Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN

LIMBAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
KELAS : VA
NAMA :

1. RAPDO SAHALANA SILABAN 20 644 001


2. ERMA WATI SOLINA 20 644 004
3. SEKAR AFIFAH NUR HALIMAH 20 644 010
4. RINDY MAULIDDINA 20 644 019
5. AMELIA RISKI 20 644 047

S-1 TERAPAN TEKNOLOI KIMIA INDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

2022

1
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................................. 3
2.1 Regulasi Limbah Domestik .................................................................................... 3
2.2 Definisi BOD, COD, TSS, TDS, Fe, Mn, dan pH .................................................. 3
2.3 Regulasi Terkait BOD, COD, TSS, TDS, Fe, Mn, dan pH..................................... 7
2.4 Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik ............................................... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 16
Diagram Flow .............................................................................................................. 17
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin
meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan
yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang
tinggi. Salah satu dampak dari kepadatan penduduk terutama di wilayah
perkotaan ialah meningkatnya pemakaian air minum atau air bersih yang
berdampak pada peningkatan jumlah pembuangan air limbah domestik.
Air limbah domestik inilah yang akan menjadi salah satu penyebab
pencemaran pada sumbersumber air baku.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Air
limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup
sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Pengelolaan air limbah domestik memerlukan perhatian khusus dari
pemerintah sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan
pelayanan bagi masyarakat. Maka dari itu, pemerintah sebagai pelaksana
kebijakan perlu melakukan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengelola
air limbah domestik.
Air merupakan kebutuhan baku bagi makhluk hidup termasuk
manusia, sehingga kualitas air bersih harus dijaga untuk melindungi
ketersediaan jumlah air baku. Dengan adanya pengelolaan air limbah
domestik, diharapkan dapat melindungi sumber-sumber air baku dari
pencemaran pembuangan air limbah domestik hasil aktivitas rumah
tangga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana regulasi mengenai pengolahan limbah domestic?
2. Apa definisi dari BOD, COD, Ph, TSS, TDS, Fe, dan Mn?
3. Bagimana regulasi terkait BOD, COD, TSS, TDS, Ph, Fe, dan Mn?

1
4. Bagaimana desain limbah domestic berdasakan regulasi
pengolahan limbah domestic?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahu regulasi mengenai pengolahan limbah domestic

2. Untuk mengetahui definisi dari BOD, COD, Ph, TSS, TDS, Fe, dan
Mn

3. Untuk mengeatahui regulasi terkait BOD, COD, TSS, TDS, Ph, Fe,
dan Mn

4. Dapat mendesain instalasi pengolahan limbah domestic berdasarkan


regulasi pengolahan limbah domestic. ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

2
BAB II

ISI

2.1 Regulasi Terkait Limbah Domestik

Regulasi mengenai limbah domestic telah diatur dalam peraturan


undang-undang dan peraturan pemerintah, yaitu :
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus
Per Aqua, Dan Pemandian Umum.
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
c. Lampiran V dan lampiran VIII Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2022

2.2 Definisi BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn, dan pH


a. BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD adalah banyaknya oxygen dalam ppm atau
milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda
organic oleh bakteri sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali.
BOD atau kebutuhan oxygen biologis, adalah jumlah oxygen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk
memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada didalam air
lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa penguraian bahan buangan
organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme didalam air
lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air
lingkungan mengandung oxygen yang cukup.
Pada umumnya air lingkungan atau air alam mengandung
mikroorganisme yang dapat memakan, memecah, menguraikan
(mendegradasi) bahan buangan organic.Jumlah mikroorganisme di

3
dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air.Air yang
bersih (jernih) biasanya mengandung mikroorganisme yang relative
lebih sedikit dibandingkan dengan air yang telah tercemar oleh bahan
buangan yang bersifat anti septic atau bersifat racun, seperti phenol,
kreolin, deterjen, asam sianida, insektisida dan sebagainya jumlah
mikroorganisme juga relative sedikit.Untuk keadaaan seperti ini perlu
penambahan mikroorganisme yang telah menyesuaikan (beradaptasi)
dengan bahan buangan tersebut.Mikroorganisme yang memerlukan
oksigen untuk memecah bahan buangan organic sering disebut
dengan bakteri aerobic.Sedangkan mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen tersebut dengan bakteri anaerobic.
Air limbah banyak mengandung senyawa organic yang dapat
diuraikan oleh beberapa organisme terutama organisme yang terdapat
di lingkungan.Organisme pengurai aerobic, umumnya terdiri dari
mikroorganisme seperti bakteri yang bekerja dalam air mengurai
senyawa organik menjadi karbondioksida dan air.Proses-proses ini
membutuhkan oksigen.Jika jumlah bahan organic dalam air sangat
sedikit, maka bakteri aerob mudah memecahkan tanpa mengganggu
keseimbangan oksigen dalam air.Semakin banyak zat organic yang
terkandung dalam air limbah, maka kebutuhan oksigen oleh bakteri
untuk menguraikan akan semakin tinggi pula, sehingga oksigen terlarut
dalam air akan menurun bahkan mungkin akan habis.
Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme yang
hidupnya menggunakan oksigen seperti ikan dan bakteri aerob akan
mati. Jika bakteri aerob mati, maka organisme aerob akan menguraikan
bahan organic dan menghasilkan bahan seperti methane dan H2S yang
dapat menimbulkan bau busuk pada air.
b. COD(Chemical Oxygen Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oxygen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia.

4
COD menggambarkan jumlah total oksigen yang diperlukan
untuk mengoksidasi bahan organic secara kimiawi, baik yangdapat
didekomposisi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar
didekompsisi secara biologis (non biodegradable). Oksigen yang
dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk
mengoksidasi air sample.
Chemical Oxygen Demand (COD) dapat digunakan untuk
menentukan bahan organic yang terdapat pada air limbah.COD secara
umum lebih tinggi dari BOD dikarenakan lebih banyak bahan-bahan
yang terkandung di air limbah bisa dioksidasi secara kimiawi
dibandingkan secara biologis.Untuk sebagian type dari limbah, sangat
besar kemungkinannya untuk mengkorelasikan antara COD dengan
BOD. Hal ini sangat berguna karena COD dapat ditentukan dalam
waktu 3 jam bila dibandingkan dengan BOD yang membutuhkan
waktu selama lima hari. Ketika menetapkan korelasi antara keduamya,
pengukuran COD dapat digunakan untuk menetapkan keuntungan yang
lebih baik untuk rencana pengolahan, kontrol dan operasional.
c. TDS
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS)
merupakan zat
yang tersuspensi berdiameter > 1 µm yang tertahan dalam saringan
milli-pore berdiameter 0.45 µm (Effendi, 2003).
Zat padat tersuspensi tersebut adalah tempat terjadinya reaksi
kimia heterogen dan berfungsi sebagai zat dasar pembentuk endapan
serta menghalangi kemampuan produksi zat organik dalam perairan
(Tarigan dan Edward, 2003).
Analisa zat padat tersuspensi dapat dilakukan dengan cara
yakni kertas saring 934-AHTM circle 90 mm yang telah dibilas dengan
akuades dan dipanaskan dalam oven semala 1 jam, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbah dengan
cepat. Sampel air yang telah dikocok merata, diambil sebanyak 100 mL

5
lalu divakum dengan alat penyaring yang telah dilapisi menggunakan
kertas saring 934-AHTM circle 90 mm tersebut. Kemudian kertas
saring diambil dan dikeringkan kedalam oven dengan suhu 105ºC
selama 1 jam setelah itu di desikator selama 15 menit lalu ditimbang
dengan cepat.

d. TSS

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS)


merupakan zat yang tersuspensi berdiameter > 1 µm yang tertahan
dalam saringan milli-pore berdiameter 0.45 µm (Effendi, 2003). Zat
padat tersuspensi tersebut adalah tempat terjadinya reaksi kimia
heterogen dan berfungsi sebagai zat dasar pembentuk endapan serta
menghalangi kemampuan produksi zat organik dalam perairan (Tarigan
dan Edward, 2003). Menurut Slamet (1994), TDS biasanya terdiri dari
zat organik, garam anorganik, serta gas terlarut. Apabila nilai TDS
bertambah maka kesadahan air pun juga bertambah.
e. Fe (Besi)
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui
pada hampir setiap tempattempat di bumi, pada semua lapisan
geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam
air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+(fero) atau Fe3+ (feri);
tersuspensi sebagai butir koloidal(diameter <1 µm) atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)2, Fe(OH)3 dan sebagainya; tergabung
dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat).
f. Mn
Mangan adalah metal berwarna kelabu-kemerahan, di alam
mangan (Mn) umumnya ditemui dalam bentuk senyawa dengan
berbagai macam valensi. Air yang mengandung mangan (Mn) berlebih
menimbulkan rasa, warna (coklat/ungu/hitam), dan kekeruhan
g. pH
pH (derajat keasaman) mempengaruhi tingkat kesuburan

6
perairan karena pengaruhnya terdapat kehidupan jasad renik. pH dapat
diukur berasarkan jumlah 24 ion hidrogen dengan rumus pH= -log(H+
).
Air murni dengan kandungan ion H+ dan OHdalam jumlah
seimbang akan menghasilkan pH 7 netral. Apabila jumlah kandungan
OHdalam air makin banyak, maka nilai pH air tersebut juga akan tinggi
(basa), begitu pula sebaliknya apabila kandungan ion H+ dalam air
makin tinggi maka pH air tersebut akan makin rendah (asam).
Tingkat toksisitas suatu senyawa kimia dalam air salah
satunya juga dipengaruhi oleh pH. Apabila pada pH rendah maka
tingkat toksisitas logam berat dalam air akan tinggi, begitu pula
sebaliknya apabila nilai pH tinggi maka tingkat toksisitas logam berat
dalam air akan turun. Selain itu rendahnya nilai pH suatu perairan juga
akan meningkatkan konsentrasi logam berat.

2.3 Regulasi Terkait BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn, dan pH
Regulasi terkait kadar maksimum BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn,
dan pH yang boleh terkandung dalam air telah diatur dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
Parameter Satuan Kadar
Maksimum
pH 6-9
BOD Mg/L 30
COD Mg/L 100
TSS Mg/L 30
Minyak dan Lemak Mg/L 5
Total Coliform Jumlah/ 3000
100 ml
Amoniak Mg/L 10
Debit L/ 100
orang/

7
hari

8
Berdasarkan Lampiran VI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kadar BOD, COD, TDS, TSS, Fe, Mn, dan
pH adalah sebagai berikut :

Air Sungai dan Sejenisnya


No Parameter Unit Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas Keterangan
4
1 BOD Mg/L 2 3 6 12
2 COD Mg/L 10 25 40 80
3 TDS Mg/L 1000 1000 1000 2000 Tidak berlaku
untuk muara
4 TSS Mg/L 40 50 100 400
5 Fe Mg/L 0,3 - - -
6 Mn Mg/L 0,1 - - -
7 pH 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak beralaku
untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi alami
nya)
Air Danau dan Sejenisnya
1 BOD Mg/L 2 3 6 12
2 COD Mg/L 10 25 40 80
3 TDS Mg/L 1000 1000 1000 1000
4 TSS Mg/L 25 50 `100 400
5 Fe Mg/L 0,3 - - -
6 Mn Mg/L 0,4 0,4 0,5 1,0

9
7 pH 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak beralaku
untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi alami
nya)

Keterangan:
Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, danlatau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana. rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, danf atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas tiga meru-pakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk melgairi tanaman,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Krelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

10
2.4 Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik

Jumlah jiwa = 9500 Jiwa


Asumsi :
- Setiap jiwa mengkonsumsi air bersih sebanyak 120 liter/jiwa
- 80% penggunaan air bersih menghasilkan limbah
Maka,
Jumlah limbah perhari = 9500 jiwa × 120 liter/jiwa/hari × 80 %
= 912.000 liter/hari
= 912 m3 /hari
Flow rate limbah perjam = 912 m3 /hari × 1 hari/ 24 jam
= 38 m3 / jam
Flow rate dengan kapasitas 38 m3 / jam ini akan menjadi acuan dalam
perancangan/ desain IPAL Perumahan Kelengkapan bak suspens yaitu Bak
kontrol (Dilengkapi penyaring kasar sebelum masuk bakk equaisasi), Bak
pemisah lemak/ minyak (Dilengkapi penangkap minyak dan lemak) dan
kolam suspensi.

Perhitungan dan Rekomendasi Desai IPAL

a. Bak Kontrol
Waktu Tinggal = 0,2 Jam
Flow Rate = 38 m3/jam
Volume Bak = Flow rate x Waktu tinggal
= 38 m3/jam x 0,2 jam
= 7,6 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang = 2,1 m
Lebar =1m
Kedalaman =1m
Bak control dilengkapi dengan Bar Screen (Penyaring kasar) untuk
memisahkan padatan dalam bentuk ukuran yang besar

11
b. Bak Pemisah Lemak
Kriteria Perencanaan = waktu tinggal x 0,5 jam
Volume Bak = 38 m3 /jam x 0,5 jam
= 19 m3
Volume Efektif = 22,8 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang =4m
Lebar =3m
Kedalaman = 1,9 m

c. Bak Equalisasi/Bak Penampung Sementara


Waktu tinggal didalam bak antara 2 – 24 jam ditetapkan waktu tinggal
bak equalisasi 8 jam, jadi volume bak yang diperlukan.
Volume bak = 38 m3 /jam x 8 jam
= 304 m3
Volume Efektif = 364,8 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang =7m
Lebar =6m
Kedalaman = 5,78 m

d. Bak Pengendap Awal


Unit ini dapat mengendapkan 50 s.d 70 % padatan tersuspensi dan
mengurang 30 s.d 40 % BOD. Waktu tinggal didalam bak antara 3 – 5
jam ditetapkan waktu tinggal bak pengendap awal 3 jam, jadi volume bak
yang diperlukan
Volume bak = 38 m3 /jam x 3 jam
= 144 m3
Volume Efektif = 166,8 m3

12
Dipilih dimensi Bak
Panjang =7m
Lebar = 4,4 m
Kedalaman = 5,4 m

e. Bak Biofilter Anaerob


Perancangan Bak filter anaerob
Flow rate limbah
Jumlah limbah perhari = 9500 jiwa x 120 liter/jiwa/hari x 80%
= 912.000 liter / hari
= 912 m3 /hari
Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
Tinggi air di atas bed media = 0,2 m
Tinggi bed media pembiakan mikrobia = 0,9 – 1,5 m, dipilih 1 meter.
Untuk pengolahan limbah dengan proses biofilter memiliki kisaran beban
BOD pervolume media 0,4 s.d 4,7 kg BOD. Dipilih 1,0 kg BOD/m3. hari
Dan kadar maksimum BOD menurut KEPMEN LH no 112 Tahun 2003
100 mg/L maka,
Beban BOD dalam air limbah = 912 m3 / hari x 100 g/ m3 /1
kg/1000 mg
= 91,2 kg/ hari
Volume Media yang diperlukan = 91,2 kg/ hari / 1,0 kg / m3 /hari
= 91,2 m3
Volume reaktor yang diperlukan = 60 % dari total volume reactor
= 100/60 x 91,2 m3
= 152 m3
Volume Efektif = 182,4 m3
Ditetapkan dimensi reaktor
Panjang = 8,3 m
Lebar = 4,3 m
Kedalaman = 5,1 m

13
Waktu tinggal = 182,4 m3 / 912 m3 /hari x 24 jam / hari
= 4,789 jam

f. Bak Biofilter Aerob


Perancangan Bak filter anaerob
Flow rate limbah
Jumlah limbah perhari = 9500 jiwa x 120 liter/jiwa/hari x 80%
= 912.000 liter / hari
= 912 m3 /hari
Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
Tinggi air di atas bed media = 0,2 m
Tinggi bed media pembiakan mikrobia = 0,9 – 1,5 m, dipilih 1 meter
Untuk pengolahan limbah dengan proses biofilter memiliki kisaran beban
BOD pervolume media 0,4 s.d 4,7 kg BOD. Dipilih 1,0 kg BOD/
m3 .hari Dan kadar maksimum BOD menurut KEPMEN LH no 112
Tahun 2003 100 mg/L maka,
Beban BOD dalam air limbah = 912 m3 / hari x 100 g/ m3 /1
kg/1000 mg
= 91,2 kg/ hari
Volume Media yang diperlukan = 91,2 kg/ hari / 1,0 kg / m3 /hari
= 91,2 m3
Volume reaktor yang diperlukan = 40 % dari total volume reactor
= 100/40 x 91,2 m3
= 228 m3
Volume Efektif = 273,6 m3
Ditetapkan dimensi reaktor
Panjang = 11,4 m
Lebar =4m
Kedalaman =6m
Waktu tinggal = 91,2 m3 / 912 m3 /hari x 24 jam / hari
= 2,4 jam

