam biota perairan
termasuk jenis moluska, ikan dan juga sedimrn. Besi yang terdapat pada air ini memiliki
waktu paruh yang tinggi dalam tubuh biota laut serta memiliki nilai faktor konsentrasi yang
besar dalam tubuh organisme Adanya zat besi di dalam air ini bersifat toksik atau dapat
menyebabkan keracunan (Supriyantini, 2015).
Limbah hasil industri adalah salah satu penyebab utama yang menyebabkan
tingginya kadar besi dalam suatu perairan. Limbah industri yang mengandung senyawa
logam berat Fe atau besi ini bukan hanya bersifat toksik terhadap tumbuhan, tetapi juga
berdampak terhadap hewan dan bahkan juga manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat
logam berat yang sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan
perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan (Supriyantini, 2015).
Kandungan besi dalam air yang mendpat aerasi yang cukup jumlahnya kurang dari
0,3 mg / l. Kemudian untuk kandungan besi dalam air alami berkisar antara 0,05 - 0,2
mg/liter. Lalu pada air tanah dangkal dengan kadar oksigen yang relatif rendah, kadar
besinya dapat mencapai 10-100 mg/l. Kadar besi dalam perairan yang jumlahnya lebih
dari 1,0 mg/liter sendiri dianggap berbahaya bagi berbagai macam organisme. Sedangkan
untuk air yang digunakan sebagai air minum sendiri harus memiliki kandungan zat besi
kurang dari 0,3 mg/l. (Mustikaningrum, 2015).

2.2 Pengertian dan Prinsip Kerja Spektrofotometer


Spektrofotometri adalah salah satu teknik analisis paling dasar dan sederhana
yang bertujuan untuk mengukur konsentrasi senyawa berdasarkan warnanya. Proses
pengujian dalam metode spektrofotometri ini sendiri menggunakan bantuan alat yang
bernama spektrofotometer. Prinsip dalam penggunaan spektrofotometer adalah, cahaya
melewati sampel dan kemudian intensitasnya diukur dan dibandingkan dengan aslinya.
Biarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu λ dan intensitas tertentu I0 melewati
larutan sampel. Dengan begitu cahaya akan kehilangan intensitas I dan besaran dapat
didefinisikan serta dihitung transmisi dan absorbansinya. Untuk menghitung transmisi
digunakan rumus T = I/I0 sedangkan untuk menghitung absorbansi dapat menggunakan
rumus A = -log T = -log (I/I0) (Bouza, 2019).
Spektrofotometer sendiri tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel dan alat untuk mengukur
perbedaan antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Prinsip dari alat ini adalah
radiasi denagn rentang panjang gelombang antar 400-800 nm dilewatkan melalui suatu
larutan sampel. Kemudian elektron-elektron akan menjadi tereksitasi sehingga
menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan menyerap sejumlah energi yang
melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut, maka semakin panjang
gelombang radiasi yang diserap (Siahaan, 2016).
Pada pengujian menggunakan spektrofotometer UV-VIS, sampel yang diukur
harus dalam bentuk larutan. Lalu untuk analit yang dapat diukur dengan menggunakan
spektrofotometer sinar tampak ini adalah analit yang berwarna atau yang dapat dibuat
berwarna. Analit berwarna adalah analit yang memiliki sifat menyerap cahaya secara
alami. Analit yang dibuat berwarna adalah analit yang tidak berwarna sehingga harus
direaksikan dengan zat tertentu untuk membentuk senyawa yang dapat menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu. Pembentukan warna untuk zat atau senyawa yang
tidak berwarna dapat dilakukan dengan pembentukan kompleks atau dengan cara
oksidasi sehingga analit menjadi berwarna (Warono, 2013)

2.3 Larutan Tiosianat


Tiosianat adalah sebuah senyawa yang dibentuk dari hasil detoksifikasi sianida.
Senyawa ini banyak ditemukan pada jenis sayur-sayuran dan umbi-umbian, seperti terong,
sawi, kubis, pepaya, bambu, daun pepaya, singkong dan kedelai. Tiosianat juga dapat
dibuat dari proses industri pembuatan baja dan penambangan logam. Tiosianat juga dapat
diproduksi oleh organisme akuatik dalam proses detoksifikasi metabolit sianida dengan
adanya enzim rhodan dan tiosulfat akibat dari paparan limbah industri, sehingga tiosianat
dapat ditemukan di dalam tubuh, urin, air liur dan darah dari organisme tersebut.
Kandungan tiosianat dalam air limbah sendiri sangat bervariasi. Pada limbah pengolahan
emas, kadar tiosianatnya dapat mencapai 168 hingga 680 mg/l. Sedangkan dalam air
limbah, kadar tiosianat yang diperbolehkan dibatasi sebesar 150 mg/l (Indriana, 2016).
Tiosianat adalah zat goitroogenik, yang ketika memasuki tubuh maka akan bersaing
dengan yodium dalam proses mensintesis hormon tiroid yang akan mencegah penyerapan
yodium. Kehadiran tiosianat dalam tubuh juga dapat menghambat transpor aktif yodium
ke dalam kelenjar tiroid, sehingga hampir semua yodium yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan akhirnya dikeluarkan melalui urin. Pada manusia dan hewan, tiosianat
dapat diekskresikan dalam serum, urin, keringat, air liur, dan air mata. Namun pelepasan
tiosianat terbesar dilakukan oleh ginjal, sehingga untuk analisis tiosianat dapat dilakukan
dengan mengukur kadar tiosianat dalam urin, dimana batas normal kadar tiosianat dalam
tubuh adalah sebesar 2 ppm (Cahyani, 2015).

