Oleh :
Moch. Regan. Sabela. W 191411050
Muhamad Nur Rojab 191411051
Prans Connery Manurung 191411053
Rheisya Talitha A 191411054
PENDAHULUAN
2.7 Mixed Liquor Suspended Solid (MLSS) dan Mixed Liquor Suspended Volatile
Solid (MLVSS)
Air limbah beserta mikroba tersuspensi dalam air limbah tersebut biasa disebbut
dengan mixed liquor. Mixed liqour yang merupakan campuran antara air limbah dengan
biomassa mikroorganisme serta padatan tersuspensi lainnya. MLSS adalah jumlah total
dan padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral, termasuk di
dalamnya adalah mikroorganisme. MLSS ditentukan dengan cara menyaring lumpur
campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada temperatur
105°C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
Untuk mengetahui kuantitas mikroba tersebut, dilakuka pengukuran kandungan
padatan tersuspensi yang mudah menguap (Mixed Liquor Suspended Volatile
Solid/MLVSS) dalam reaktor. Porsi material organik pada MLSS diwakili oleh
MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup dan mati, dan
hancuran sel (Nelson dan Lowrence, 1980). MLVSS diukur dengan memanaskan
sampel yang telah kering pada 600 – 6500°C, dan nilainya mendekati 65-75% dari
MLSS.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Tentukan COD awal dalam Reaktor 1 maupun Reaktor 2 sebelum penambahan nutrisi
bagi mikroorganisme
Lakukan percobaan inti yang meliputi pengaruh pengolahan dua tahap, pengaruh
suhu, dan pembebanan hidrolisis.
Tentukan konsentrasi organik (COD) dari efluen reaktor 1 maupun reaktor 2 setelah
proses berjalan selama seminggu untuk mengetahui efisiensi pengolahan
Catat total gas yang terbentuk pada Reaktor 1 maupun Reaktor 2 setelah proses
berjalan selama seminggu untuk mengetahui efisiensi pembentukan gas
Atur pH mixed liquor untuk Reaktor 1 sebesar 5,8 dengan menggunakan HCl pekat. Atur pH mixed
liquor untuk Reaktor 2 pada pH netral
Gunakan efluen dari Reaktor 1 sebagai umpan Reaktor 2. Atur laju alir umpan pada Reaktor 1 sebesar
2.5-3.5 L/s dan Reaktor 2 pada 1 - 1.5 L/s.
Lakukan pengumpanan selama seminggu dan amati volume gas yang terbentuk dan penurunan COD
yang terjadi pada masing-masing reaktor.
Masukkan 2.5 mL sampel + 1.5 mL pereaksi Kalium dikromat + 3.5 mL pereaksi asam
sulfat pekat
Masukkan 2.5 mL aquades + 1.5 mL pereaksi Kalium dikromat + 3.5 mL pereaksi asam
sulfat pekat (sebagai blanko)
Masukkan tabung Hach pada Hach COD Digester dan panaskan pada suhu 150°C selama
2 jam
Keluarkan tabung Hach dari COD Digester dan biarkan dingin pada udara terbuka.
Setelah tabung menjadi dingin, titrasi dengan larutan FAS 0.1 N menggunakan indikator
Ferroin (2-3 tetes) hingga perubahan warna dari hijau menjadi coklat
Perhitungan
𝑶𝟐⁄ (𝒂 − 𝒃)𝒄 × 𝟏𝟎𝟎𝟎 × 𝒅 × 𝒑
𝑪𝑶𝑫 (𝒎𝒈 𝑳 ) =
𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
Keterangan :
a = mL FAS untuk blanko
b = mL FAS untuk Sampel
c = Normalitas FAS
d = Berat Ekivalen Oksigen (8)
p = Pengenceran
3.2.5. Penentuan kadungan MLVSS
Memanaskan cawan pijar selama 1 jam dalam furnace pada suhu 600˚C dan
memanaskan kertas saring selama 1 jam dalam oven pada suhu 105˚C.
Menimbang sampai didapat berat konstan dari cawan pijar (a gram) maupun kertas
saring (b gram). Menggunakan desikator untuk menurunkan suhu cawan pijar maupun
kertas saring selama penimbangan.
Menyaring 40 mL air limbah sampel dengan menggunakan kertas saring yang sudah
diketahui beratnya.
Memasukkan kertas saring yang berisi endapan ke dalam cawan pijar dan memanaskan
dalam oven pada suhu 105˚C selama 1 jam.
Menimbang cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan sampai didapat berat
konstan (c gram).
Memasukkan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan ke dalam furnace
600˚C Selama 2 jam.
Perhitungan
- Total Suspended Solid (TSS)
𝑚𝑔 (𝑐−𝑎)
TSS ( ) = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 106
𝐿
PENGOLAHAN DATA
Kondisi Akhir
Berat Cawan Kering Awal (a) = 34,3817 gr
Berat Kertas Saring (b) = 0,7492 gr
Berat Cawan + Endapan + Kertas Saring Setelah Oven (c) = 36,6450 gr
Berat Cawan+Endapan + Kertas Saring Setelah Furnace (d)= 35,6332 gr
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Penentuan Konsentrasi Awal Chemical Oxygen Demand (COD)
COD Awal
𝑂2⁄ (𝑎 − 𝑏)𝑐 × 1000 × 𝑑 × 𝑝
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔 𝐿) = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑂2⁄ (4,8 − 3,25) × 0,1 × 1000 × 8 × 25
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔 𝐿 ) =
2,5
𝑶𝟐⁄ 𝑶𝟐⁄
𝑪𝑶𝑫 (𝒎𝒈 𝑳) = 𝟏𝟐. 𝟒𝟎𝟎 𝒎𝒈 𝑳
COD Akhir
𝑂2⁄ (𝑎 − 𝑏)𝑐 × 1000 × 𝑑 × 𝑝
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔 𝐿) = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑂2⁄ (2,6 − 2,2) × 0,1 × 1000 × 8 × 25
𝐶𝑂𝐷 (𝑚𝑔 𝐿 ) =
2,5
𝑶𝟐⁄ 𝑶𝟐
𝑪𝑶𝑫 (𝒎𝒈 𝑳) = 𝟑𝟐𝟎 𝒎𝒈 ⁄𝑳
Data Percobaan
Pengamatan Hasil
Awal 12.400 mg/L
COD
Akhir 320 mg/L
Awal 59.940 mg/L
TSS
Akhir 52.082,5 mg/L
Awal 34.607,5 mg/L
MLVSS
Akhir 20.795 mg/L
Awal 25.332,5 mg/L
FSS
Akhir 31.287,5 mg/L
Efisiensi 97,42%
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
• Moch. Regan Sabela W. (191411050)
Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu pengolahan limbah secara anaerobic yang dimana
menggunakan mikroorganisme untuk mengurai/ mendegradasi bahan organic tanpa
menggunakan oksigen. Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung kadar COD pada
limbah, kandungan MLVSS dan juga effisiensinya. Uji MLSS (Mixed Liqour
Suspended Solid) merupakan uji untuk mengetahui konsentrasi padatan berupa padatan
organik dan mikroorganisme yang terkandung di dalam reaktor, dan nilai MLVSS
(Mixed Liqour Volatile Suspended Solid) adalah pendekatan untuk jumlah populasi
bakteri.
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa nilai COD awal dan juga nilai COD
akhir penurunannya cukup tinggi yaitu sebesar 97,42%, tetapi hal ini belum bisa
memenuhi standar minimal COD yang dapat dibuang ke lingkungan yaitu sebesar 300
mg O2/L karena nilai COD akhir yang didapatkan adalah sebesar 320 mg O2/L. hal in
ibisa disebabkan karena mikroorganisme pendegradasi limbah berkontak terlalu banyak
dengan oksigen, sehingga pendegradasian tidak berlangsung dengan optimal. Pengaruh
tidak stabilnya suhu pada pemanasan tabung hach juga bisa berpengaruh terhadap hal
tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan, nilai MLVSS awal didapatkan sebesar 34.607,5
mg/L dan nilai MLVSS akhir sebesar 20.795 mg/L. Dengan adanya data bahwa nilai
MLVSS mengalami penurunan adalah berarti kandungan mikroorganisme
pendegradasi limbah berkurang seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi karena
nutrisi yang seharusnya diberikan kepada mikroorganisme tidak diberikan sehingga
mikroorganisme bisa saling memakan yang membuat populasi nya menjadi semakin
sedikit.
Kesimpulan
1. Konsentrasi COD awal sebesar 12.400 mg O2/L dan konsentrasi COD akhir
sebesar 320 mg O2/L.
2. Effisiensi penurunan COD sebesar 97,42%.
3. , nilai MLVSS awal didapatkan sebesar 34.607,5 mg/L dan nilai MLVSS akhir
sebesar 20.795 mg/L.
• Muhamad Nur Rojab (191411051)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1. Konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan sebesar 12.400 mg O2/L
dan konsentrasi kandungan organik (COD) dalam efluen setelah percobaan
berlangsung selama seminggu sebesar 320 mg O2/L. Kandungan COD ini tidak
cocok diolah secara anaerobic karena berdasarkan teori pengolahan secara anaerobik
digunakan untuk air limbah yang memiliki COD > 2000 mg O2/L
2. Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang mewakili
kandungan mikroorganisme dalam reaktor sebesar 20.795 mg/L. Nilai MLVSS ini
berada pada luar rentang optimumnya yaitu 3000-4000 mg/L dikarenakan waktu
pemanasan kurang lama serta mikroorganisme kekurangan nutrisi.
3. Efisiensi penurunan COD yang berlangsung selama seminggu pada proses anaerobic
yaitu sebesar 97,42 %
Pembahasan
Praktikum kali ini juga mengamati nilai MLVSS, TSS dan FSS. Kandungan
MLVSS merupakan bahan organik yang mudah teruapkan yang jumlahnya mewakili
jumlah mikroorganisme yang ada didalamnya. Hal ini didapat berasal dari bahan
organik yang mudah menguap seperti protein, karbohidrat, glukosa dll yang terdapat
dalam bakteri sehingga jumlahnya dapat mewakili banyak nya bakteri didalam
sampel. Untuk mengukur nilai MLVSS dapat dialakukan dengan metode pemanasan.
Pertama-tama cawan pijar dipanaskan di furnance dan kertas saring dipanaskan di
oven, tujuannya supaya kadar air di cawan pijar dan kertas saring menghilang
sehingga hasil perhitungan akan lebih akurat. Setelah itu air limbah sampel disaring,
kemudian dimasukkan ke dalam oven dan kemudian dimasukan ke furnance.
Berdasarkan hasil percobaan didapat nilai MLVSS awal dengan angka 34.607,5 mg/L
sedangkan nilai MLVSS akhir didapat sebesar 20.795 mg/L. Penurunan nilai MLVSS
ini dapat dikatakan bahwa berkurangnya pertumbuhan mikroorganismw pendegredasi
dalam reactor. Pengurangan ini bisa terjadi karena nutrisi yang seharusnya dijadikan
pakan mikroorganisme terhenti, yang mengakibatkan sifat karnibalisme antar mikroba
terjadi.
Kesimpulan
1. Nilai kandungan organik awal (COD) didapat sebesar 2.400 mg/L, sedangkan pada
pengukuran niali kandungan organik akhir (COD) didapat sebesar 320 mg/L.
2. Kandungan MLVSS di awal sebelum furnace didapat sebesar 34.607,5 mg/L
sedangakn pada kandungan MLVSS akhir setelah furnace didapat sebesar 20.795
mg/L.
3. Nutrisi yang digunakan untuk mikroorganisme yang digunakna adalah air limbah
yang telah dicampur glukosa, ammonium hydrogen karbonat, kalium dihydrogen
karbonat, natrium hydrogen karbonat dan kalium.
4. Pengolahan dengan metode enaerob ini menghasilkan effisiensi sebesar 97,42%
Dari percobaan yang telah dilakukan, nilai COD, TSS, MLVSS, dan FSS awal
secara berturut-turut adalah 12400 mg/L, 59940 mg/L, 34607,5 mg/L, dan 25332,5
mg/L. Setelah dilakukan pengolahan selama seminggu, nilai-nilai tersebut menurun.
Nilai COD setelah pengolahan menurun menjadi 320 mg/L, TSS menurun ke angka
52.082,5 mg/L, MLVSS menjadi 20795 mg/L, tetapi FSS naik menjadi 31.287,5 mg/L.
Meskipun nilai COD telah menurun jauh dari sebelumnya, tetapi nilai-nilai lain masih
tergolong cukup tinggi. Nilai TSS dan MLVSS juga tidak menunnjukkan penurunan
yang begitu signifikan seperti nilai COD. Setelah diperoleh nilai-nilai ini, maka
efisiensi pengolahan dapat dihitung, dan diperoleh efisiensi pengolahan sebesar
97,42%. Bolzonella (dalam Sari, 2017: 56)) menyatakan bahwa efisiensi COD dan TDS
di atas 84%, dan pada percobaan ini, efisiensi yang diperoleh sudah memenuhi dan
bahkan bisa dikatakan cukup tinggi serta efisien dalam menurunkan kadar COD.
Apabila diambil contoh baku mutu limbah cair untuk industri tekstil berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 Tentang
Baku Mutu Air Limbah, nilai yang dihasilkan dari percobaan ini masih belum
memenuhi baku mutu tersebut, terutama nilai TSS-nya. Kadar COD yang diizinkan
pada baku mutu limbah industri tekstil maksimal sebesar 150 mg/L, sedangkan nilai
TSS yang diperbolehkan hanya 50 mg/L. Karena perolehan nilai inilah, maka
diperlukan pengolahan lanjutan supaya parameter-parameter tersebut dapat memenuhi
baku mutu limbah yang telah ditetapkan dan dapat dibuang ke lingkungan dengan
aman.
KESIMPULAN
Dari percobaan dan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Foust A.S., (1980), Principle of Unit Operation, 4 ed., John Wiley and Sons: New York
Manurung R. 2004. Proses anaerobik sebagai alternatif untuk mengolah limbah sawit. Jurnal
e-USU Repository Universitas Sumatera Utara: 1-9
Sari, Dessy Agustina dan Sukanta. (2017). KAJIAN KUALITAS LIMBAH CAIR SECARA
ANAEROBIK MELALUI COD, BOD5 , DAN TDS : STUDI KASUS PADA PT JKLMN.
Journal Of Chemical Process Engineering, 2(2): 52-56. ISSN: 2303-3401