DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KELAS : VA
NAMA :
2022
1
2
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin
meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan
yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang
tinggi. Salah satu dampak dari kepadatan penduduk terutama di wilayah
perkotaan ialah meningkatnya pemakaian air minum atau air bersih yang
berdampak pada peningkatan jumlah pembuangan air limbah domestik.
Air limbah domestik inilah yang akan menjadi salah satu penyebab
pencemaran pada sumbersumber air baku.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Air
limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup
sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Pengelolaan air limbah domestik memerlukan perhatian khusus dari
pemerintah sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan
pelayanan bagi masyarakat. Maka dari itu, pemerintah sebagai pelaksana
kebijakan perlu melakukan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengelola
air limbah domestik.
Air merupakan kebutuhan baku bagi makhluk hidup termasuk
manusia, sehingga kualitas air bersih harus dijaga untuk melindungi
ketersediaan jumlah air baku. Dengan adanya pengelolaan air limbah
domestik, diharapkan dapat melindungi sumber-sumber air baku dari
pencemaran pembuangan air limbah domestik hasil aktivitas rumah
tangga.
1
4. Bagaimana desain limbah domestic berdasakan regulasi
pengolahan limbah domestic?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui definisi dari BOD, COD, Ph, TSS, TDS, Fe, dan
Mn
3. Untuk mengeatahui regulasi terkait BOD, COD, TSS, TDS, Ph, Fe,
dan Mn
2
BAB II
ISI
3
dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air.Air yang
bersih (jernih) biasanya mengandung mikroorganisme yang relative
lebih sedikit dibandingkan dengan air yang telah tercemar oleh bahan
buangan yang bersifat anti septic atau bersifat racun, seperti phenol,
kreolin, deterjen, asam sianida, insektisida dan sebagainya jumlah
mikroorganisme juga relative sedikit.Untuk keadaaan seperti ini perlu
penambahan mikroorganisme yang telah menyesuaikan (beradaptasi)
dengan bahan buangan tersebut.Mikroorganisme yang memerlukan
oksigen untuk memecah bahan buangan organic sering disebut
dengan bakteri aerobic.Sedangkan mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen tersebut dengan bakteri anaerobic.
Air limbah banyak mengandung senyawa organic yang dapat
diuraikan oleh beberapa organisme terutama organisme yang terdapat
di lingkungan.Organisme pengurai aerobic, umumnya terdiri dari
mikroorganisme seperti bakteri yang bekerja dalam air mengurai
senyawa organik menjadi karbondioksida dan air.Proses-proses ini
membutuhkan oksigen.Jika jumlah bahan organic dalam air sangat
sedikit, maka bakteri aerob mudah memecahkan tanpa mengganggu
keseimbangan oksigen dalam air.Semakin banyak zat organic yang
terkandung dalam air limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri
untuk menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen terlarut
dalam air akan menurun bahkan mungkin akan habis.
Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme yang
hidupnya menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerob akan
mati. Jika bakteri aerob mati, maka organisme aerob akan menguraikan
bahan organic dan menghasilkan bahan seperti methane dan H2S yang
dapat menimbulkan bau busuk pada air.
b. COD(Chemical Oxygen Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oxygen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia.
4
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang diperlukan
untuk mengoksidasi bahan organic secara kimiawi, baik yangdapat
didekomposisi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar
didekompsisi secara biologis (non biodegradable). Oksigen yang
dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk
mengoksidasi air sample.
Chemical Oxygen Demand (COD) dapat digunakan untuk
menentukan bahan organic yang terdapat pada air limbah.COD secara
umum lebih tinggi dari BOD dikarenakan lebih banyak bahan-bahan
yang terkandung di air limbah bisa dioksidasi secara kimiawi
dibandingkan secara biologis.Untuk sebagian type dari limbah, sangat
besar kemungkinannya untuk mengkorelasikan antara COD dengan
BOD. Hal ini sangat berguna karena COD dapat ditentukan dalam
waktu 3 jam bila dibandingkan dengan BOD yang membutuhkan
waktu selama lima hari. Ketika menetapkan korelasi antara keduamya,
pengukuran COD dapat digunakan untuk menetapkan keuntungan yang
lebih baik untuk rencana pengolahan, kontrol dan operasional.
c. TDS
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS)
merupakan zat
yang tersuspensi berdiameter > 1 µm yang tertahan dalam saringan
milli-pore berdiameter 0.45 µm (Effendi, 2003).
Zat padat tersuspensi tersebut adalah tempat terjadinya reaksi
kimia heterogen dan berfungsi sebagai zat dasar pembentuk endapan
serta menghalangi kemampuan produksi zat organik dalam perairan
(Tarigan dan Edward, 2003).
Analisa zat padat tersuspensi dapat dilakukan dengan cara
yakni kertas saring 934-AHTM circle 90 mm yang telah dibilas dengan
akuades dan dipanaskan dalam oven semala 1 jam, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbah dengan
cepat. Sampel air yang telah dikocok merata, diambil sebanyak 100 mL
5
lalu divakum dengan alat penyaring yang telah dilapisi menggunakan
kertas saring 934-AHTM circle 90 mm tersebut. Kemudian kertas
saring diambil dan dikeringkan kedalam oven dengan suhu 105ºC
selama 1 jam setelah itu di desikator selama 15 menit lalu ditimbang
dengan cepat.
d. TSS
6
perairan karena pengaruhnya terdapat kehidupan jasad renik. pH dapat
diukur berasarkan jumlah 24 ion hidrogen dengan rumus pH= -log(H+
).
Air murni dengan kandungan ion H+ dan OHdalam jumlah
seimbang akan menghasilkan pH 7 netral. Apabila jumlah kandungan
OHdalam air makin banyak, maka nilai pH air tersebut juga akan tinggi
(basa), begitu pula sebaliknya apabila kandungan ion H+ dalam air
makin tinggi maka pH air tersebut akan makin rendah (asam).
Tingkat toksisitas suatu senyawa kimia dalam air salah
satunya juga dipengaruhi oleh pH. Apabila pada pH rendah maka
tingkat toksisitas logam berat dalam air akan tinggi, begitu pula
sebaliknya apabila nilai pH tinggi maka tingkat toksisitas logam berat
dalam air akan turun. Selain itu rendahnya nilai pH suatu perairan juga
akan meningkatkan konsentrasi logam berat.
2.3 Regulasi Terkait BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn, dan pH
Regulasi terkait kadar maksimum BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn,
dan pH yang boleh terkandung dalam air telah diatur dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
Parameter Satuan Kadar
Maksimum
pH 6-9
BOD Mg/L 30
COD Mg/L 100
TSS Mg/L 30
Minyak dan Lemak Mg/L 5
Total Coliform Jumlah/ 3000
100 ml
Amoniak Mg/L 10
Debit L/ 100
orang/
7
hari
8
Berdasarkan Lampiran VI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kadar BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn, dan
pH adalah sebagai berikut :
9
7 pH 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak beralaku
untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi alami
nya)
Keterangan:
Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, danlatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
10
2.4 Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
a. Bak Kontrol
Waktu Tinggal = 0,2 Jam
Flow Rate = 38 m3/jam
Volume Bak = Flow rate x Waktu tinggal
= 38 m3/jam x 0,2 jam
= 7,6 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang = 2,1 m
Lebar =1m
Kedalaman =1m
Bak control dilengkapi dengan Bar Screen (Penyaring kasar) untuk
memisahkan padatan dalam bentuk ukuran yang besar
11
b. Bak Pemisah Lemak
Kriteria Perencanaan = waktu tinggal x 0,5 jam
Volume Bak = 38 m3 /jam x 0,5 jam
= 19 m3
Volume Efektif = 22,8 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang =4m
Lebar =3m
Kedalaman = 1,9 m
12
Dipilih dimensi Bak
Panjang =7m
Lebar = 4,4 m
Kedalaman = 5,4 m
13
Waktu tinggal = 182,4 m3 / 912 m3 /hari x 24 jam / hari
= 4,789 jam
14
g. Bak Pengendap Akhir
Waktu tinggal didalam bak antara 3 – 5 jam ditetapkan waktu tinggal bak
pengendap awal 3 jam, jadi volume bak yang diperlukan
Volume bak = 38 m3 /jam x 3 jam
= 114 m3
Volume Efektif = 136,8 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang = 7,5 m
Lebar = 3,5 m
Kedalaman = 5,21 m
15
untuk pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi serta
efisiensi pengolahan yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter yang
banyak digunakan yakni media dalam bentuk sarang tawon (honeycomb tube)
dari bahan PVC.
Resume Dimensi Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
No Unit Dimensi (meter) Tebal Td
P L T (meter) (menit)
A Bak Kontrol/Penyaring Kasar 2,1 1 1 0,20 12
B Bak Pemisah Lemak/Minyak 4 3 1,9 0,20 30
C Bak Equalisasi 7 6 5,78 0,20 480
D Bak Pengendap Awal 7 4,4 5,4 0,20 180
E Bak Biofilter Anaerob 8,3 4,8 5,1 0,20 287,34
F Bak Biofilter Aerob 11,4 4 6 0,20 144
G Bak Pengendap Akhir 7,5 3,5 5,21 0,20 180
Catatan: ketebalan beton 20 cm dengan konstruksi beton bertulang K 273
16
BAB III
PENUTUP
400 cm 700 cm
B
B
Input
830 cm
1140 cm
17
DAFTAR PUSTAKA
Ester Suoth, A., & Nazir, E. N. (2016). Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga
Tim WTP POLNES. (2020). Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Perumahan
18