Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Rabu/ 12 Februari 2020

Kimia air dan Tanah Kelompok :3


Dosen : Henry Kasman Hadi Saputra
S.Pi, M.Si.
Asisten : M. S. Hamka
Nabilla Putri E., A.Md.

ANALISA NITROGEN (AMONIA)

Disusun oleh:

Anne Yuliana J3H819072


Athaya Maula J3H819073
Muhammad Eris Julian J3H819079
Annisa Nur Fazriani J3H919134
Zalfa Alrasyid J3H919139

PROGAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN


MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
BAB I
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Senyawa nitrogen adalah salah satu nutrisi utama yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup semua organisme. Sumber nitrogen terbesar berasal dari
udara yaitu sekitar 80%,namun tidak semua dapat digunakan secara langsung oleh
beberapa organisme. Nitrogen harus terlebih dahulu dikonversi dari gas nitrogen
menjadi ammonia (NH3). Selain itu, keberadaan nitrogen di perairan dapat berupa
senyawa anorganik seperti ion nitrit (NO2-), ion nitrat (NO3-), amonia (NH3), ion
ammonium (NH4+) dan senyawa lainnya sedangkan senyawa organik berupa
protein, asam amino dan urea yang akan mengendap di dalam air. Dengan
demikian, nitrogen mengalami banyak transformasi yang berbeda dalam
ekosistem, berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya agar organisme dapat
menggunakannya untuk pertumbuhan dan energi (Bernhard,2010).
Senyawa nitrogen di perairan secara alami berasal dari metabolisme
organisme perairan dan dekomposisi bahan-bahan organik oleh bakteri (Boyd,
1979). Nitrogen merupakan bahan dasar penyusun protein yang diserap oleh
tumbuhan air dalam bentuk amonia atau nitrat. Ketersediaan nitrogen
mempengaruhi variasi spesies, kemelimpahan serta kandungan nutrisi hewan dan
tumbuhan akuatik (Horne dan Goldman, 1994).
Amonia merupakan salah satu jenis senyawa yang mudah larut dalam air
dan turut mempengaruhi tingkat kesuburan perairan (Horne dan Goldman, 1994).
Senyawa ini berasal dari nitrogen yang menjadi NH4 pada pH rendah dan disebut
amonium. Amonia dalam air berasal dari air seni dan tinja, oksidasi zat organik
secara mikrobiologis serta dari air buangan industri dan aktivitas masyarakat.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
kandungan amonia dalam suatu perairan.
BAB II
2. METODE

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Kimia GG B02 pada hari Rabu,
11 Februari Pukul 08.00-12.00 WIB.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, pipet tetes, corong gelas,
pipet mohr, bulb, gelas beaker, whatman, gelas piala. Bahan yang digunakan
adalah air sampel, reagen nessler, akuades, ammonia.

2.3. Prosedur Kerja


2.3.1 Larutan Air Sampel
Masukkan air sampel sebanyak 25-50 ml air sampel ke dalam gelas
beaker, kemudian saring air sampel menggunakan corong gelas dan whatman,
pipet 50 ml air sampel yang telah disaring, masukkan ke dalam gelas piala,
tambahkan 1 ml reagen Nessler pada air sampel, kemudian homogeken dan
diamkan 10 menit, lalu air sampel yang telah diberi reagen kemudian diukur
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 400-425 nm.

2.3.2 Larutan Blanko


Masukkan 25 ml akuades ke dalam gelas beaker, tambahkan 1 ml reagen
nessler pada gelas beaker yang sudah terisi akuades kemudian homogenkan dan
diamkan 10 menit, lalu akuades yang telah diberi reagen nessler kemudia diukur
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 400-425 nm.

2.3.3 Larutan Standar


Masukkan 25 ml larutan standar ammonia ke dalam gelas beaker dengan
konsentrasi 1 ppm, tambahkan 1 ml reagen nessler pada larutan standar ammonia,
kemudia homogenkan selama 10 menit, lalu larutan standar ammonia yang sudah
diberi reagen nessler kemudian diukur menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 400-425 nm.
BAB III
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil

Kelompok TAN (mg/L) Keterangan


1 1.743 Air tendon
2 4.105 Air sampel ( kolam nila )
3 3.315 Air sampel ( kolam lele )
4 2.538 Air sampel ( kolam nila )

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai TAN dari setiap kelompok
mempunyai nilai TAN yang berbeda. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan
pengambilan sampel air dari masing-masing kelompok.