2.4 Metode Analisis Besi dalam Kandungan Air


Metode spektrofotometri adalah salah satu metode atau cara yang dapat digunakan
untuk menganalisis kandungan besi di dalam air. Metode ini merupakan metode yang
cocok digunakan untuk analisis kandungan logam pada konsentrasi pendek serta memiliki
tingkat ketelitian yang cukup akurat. Untuk pereaksi yang digunakan sendiri adalah
fenantrolin yang berfungsi untuk mengubah larutan uji menjadi jingga, dan kemudian
serapannya diukur pada tingkat cahaya 510 nm (Warono, 2013).
Analisis kadar logam berat Fe atau besi dalam suatu air dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Salah satu contohnya adalah dengan pertama-tama mengambil sampel
air laut sebanyak 250 ml ke dalam corong polietilen yang telah disaring menggunakan
kertas saring dengan ukuran 0,45 µm. Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan
amonium pirolidin ditiokarbonat (APDC.) dan metil isobutil keton (MIBK) yang kemudian
menjadi fase organik dan fase air yang terpisah. Untuk fase organik ini dapat digunakan
untuk membuat larutan standar dan kemudian ditambahkan HNO3 pekat dan air suling
tanpa ion sampai kedua fase terpisah. Setelah itu air ditampung untuk diasaspirasi dengan
AAS (Supriyantini, 2015).

2.5 Bahaya Kandungan Besi dalam Air


Besi merupakan zat yang termasuk sebagai logam berat, oleh sebab itu
keberadaannya di perairan akan sulit untuk terdegradasi dan mudah terakumulasi di
lingkungan perairan. Selain itu keberadaan besi dalam perairan ini tidak mudah untuk
dihilangkan. Besi dalam perairan ini sendiri dapat terakumulasi dalam biota perairan
termasuk jenis moluska, ikan dan juga sedimrn. Besi yang terdapat pada air ini memiliki
waktu paruh yang tinggi dalam tubuh biota laut serta memiliki nilai faktor konsentrasi yang
besar dalam tubuh organisme Adanya zat besi di dalam air ini bersifat toksik atau dapat
menyebabkan keracunan (Supriyantini, 2015).
Besi adalah suatu unsur kimia yang dapat ditemukan hampir di semua tempat di
bumi, dii semua lapisan geologis dan di semua badan air. Keberadaan besi dalam badan
air dapat berasal dari sumber alami atau juga dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan
manusia. Apabila kadar logam berat Fe atau besi pada suatu perairan tergolong tinggi atau
konsentrasi kadar besi di dalam air di atas 1 mg/l, maka hal ini dapat menyebabkan warna
air menjadi kemerahan. Kemudian apabila di minum akan memberikan rasa tidak enak
dan aneh. Selain itu, kadar besi yang tinggi ini juga dapat menyebabkan noda serta
meninggalkan bekas pada peralatan rumah tannga dan juga pakaian. Sedangkan apabila
air dengan kadar besi yang telah melebihi batas standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dikonsumsi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama ,
maka akan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan lama-kelamaan apabila tidak
segera ditangani dengan benar dapat menyebabkan kematian (Cahyani, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Bouza, M., Nastou, A., Panigyraki, C. & Makedonas, C. 2019. Introducing spectrophotometry
in the school lab employing LEGO bricks and LEDs. Chemistry Teacher International,
1(1): 1-8
Cahyani, Yulia Dwi, et al. 2015. Nalisis Tiosianat Dalam Urin sebagai Metode Monitoring
Potensi Gaki (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) Berbasis Test Kit. Jurnal
Penelitian Saintek 20(1): 67-73.
Mustikaningrum, Mega. 2015. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Genesys-20 untuk
Mengukur Kadar Curcuminoid pada Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza). Tugas
Akhir. Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.
Warono Dwi dan Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer untuk Analisa Zat Aktif
Ketoprofen. KONVERSI Vol. 2(2): 57-65
Siahaan, Renay Hottaruli. 2016. Analisis Kadar Nitrit dan Nitrat Dalam Air Isi Ulang Dengan
Metode Spektrfotomrtri Visible. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Analisis
Farmasi dan Makanan. Universitas Sumatera Utara.
Supriyantini, Endang dan Hadi Endrawati. 2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe) pada Air,
Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Tanjung Emas Semarang.
Jurnal Kelautan Tropis 18(1): 38-45.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai