Anda di halaman 1dari 9

Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Tanggal : 08 September 2022

Limbah Industri dan Domestik Pertemuan :3


Kelas/Kelompok: B1/3
Dosen : Beata Ratnawati, S.T., M.Si
Asisten : Septiana Susanti, SKM
Fitri Uswatun H., A.Md.
Rofiq Arifin, A.Md.

LAPORAN PRAKTIKUM

KELOMPOK 3:

Ade Dwi Laxmitha J0313201082


Andini Ramadina J0313201048
Aldi Purna J0313201019
Helvia Febrina J0313201023
Mirza Shofarisqi Taqwa Putra J0313202191
Tegar Tri Darma J0313201095

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat, cair, maupun gas. Hal ini sejalan menurut UU No. 18 tahun
2008, limbah didefinisikan sebagai sisa/buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan
manusia. Hampir semua kegiatan manusia akan menghasilkan limbah. Limbah
tersebut seringkali dibuang oleh masyarakat ke lingkungan, sementara jumlah
limbah yang dihasilkan terus meningkat seiring pertambahan penduduk dan
kemajuan teknologi serta perekonomian. Ketika mencapai jumlah dan konsentrasi
tertentu, limbah yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan. Terdapat 2 macam limbah yaitu limbah domestik dan limbah
industri, limbah domestik dan limbah industri kerap disepelekan namun juga
berbahaya bagi lingkungan adalah limbah laundry dan limbah tahu (industri
rumahan) (Hayati, 2021).
Air limbah baik domestik maupun industri kerap dibuang ke saluran air
sehingga mencemari perairan tersebut dan mengganggu ekosistem yang ada
didalamnya. Salah satu limbah yang banyak mencemari air sungai adalah limbah
dari laundry rumah tangga. Hal ini disebabkan karena limbah dari laundry
mengandung deterjen yang mengandung beberapa potensi bahaya antara lain
terbentuknya potensi bahaya antara lain terbentuknya lapisan film dalam air akan
menyebabkan menurunya tingkat transfer ke dalam air, gangguan kesehatan yang
cukup serius pada manusia, serta kombinasi antara polifosfat dengan surfaktan
dalam deterjen dapat meningkatkan kandungan fosfat dalam air. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menimbulkan warna pada air.
Keberadaan fosfat dalam limbah laundry juga cukup berbahaya bagi lingkungan.
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat, dan fosfat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air (Utomo et al.
2018).
Air limbah tahu (industri rumahan) juga merupakan pencemar lain yang
dapat mencemari saluran air. Air limbah tahu merupakan bahan pencemar yang
apabila dibuang ke lingkungan perairan karena dapat menimbulkan bau busuk,
penyakit dan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut. Sebagian besar industri tahu
tempe merupakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang sebagian besar
belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga air limbah yang
dihasilkan dari proses produksi secara langsung dibuang ke badan air penerima
(sungai) yang mengakibatkan terjadinya pencemaran pada sungai. Hal ini
disebabkan air limbah industri tahu tempe rata- rata mengandung biological oxygen
demand (BOD): 5.000 – 10.000 mg/l, chemical oxygen demand (COD): 7.000 –
12.000 mg/l, pH: 4 – 5, suhu: 35 – 40 derajat Celcius (Prayitno et al. 2020).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik yaitu Ph dan Suhu
dari limbah tahu dan deterjen, serta volume NaOH dan Hcl yang dibutuhkan untuk
menetralkan air limbah tersebut.
BAB II
METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan yaitu gelas piala 500 ml, thermometer, kertas saring,
saringan halus, pH adjuster (kertas lakmus), corong kaca, pipet, dan sendok.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air limbah tahu 1000 ml, air limbah laundry
1000 ml, Larutan H2SO4 Pekat, Larutan HCl Pekat, dan Larutan NaOH Pekat.

2.2 Metode Kerja


1. Menuangkan air limbah tahu dan air limbah laundry sebanyak 500 ml ke dalam
gelas piala
2. Masing-masing diberikan tiga perlakuan yaitu, tanpa saringan, saringan halus,
dan saringan kasar
3. Melakukan proses pengendapan selama 30 menit
4. Menuangkan hasil pengendapan ke dalam gelas piala dengan menggunakan
sendok
5. Mengukur pH dan suhunya
6. Melakukan proses netralisasi untuk masing-masing jenis air limbah sampai
ketemu pH netral (7)
7. Melakukan proses netralisasi untuk masing-masing perlakuan penyaringan
sampai ketemu pH netral (7)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

No Perlakuan Limbah Laundry Limbah Tahu

Suhu pH Suhu pH

1 Tanpa disaring 27°C 8 28°C 3

2 Saringan kasar 27°C 8 28°C 3

3 Saringan halus 27°C 8 28°C 3

Volume HCl yang dibutuhkan

Diketahui :

Volume sampel air limbah laundry (A) = 200 ml = 0.2 L

Volume penetral (B) = 2 ml HCl 0,1 m = 0.002 L

Volume limbah industri laundry (X) = 200 L

(Y) = ?