3.2 Pembahasan

Metode penelitian keberadaan amoniak dilakukan dengan menggunakan


metode Nesler, metode pengerjaan berdasarkan perkiraan kadar amoniak dalam
air. Bila perkiraan kadar amoniak dalam sampel antara 1 – 25 mg NH3 – N/L
maka digunakan titrasi dengan standar asam sulfat, sedangkan bila kadar amoniak
antara 0,25 – 5,0 mg NH3 – N/L dapat ditentukan dengan metode Nesler. Kadar
NH3 – N lebih dari 5 mg/L dapat ditentukan dengan metode Nesler dan
pengenceran.
Gangguan pada analisa Nesler adalah kekeruhan dan warna. Pada analisa
Nesler tanpa destilasi harus ditambah basa dan ZnSO4 untuk mencegah gangguan
ion Ca2+, Fe, dan Sn yang dapat menimbulkan kekeruhan. Dengan tambahan
larutan basa dan ZnSO4 maka ion – ion tersebut akan mengendap.
Penentuan kadar amonia ini dilakukan dengan menggunakan larutan
standar amonia dan larutan sampel dalam jumlah tertentu kemudian ditambah
aquades sebagai pelarut dan ZnSO4 sebagai pengendap. Setelah itu pada masing –
masing larutan ditambah reagen nessler B yang berfungsi sebagai indikator
keberadaan amonia dalam larutan. Selanjutnya dilakukan penambahan reagen
nessler A sebagai pemberi warna pada larutan standar maupun sampel.
Alat yang dipakai untuk mengukur absorban larutan standar dan sampel adalah
spektrofotometer UV-Vis, karena panjang gelombang yang digunakan adalah 430
nm. Panjang gelombang ini termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar UV,
yaitu 300 – 750 nm. Syarat untuk menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah
larutan yang diukur absorbannya harus berwarna. Oleh karena itu, larutan standar
dan sampel harus dijadikan berwarna dengan menambahkan reagen nessler A.
Penambahan reagen ini mengakibatkan perubahan warna larutan dari bening
menjadi kuning. Intensitas warna kuning ini meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah larutan standar dan sampel yang digunakan. Dampak
pencemaran air limbah industri terhadap mutu badan air penerima bervariasi
tergantung kepada sifat dan jenis limbah, volume dan frekuensi air limbah yang
dibuang oleh masing-masing industri (Moertinah,S. 2010)
Konsentrasi larutan pada masing-masing deret standar dapat dihitung
dengan menggunakan rumus pengenceran. Berdasarkan hasil perhitungan, maka
diketahui nilai konsentrasi larutan standar 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 10 mL berturut
– turut adalah 0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6 mg/L; 2 mg/L. Setelah dilakukan
pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang 430 nm, maka diperoleh
absrobansi untuk larutan standar 0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6 mg/L; dan 2 mg/L
adalah 0,081, 0,106, 0,208, 0,306. Nilai absorbansi tersebut selanjutnya diplotkan
ke dalam grafik hubungan konsentrasi larutan NH3-N dengan absorbansi untuk
perhitungan konsentrasi sampel.
Amonia Nitogen (TAN) adalah merupakan toxic (un-ionized)  amonia
(NH3) dan nontoxic (ionized) amonia (NH4-). Hanya satu bagian saja dari TAN
sebagai amonia toxic (un-ionized), dan bagian yang lain merupakan
keseimbangan antara toxic (un-ionized) dan nontoxic (ionized).

Reaksi NH3 pada perairan.Persentase NH3 dari anonis sotal


dipengaruhi oleh salinitas konsentrasi oksigen,  suhu,  dan PH air.  Makin tinggi
suhu dan pH air makin tinggi pula persentase konsentrasi NH3 Dalam artian
peluang biota budidaya keracunan NH3 lebih besar pada suhu dan pH tinggi.
Sebagai contoh pada pH 80 dan suhu 26 Derajat celcius persentase NH3 hanya
5,71 sedangkan pada pH 9,0 dan suhu 30 derajat celcius mencapai 44,84. Apabila
air limbah dibuang ke media lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu maka dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan terutama ekosistem perairan
(Kurniawan,M.dkk. 2013).
Jika pH air tambak tinggi,  daya racun amonia meningkat,  sebab sebagian
besar berada dalam NH3,  sedangkan amonia dalam bentuk molekul dapat
menembus bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+. Daya racun juga
dipengaruhi oleh suhu, salinitas, dan Calsium (Ca). Daya racun meningkat pada
suhu yang lebih tinggi, salinitas rendah, dan kesadahan rendah.
Tabel 2.4 disajikan persentase total amonia dalam hubungannya dengan pH dan
suhu.