14
g. Bak Pengendap Akhir
Waktu tinggal didalam bak antara 3 – 5 jam ditetapkan waktu tinggal bak
pengendap awal 3 jam, jadi volume bak yang diperlukan
Volume bak = 38 m3 /jam x 3 jam
= 114 m3
Volume Efektif = 136,8 m3
Dipilih dimensi Bak
Panjang = 7,5 m
Lebar = 3,5 m
Kedalaman = 5,21 m

h. Bak Biofilter sebagai Pembiakan Mikroba


Media biofilter yang digunakan secara umum dapat berupa bahan
material organik atau bahan material anorganik. Untuk media biofilter dari
bahan organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring, bentuk butiran tak
teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon dan lain-
lain. Sedangkan untuk media dari bahan anorganik misalnya batu pecah (split),
kerikil, batu marmer, batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya.
Biasanya untuk media biofilter dari bahan anorganik, semakin kecil
diameternya luas permukaannya semakin besar, sehingga jumlah
mikroorganisme yang dapat dibiakkan juga menjadi besar pula, tetapi volume
rongga menjadi lebih kecil. Jika sistem aliran dilakukan dari atas ke bawah
(down flow) maka sedikit banyak terjadi efek filtrasi sehingga terjadi proses
penumpukan lumpur organik pada bagian atas media yang dapat mengakibatkan
penyumbatan. Oleh karena itu perlu proses pencucian secukupnya. Jika terjadi
penyumbatan maka dapat terjadi aliran singkat (short pass) dan juga terjadi
penurunan jumlah aliran sehingga kapasitas pengolahan dapat menurun secara
drastis. Untuk media biofilter dari bahan organik banyak yang dibuat dengan
cara dicetak dari bahan tahan karat dan ringan misalnya PVC dan lainnya,
dengan luas permukaan spesifik yang besar dan volume rongga (porositas) yang
besar, sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam jumlah yang besar
dengan resiko kebuntuan yang sangat kecil. Dengan demikian memungkinkan

15
untuk pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi serta
efisiensi pengolahan yang cukup besar. Salah Satu contoh media biofilter yang
banyak digunakan yakni media dalam bentuk sarang tawon (honeycomb tube)
dari bahan PVC.
Resume Dimensi Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
No Unit Dimensi (meter) Tebal Td
P L T (meter) (menit)
A Bak Kontrol/Penyaring Kasar 2,1 1 1 0,20 12
B Bak Pemisah Lemak/Minyak 4 3 1,9 0,20 30
C Bak Equalisasi 7 6 5,78 0,20 480
D Bak Pengendap Awal 7 4,4 5,4 0,20 180
E Bak Biofilter Anaerob 8,3 4,8 5,1 0,20 287,34
F Bak Biofilter Aerob 11,4 4 6 0,20 144
G Bak Pengendap Akhir 7,5 3,5 5,21 0,20 180
Catatan: ketebalan beton 20 cm dengan konstruksi beton bertulang K 273

16
BAB III
PENUTUP

1. Air limbah domestik merupakan air


N Unit
buangan yang dihasilkan dari berbagai
o
bentuk kegiatan rumah tangga (Permen
A Bak Kontrol/Penyaring Kasar
LHK No.68 Tahun 2016)
B Bak Pemisah Lemak/Minyak
2. Analisis COD, BOD, pH, TSS, TDS,
C Bak Equalisasi
Fe, Mn sebagai parameter pengelolaan
D Bak Pengendap Awal
dan pencemaran limbah domestik
E Bak Biofilter Anaerob
3. Kadar BOD maksimum yaitu 30 mg/L
F Bak Biofilter Aerob
4. Kadar COD maksimum yaitu 100 mg/L
G Bak Pengendap Akhir
5. Kadar TSS maksimum yaitu 30 mg/L
6. Kadar TDS maksimum yaitu 2000 mg/L
7. Kadar maksimal pH air limbah sebelum dibuang adalah 6 – 9 8. Kadar Fe (besi)
dan Mangan (Mn) maksimum yaitu 0,3 mg/L

Diagram Flow Instalasi Pengolahan Limbah Domestik

400 cm 700 cm

B
B

Input

830 cm

1140 cm
17
DAFTAR PUSTAKA

Ester Suoth, A., & Nazir, E. N. (2016). Karakteristik Air Limbah Rumah Tangga

Pada Salah Satu Perumahan Menengah Keatas Di Tangerang Selatan.

Jurnal Ecolab, 10(2), 80–88. https://doi.org/10.20886/JKLH.2016.10.2.80-88

Sugiharto. (2008). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press

Tim WTP POLNES. (2020). Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Perumahan

Bumi Lestari Jalan Jakarta 1 Loa Bakung. Samarinda

18

Anda mungkin juga menyukai