Jawab :
𝐴 𝑋
=
𝐵 𝑌

0.2 𝐿 200 𝐿
=
0.002 𝐿 𝑌

0,2 Y = 0,4

Y= 2 L

Volume NaOH yang dibutuhkan

Diketahui :

Volume sampel air limbah tahu (A) = 200 ml = 0.2 L

Volume penetral (B) = 50 ml NaOH 0,1 m= 0.5 L


Volume limbah industri tahu (X) = 500 L

(Y) = ?

Jawab :
𝐴 𝑋
=
𝐵 𝑌

0.2 𝐿 500 𝐿
=
0.5 𝐿 𝑌

0,2 Y = 250 L

Y = 125 L

3.2 Pembahasan
Limbah cair mengandung deterjen yang dibuang ke lingkungan akan
mengganggu karena dapat menaikkan pH air sehingga mengganggu organisme
dalam air, bahan antiseptik yang ditambahkan ke dalam deterjen dapat mengganggu
kehidupan mikroorganisme dalam air, bahkan sampai mematikan, dan ada sebagian
bahan deterjen yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di
dalam air (Wardhana, 1995 Lusiana, 2012). Pengolahan limbah cair laundry yang
dilakukan oleh masyarakat saat ini masih sangat sederhana hanya menggunakan
sumur resapan sehingga limbah tersebut langsung diserap oleh tanah tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Limbah deterjen yang dibuang langsung ke tanah dapat
mengganggu struktur tanah sebagai media penerima air limbah.

Pengolahan limbah merupakan suatu usaha untuk mengurangi konsentrasi


bahan pencemar yang ada di dalam air limbah agar aman dibuang ke lingkungan,
jadi pengolahan limbah bukan untuk memurnikan tetapi memperbaiki kualitas
dengan tujuan melindungi kesehatan masyarakat, menghindari gangguan dari
lingkungan, mencegah pencemaran terhadap lingkungan dan menghindari
kerusakan-kerusakan lingkungan (Chatib, 1988 dalam Lusiana, 2012). Salah satu
proses pengolahan limbah cair secara kimia dengan cara netralisasi. Netralisasi
bertujuan untuk menaikkan pH jika pH terlalu asam dan menurunkan pH jika pH
terlalu basa. Karakteristik air limbah mempunyai pH 0,4. Proses netralisasi dengan
penambahan NaOH dan HCl (Nurhayati et al, 2018).

Dalam pengolahan limbah cair laundry secara kimia dapat menggunakan salah
satu proses yaitu filtrasi dan netralisasi dengan penambahan NaOH dan HCl.
Berdasarkan hasil praktikum, dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan
dua jenis limbah yaitu limbah cair laundry dan limbah air tahu. Limbah laundry
memiliki tingkat pH yang basa dan limbah tahu memiliki tingkat pH yang asam
sehingga pada proses ini dilakukan netralisasi untuk mendapatkan pH yang netral.
Berdasarkan praktikum perlu diketahui volume penetral yang dibutuhkan
untuk netralisasi limbah cair tersebut. Maka berdasarkan hasil perhitungan dengan
volume air limbah laundry sebesar 200 ml (0.2 L), suhu 27°C dan pH awal 8
dibutuhkan sebanyak 2 L HCl untuk menetralkan 200 liter pH limbah laundry.
Sedangkan untuk limbah tahu dengan volume sebesar 200 ml (0.2 L), suhu 28°C
dan pH awal 3 dibutuhkan sebanyak 125 L NaOH untuk menetralkan 500 liter pH
limbah tahu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa suhu limbah
industri laundry pada semua perlakuan yaitu 27°C dan suhu limbah industri tahu
pada semua perlakuan yaitu 28°C. Untuk pH limbah industri laundry pada semua
perlakuan yaitu 8 dan pH limbah industri tahu pada semua perlakuan yaitu 3.
Adapun konsentrasi HCl yang dibutuhkan untuk menetralkan pH limbah industri
laundry yaitu 2 liter untuk 200 liter limbah industri laundry. Dan konsentrasi NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralkan pH limbah industri laundry yaitu 125 liter
untuk 500 liter limbah industri tahu.

4.2 Saran
Dalam Penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu, berbagai macam kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan guna bahan evaluasi kami.
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, I. Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Melalui Daur Ulang Limbah


Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional Kewirausahaan.
2(1):1077-1082
Lusiana U. 2012. Efisiensi Pengolahan Air Limbah Deterjen Menggunakan Sistem
Upflow Anaerobic Filter Dengan Aklimatisasi Lumpur Aktif.
Biopropal Industri. 2(1):13-19.
Nurhayati I, Sugito ,Pertiwi A. 2018. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium
Dengan Adsorpsi Dan Pretreatment Netralisasi Dan Koagulasi.
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 10(2):125-138.
Prayitno et al. 2020. Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Tahu Menggunakan Bakteri
Indigenous. Jurnal teknik kimia lingkungan. 4(2): 90-95
Utomo et al. 2018. Penurunan Kadar Surfaktan Anionik dan Fosfat dalam Air Limbah
Laundry di Kawasan Keputih Surabaya Menggunakan Karbon Aktif.
Jurnal Akta Kimia Indonesia. 3(1):127-140

Anda mungkin juga menyukai