Pada kondisi jumlah air yang terbatas, penurunan kualitas air sangat
membahayakan bagi kelangsungan hidup ikan. Untuk mempertahankan kualitas
air sehingga tetap layak bagi ikan, digunakan sistem resirkulasi dalam proses
pemeliharaannya. Air buangan dari proses pemeliharaan akan dapat digunakan
kembali setelah melalui beberapa perlakuan termasuk pengendapan, penyaringan
mekanis dan biologis serta purifikasi bakteriologis (Tanjung. 1994). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perubahan kandungan amonia, nitrit dan nitrat dalam
media pemeliharaan ikan nila menggunakan sistem resirkulasi.

Cara Mengatasi Kadar Amonia Air Kolam adalah dengan mengurangi kuantitas pakan
ikan karena salah satu penyebab dari timbulnya amonia adalah ekskresi oleh ikan, maka
pemberian pakan harus dibatasi. Maksud dari dibatasi adalah jangan sampai
memberikan pakan terlalu banyak. Sesuaikan jumlah ikan dengan perkiraan pakan yang
akan diberikan. Kemudian meningkatkan aerasi pada kolam. Amonia merupakan zat
berupa gas yang terlarut dalam air. Untuk menyingkirkannya, perlu dilakukan
peningkatan aerasi, sehingga oksigen terlarut akan menekan keberadaan amonia.
Dengan begitu, anda memerlukan sebuah aerator yang handal. Salah satu aerator
terbaik saat ini adalah Airjet Aerator (Surface Aerator) Olimpia. Pada tubuh manusia,
air merupakan bagian terbesar, dimana hampir
semua reaksi pada tubuh manusia memerlukan
cairan (Kumalasari dan Satoto, 2011).

 ammonia (NH3) terus-menerus berubah menjadi ammonium (NH4+), dan


sebaliknya. Jumlah masing-masing relatif tergantung suhu dan pH air.
Ammonia sangat beracun, sementara ammonium relatif tidak
berbahaya. ammonia (NH3) terus-menerus berubah menjadi ammonium
(NH4+), dan sebaliknya. Jumlah masing-masing relatif tergantung suhu
dan pH air. Ammonia sangat beracun, sementara ammonium relatif tidak
berbahaya. 
BAB IV

4. SIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa air tandon memiliki
kadar ammonia sebesar 1,743 ppm. Untuk kolam ikan nila memiliki kadar
ammonia sebesar 4,105 ppm. Sedangkan untuk kolam ikan lele memiliki
kadar ammonia sebesar 3,315 ppm. Kadar Amonia terbesar dimiliki oleh
kolam ikan nila. Kadar ammonia dapat dikurangi dengan cara mengurangi
kadar pakan, meningkatkan aerasi pada kolam, dan menambahkan atau
mengurangi air.
LAMPIRAN

Gambar 1. Menyaring sampel Gambar 2. Mengambil reagen nessler

Gambar 3. Hasil Spektrofotometer Gambar 4. Larutan blanko

Gambar 5. Abs larutan blanko Gambar 6. Abs larutan standar


Gambar 7. Hasil perhitungan TAN
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University.
Auburn, Alabama.
Bernhard, A. (2010). The Nitrogen Cycle: Processes, Players, and Human Impact.
Nature Education Knowledge 2(2):12. Halaman 1-9.
Horne, A.J., dan Goldman, C.R., 1994. Limnology. Second Edition. McGraw-Hill
Inc. New York.
BSN. 2005. Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7117.6-2005 Tentang Teknik
Pengambilan Sampel Amonia. ____. 2005. Standar Nasional Indonesia
(SNI) 19-7117.7-2005 Cara uji kadar hidrogen sulfida (H2S) dengan
metode biru metilen menggunakan spektrofotometer.

Kumalasari dan Satoto. 2011. Teknik PraktisMengolah Air Kotor Menjadi Air
Bersih.Bekasi: Laskar Aksara.

Kurniawan, M., Purwanto, P., dan Sudarno, S.2013. Strategi Pengelolaan Air
Limbah Sentra Umkm Batik yang Berkelanjutan DiKabupaten Sukoharjo.
Jurnal Ilmu Lingkungan, V0l 11(2) : 62-72, 2013.

Moertinah, S. 2010. Kajian Proses Anaerobik sebagai Alternatif Teknologi


Pengolahan air Limbah Industri Organik Tinggi. Jurnal Riset Tekno.
Pencegahan dan Pencemaran Lingkungan Vol 1, No. 2 2010.
Deskripsi Kerja :

Pendahuluan : Annisa Nur Fazriani

Metodologi : Anne Yuliana

Hasil dan Pembahasan : Muhammad Eris Julian

Kesimpulan dan saran : Zalfa Alrasyid

Lampiran : Athaya Maula

Anda mungkin juga menyukai