Kelompok 2
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk
kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olahraga
dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air minum.
Sebagai sumber air minum masyarakat, air harus memenuhi beberapa aspek yang
meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas (WHO, 2004).
Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah
satunya tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran
yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran yang mengakibatkan penurunan
kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources) dan limbah tersebar
(non point sources). Limbah terpusat seperti limbah industri, limbah usaha
peternakan, limbah perhotelan, dan limbah rumah sakit. Sedangkan limbah tersebar
seperti limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah domestik (Asmadi dan
Suharno, 2012).
Limbah domestik merupakan buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus,
dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah makan dan
sebagainya yang secara kuantitatif. Limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa
padat atau cair, bahan berbahaya, dan beracun (B3), garam terlarut, dan bakteri
terutama golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit (Sastrawijaya, 2000).
Rumah makan merupakan salah satu sumber yang menghasilkan limbah cair
domestik yang memiliki kontribusi menQimbulkan pencemaran badan air jika tidak
diolah terlebih dahulu. Sumber pencemar yang terkandung di dalam limbah rumah
makan yaitu diantaranya sisa-sisa kuah makanan yang mengandung zat organik
(BOD, COD) di dalamnya, dan air bekas pencucian alat masak dan makan. Beban
BOD yang ditimbulkan pada limbah cair kira-kira 80 gram orang per hari. Buangan
dari dapur rumah tangga yang dialirkan melalui alat penggiling sampah (grinder)
akan menimbulkan BOD per orang sebesar 30-50%. Volume dan kekuatan limbah
cair dari sekolah, kantor, pabrik dan bangunan perdagangan bergantung pada jumlah
jam operasi dan fasilitas makan yang tersedia. Meskipun warung makan tidak
menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar, kekuatan limbah cairnya meningkat
karena mengandung sampah dari kegiatan penyiapan makanan dan pencucian
(Asmadi dan Suharno, 2012).
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi kandungan
COD dan DO dalam suatu perairan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Alat yang digunakan adalah labu Erlenmeyer, Botol BOD, Pipet tetes, Hot
plate, Corong gelas, Pipet Mohr, Rubber bulb, Inkubator, Botol terang, Botol gelap,
Buret, dan Statif. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Air sampel, HgSO₄ pekat,
K₂Cr₂O₇, Akuades, Na₂S₂O₃ 0,025 N, Larutan KI, Mangan sulfat (MnSO₄), NaOH
+ KI, Na-thiosulfat, Indikator pati/amilum.
Prosedur Kerja
Pembahasan
Oksigen merupakan salah satu unsur makronutrient yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup dan proses fisiologis maupun metabolisme di dalam tubuh
organisme hidup [ CITATION Muk03 \l 1033 ]. Secara umum, konsentrasi oksigen
terlarut dalam air terus-menerus berubah setiap hari akibat adanya konsumsi atau
produksi oksigen oleh organisme akuatik, difusi dan pengaruh musim (Ministry of
Environment of Government of British Columbia, 2009). Penurunan konsentrasi
oksigen terlarut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya respirasi
organisme akuatik dan dekomposisi bahan organik. Adanya penurunan konsentrasi
oksigen terlarut sampai batas titik kritis akan menyebabkan terjadinya hypoxia.
Hypoxia merupakan fenomena yang terjadi dalam lingkungan akuatik akibat adanya
penurunan konsentrasi oksigen terlarut sampai batas yang dapat merugikan kehidupan
organisme akuatik yang hidup di dalamnya (Free Encyclopedia, 2009). Long et al.,
(2008) menyatakan bahwa hypoxia terjadi pada konsentrasi oksigen di bawah 2 mg/l.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang kami lakukan, didapatkan hasil bahwa kandungan
COD pada larutan yang kami uji adalah sebanyak 40 ppm. Sedangkan, kandungan
DO pada larutan yang kami uji adalah sebanyak 5,1 ppm. Selisih nilai antara COD dan
DO memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di
perairan. Bisa saja nilai DO sama dengan COD, tetapi DO tidak bisa lebih besar dari
COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada [ CITATION
WaA151 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA